Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Di Susun Oleh:
LUSI YULIANI
19110014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2020

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional.Pengembangan dalam
berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai
dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin
sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan
masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-
alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu
perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Untuk lebih memahami arti dari Manajemen
Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing
personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih
mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu sendiri

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan oranglain.(Harsey dan Blanchard).
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan suatu kegiatan.(James A. O’Brien) Manajemen adalah pelaksanaan
bersama oranglain.(Harold Konte dan Cyril O’Donnel).
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-
sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Henry L.Silk)
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan.

2. Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan
dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

3. Pengertian pelayanan Kesehatan


a. Pengertian
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

3
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI, 2009).
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud
sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu input,
proses, output, dampak, umpan balik.
1) Input adalah sub elemen – sub elemen yang diperlukan sebagai masukan
untuk berfungsinya system.
2) Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan
sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3) Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4) Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu
lamanya.
5) Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk
sistem tersebut.
6) Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh: Di dalam pelayanan kesehatan Rumah sakit.
a) Input adalah: Dokter, perawat, obat-obatan.
b) Prosesnya: kegiatan pelayanan puskesmas,
c) Outputnya: Pasien sembuh/tidak sembuh,
d) Dampaknya: meningkatnya status kesehatan masyarakat
e) Umpan baliknya: keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan.
f) Lingkungannya: masyarakat dan instansi-instansi diluar Rumah sakit
tersebut.

b. Tujuan Pelayanan Kesehatan:


1) Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan
misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.

4
2) Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri
dari:
a) Preventif primer.
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi
yang baik, dan kesegaran fisik.
b) Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan dengan cara mengindari akibat yang timbul dari
perkembangan penyakit tersebut.
c) Preventif tersier.
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan
rehabilitasi, pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3) Kuratif (penyembuhan penyakit).
4) Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi
normal atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental,
cedera atau penyalahgunaan.

c. Bentuk dan jenis pelayanan Kesehatan


Bentuk Pelayanan kesehatan di rumah sakit ini tingkat ketiga (tersier). Pelayanan
kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
1) Dokter Subspesialis
2) Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan
rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum
dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1) Pelayanan kedokteran

5
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi.
Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,
serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit,
serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat

d. Syarat- syarta pokok pelayanan kesehatan


Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah:
1) Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan.
2) Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3) Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4) Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan
biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5) Bermutu
Menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

6
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:
1) Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,pencegahan dan penyembuhan
penyakit,pemulihan.
2) Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan
penderita,tapi juga latar belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan
lainnya.

4. Penerapan pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


1. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan
adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam
bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak
hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim
dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah
pasien (home care) serta di rumah perawatan (nursing homes).

a. Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Rumah Sakit


Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan
oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based
ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara
umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :
1) Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk
menangani pasien yang butuh pertolongan segera dan mendadak.
2) Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient
services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna
sesuai dengan kebutuhan pasien.

7
3) Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-
pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis
atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh
sarana kesehatan yang merujuk.
4) Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni
memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama
Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini
memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat bahwa
peningkatan angka utilisasi pelayanan rawat jalan di rumah sakit misalnya,
adalah dua sampai tiga kali lebih dari peningkatan angka utilisasi pelayanan
rawat inap.
Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab makin berkembangnya
pelayanan dan juga sarana pelayanan berobat jalan ini. Jika disederhanakan,
paling tidak dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu : ( Cambridge
Research Institute, 1976; Avery dan Imdieke, 1984; Feste,1989):
1) Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pelayanan rawat jalan relatif lebih sederhana dan murah, dan karena
itu lebih banyak didirikan.
2) Kebijakan pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan
mendorong dikembangkannnya sebagai sarana pelayanan rawat jalan.
3) Tingakat kesadaran kesehatan penduduk yangmakin meningkat, yang
tidak lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit saja,
tetapi juga untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan yang
umumnya dapat dilayanai oleh sarana pelayanan rawat jalan saja.
4) Kemajuan ilmu teknologi kedokteran yang telah dapat melakukan
berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan
rawat inap, tetapi pada saat ini cukup dilayani dengan pelayanan
rawat jalan saja.
5) Utilisasi Rumah Sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk
meningkakan pendapatan, kecuali lebih megembangkan pelayanan

8
rawat jalan yang ada di rumah sakit juga terpaksa mendirikan
berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar Rumah Sakit.
b. Menjaga Mutu Pelayanan Rawat Jalan
Sama halnya dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, maka salah
satu syarat pelayanan rawat jalan yang baik adalah pelayanan yang
bermutu. Karena itu untuk dapat menjamin mutu pelayanan rawat jalan
tersebut, maka program menjaga mutu pelayanan rawat jalan perlu pula
dilakukan.
Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga
mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai
pelayanan kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan
ditemukan beberapa ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program
menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang
diperkirakan, ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah:
1) Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka
ragam, sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku.
2) Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya
terbatas, sehigga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat
khusus yang diserahkan tanggung jawab penyelengara program
menjaga mutu, dan pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak
memiliki cukup waktu untuk menyelengarakan program menjaga
mutu.
3) Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan
karena banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.
4) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan
adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang
objektif sulit dilakukan.
5) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan
adalah mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis,
sehingga menyulitkan pekerjaan penilaian.

9
6) Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana
pelayanan rawat jalan mungkin jenis penyakit yang
penanggulangannya sebenarnya berada di luar kemampuan yang
dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan menyulitkan pekerjaan
penilaian.
7) Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak
selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian
tidak lengkap
8) Perilaku pasien yang datang kesarana pelayanan rawat jalansukar
dikontrol, dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang
dalami tidak sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang
diselenggarakan.

ALUR PELAYANAN RAWAT JALAN

PASIEN DATANG

UMUM ASURANSI

TRIASE

ADMISI R. TINDAKAN

FARMASI

BILLING

PULANG

10
Pelayanan diunit Rawat Jalan Rumah Sakit secara global atau umum
berdasarkan proses dan tugas masing masing:
1) Registrasi atau pendaftaran
Bertugas menerima pendaftaran pasien, menyediakan aplikasi pendaftaran
pasien, melakukan pengisian form registrasi, menyediakan informasi
jadwal praktek dokter, melakukan penjadwalan pasien rawat jalan,
melakukan pendaftaran registrasi harian, memberikan bukti registrasi
pemeriksaan kepada pasien, memberikan kartu berobat pasien.
2) Bagian pemeriksaan
Merupakan aspek pemeriksaan fungsional medis utama yang
menghubungkan tugas tenaga medis seperti dokter, perawat dalam
melakukan pemeriksaan dan diagnose penyakit pasien, mengisi rekam
medis pasien, menganalisa data data medis pasien serta melakukan
tindakan kesehatan terhadap pasien.
3) Bagian inventory medical record (rekam medis)
Bertugas mengatur data data dan informasi berkaitan dengan rekam medis
pasien dari pemeriksaan pasien oleh dokter, mengatur penyusunan data
therapy, mengatur catatan pasien, kode dan jenis tindakan, mengatur data
hasil pemeriksaan, mengatur data diagnose pasien, menghubungkan
dokumen rekam medis dengan hasil diagnose dari laboratorium, radiologi,
dan unit lainnya, mencetak medical record, mencetak data terapy,
mencetak catatan pasien, mencetak hasil pemeriksaan, mencetak diagnose
akhir, mencetak rekap penyakit terbanyak, menyediakan data medical
record pasien.
4) Bagian apotik/farmasi
Bertugas memfasilitasi kegiatan farmasi, melakukan pengisian resep,
melakukan klasifikasi pemakaian produk obat, supplier obat, ketegori obat
dan stok obat, melakukan pemilahan kategori resep obat racikan, kategori
dan komposisi racikan obat, memberikan perhitungan biaya racikan,

11
menghitung total penggunaan obat dan harga obat, memberikan bukti
pemberian obat pada pasien, memberikan bukti pembayaran obat kepada
pasien, menghubungkan penggunaan obat pasien dengan system rekam
medis pasien, melakukan penyimpanan data data pemakaian obat pada
pasien, melakukan inventory stok obat yang ada.
5) Pembayaran atau kasir
Bertugas untuk menyediakan proses pembayaran dan penagihan, pengisian
biaya biaya perawatan, memberikan informasi tarif dokter, memberikan
tarif asisten dan tarif jasa administrasi, menerima uang pembayaran biaya
perawatan pasien tunai maupun non tunai, menerima uang pembayaran
pembelian obat tunai maupun non tunai, pengisian resep online,
pengalihan tagihan perawatan, mengisi selisih biaya perawatan,
memberikan diskon biaya perawatan, update saldo kas/bank, mencetak
daftar kas/bank, mencetak daftar uang muka, mencetak daftar bon
sementara, mencetak transaksi mutasi bank, mencetak ulang kwitansi
perawatan, mencetak tagihan perawatan, mencetak penerimaan perawatan,
mencetak pembayaran utang, mencetak pengalihan biaya perawatan,
mencetak potongan biaya perawatan, mencetak subsidi biaya perawatan,
mencetak pendapatan pertindakan juga perjasa medis, memberikan bukti
pembayaran kepada pasien, memberikan bukti tanda penagihan kepada
pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan Nomor:
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
standar minimal rawat jalan adalah sebagai berikut:
1) Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter
spesialis.
2) Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak,
klinik penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.
3) Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja,
kecuali hari Jumat pukul 08.00 – 11.00.
4) Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.

12
5) Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.

2. Pelayanan Rawat Inap


Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh
tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang
tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang
dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak
rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang
berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter
yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah
sakit, atau menginap di rumah sakit.
Standar minimal rawat inap di rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Pemberian layanan rawat inap adalah Dokter spesialis, dan perawat dengan
minimal pendidikan D3.
b. Penanggungjawab pasien rawat inap 100 % adalah dokter.
c. Ketersediaan pelayanan rawat inap terdiri dari anak, penyakit dalam,
kebidanan, dan bedah.
d. Jam kunjung dokter spesialis adalah pukul 08.00 – 14.00 setiap hari kerja.
e. Kejadian infeksi paska operasi kurang dari 1,5 %.
f. Kejadian infeksi nosokomial kurang dari 1,5 %.
g. Kematian pasien lebih dari 48 jam: kurang dari 0,24 %.
h. Kejadian pulang paksa kurang dari 5 %.
i. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 % \

13
ALUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT INAP

PASIEN DATANG RAWAT INAP

ADMISI

BANGSAL

PENUNJANG

FISIOTERAPI RADIOLOGI LABORAT


OBAT

FARMASI

BILLING

PULANG

3. Sistem Asuransi
a. Cara Mendaftar Peserta BPJS Kesehatan
JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan
kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya
menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia pada
dasarnya dan juga nantinya akan wajib menyisihkan sebagian kecil
uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan.
BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS
ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT

14
Askes. Begitupun juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi
dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
Menjadi peserta BPJS dan JKN adalah merupakan hak bagi warga negara
Indonesia dan pemerintah telah mencanangkan bahwasannya beberapa
tahun kedepan diharapkan seluruh masyarakat Indonesia menjadi peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional. Untuk itula perlu dan pentingnya mengetahui akan syarat cara
daftar peserta BPJS Kesehatan yang merupakan program pemerintah di
bidang kesehatan ini.
b. Peserta BPJS Kesehatan
Anggota dan juga peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
ini adalah terbagi menjadi 2 yaitu kelompok peserta baru dan pengalihan
dari program terdahulu, yaitu Asuransi Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Masyarakat, Tentara Nasional Indonesia, Polri, dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Kepesertaan BPJS Kesehatan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, terdiri atas dua kelompok, yaitu
peserta penerima bantuan iuran (PBI) dan peserta bukan PBI.
Peserta PBI adalah orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu,
yang preminya akan dibayar oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud
dengan peserta BPJS yang tergolong bukan PBI, yaitu pekerja penerima
upah (pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pejabat negara, pegawai
pemerintah non-pegawai negeri, dan pegawai swasta), pekerja bukan
penerima upah dan bukan pekerja (investor, pemberi kerja, pensiunan,
veteran, janda veteran, dan anak veteran).
Bagi karyawan swasta, bisa mendaftar melalui perusahaan tempat bekerja.
Kemudian perusahaan mendaftarkan ke kantor Askes yang sekarang sudah
berganti nama jadi BPJS Kesehatan. Bisa melalui kantor cabang yang ada
di provinsi, kabupaten, maupun kota.
Perusahaan kemudian membayar iuran sebesar yang sudah ditentukan
pemerintah ke bank yang ditunjuk BPJS Kesehatan, yaitu Bank Mandiri,

15
BNI, dan BRI. Setelah konfirmasi pembayaran, perusahaan akan
mendapatkan kartu BPJS Kesehatan untuk karyawannya.
Sedangkan bagi pekerja bukan penerima upah, seperti wiraswasta,
investor, petani, nelayan, pedagang keliling, dan lainnya, pendaftaran bisa
dilakukan dengan langsung mendatangi kantor BPJS Kesehatan.
Kemudian mengisi formulir dan menunjukkan salah satu kartu identitas,
seperti KTP, SIM, KK, atau paspor.
Berikut tata cara pendaftaran pekerja penerima upah non-pegawai
pemerintah :
 Perusahaan mendaftar ke BPJS Kesehatan.
 BPJS Kesehatan melakukan proses registrasi kepesertaan dan
memberikan informasi tentang virtual account untuk perusahaan (di
mana satu virtual account berlaku untuk satu perusahaan).
 Perusahaan membayar ke bank dengan virtual account yang sudah
diberikan BPJS Kesehatan.
 Perusahaan mengkonfirmasikan pembayaran ke BPJS Kesehatan.
 BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS Kesehatan kepada
perusahaan.
c. Manfaat Tujuan JKN
Ada beberapa manfaat dari penggunaan Jaminan Kesehatan Nasional ini.
Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari JKN ini yang
disampaikan oleh Drg.Usman Sumantri. M. PH selaku Kepala Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Nasional yaitu
diantaranya :
1) Peserta jaminan kesehatan mendapat jaminan kesehatan meliputi
fasilitas primer, sekunder dan tersier, baik milik pemerintah maupun
swasta yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
2) Menjamin kesehatan medis dari administrasi pelayanan, pemeriksaan,
pengobatan dan konsultasi medis seseorang sampai non-medis seperti
akomodasi dan ambulan.

16
3) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif,
kemudian pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhan medis.
4) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan,
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di
mana pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan,
penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana
dan skrining kesehatan. Kemudian, pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pertama dan pelayanan rawat inap tingkat pertam
sesuai dengan keluhan penyakit.
5) Menjamin pelayanan kesehatan sebanyak lima anggota keluarga,
termasuk pembayar iuran.

4. KONTROL INFEKSI DI RUMAH SAKIT


Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi
di antara pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak,
relawan,mahasiswa, dan pengunjung.
Program yang efektif umumnya telah menentukan pemimpin program, staf
terlatih, metode untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko infeksi secara
proaktif, kebijakan dan prosedur yang sesuai, menentukan, juga pendidikan
staf, dan pengoordinasian program itu di seluruh rumah sakit.
Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian Berkaitan Dengan
Pelayanan Kesehatan.
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan
memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai
"pengendalian". Secara hirarkis hal ini telah di tata sesuai dengan efektivitas
pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control –
IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif, pengendalian dan
rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (APD)
a. Pengendalian administratif.

17
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi
penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah,
mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan.
Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak
saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan – kebijakan yang diterapkan
pada ISPA meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC yang
berkesinambungan, membangun pengetahuan petugas kesehatan,
mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang
tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap,
mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan
dengan benar; prosedur – prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan
kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA diantara petugas – petugas
kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan medis, dan
pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan
yang diperlukan.
Langkah-langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi
identifikasi dini pasien dengan ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik
ringan maupun berat yang diduga terinfeksi MERS-CoV, diikuti dengan
penerapan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat, serta pelaksanaan
pengendalian sumber infeksi. Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA
digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang diidentifikasi harus
ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan segera dilakukan
kewaspadaan tambahan IPC seperti yang akan dijelaskan dibagian lain
dari pedoman ini. Aspek klinis dan epidemiologi kasus harus segera
dievaluasi dan penyelidikan harus dilengkapi dengan evaluasi
laboratorium.
b. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan
kesehatan dasar dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala
ringan dan tidak membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian

18
ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi lingkungan cukup
memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di
rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus dijaga
pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien ISPA dan pasien lain,
termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD).
Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi
penyebaran beberapa patogen selama pemberian pelayanan kesehatan.
c. Alat Perlindungan Diri (APD).
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta
higiene sanitasi tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi
penyebaran infeksi. Meskipun memakai APD adalah langkah yang paling
kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi, namun upaya
ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan IPC.
Oleh karena itu jangan mengandalkannya sebagai strategi utama
pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian administratif dan
rekayasateknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang
terbatas.
d. Kewaspadaan Pencegahan Dan Pengendalian Diri.
1) Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di
semua fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko
infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi kebersihan tangan
dan penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan
darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit
pasien yang terluka. Disamping itu juga mencakup: pencegahan luka
akibat benda tajam dan jarum suntik, pengelolaan limbah yang aman,
pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan peralatan perawatan
pasien, dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang dengan
gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan
kebersihan/ etika pernafasan. Petugas kesehatan harus menerapkan "5

19
momen kebersihan tangan",yaitu: sebelum menyentuh pasien,
sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko
terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau
barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan
air atau menggunakan antiseptik berbasis alcohol
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
 Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk
kebersihan tangan. Kebersihan tangan juga diperlukan ketika
menggunakan dan terutama ketika melepas APD.
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman
pada penilaian risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekresi dan kulit yang terluka. Ketika melakukan prosedur yang
berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan, maka pemakaian
APD harus ditambah dengan Pelindung wajah dengan cara memakai
masker medis/ bedah dan pelindung mata/eye-visor/ kacamata, atau
pelindung wajah, dan Gaun dan sarung tangan bersih.
Pastikan bahwa prosedur – prosedur kebersihan dan desinfeksi diikuti
secara benar dan konsisten. Membersihkan permukaan – permukaan
lingkungan dengan air dan deterjen serta memakai disinfektan yang
biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan prosedur yang efektif
dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan limbah
medis sesuai dengan prosedur rutin.
2) Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan ketika
merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Tambahan pada Kewaspadaan Standar, bahwa semua individu
termasuk pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak
dengan pasien dengan ISPA harus:
 Memakai masker medis ketika berada dekat (yaitu dalam waktu
kurang lebih 1 m) dan waktu memasuki ruangan atau bilik pasien.

20
 Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan pasien dan lingkungan sekitarnya dan segera setelah
melepas masker medis.
3) Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
prosedur/tindakan medik yang menimbulkan aerosol
Suatu prosedur/ tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan
sebagai tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam
berbagai ukuran, termasuk partikel kecil (<5 mkm). Terdapat bukti
yang baik yang berasal dari studi tentang Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) yang disebabkan oleh virus corona (SARS-CoV),
dimana terdapat hubungan yang konsisten antara transmisi patogen
dengan intubasi trakea. Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan
adanya peningkatan risiko Infeksi SARS-COV yang terkait dengan
trakeostomi, ventilasi non-invasif dan penggunaan ventilasi manual
sebelum dilakukan intubasi. Namun, karena temuan ini diidentifikasi
hanya dari beberapa studi yang kualitasnya dinilai rendah, maka
interpretasi dan aplikasi praktis sulit dilakukan. Tidak ditemukan
prosedur lain yang secara signifikan berhubungan dengan
peningkatan risiko penularan ISPA.
Tindakan kewaspadaan tambahan harus dilakukan saat melakuka
prosedur yang menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan
dengan peningkatan risiko penularan infeksi, khususnya, intubasi
trakea.
Tindakan kewaspadaan tambahan saat melakukan prosedur medis
yang menimbulkan aerosol:
 Memakai respirator partikulat (N95) ketika mengenakan
respirator partikulat disposable, periksa selalu penyekat atau seal-
nya.
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
 Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak
steril, (beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril)

21
 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan
volume cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus
gaun
 Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu disarana –
sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik,minimal terjadi 6
sampai 12 kali pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 60
liter/ detik/pasien di sarana – sarana dengan ventilasi alamiah.
 Membatasi jumlah orang yang hadir di ruang pasien sesuai jumlah
minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan
pasien
 Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan nya dan setelah pelepasan APD
4) Pengumpulan dan penanganan spesimen laboratorium
Semua spesimen harus dianggap berpotensi menular, dan petugas
yang mengambil atau membawa spesimen klinis harus secara ketat
mematuhi Kewaspadaan standar guna meminimalisir kemungkinan
pajanan patogen:
 Pastikan bahwa petugas yang mengambil spesimen memakai
APD yang sesuai.
 Pastikan bahwa petugas yang membawa/ mengantar specimen
telah dilatih mengenai prosedur penanganan spesimen yang aman
dan dekontaminasi percikan/ tumpahan spesimen.
 Tempatkan spesimen yang akan dibawa/ antar dalam kantong
spesimen anti bocor (wadah sekunder) yang memiliki seal
terpisah untuk spesimen (yaitu kantong spesimen plastic
Biohazard), dengan label pasien pada wadah spesimen (wadah
primer), dan form permintaan yang jelas.
 Pastikan bahwa laboratorium di fasilitas pelayanan kesehatan
mematuhi praktek biosafety yang tepat dan persyaratan
pengiriman sesuai dengan jenis organisme yang ditangani.

22
 Bila memungkinkan semua spesimen dapat diserahkan langsung.
Untuk membawa spesimen, jangan menggunakan sistem tabung
pneumatik.
 Bersama dengan form permintaan, tuliskan nama dari tersangka
infeksi secara jelas. Beritahu laboratorium sesegera mungkin
bahwa spesimen sedang diangkut.
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit
yang satu dengan rumah sakit lainnya,tergantung pada kegiatan dan
layanan klinis rumah sakit yang bersangkuran, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografis, volume pasien, dan jumlah pegawainya.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa system pelayanan kesehatan adalah
sebuah konsep dimana konsep inji memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
System pelayanan kesehatan juga memberikan beberapa teori seperti input, proses,
output, dampak, umpan balik dan lingkungan. Dalam system pelayanan rumah sakit
terdapat beberapa lembaga yang terkait seperti rekam medis, rawat jalan, rawat inap dan
mencakup system rujukan, system asuransi serta adanya control infeksi kesehatan tingkat
ketiga. Sub system pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing dirumah sakit
dalam rangka meningkatkan status kesehatan. System pelayanan kesehatan terbagi atas
beberapa lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan
kesehatan tingkat kedua dan pelayanan masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum
dari pelayanan kesehatan

B. Saran
Dalam system pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan mutu serta kualitas dari
pelayanan kesehatan agar system pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif. Itu semua
dapat dilakukan dengan melihat nilai nilai yang ada di masyarakat, dan diharapkan para
petugas medis dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus dan baik

24
DAFTAR PUSTAKA

Alimun hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

WHO. 2013. Infection prevention and control during health care for probable or
confirmed cases of novel coronavirus (nCoV) infection – Interim Guidance.
http://www.who.int/csr/disease/coronavirus infections/IPCnCoVguidance 26
Oktober 2020.pdf.

Adisasmito., Wiku. 2007. Sistem Kesehatan.Jakarta:PT Raja Gravindo Persada.

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Notoatmodjo Soekidjo. 2001. Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi


Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kebijakankesehatanindonesia.http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/compone
nt/content/article/597-memahami-sistem-kesehatan.html (Diakses pada
tanggal 26 oktober 2020).

25

Anda mungkin juga menyukai