Blognya Radi Wijaya, Kalau ada yang salah mohon maaf..jangan di sidang
ya...hehehe
Share
Labels
material
perkerasan jalan
perkerasan lentur
August 15, 2009
“MATERIAL DAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA”
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan raya yang telah
dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari dengan adanya sarana jalan raya
akan memudahkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Di era globalisasi
sekarang ini sedikitnya telah dikenal model transportasi darat, laut dan udara. Jalan
raya merupakan salah satu sarana untuk moda transportasi darat. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jalan raya pun tidak luput dari
sentuhan teknologi tersebut dengan ditemukan beberapa jenis bahan yang bias
dipakai untuk pekerjaan pelapisan diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.
Jalan- jalan modern yang dilengkapi dengan lapis perkerasan banyak dijumpai
dikota-kota ataupun dengan adanya jalan- jalan akses ke perkampungan dan
pemukiman penduduk. Seiring dengan pengoperasian jalan tersebut selama periode
umur rencana jalan, maka jalan tersebut mengalami penurunan kualitas. Untuk itu,
pada saat pelaksanaan perkerasan jalan raya itu harus teliti dan sesuai dengan
data- data yang diperoleh dilapangan. Misalkan; barapa kenderaan yang melintasi,
umur rencana, serta persentase peningkatan kenderaan hariannya, dan banyak lagi
yang lainnya yang harus kita lihat.
BAB II
PEMBAHASAN
1
1. MATERIAL- MATERIAL PADA PELAKSANAAN JALAN RAYA
Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan
daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan
jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan
dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih
utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke
laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Bentuk butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir-
butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal terhadap air
itu besar sekali.
Bentuk butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air
itu tidak seberapa besar.
Bentuk butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak
kasar. Besar butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap
air itu kecil sekali.
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar.
Besar butir- butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara butir-
butir pasir halus dan air.
2
- Pasir Kasar (Coarse sand)
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan
tajam. Besar butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar
butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada
yang pipih. Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.
- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas,
batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous
rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
· Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu
pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
· Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara,
opal.
· Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips
dan flint.
- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses
perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
3
- Agregat alam
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah
agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan
no.200).
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu
gunung sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
4
Jenis Aspal:
2. Aspal buatan
SIFAT ASPAL
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara
aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada
dari agregat itu sendiri.
Survey kembali,dalam hal ini untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian dari
pekerjaan selanjutnya, setelah ditetapkan dassar ini,maka selanjutnya dapat
diteruskan membikin B.M (Benk Mark) dan titik lainya C (center line),dan lain-
lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal yang diperlukan yang dilaksanakan
surveyor/pengukuran baru dapat dimulai pekerjaan selanjutnya.
5
1. Pekerjaan Tanah (Earth work)
Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:
· Galian- cut
· Timbunan- fill
Kalau tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita harus
bersihkan dari tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal
lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil Stripping.
Dapat tidaknya tanah/ material galian ini dipakai untuk timbunan akan dilakukan
pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu boleh dapat dipakai
untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis Dario laboratorium.
Teknik penggalian:
Setiap akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang air
tidak tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan menyulitkan
kerja dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi dari material.
Materialnya:
Dapat dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga
disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari
luuar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis tanah:
- Tanah- clay
6
- Pasir + Batu (sirtu)- Granular material
- Pasir – sand.
Cara pelaksanaan :
Setelah diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala
persiapan patok- patok dan lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan
pekerjaan sebagai berikut:
- Top Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu
dan umumnya setebal 10-30 cm.
- Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru diteruskan pekerjaan
selanjutnya- penimbunan.
2. Sub-Base Course
Sesudah lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi
dan kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang
dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang (X
– section) dan dengan jarak maksimum 25 meter menurut potongan memanjang
atau profil.
Cara pengamparan :
7
Setelah selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/
ketebalannya maka kita dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan.
Patok- patok itu dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi sekelilingnya dengan
material sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara pemadatan:
Prinsip pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita
laksanakan dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/
keadaan memerlukan sambil menyiram.
Untuk menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah
cukup padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman).
Sebelumnya meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor)
dan kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium.
Apabila sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya)
secara tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3. Base Course
Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course
prinsipnya sama saja. Yaitu:
- Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik
dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan station X-
section.
- Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu
volumenya yang diperlukan.
8
pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan
(toleransi) dan mengurangi segregation.
- Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita
apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan
(pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya dapat
dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata
lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil disiram.
Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
- Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test)
dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan Prime-
Coat.
4. Prime Coat
Sebagai mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan,
base coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik
ketinggiannya dan kepadatannya.
Permukaan harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk
membersihkan adalah kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau
power blower.
Pemakaian alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada
permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja
sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu
dan karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran dan material yang
terlepas harus dibuang.
Setelah ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan
ialah alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau distributor
(besar), juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua alat ini telah diperiksa
baik dan berjalan lancar.
9
dengan permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut
menentukan volume tersebut.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan
tebalnya lapisan dari prime coat tersebut.
5. Asphalt Concrete
Sebagaimana yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan
apabila prime- coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai
form (bentuk atau mal)
Gunanya adalah :
b. Yang lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser
keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi
syarat kita akan beralih pada alat- alatnya.
10
Ini tergantung perencanaan.
Finisher itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak
basah (yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi
syarat (spesifikasi)Ump. , dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi
Asphalt Concrete) tentu aka nada penurunan/ perubahan panas. Dalam pengalaman
setiap jarak ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan :
Sewaktu penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang
rata, maka perlu ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/
temperature dari asphalt concrete sesudah dihampar.
Cara pemadatan :
a. Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt concrete pemadatannya
dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
11
b. Apabila dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt concretenya pemadatan
dilaksanakan sebagai berikut:
6) Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan kedua urutannya.
a. Prime-coat :
b. Bituminous R.C-2:
c. Grading B.:
Selagi R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah
(grading B) dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus
marata.
Sesudah merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
12
Pemadatan cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa
pemadatan itu jangan sampai material hancur.
d. Bituminous R.C-2
Selesai grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt
(R.C-2) dengan volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading E.:
Selagi R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume
yang diperlukan Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous R.C-2 :
Sesudah grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang
diperlukan.
Pasir/Abu Batu:
Terakhir R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan volume yang telah ditetapkan
dan dipadatkan, pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller
Share12
Definisi DAMAJA, DAMIJA & DAWASJA – Mungkin ada yang pernah mendengar kata – kata atau
istilah tersebut tetapi belum tau maksudnya apa, kali ini saya akan berbagi pengetahuan khusus untuk ke
tiga istilah tersebut.
13
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan).
Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman
ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi
median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar,
lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan
dan bangunan pelengkap lainnya.
Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi
minimum 5.0 meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur dari permukaan
perkerasan.
Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam
hal pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.
14
Materi perkerasan Jalan
1. PERKERASAN JALAN
2. 1. Apakah semua perkerasan jalan perlu di desain? 2. Kondisi paling berat untuk perkerasan
lentur 3. Penggunaan material 4. Aspal polimer 5. Klasifikasi aspal 6. Gradasi 7. Jenis-jenis
gradasi 8. Aspal porous 9. Perkerasan kaku dilapis dengan aspal beton 10. Kerusakan yang
sering terjadi pada perkerasan kaku 11. Fungsi pondasi bawah 12. Fungsi dowel 13. Material
flekson 14. Daur ulang (Recycling) 15. Profil melintang jalan 16. Tanah dasar 17. Fungsi badan
jalan 18. Syarat badan jalan 19. Pengaruh konsisi tanah dan kadar air terhadap badan jalan
20. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan badan jalan 21. Kemiringan lereng
22. Sifat tiap jenis tanah 23. Material badan jalan 24. Daya dukung tanah dasar 25. Uji CBR 26.
Uji Sand Cone 27. Perkerasan Telford 28. Perkerasan Macadam
3. APAKAH SEMUA PERKERASAN JALAN PERLU DI DESAIN? Perkerasan Jalan hanya efektif
untuk jalan dengan lalu lintas cukup besar (Umumnya diatas 300 kendaraan/Hari) dan dengan
ketebalan yang sesuai dengan beban kendaraan yang melintas agar jalan tidak rusak. Untuk
lalu lintas kecil bisa menggunakan tebal minimum masing masing dengan tebal standar atau
bisa juga dibiarkan tetap tanpa perkerasan sejauh lalu lintas tidak terhambat dan usaha
pemeliharaan mampu mencegah permasalahan jalan.
4. Sebelum mendesign jalan, maka perlu diketahui dulu jenis kendaraan apa yang sering
melintasi jalan tersebut, serta volume (kuantitas)nya.
5. KONDISI PALING BERAT UNTUK PERKERASAN LENTUR Panas Permukaan Tinggi ( >
60°C) sehingga aspal biasa (tanpa tambahan zat adiktif) akan kehilangan daya tahannya untuk
menanggung beban dan meleleh . Kendaraan berjalan lambat, kecepatan kendaraan dibawah
50 km/jam. Kanalisasi, akibat lalu lintas padat atau hambatan.
6. KONDISI PALING BERAT UNTUK PERKERASAN LENTUR Beban yang lewat lebih berat dari
yang direncanakan. Rumus Perusakan Permukaan akibat beban as lebih merupakan
perbandingan berpangkat 4. Adanya beban lebih dari yang direncanakan akan menyebabakan
kerusakan lebih cepat. dll
7. PENGGUNAAN MATERIAL Kebutuhan material sangat besar jumlahnya Riset material harus
digalakkan untuk memberikan solusi agar material setempat dapat digunakan. Seharusnya
menggunakan material setempat sehingga lebih ekonomis Masalah yang sering dihadapi
terkait dengan material yaitu adanya ZAT PENGOTOR (lempung, lumpur, dll) yang masih
menempel pada material. Hal ini dapat menurunkan kualitas material.
8. ASPAL POLIMER Aspal Polimer adalah aspal modifikasi yang menggunakan bahan adiktif
polimer untuk meningkatkan unjuk kerjanya agar tahan panas dan lebih lengket.
9. KLASIFIKASI ASPAL Klasifikasi Berdasarkan nilai penetrasinya. Yang umum dipakai di
Indonesia adalah AC pen 40/50, AC pen 60/70, dan AC pen 80/100. Semakin kecil nilai
penetrasi aspal, semakin keras aspal tersebut. Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di
daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan
untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah. ( wadah pengisi Ac) (Alat pengujian AC)
10. KLASIFIKASI ASPAL Kasifikasi BerdasarKan Viskositas (Kekentalan). Memiliki satuan poise
standar pengukuran viskositas absolut . Makin tinggi nilai poise suatu aspal maka makin kental
aspal tersebut. Klasifikasi : AC-25, AC-40 ( Gambar Alat Pengujian Kekentalan)
11. GRADASI AGREGAT Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat (dari butir kecil
– besar). Prinsipnya adalah agregat yang lebih kecil mengisi rongga-rongga sehingga menjadi
lebih padat. Gradasi batuan dapat terjadi secara alami ataupun dibuat dgn bantuan mesin
Stone Crusher (mesin penghancur batu). (gradasi berdasarkan ukuran agregat) (agregat
sebagai bahan pengisi)
15
12. JENIS GRADASI Gradasi rapat/tertutup (dense graded) gradasi agregat, dimana terdapat
butiran dari agregat kasar sampai halus, sehingga Menghasilkan Rongga antar butir yg paling
kecil. (Pengaplikasian pada permukaan beton aspal)
13. JENIS GRADASI Gradasi Terbuka mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat
banyak rongga/ ruang kosong antar agregat Gradasi senjang (gap graded) gradasi agregat
dimana ukuran agregat yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada. Butir
tengahnya sengaja dibuang shg timbul rongga yang cukup besar untuk memungkinkan aspal
bisa lebih banyak masuk ke campuran. (pengaplikasian pada pondasi batu kali )
14. ASPAL POROUS Aspal porous belum di terapkan secara umum di Indonesia. Aspal ini
memiliki prinsip dapat menyerap air seperti sponge.
15. PERKERASAN KAKU DILAPIS DENGAN ASPAL BETON Perkerasan kaku adalah jenis
perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut.
gambar distribusi pembebanan pada perkerasan kaku dan lentur
16. Pengecoran campuran beton semen PERKERASAN KAKU DILAPIS DENGAN ASPAL BETON
Campuran beton diangkut dengan truk Penghamparan didepan mesin dan penghampar
dibantu dengan alat
17. PERKERASAN KAKU DILAPIS DENGAN ASPAL BETON alat penghampar slip form alat
penghamparan dengan fix form
18. PERKERASAN KAKU DILAPIS DENGAN ASPAL BETON Hasil hamparan ditepi acuan gelincir
19. PERKERASAN KAKU DILAPIS DENGAN ASPAL BETON Lapis perkerasan beton Lapis
pondasi Tanah Dasar Gambar komponen perkerasan kaku
20. KERUSAKAN YG SERING TERJADI PADA PERKERASAN KAKU Retak di sudut pelat beton
semen, ditengah, dan akhirnya diseuruh permukaan. Air menerobos masuk sambungan pelat,
melunakkan tanah dasar, dan pada waktu ada beban roda, air terperas keluar dan
menimbulkan rongga dibawah pelat.
21. KERUSAKAN YG SERING TERJADI PADA PERKERASAN KAKU Kerusakan umum yang
terjadi sbb : 1. Mengalami deformasi 2. Mengalami keretakan 3. Mengalami kerusakan pada
pengisi sambungan 4. Gompal 5. Penurunan bagian tepi perkerasan 6. Kerusakan tekstur
permukaan 7. Terdapat lubang 8. Terjadi tambalan
22. FUNGSI PONDASI BAWAH 1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban
roda ketanah dasar 2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah reltif murah
dibandingkan dengan lapisan yang diatasnya 3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih
mahal 4. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi 5. Lapis pertama, agar
pekerjaan dapat berjalan lancar
23. FUNGSI DOWEL Fungsi dari dowel adalah sebagai penyalur beban pada sambungan (agar
tidak terjadi konsentrasi beban tinggi), pemasangannya dilakukan per segment (biasanya per
6m), diberi plastik atau dicat untuk memberikan kebebasan bergeser (move) kebebasan
bergeser dari separuh panjang Dowel ini perlu diberikan, mengingat beton memiliki
kecenderungan untuk memuai dan menyusut karena adanya pengaruh perubahan temperatur.
24. MATERIAL FLEKSON Merupakan material beton semen yang ditambahkan zat aditif untuk
membuatnya menjadi flexible sehingga tidak mudah retak, serta cepat mengering.
25. DAUR ULANG (RECYCLING) Rehabilitas struktur jalan, dengan mengoptimalkan penggunaan
kembali material lama menjadi material perkerasan baru yang jauh lebih kuat. Dengan cara
membongkar dan menghancurkan perkerasan lentur lama. Tujuannya untuk menghemat
agregat.
26. PROFIL MELINTANG JALAN Rumaja : ruang manfaat jalan
27. TANAH DASAR (SUBGRADE) Lapisan tanah setebal +/- 30cm (paling bawah) sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan serta mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya Syaratnya
: dalam kondisi stabil, yaitu tidak menyusut maupun mengembang.
16
28. FUNGSI BADAN JALAN Fungsi paling utama dari badan jalan adalah : MENDUKUNG BEBAN
LALU LINTAS
29. SYARAT BADAN JALAN KUAT AWET STABIL RELATIF MURAH Bila tanah dasar kuat, maka
tebal lapis perkerasan jalan semakin tipis
30. PENGARUH KONDISI TANAH DAN KADAR AIR TERHADAP BADAN JALAN Usahakan
meletakkan badan jalan di atas tanah berpasir dibanding lempung. Jaga agar subgrade selalu
berkedudukan 30 cm dari muka air tanah tertinggi. Tanah berpasir Tanah lempung
31. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MERENCANAKAN BADAN JALAN Bahu
jalan cukup lebar, sehingga mendukung kestabilan perkerasan dari sisi tepi perkerasan.
Kemiringan galian/timbunan dibuat lebih datar/landai. Membuat lereng yang lebih datar dengan
tujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya erosi.
32. KEMIRINGAN LERENG Timbunan tanah biasa Tebing galian tanah Tebing galian batu / cadas
1 : 2 1: 1 2:1 Sisi tegak (tinggi) Sisi miring
33. SIFAT TIAP JENIS TANAH BERDASARKAN KADAR AIR PLASTISITAS Dapat diremas atau
dibentuk tanpa terjadi keretakan atau keruntuhan dan perubahan volume
34. MATERIAL BADAN JALAN - Bebas bahan organis (lempung, lumpur, daun, dll) - Bukan tanah
lempung, indeks plastisitas tinggi - CBR ≥ 6% (urugan biasa) - CBR ˃ 10% (urugan pilihan, tdk
mengandung lempung) - Dalam keadaan jenuh, terendam air, urugan pilihan harus
pasir/kerikil/berbutir dengan PI maksimal 6%.
35. DAYA DUKUNG TANAH DASAR Perencanaan pembuatan jalan perlu diadakan pemeriksaan
tanah yang teliti di tempat yang akan dijadikan tanah dasar sebagai pendukung perkerasan
jalan Hal-hal yang diperiksa antara lain : - Jenis tanah - Tingkat kepadatan - Kadar air - Kondisi
drainase
36. UJI CBR CBR adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi. Nilai CBR
ini digunakan untuk menilai kekuatan yang juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal
lapisan dari suatu perkerasan.
37. UJI SAND CONE Uji sand cone adalah uji yang dilakukan untuk menentukan kepadatan
ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan.
38. PERKERASAN TELFORD Seorang bangsa inggris bernama Thomas Telford (1757-1834) ahli
dalam jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya
seperti jembatan lengkung. Pada umumnya mempunyai ketentuan sebagai berikut : 1. Lebar
minimal lebih dari 2,5 m – 3,0 m 2. Untuk tanah keras dipakai tebal konstruksi 15 cm 3. Batu
tepi ukuran 15-20 cm batu kunci 3-5 cm 4. Untuk tanah sedang dipakai tebal konstruksi 20 cm
5. Batu tepi ukuran 20 – 30 cm batu kunci 5 – 7 cm
39. PERKERASAN MACADAM Lapisan penetrasi macadam merupakan lapis perkerasan yang
terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat
oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen
ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4 – 10
cm.
17
18
19
Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A
dan Agregat Kelas B
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sedikit berbagi pengalaman pada waktu praktek kerja lapangan / KP di proyek pembangunan jalan jalur
lintas selatan (JJLS) poncosari greges bantul yogyakarta, kali ini yang akan kami bahas tentang
pekerjaan pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A dan lapis pondasi agregat kelas B.
20
tim perencana, tim pengawas dan kontraktor, agar tujuan pembangunan proyek dapat tercapai
dengan baik.
Pada penyusunan laporan kerja praktik selama dua bulan, penyusun akan menjelaskan
keseluruhan proses pelaksanaan proyek pembangunan jalan Poncosari Greges Bantul
Yogyakarta secara umum, namun penyusun berkonsentrasi pada bagian yang diamati yaitu :
1. Pekerjaan pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B, meliputi pekerjaan
penghamparan material, pekerjaan pemadatan pada pembangunan Jalan Poncosari Greges
Bantul Yogyakarta.
Proses Pelaksanaan
21
Pada proses pekerjaan lapis pondasi terdiri dari penghamparan material, pemadatan,
penyiraman dan yang terakhir uji CBR.
22
3. Uji CBR
CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum. Perkerasan jalan
harus memenuhi 2 syarat, yaitu :
1. Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk
Memikul berat kendaraan yang akan memakainya.
2. permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan
keausan dari roda-roda kendaraan, juga terhadap air dan hujan.
Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara
keseluruhan, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada
perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan bergelombang
besar dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak sama sekali. Sedangkan kalau
perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka permukaan jalan mengalami
kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada akhirnya akan bertambah banyak dan
bertambah besar sampai perkerasan jalan menjadi rusak secara keseluruhan. Jadi untuk
menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini digunakan untuk menilai kekuatan
yang juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal lapisan dari suatu perkerasan.
Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin tinggi kadar
airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun demikian, hal itu tidak
berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan kadar air rendah untuk mendapatkan
nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak konstan pada nilai rendah itu. Setelah
pembuatan jalan, maka air akan dapat meresap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR
turun sampai kadar air mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang
disebut kadar air keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan
dari hasil percobaan laboratorium, yaitu percobaan pemadatan dan CBR.Gambar 6.6 alat uji
CBR menggunakan Field cbr test set (cbr lapangan)
23
di dapat data tidak sesuai spesifikasi maka akan di lakukan perbaikan lapis agregat
pondasi atau pemadatan ulang.
Dibawah ini urutan gambar proses pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A
dan agregat kelas B sampai terakhir pengujian CBR dan sand cone. semoga
bermanfaat bagi teman-teman semua....
24
Gambar Pekerjaan Pemadatan
25
Gambar Hasil Akhir setelah selesai proses pemadatan
Daftar Pustaka.
http://sipiluty11.blogspot.co.id/2015/04/pelaksanaan-pekerjaan-lapis-pondasi.html
26
BAHAN
Sumber : http://civil-injinering.blogspot.co.id/2009/05/lapis-pondasi-jalan-dengan-agregat.html
2.5.1. Sumber bahan
Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui.
• Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus
dan partikel halus lainnya.
• Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos ayakan
No.40.
2.5.4. Sifat-sifat bahan yang disyaratkan• Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan
organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
• Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam
Tabel 2.5.4.(1).
27
2.5.5. Pencampuran bahan untuk lapis pondasi agregat
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi crushing
plant atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi untuk
memperoleh campuran dengan proporsi yang benar. Tidak dibenarkan melakukan pencampuran di
lapangan.
• Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan
yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
• Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat, harus disiapkan dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
• Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama,
maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar
diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
28
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Klas A, Klas B dan Klas S
Lapisan Pondasi Agregat dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah yaitu Lapisan Pondasi
agregat Klas B, digunakan sebagai lapisa pondasi atas yaitu lapis pondasi agregat klas A, dan sebagai
bahu jalan tanpa penutup yaitu lapisan pondasi agregat klas S.
Material Crusher
Berikut metode pelaksanaan masing-masing pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat:
Lapisan Pondasi Agregat Klas A (LPA)
Lapisan pondasi Agregat Klas A, biasa kita kenal dengan LPA, digunakan sebagai lapis pondasi atas,
dilaksanakan menyebar sepanjang jalan yang dilebarkan dan di atas permukaan lapis pondasi bawah
(LPB) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Persiapan :
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium atau di UMPKL Dinas
Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis material
diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh material (batu, abu
batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium Kontraktor
itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
3. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir.
4. Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material (mengacu JMF),
tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui faktor
gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan maksimal
sesuai spesifikasi teknis. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan
(pengukuran manual), uji kepadatan (Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI
lapangan (atterberg) dan uji CBR Lapangan (DCP).
5. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.
Pelaksanaan :
1. Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan komposisi
berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap maksimal ≤ 50
m3 agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan peralatan excavator dan Wheel
Loader.
2. Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel Loader,
jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil percobaan
pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
29
3. Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan pelaksanaan,
dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan
peralatan sesuai keperluan lapangan. Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air,
sehingga akan dihasilkan kadar air optimal pada saat pemadatan dilaksanakan. Dimensi dan
kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
4. Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari bagian yang
rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil
percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai kepadatan yang disyaratkan.
Pengujian dan pengukuran :
1. Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di laboratorium), uji kepadatan (sand cone di lapangan), uji
CBR Lapangan (DCP).
2. Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual), kelandaian
(menggunakan pesawat waterpass atau theodolit) dan kerataan permukaan (menggunakan mistar
ukur).
Pemeliharaan :
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan sampai
pekerjaan tahap selanjutnya (perkerasan dengan aspal) akan dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga
dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi teknis.
Lapisan Pondasi Agregat Klas B, biasa kita kenal dengan sebutan LPB digunakan sebagai lapis
pondasi bawah, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan di atas timbunan pilihan atau diatas
permukaan badan jalan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Persiapan :
1. Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan di Laboratorium atau di UMPKL Dinas
Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis material
diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh material (batu,
debu batu, pasir, tanah pilihan) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan
konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF atau Disain rumusan Kerja selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix
Formula) di Laboratorium Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
3. Khusus untuk batu sebelum dibuat JMF akan dilaksanakan uji tingkat kekerasan (Abration test)
bersama-sama pengujian material LPA.
4. Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan pasir,
debu batu dan tanah pilihan.
5. Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material (mengacu JMF),
tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang disyaratkan (diketahui faktor
gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan sehingga dihasilkan kepadatan maksimal
sesuai spesifikasi teknis.
6. Hasil percobaan pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan
(Sand Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR
Lapangan (DCP).
7. Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.
Pelaksanaan :
30
1. Pengadukan material LPB : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan komposisi
berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan setiap maksimal ≤ 50
m3 agar dihasil campuran yang homogen, digunakan peralatan excavator dan whell loader.
2. Material LPB diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel loader,
jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil percobaan
pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
3. Penghamparan menggunakan motor grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan pelaksanaan,
dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan tenaga manusia dengan
peralatan sesuai keperluan lapangan.
4. Selama proses penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air
optimal pada saat pemadatan dilaksanakan.
5. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
6. Pemadatan menggunakan vibrator roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari bagian yang
rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan sesuai dengan hasil
percobaan pelaksanaan.
7. Pemadatan dihentikan jika diyakini telah tercapai kepadatan yang disyaratkan.
Pengujian dan pengukuran :
1. Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di Laboratorium), uji kepadatan (Sand Cone di lapangan), uji
CBR Lapangan (DCP).
2. Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual), kelandaian
(menggunakan pesawat waterpass atau theodolit) dan kerataan permukaan (menggunakan mistar
ukur).
Pemeliharaan :
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan sampai
pekerjaan tahap selanjutnya (Lapis Pondasi Atas) akan dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga
dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi teknis.
Lapisan Pondasi Agregat Klas S, yang biasa kita singkat dengan LPS biasa digunakan untuk bahu
jalan tanpa penutup aspal, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan.
Persiapan :
1. Pembuatan DMF DMF (Design Mix Formula) LPS dilaksanakan di Laboratorium atau di
UMPKL Dinas Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua
jenis material diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh
material (batu, debu batu, pasir, tanah pilihan) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas
Lapangan dan konsultan Pengawas.
2. Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium
Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
3. Staking-out untuk menentukan lebar dan kelandaian permukaan bahu jalan sebagaimana
gambar rencana, dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas Lapangan dan Konsultan
Pengawas.
Pelaksanaan :
a. Pemotongan dan pengurugan digunakan motor grader, sehingga didapat permukaan sebagai
staking-out yang telah dilaksanakan.
31
b. Pemadatan dilaksanakan menggunakan vibrator roller (berat 8-12 Ton), pemadatan dihentikan jika
sudah didapatkan kepadatan yang disyaratkan.
Pemeliharaan :
Pemeliharaan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan sampai FHO, dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga bentuk dan dimensi tetap dalam kondisi sesuai dengan gambar rencana, tetap berfungsi
sebagaimana mestinya.
http://www.kerkuse.id/2018/01/metode-pelaksanaan-pekerjaan-lapis-pondasi-agregat-klas-a-klas-b-
dan-klas-s.html
Pengetrapan jarak pandangan menyiap di lapangan Lengkung Horisontal LKR = LKN =
Jarak pandangan menyiap minimum untuk besar jari-jari tikungan dan kecepatan rencana serta sudut
tangent yang bersangkutan. Biasanya Ac – Bc dimasukkan pula sebagai daerah dilarang
menyiap.
Gambar : Diagram superelevasi dengan sumbu jalan sebagai sumbu putar Diagram
Superelevasi :
Gambar : Bentuk Spiral – Circle- Spiral
R = Jari-jari lingkaran
Lc = Panjang busur lingkaran
∆c = Sudut luar PI
∆ = Sudut luar PI = 2 θs + θcTt = Panjang total tangentp = Pergeseran lingkaran
terhadap tangentk = absis p pada garis tangn spiral
32
Et = Jarak luar total
θs = Sudut Spiral
Ls min = 0,222
c = Perubahan kecepatan (dianjurkan c = 0,4 m/det²)
e = Superelevasi
V = Kecepatan rencana
R = Jari-jari circle
Ls = Panjang lengkung Spiral ALINYEMEN
Alinyemen Horizontalalinyemen horizontalalinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada
bidang horizontal dikenal jugadengan sebutan "situasi jalan". Alinyemen horizontal terdiri dari garis-
garis lurus yangdihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis-garis lengkung tersebut terdiri
daribusur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja, ataupun busurlingkaran
saja.Bentuk lengkung horizontal:Full ir!ledapat dihitung dengan rumus berikut ini:
piral - ir!le - piraldapat dihitung dengan rumus diba#ah ini:
33
piral - piraldapat dihitung dengan rumus diba#ah ini:
34
35