Anda di halaman 1dari 112

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG


MENGALAMIDENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE 2 DENGAN
HIPERTERMI DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL
PASURUAN

OLEH:

NOVIA PUTRI MAYASARI


141210027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI


DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE 2 DENGAN
HIPERTERMI DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL
PASURUAN

OLEH:

NOVIA PUTRI MAYASARI


141210027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE 2DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL
PASURUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program
Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang

Oleh :
NOVIA PUTRI MAYASARI
NIM : 141210027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

ii
iii
iv
v
vi
MOTTO

“Yakinlah tidak ada hasil yang sia-sia selama kita mau berusaha, mengasah

kemampuan, berdoa & berkarya”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmia (Laporan Kasus) ini saya ucapkan terimakasih dan saya

persembahkan kepada:

1. Terimakasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya

saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancer.

2. Terimakasih untuk kedua orang tua yang selalu mendukng dan

mendo’akan yang terbaik untukku dalam berkarir demi masa depanku.

3. Terimakasih untukdosen pembimbing yang selama ini sudah banyak

memberikan saran dan masukan tentang materi dalam penyelesaian tugas

ini.

4. Terimakasih untuk sahabat-sahabat yang juga sealu menyemangati untuk

menyelesaikan tugas ini.

5. Terimakasih untuk teman sejawat yang sama-sama berjuang dan selalu

saling mendukung agar terselesainya tugas akhir ini secara bersama-sama.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien yang Mengalami Dengue Hemorragic Fever Grade 2
dengan Hipertermi” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini
diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat Bapak H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.,Ns.,MH.selaku
ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. Maharani
Tri P., S.Kep., Ns., MM. selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes ICMe Jombang dan dosen pembimbing Afif Hidayatul Arham, S. Kep.,
Ns. selaku dosen pembimbing Studi KasusKarya Tulis Ilmiah yang telah penulis
teliti. Kepala Diklat RSUD Bangil yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengambil data dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.Kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, kekuatan, dan nasehat
selama menempuh pendidikan di STIKes ICMe Jombang hingga terselesainya
Karya Tulis Ilmiah ini.Dan tidak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk penulis sangat diharapkan demi kesempurnaan penulis di masa
yang akan datang.
Jombang, Juni 2017
Penulis

viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI


DENGUE HEMORRAGIC FEVER GRADE 2DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL
PASURUAN

Oleh :
Novia Putri Mayasari

Penyakit Dengue maupun penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan


penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk
penyakit Infeksi Tropis (Tropic Infection).Dengue menyebar dengan cepat,
menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan
produktivitas kerja dan banyak menimbulkan kematian. DHF diperkirakan
mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara dan salah satunya adalah di indonesia
angka kematian 0,83 %. Salah satu penyebabnya adalah hipertermi, yang
berlangsung secara mendadak selama 5-7 hari.Tujuan dilakukan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF grade 2
dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Desain penelitian ini adalah Deskriptif dengan menggunakan metode studi
kasus. Penelitian diambil dari RSUD Bangil Pasuruan sebanyak 2 klien dengan
diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Pengolahan pre survei
data diambil dari ruang Melati di RSUD Bangil.
Berdasarkan hasil penelitian pada dua klien yang berbeda didapatkan
bahwa klien yang mengalami DHF memiliki masalah yang sama yaitu hipertermi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan perbedaan yaitu klien 1 terdapat bintik
kemerahan pada kulit, sedangkan klien 2 terdapat mimisan 1 kali.Pada
implementasi ada perbedaan terapi yang diberikan pada klien 1 dan klien 2.
Kesimpulan berdasarkan evaluasi pada asuhan keperawatan dengan
masalah hipertermi pada klien 1 dan klien 2bahwa pada gejala yang timbul
setelah terjangkit penyakit ini disertai dengan hipertermi dan bintik kemerahan
pada kulit, perdarahan dihidung (mimisan), terjadi perbedaan perkembangan klien
1 masalah hipertermi teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Jadi pada
klien 2 masih memerlukan implementasi lanjutan karena masalahnya belum
teratasi seluruhnya.

Kata Kunci :Asuhan Keperawatan,Dengue Hemorragic Fever, Hipertermi.

ix
ABSTRACT

NURSING CARE TO CLIENT WITH DENGUE HAEMORRAGIC FEVER


(DHF) GRADE 2 WITH HIPERTERMI IN MELATIROOM
BANGIL HOSPITAL
PASURUAN

By :
Novia Putri Mayasari

Dengue disease and Dengue Hemorrhagic fever are infectious diseases


that are frequent and often contagious in the tropics, including tropical infectious
diseases (Tropic Infection). Dengue spread rapidly, striking many people during
the epidemic, resulting in lower labor productivity and many deaths. DHF is
estimated to reach 3.9 billion people in 128 countries and one of them is in
Indonesia the mortality rate is 0.83%. One of the causes is hyperthermia, which
lasts for 5-7 days. The aim is to carry out nursing care on clients who have DHF
grade 2 with hyperthermic problems in melati Room RSUD Bangil Pasuruan
Regency.
The design of this research is descriptive by using case study method. The
study was taken from RSUD Bangil Pasuruan as many as 2 clients with
hyperthermia diagnosis related to disease process. Processing pre survey data
taken from space Melati at RSUD Bangil.
Based on the results of research on two different clients found that clients
who experience DHF have the same problem that is heat (hypertermi). On the
physical examination found that the difference of client 1 there is a reddish spots
on the skin, while the client 2 there is a nosebleed once. In the implementation
there are different therapies given to clients 1 and client 2.
Conclusions based on evaluation of nursing care with hyperthermic
problems in clients 1 and client 2 that the symptoms that arise after contracting
the disease is accompanied by heat (hyperthermia) and skin reddish spots,
bleeding nose (nosebleed), there are differences in client development 1
hypertermi problems resolved While client 2 is still fever. So on client 2 still
require further implementation because the problem is not solved entirely.

Keywords :Nursing care, Dengue Hemorrhagic Fever, Hyperthermi.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ........................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ........................................................................ 4

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.4Tujuan......................................................................................... 4

1.5Manfaat ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1Pengertian DHF ....................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi............................................................................... 8
2.1.3 Etiologi ................................................................................... 8
2.1.4 Tanda dan Gejala .................................................................... 9

xi
2.1.5 Patofisiologi ........................................................................... 9
2.1.6 Pathway .................................................................................. 12
2.1.7 Komplikasi ............................................................................. 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 13
2.1.9 Penatalaksanaan ..................................................................... 14
2.2 KonsepHipertermi
2.2.1 Definisi ................................................................................... 15
2.2.2 Batasan Karakteristik ............................................................. 15
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan ..................................................... 16
2.2.4 Manifestasi Klinis .................................................................. 17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................... 17
2.3.1 Pengkajian .............................................................................. 17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 20
2.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................... 21
2.3.4 Implementasi .......................................................................... 24
2.3.5 Evaluasi .................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 25
3.2 Batasan Istilah .................................................................................. 25
3.3 Partisipan .......................................................................................... 26
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 26
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................... 27
3.6 Uji Keabsahan Data .......................................................................... 27
3.7 Analisa Data ..................................................................................... 27
3.8 Etik Penelitian .................................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil.................................................................................................. 40
4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data .............................. 40

xii
4.1.2 Pengkajian .............................................................................. 40
4.1.3 Terapi Obat ............................................................................. 46
4.1.4 Analisa Data ........................................................................... 46
4.1.5 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 46
4.1.6 Perencanaan ............................................................................ 47
4.1.7 Pelaksanaan ............................................................................ 48
4.1.8 Evaluasi .................................................................................. 51
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 52
4.2.1 Pengkajian .............................................................................. 52
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................... 55
4.2.3 Intervensi Keperawatan .......................................................... 56
4.2.4 Implementasi Keperawatan ................................................... 56
4.2.5 Evaluasi .................................................................................. 58

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 60
5.2 Saran ................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
No Daftar Tabel Hal
2.1 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 21
4.1 Identitas Klien ...................................................................................... 40
4.2 Riwayat Klien....................................................................................... 41
4.3 Perubahan Pola Kesehatan ................................................................... 41
4.4 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 42
4.5 Hasil Pemeriksaan dan Diagnostik....................................................... 45
4.6 Terapi Obat........................................................................................... 45
4.7 Analisa Data ......................................................................................... 46
4.8 Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 46
4.9 Perencanaan........................................................................................... 47
4.10 Pelaksanaan ......................................................................................... 48
4.11 Evaluasi ............................................................................................... 51

xiv
DAFTAR GAMBAR
No Daftar Gambar Hal
2.1 Pathway DHF ....................................................................................... 12

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 JadwalPelaksanaanLaporanKasus
Lampiran 2 Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 Persetujuan menjadi responden
Lampiran 4 Format pengkajian Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Surat Pre survey data, Studi Pendahuluan dan Penelitian
Lampiran 6 Lembar Surat Persetujuan Pengambilan Data
Lampiran 7 Rekomendasi Penelitian
Lampiran 8 Surat Pernyataan ke Badan Kesehatan Bangsa dan Politik
Lampiran 9 Data jumlah Kasus DBD di RSUD Bangil
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 11 Lembar surat Keterangan selesai Penelitian
Lampiran 12 Pernyataan Bebas Plagiasi

xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

LAMBANG

1. % : Persentase
2. ≤ : Lebih kecil dari atau sama dengan
3. < : Lebih kecil dari
4. > : Lebih besar dari
o
5. C : Derajat Celsius
o
6. F : Derajat Fahrenheit
7. m : Meter
8. cm : Sentimeter
9. N : Normal
10. ul :Mikroliter
11. gr : Desiliter
12. Meq : Miliequivalen
13. dl : delusion

SINGKATAN

1. WHO : World Health Organization


2. DHF : Dengue Hemorragic Fever
3. DBD : Demam Berdarah Dengue
4. DD : Demam Dengue
5. DSS : Dengue Shock Syndrome
6. DEN : Serotipe Dengue
7. USG : Ultrasonografi
8. BCG : Bacille Calmette Guerin
9. TD : Tekanan Darah
10. RR : Respiratory Rate
11. DPT : DifteriPertusis Tetanus
12. HIB : Haemophilus Influenzae Type B
13. PCV : Pneumococcal Vaccine
14. MMR : Measles Mumps Rubella

xvii
15. RS : RumahSakit
16. SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase
17. SGOT : Serum Glutamic Oksaloasetat Transaminase
18. IgM : Imunoglobulin M
19. IgG :Imunoglobulin G
20. NIC : Nursing Interventions Classification
21. NOC : Nursing Outcomes Classification
22. NANDA : Nort American Nursing Diagnosis Association
23. WBC : White Blood Cell
24. Dll : Dan lain-lain

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF (Dengue haemorragic

Fever) merupakan suatu penyakit yang dapat memicu kematian disebabkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, nyamuk ini merupakan spesies nyamuk

tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai

2200 m diatas permukaan laut (Price & Wilson, 2007). Demam Berdarah

Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.Negara Indonesia

sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Dalam hal itu

masalah yang sering muncul pada infeksi pertama oleh virus dengue yaitu

Hipertermi (demam), sebagian besar penderita akan mengalami demam

mendadak antara 39-40 C, sesudah 5-7 hari demam akan berakhir tetapi

kemudian kambuh lagi,biasanya terlihat lesu, disertai sakit kepala pada bagian

depan kepala, nyeri bagian belakang mata, dan persendian, terlebih lagi disertai

perdarahan dan kadang-kadang syok. Dengue menyebar dengan cepat,

menyerang banyak orang selama masa epidemi, sehingga menurunkan

produktifvitas kerja dan banyak menimbulkan kematian (Soedarto, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, penelitian

terbaru menunjukkan 390 juta infeksi dengue pertahun dimana 96 juta

bermanifestasi klinis dengan berbagai derajat. Penelitian lain menyatakan,

prevalensi DHF di perkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara

beresiko terinfeksi virus dengue.Pada tahun 2015, di Indonesia jumlah

penderita DHF yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah

xix
1
2

kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan= 50,75 per 100.000

penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Dibandingkan tahun 2014

dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada

tahun 2015. Selama periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah

kabupaten/kota terjangkit DBD cenderung meningkat. Pada tahun 2014,di Jawa

Timur jumlah kasus sebanyak 9.273 kasus dengan jumlah kematian sebanyak

107 orang (IR/Angka kesakitan= 24,07 per 100.000 penduduk dan CFR/angka

kematian= 1,15%). Sedangkan pada tahun 2015, jumlah kematian tertinggi

terjadi di Jawa Timur sebanyak 283 kematian, diikuti oleh Jawa Tengah (255

kematian) dan Kalimantan Timur (65 kematian) (Profil Kesehatan Indonesia,

2015).Pada tahun 2015 ditemukan 227 kasus DHF diantara 194.815 penduduk

Kota Pasuruan atau IR sebesar 116,5 per 100.000 penduduk. Insiden Rate/IR

DHF tahun 2015 ini menunjukkan peningkatan dari IR DBD tahun-tahun

sebelumnya. Secara berturut-turut angka IR DBD di Kota Pasuruan dari tahun

2011 sampai dengan 2015 adalah 41; 49,46; 103,25; 65,12 dan 116,52 per

100.000 penduduk (Profil Kesehatan Kota Pasuruan, 2015).Selama September

2016-januari 2017 data jumlah kasus DBD di Rawat inap RSUD Bangil

Pasuruan tercatat 1122 kasus DBD.

Demam dengue terjadi sesudah gigitan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

terinfeksi virus. Nyamuk yang mudah dikenali karena badan dan kakinya

mempunyai bercak-bercak putih ini berkembang biak pada genangan air bersih

dan mempunyai jarak terbang sekitar 100-200 meter. Nyamuk terinfeksi virus

dengue karena menghisap darah penderita dengue yang mengandung virus

dengue. Sesudah masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan memperbanyak


3

diri di dalam kelenjar limfe badan. Sesudah jumlah virus cukup untuk

menyebabkan terjadinya gejala, penderita akan menunjukkan gejala klinis,

yang terjadi di sekitar 4-6 hari sesudah masuknya virus (Soedarto, 2012).

Setelah itu terjadi respon antibodi yang menimbulkan kompleks antigen

antibodi, kemudian badan menjadi panas akibat toksin tersebut hipotalamus

tidak bisa terkontrol yang akhirnya menjadi panas tinggi dan demam. Demam

yang tidak segera diatasi akan menyababkan kejang demam, dehidrasi, dan

gangguan tumbuh kembang pada anak (Andra & Yessie, 2013).

Dengan masalah-masalah yang ada pada kasus DHF, yang salah satunya

yaitu hipertermi maka perlu upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Di rumah sakit peran perawat untuk mencegah terjadinya komplikasi

saat terjadi suatu renjatan suhu tubuh yaitu dengan menganjurkan pasien untuk

mengonsumsi air putih yang banyak, berikan pasien selimut atau pakaian

ringan tergantung pada fase demam, fasilitas istirahat, terapkan pembatasan

aktivitas jika di perlukan, selalu mengobservasi suhu dan tanda-tanda vital

lainnya, selain itu pemberian antipiretik juga dapat dilakukan untuk

menurunkan suhu tubuh (Gloria et al, 2016). Tetapi sebagian besar penderita

demam dengue dapat dirawat di rumah. Keluarga perlu di beri penjelasan bagi

penderita agar dianjurkan untuk beristirahat, banyak minum, dan mendapatkan

makanan yang bergizi.Jika memungkinkan penderita diberi minum larutan

garam oralit (yang biasa diberikan pada penderita diare). Pemberian cairan

sangat penting terutama jika demam dengue berkembang menjadi demam

berdarah dengue (DBD) atau dengue shock syndrome (DSS) yang

menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan tubuh saat suhu tubuh


4

meningkat. Jika penderita menunjukkan perkembangan dengan tanda-tanda

yang membahayakan jiwa, penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit

(Soedarto, 2012).Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

tentang penyakit DHF (Dengue haemorragic Fever) dalam sebuah Karya Tulis

yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien DHF (Dengue haemorragic

Fever) dengan masalah Hipertermi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.2 Batasan Masalah


Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF grade 2 dengan

masalah Hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.3 Rumusan Masalah


”Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.”.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF

grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.


5

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami

DHF grade 2 dengan masalah hipertermi di Ruang Melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat teoritis

Menambah khasanah keilmuan untuk perkembangan pengetahuan

dan menambah wawasan dalam mencari pemecahan masalah pada klien

yang mengalami DHF grade 2 dengan masalah hipertermi diRuang

Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi klien

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah

dipelajari dalam penanganan kasus Hipertermi yang dialami dengan

kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara untuk

mengendalikan hipertermi tersebut.

b. Bagi Institusi Pendidikan STIKES ICMe


6

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi

untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada klien

dengan Hipertermi.

c. Bagi perawat

Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar infomasi dan

pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan

sikap dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada klien

hipertermi.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar infomasi dan

petimbangan peneliti selanjutnya untuk menambah pengetahuan

tentang asuhan keperawatan pada kasus DHFdengan masalah

hipertermi.
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar DHF

2.1.1 Pengertian DHF

Penyakit DHF adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi

mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7

hari, maifestasi perdarahan termasuk uji tourniquet positif, trombositopeni,

dan hemokosentrasi (peningkatan hematocrit ≤20 %) (Andra saferi Wijaya,

2013).

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak

ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia

tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah

manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili

Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2,

Den3 dan Den -41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang

terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang

terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (Lestari, 2007).

Menurut Soedarto (2012) DHF (Dengue haemorragic Fever) dan Demam

Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dapat

menyebabkan kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus

Flavivirus,virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Infeksi oleh satu serotipe

virus dengue menyebabkan terjadinya kekebalan yang lama terhadap serotipe

virus tersebut, dan kekebalan sementara dalam waktu pendek terhadap

7
8

serotipe virus dengue lainnya. Pada waktu terjadi epidemik di dalam darah

seorang penderita dapat beredar lebih dari satu serotipe virus dengue.

Menurut Cris Tanto (2014) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah

penyakit demam akut akibat infeksi virus dengue, dengan manifestasi yang

sangat bervariasi, mulai dari demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat

menyebabkan modalitas.

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Suriadi tahun 2010 (dikutip dalam Kurniawati 2016) derajat

penyakit DHF di klasifiksikan menjadi 4 golongan, yaitu :

a) Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.

Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

b) Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.

c) Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (>120 x/mnt) tekanan nadi sempit (<120 mmHg).

d) Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.

2.1.3 Etiologi

Penyakit demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)

disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthood Borne

Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai Flavivirus, family

Flaviricae,dan mepunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2,DEN-

3,DEN-4. Infeksi salah satu serotipeakan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi terhadap serotipe lain.

Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak

yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Hadinegoro, 2004).Dengan


9

DEN-3 serotipe terbanyak, infeksi salah satu serotipe yang bersangkutan,

sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

sehingga tidak dapat memberkan perlindungan yang memadai terhadap

serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah epidemis dengue

dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.Keempat serotipe

virusdengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo

Aru,dkk 2009.Dikutip dari buku NANDA Nic-Noc Jilid 1, 2016).

2.1.4 Tanda dan gejala

A. Mayor (Harus ada)

1) uhu tubuh lebih tinggi dari , C secara oral atau , C.

B. Minor (Mungkin ada)

1) Kulit kemerah-merahan

2) Hangat pada saat disentuh

3) Peningkatan frekuensi pernafasan

4) Takikardi

5) Menggigil atau merinding

6) Dehidrasi

7) Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh (mis. Sakit

kepala)

8) Malaise atau keletihan atau kelemahan

9) Kehilangan selera makan

(Linda Juall, 2006)


10

2.1.5 Patofisiologi

Virus dengue ditransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau

Aedes albopictus. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan sub

tropis di berbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer

manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase

akut/fase demam hingga klinis demam menghilang. Demam tersebut

diakibatan oleh virus yang masuk melalui kulit yang terigigit nyamuk

menyebabkan viremia yang dapat menstimulasi sel makro DMN untuk

produksi pirogen endogen lalu masuk ke hipotalamus yang dapat

mengacaukan termogulasi menjadikan pasien hiperpireksia sehingga dapat

menyebabkan peningkatan suhu tubuh (hipertermi).

Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase

demam (febrile), fase kritis, dan fase penyembuhan.Fase demam berlangsung

pada demam hari ke-1 hingga ke 3, fase kritis terjadi pada dmam hari ke-3

hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6 sampai

7.Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika perubahan tanda dan

gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam berdarah dengue (DBD).

Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi,

selama 2-7 hari.Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti

lesu, tidak mau makan dan muntah. Pada DHF, terjadi peningkatan

permeabilitas vaskuler yang menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan,

sedangkan pada demam dengue tidak terjadi ini. Kondisi tersebut dapat

mengakibatkan syok hipovolemi. Peningkatan permeabilitas vaskuler


11

akanterjadi pada fase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut

yang menjadi alasan mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam.

Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah

peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma

ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan

penurunan tekanan darah.Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih

dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,

hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.

Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks

dari sistem imun : monosit dan sel T, sistem kompelemen, serta produksi

mediator inflamasi dan sitokin lainnya. Trombosiopenia pun terjadi akibat

beberapa mekaisme yang kompleks, seperti gangguan megakariositopoiesis

(akibat infeksi sel hematopoietic), serta peningkatan destruksi dan konsumsi

trombosit.

Pada kasus DHF, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering

ditemukan.Manifestasi perdarahan yang sering di jumpai yaitu perdarahan

kulit (petekie) da mimisan (epitaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut

diwaspadai antara lain melena, hematemesis, dan hematuria. Pada kasus

perdarahan spontan maka dapat di lakukan uji turniket (Cris Tanto, 2014,

dikutip dalam Kurniawati, 2016).

Perdarahan tersebut terjadi pada organ anak ginjal suprarenalis.Kelenjar

yang berada di atas ginal ini mempoduksi hormon corticosteroid.Hormon ini

meningkat empatkali lipat dari normal.Ia yang membantu mekanisme tubuh

mengangkat dirinya sendiri dari ancaman syok, tetapi apabila kelenjar ini
12

mengalami perdarahan sehingga fungsinya terganggu, produksi hormon

penangkal syok tubuh akan berkurang. Kondisi itu yang menjadikan pasien

lebih rentan masuk kedalam syok, oleh karena mekanisme pertahanan syok

tubuhnya sudah kacau (Handrawan Nadesul, 2007).


13

2.1.6 Pathway

Gambar 2.1 : Sumber (Riyawan, 2013)

Infeksi virus dengue

Demam anoreksi Kompleks virus-antibodi


Deperesi sumsum
muntah tulang
Aktivasi komplemen

Dehidrasi Perdarahan
Anti hisamin dilepaskan
trombositopenia
Permeabilitas membran meningkat

Kebocoran plasma

hipovolemia

Renjatan hipovolemi, hipotensi

Asidosis metabolik
Vektor aedes aegepti Komplek antibodi virus

Virus yang masuk Aktivitas komplemen Depresi sumsum tulang


Melalui kulit yang
Tergigit nyamuk Trombosit
Histamin dilepaskan oleh C3aC5a
Kehilangan fungsi
Viremia Agregasinya dan
Peningkatan permeabilitas Mengalami
Stimulasi sel PO (Plasma leakage) metabolisme
makrotag DMN
untuk produksi Plasma ke ekstravaskuler Dimusnahkan oleh
pirogen endogen System RE
Volume plasma turun
Masuk hipotalamus Trombositopenia
Hematokrit meningkat
Mengacaukan Perdarahan
Aliran darah ke jantung
termoregulasi
Hepatomegali
PERUBAHAN PERFUSI
Hiperpireksia JARINGAN PERIFER
Pembesaran kapsul hati
PENINGKATAN
SUHU TUBUH Hipoksia jaringan
(HIPERTERMI)
Mobilitas usus Metabolisme
Lambat selan aerob
NUTRISI
KURANG Mual muntah Penimbunan
DARI Asam laktat
KEBUTUHAN Dehidrasi
Keletihan,
Malaise, nyeri
KEKURANGAN
Otot, sendi,
VOLUME
Nyeri kepala NYAMAN (NYERI)
CAIRAN
14

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi demam berdarah dengue menurut Chris Tanto (2014) dikutip

dalam kurniawati tahun 2016.

a. Ensefalopati dengue : edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi baik

pada syok maupn tanpa syok.

b. Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan.

c. Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang demam berdarah dengue menurut Chris Tanto

(2014) dikutip dalam kurniawati tahun 2016 :

a. Laboratorium (sesuaikan dengan perjalanan penyakit) : pada hari ke-3

umumnya leukosit menurun atau normal, hematokrit, mulai meningkat

(hemokonsentrasi), dan trombositopenia terjadi pada hari ke 3-7. Pada

pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan limfositosis (peningkatan 15%)

mulai hari ke-3, ditandai adanya limfosit atipik.

b. Uji serologi : uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan

fase konvalesens.

1). Infeksi primer. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens naik

4x atau lebih tetapi tidak melebihi 1:1280.

2). Infeksi sekunder. Titer serum akut <1:20 dan serum konvalesens

1:2560 atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih.

3). Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi.

Titer serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau

sama.
15

c. Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi pleura :

Rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG.

2.1.9 Penatalaksanaan

Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip umum terapi dengue

ialah sebagai berikut :

a. Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau

cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan

setiap 12-24 jam.

a.aMedikamentosa

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol

bukan aspirin, diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak

diperlukan (misalnya antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban

detoksifikasi obat dalam hati, kortikosteroid diberikan pada DBD

ensefalopati apabila terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid

tidak diberikan, antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.

a.bSupportif Cairan

Cairan per oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% deficit,

diberikan untuk 48 jam atau lebih, kecepatan cairan IV disesuaikan

dengan kecepatan kehilangan plasma, sesuai keadaan klinis, tanda

vital, diuresis, dan hematokrit

b. Pemberian cairan kristaloid isotonic selama periode kritis, kecuali

pada bayi usia < 6 bulan yang disarankan menggunakan Nacl 0,45%.
16

c. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya dekstran 40, dapat

dipertimbangkan pada pasien dengan kebocoran plasma yang berat,

dan tidak ada perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid.

d. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumatan di

tambah dengan 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk

menjaga agar volume intravascular dan sirkulasi tetap adekuat.

e. Durasi pemberian terapi, cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48

jam pada kasus syok. Pada kasus tanpa syok, durasi terapi tidak lebih

dari 60-72 jam.

f. Pada pasien obesitas, perhitungan volume cairan sebaiknya

menggunakan berat badan ideal.

g. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan kondisi klinis. Kebutuhan

cairan intravena pada anak berbeda dengan dewasa

h. Pemberian tranfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.

2.2 Konsep Hipertermi

2.2.1 Definisi

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal di oral karena kegagalan

termoregulasi (Nanda, 2015-2017).

Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko

mengalami kenaikan suhu tubuh , C ( 00 oC) per oral atau 38,8 oC

(101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena factor eksternal (Lynda Juall

Carpenito, 2012).
17

2.2.2 Macam-macam suhu

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas, 2007) :

a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core

temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial,

toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan

relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface

temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan

lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

2.2.3 Batasan karakteristik

a. Apnea

b. Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, pada dewasa nafsu makan

berkurang

c. Gelisah

d. Hipotensi

e. Kejang

f. Koma

g. Kulit kemerahan

h. Kulit terasa hangat

i. Latergi

j. Postur abnormal
18

k. Stupor

l. Takikardi

m. Takipnea

n. Vasodilatasi

(Nanda, 2015-2017)

2.2.4 Faktor yang berhubungan

a. Aktivitas berlebihan

b. Dehidrasi

c. Iskemia

d. Pakaian yang tidak sesuai

e. Peningkatan laju metabolism

f. Penurunan perspirasi

g. Penyakit

h. Sepsis

i. Suhu lingkungan tinggi

j. Trauma

(Nanda, 2015-2017)

2.2.5 Manifestasi Klinis

a) Gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8oC-40oC).

b) Kulit kemerahan

c) Hangat pada sentuhan

d) Peningkatan frekuensi pernafasan

e) Menggigil

(Nanda Nic-Noc jilid 1, 2013)


19

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF

2.3.1 Pengkajian

a. Identitas klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis,

tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, no

RM.

b. Riwayat kesehatan klien

1) Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih dari 3

hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan

sakit kepala.

b) Tidak nafsu makan, mual muntah, sakit saat menelan, dan

lemah.

c) Nyeri otot dan persendian.

d) Konstipasi dan bisa juga diare.

e) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

f) Batuk ringan.

g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata (lakrimasi),

foto fobia.

h) Ruam pada kulit (kemerahan).

i) Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan

perdarahan lain : epitaksis, hematemesis, hematuria, melena.


20

3) Riwayat kesehatan dahulu

a) Pernah menderita DHF

b) Riwayat kurang gizi

c) Riwayat aktivitas sehari-hari

d) Pola hidup (life style)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya penderita DHF dalam keluarga

d. Pemeriksaan fisik

1) Pengkajian umum

a) Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, sopor,

koma.

b) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.

c) Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dengan gizi baik,

sedang, buruk.

d) Tanda-tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah pada DF &

DHF dapat meningkat, sedangkan pada DSS dapat menurun,

nadi pada DF & DHF takikardi, sedangkan pada DSS dapat

menurun, nadi pada DSS dapat cepat dan lemah serta ada

proses penyembuhan brakikardi, pernafasan dapat normal dan

meningkat, pada DSS cepat dan dangkal.

2) Pengkajian sistem tubuh

a) Pemeriksaan kulit dan kuku

a.a Pemeriksaan kulit


21

Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat,

sianosis, dan ikterik.

Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.

Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur,

ketebalan, turgor kulit, dan edema.

Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.

a.bPemeriksaan kuku

Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku

Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh

(clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.

Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile (pengisian

kapiler).

Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.

b) Pemeriksaan kepala

Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,

adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala,

warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.

Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan

tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).

Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur

rambut.

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat

dan kuat/tidak rapuh.


22

c) Pemeriksaan wajah

Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak

pucat/ikterik, simetris.

Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang.

Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.

d) Pemeriksaan mata

Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak

mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera

(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan

respon terhadap cahaya.

Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna

konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.

e) Pemeriksaan telinga

Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,

posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda

infeksi), alat bantu dengar.

Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,

warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi,

dan alat bantu dengar.

Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus

Normal: tidak ada nyeri tekan.

f) Pemeriksan hidung dan sinus


23

Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,

kesimetrisan), rongga, hidung (lesi, sekret, sumbatan,

pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)

Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain,

tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda

infeksi.

Palpasi frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum

deviasi)

Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

g) Pemeriksaan mulut dan bibir

Inspeksi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur, lesi, dan stomatitis.

Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak

ada lesi dan stomatitis

Inspeksi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi

palsu, perdarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi

lidah, dan keadaan langit-langit.

Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang

atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,

lidah simetris, warna pink, langit-langit utuh dan tidak ada

tanda infeksi.
24

h) Pemeriksaan leher

Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris, keselarasan

trakea, dan benjolan pada dasar leher serta vena jugular dan

arteri karotid.

Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,

bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar gondok.

auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi

Normal: arteri karotis terdengar.

palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar

limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis

(letak, terlihat/ teraba)

Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,

tidak ada pembesaran kelenjarlimfe, tidak ada nyeri.

Auskultasi : bising pembuluh darah.

i) Pemeriksaan dada (dada dan punggung)

Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas

(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya

pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna

kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.

Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-

tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna

kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada

pembengkakan/penonjolan/edema.
25

Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,

tractile fremitus.

(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk

mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil

melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada

punggung pasien.)

Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri

tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil

vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan

bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang

sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)

Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih

daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian

udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng

deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.

Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan

dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1

dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)

Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,

tracheal.

j) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri

karotis
26

Palpasi: denyutan

Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.

Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari

arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai

bunyi redup)

Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri

dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.

Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian

diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi

jantung.

Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung

II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).

k) Dada dan aksila

Inspeksi dada: Integritas kulit

Palpasi dada: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan

penyebaran vena

palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.

l) Pemeriksaan Abdomen (Perut)

Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi,

scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan

umbilicus, dan gerakan dinding perut.

Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak

ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran

vena, kelainan umbilicus.


27

Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran

(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah

dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).

Normal: suara peristaltik terdengar setiap 5-20x/dtk,

terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.

Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas

bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri

dan bagaiman kualitas bunyinya.

Perkusi hepar: Batas

Perkusi Limfa: ukuran dan batas

Perkusi ginjal: nyeri

Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan

apabila banyak cairan = hipertimpani

Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):

massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular,

lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan

terlebih dahulu

Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak

ada massa dan penumpukan cairan

m) Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)

Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,

Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.


28

Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,

kekuatan otot penuh.

Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .

Normal: teraba jelas

Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.

Normal: reflek bisep dan trisep positif

n) Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan

kaki dan telapakkaki)

Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,

integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus

otot

Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,

kekuatan otot penuh

Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan

Normal: teraba jelas

Tes reflex :tendon patella dan archilles.

Normal: reflex patella dan archiles positif

o) Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)

Wanita:

Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,

contour simetris, edema, pengeluaran.

Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris

tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus

/bau)
29

Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,

pengeluaran

Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,

konsistensi dan, massa

Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,

haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.

Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/

polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

Pria:

Inspeksi: Integritas kulit, massa dan pengeluaran

Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau

pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah

Inspeksi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan

testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan

Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema,

hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.

Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/

polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan (Rohmad Adi

Candra,2013).

e. Pemeriksaan penunjang

1) Darah

a) Leukositopenia/lekositosis (N: 5000-10.000 ul)

b) Trombositopenia (N: 150.000-400.000 ul)


30

c) Hematokrit meningkat (N: laki-laki 40-54%, perempuan 36-

46%)

d) Hb menurun (N: 14-16 gr/dl, perempuan 12-16 gr/dl)

e) Hiponatremia 135-147 meq/l)

f) Hipokloremia (N: 100-106 meq/l)

g) SGPT/SGOT, ureum dan pH darah meningkat

N: SGPT/SGOT < 12 U/l

N: ureum 20-40 mg/dl

N: pH 7,38-7,44

2) Urin

Albuminuria ringan (N: 4-5,2 g/dl)

3) Uji serologis

a) Uji hemaglutinasi inhibisi (Hl Test)

b) Uji komplemen fiksasi (CF Test)

c) Uji neutralisasi (Nt Test)

d) Igm ELISA (Mac ELISA)

e) IgG ELISA

(Andra & Yessie, 2013)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit.

2) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

perdarahan.

3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi kurang dan nafsu makan menurun.


31

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.

5) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses

infeksi virus (virumia).

(Andra & Yessie, 2013)


32

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan menurut Nanda NIC-NOC 2015-2017
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermi berhubungan NOC NIC


dengan proses penyakit
Thermoregulasi Fever treatment
Definisi :peningkatan
suhu tubuh diatas kisaran Kriteria Hasil : a. Monitor suhu sesering
normal. mungkin
a. Suhu tubuh dalam asional : suhu , C
Batasan Karakteristik : rentang normal menunjukkan proses
b. Nadi dan RR dalam penyakit infeksi akut.
a. Konvulsi rentang normal b. Monitor IWL
b. Kulit kemerahan c. Tidak ada perubahan asional: karena W
c. Peningkatan suhu warna kulit dan tidak meningkat 0% setiap
diatas kisaran normal ada pusing peningkatan suhu
d. Kejang tubuh 0 C.
e. Takipnea c. Monitor warna dan
f. Kulit terasa hangat suhu kulit
Rasional: menjaga
Faktor yang suhu dan menghindari
Berhubungan : panas yang berkaitan
dengan penyakit.
a. Anastesia d. Monitor tekanan darah,
b. Penurunan respirasi nadi, dan RR
c. Dehidrasi Rasional: peningkatan
d. Pemajanan lingkungan denyut nadi, penurunan
yang panas tekanan vena, dan
e. Penyakit penurunan tekanan
f. Pemakain pakaian darah dapat
yang tidak sesuai mengindikasi
dengan suhu Hipovolemi, yang
lingkungan mengarah pada
g. Peningkatan laju penurunan perfusi
metabolisme jaringan.
h. Medikasi e. Monitor penurunan
i. Trauma tingkat kesadaran
j. Aktivitas berlebihan Rasional: perubahan
tingkat kesadaran dapat
mengakibatkan
hipoksia jaringan.
f. Monitor WBC, Hb,
dan Hct
Rasioanal: peningkatan
suhu tubuh bisa juga
karena adanya infeksi.
g. Monitor intake dan
output
Rasional: asupan
cairan yang berlebihan
dapat mengakibatkan
kelebihan cairan yang
dapat memperburuk
kondisi pasien.
h. Berikan antipiretik
33

Rasional: digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.
i. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
Rasional: membantu
mengurangi demam.
j. Selimuti pasien
Rasional: digunakan
untuk mengurangi
demam umumnya lebih
besar dari , - 0 C
pada waktu terjadi
kerusakan/gangguan
pada otak.
k. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
Rasional: menghindari
kehilangan air natrium
klorida dan kalium
yang berlebihan.
l. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Rasional: dapat
membantu mengurangi
demam.
m. Tingkatkan sirkulasi
udara
Rasional: suhu
ruangan/jumlah
selimut harus diubah
untuk mempertahankan
suhu mendekati
normal.
n. Berikan pengobatan
untuk terjadinya
menggigil
Rasional: menggigil
seringkali mendahului
memuncaknya suhu
adanya infeksi umum.

Temperature
regulatation
a. Monitor suhu minimal
setiap 2 jam
b. Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
c. Monitor TD, nadi, dan
RR

Rasional: peningkatan
denyut nadi
34

penurunan tekanan
vena, dan penurunan
tekanan darah dapat
mengindikasi
Hipovolemia, yang
mengarah pada
penurunan perfusi
jaringan.

d. Monitor warna dan


suhu kulit
Rasional: menjaga
suhu dan menghindari
panas yang berkaitan
dengan penyakit.
e. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Rasional: untuk
mengganti kehilangan
cairan melalui
keringat.
f. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
asional: digunakan
untuk mengurangi
demam umumnya lebih
besar dari , - 0 C
pada waktu terjadi
kerusakan/gangguan
pada otak.
g. Berikan antipiretik
Rasional: digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, RR
Rasional: peningkatan
tekanan denyut nadi,
penurunan tekanan
vena, dan oenurunan
tekanan darah dapat
mengindikasikasikan
hipovolemia, yang
mengarah pada
penurunan perfusi
jaringan.
b. Monitor suhu, warna
dan kelembaban
kulitRasional: bila ada
peningkatan suhu
tubuh kulit terasa
panas dan memerah
35

2.3.4 Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang

dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005, dikutip dalam Kurniawati

tahun 2016).

2.3.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien yang

tujuannya telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan

sesama tenaga kesehatan. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan

dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika

sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari

pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:

a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

(Asmadi, 2008, dikutip dari CM Imelda, 2015).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplor masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami DHF

grade 2 dengan masalah keperawatan hipertermi di ruang melati RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah :

a. Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengueadalah penyakit yang ditandai dengan

demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan termasuk uji

tourniquet positif, trombositopeni, dan hemokosentrasi (peningkatan

hematocrit ≤20 %) (Andra saferi Wijaya, 20 ).

Menurut Suriadi, 2010 DHF Derajat II adalah sama dengan derajat

I, ditambah gejala perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan

kulit lainnya.

b. Hipertermi

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal dioral karena kegagalan

thermoregulasi (Nanda, 2015-2017).


c. Asuhan Keperawatan

Menurut Ali (2009) dikutip dalam CM Imelda tahun 2015

menyatakan bahwa asuhan keperawatan adalah merupakan suatu

tindakan kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan serta

rangkaian kegiatan yang diberikan secara langsung kepada klien

(pasien) yang pelakasanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan

dan merupakan inti praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan

objektif klien sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan

kaidah-kaidah ilmu keperawatan.

3.3 Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam studi kasus ini adalah klien.Subjek

yang digunakan adalah 2 klien (2 kasus) dengan diagnosa medis demam

berdarah dengue grade 2 dan masalah keperawatan hipertermi.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi

Studi kasus dilaksanakan di ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan.

3.4.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017.


3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan studi kasus ini adalah :

a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang-dulu-keluarga dll). Sumber data dari

klien, keluarga, perawat lainnya.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.

c. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan

data lain yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam studi kasus ini dilakukan dengan :

a. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan.

b. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan masalah yang diteliti.

3.7 Analisa Data

Urutan dalam analisis adalah :

a. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen).

b. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dandikelompokkan


menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

c. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif.Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.

3.8 Etik Penelitian

Menurut kvale tahun 2011 (dikutip dalam Yati Afiyanti & Imami Nur

Rachmawati, 2014) dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi

kasus, terdiri dari :

a. Konsekuensi Beneficience/ Manfaat Peneliti

Membuat hasil penelitian ini bermanfaat atau memiliki konstribusi

memberikan manfaat pada para partisipan. Dengan cara melalui suatu

penelitian atau ungkapan langsung yang dapat bermanfaat untuk para

partisipan secara individu maupun kelompok yang memiliki kondisi yang

sama dengan partisipan yang sedang diteliti.

b. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus dengan

memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed consent adalah agar


subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus. Untuk memperoleh

ketersediaan kelengkapan informasi tentang penelitian yang akan

dilakukan. Informed consent sering kali menjadi masalah ketika partisipan

tidak dapat memperoleh penjelasan yang lengkap di awal penelitian karena

sifat dari penelitian kualitatif yang tentative dan eksploratorif.

c. Anonimity(tanpa nama)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara memberikan atau

menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil studi yang akan disajikan. Pentingnya

penyamaran identitas partisipan karena di dalam studi kasus tersebut

terdapat deskripsi yang rinci tentang partisipan selama proses penelitian.

d. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan peneliti

studi kasus.Hal tersebut untuk mengantisipasi masalah-masalah yang

bersifat legal berkenaan dengan perlindungan indentitas partisipan.

e. Konsekuensi Bahaya/Resiko atau Ketidaknyamanan partisipan

Posisi partisipan atau informan merupakan individu atau kelompok yang

rentan dapat membuat mereka berfikir bahwa keikutsertaan dalam

penelitian adalah suatu keharusan padahal mereka tidak menginginkannya,

Dengan hal tersebut peneliti harus meminimalkan resiko bahaya atau

ketidaknyamanan partisipan saat menyampaikan informasi pribadinya.


f. Peran peneliti

Peneliti kualitatif sebagai instrumen dalam penelitiannya memiliki

banyak peranan dalam menantisipasi berbagai isu etik yang aka muncul

dalam proyek penelitian.

.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data

Lokasi yang digunakan dalam penyusunan KTI studi Kasus serta

pengambilan data adalah di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan yang

terakreditasi Paripurna dengan jumlah tempat tidur inap sebanyak 200. Di

ruang Melati terdapat 16 ruang dengan kapasitas ruangan terdiri dari 103

tempat tidur yang dilengkapi dengan tempat tidur matras, bed side cabinet,

kipas angin, kamar mandi dalam, serta ruang khusus untuk laki-laki di sediakan

7 ruangan sedangkan ruang khusus perempuan terdapat 4 ruang.Lokasi ini

beralamat di Jln Raya Raci-Bangil, Pasuruan.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas klien

IDENTITAS Klien 1 Klien 2


KLIEN
Nama Sdr.K Sdr.M
Umur 21 th 21 th
Jenis Kelamin Laki-laki Laik-laki
Agama Islam Islam
Anak ke 1 3
Alamat Kraton, Pasuruan Sukorejo, Pasuruan
Suku/bangsa Jawa Jawa
Tanggal MRS 11 Februari 2017 13 Februari 2017
Tanggal
Pengkajian 13 Februari 2017 13 Februari 2017
Jam Masuk 22:40 WIB 10:30 WIB
No.RM 003216xx 003217xx
Diagnosa masuk Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue

42
43

2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
RIWAYAT Klien 1 Klien 2
PENYAKIT

Keluhan utama Klien mengatakan mengalami Klien mengatakan mengalami


demam sudah 4 hari demam sudah 3 hari
Riwayat penyakit Klien mengatakan demam sejak Klien mengatakan demam
sekarang tanggal 8 februari 2017 hari sudah sejak tanggal 11 hari
rabu, dan di rawat di puskesmas sabtu pagi, tgl 12 minggu pagi
Ngemplak, tanggal 9 hari kamis demam reda dan tgl 13 klien
pagi demam reda dan tgl 10 demam lagi disertai muntah dan
jumat mulai demam lagi, tgl 11 mimisan 1 kali dan akhirnya di
hari sabtu dirujuk ke D bawa ke puskesmas Sidogiri dan
Bangil Pasuruan dengan langsung dirujuk ke D
kesadaran composmentis D: Bangil, Pasuruan dengan
20 0 mmHg, : , C, N: kesadaran composmentis D:
100 x/menit, SPO2 : 99%, RR: 0 0 mmHg : 0 C ,N: 0
21x/menit, di IGD klien x/menit, SPO2: 98%, RR:
disarankan oleh dokter untuk 20x/menit, di IGD klien
rawat inap dan pada tanggal 12 disarankan oleh dokter untuk
Februari 2017 jam 23:00 WIB rawat inap dan pada tanggal 13
dipindahkan ke ruang Melati Februari 2017 pada jam 12:30
RSUD Bangil. WIB dipindahkan ke ruang
Melati RSUD Bangil.
Riwayat penyakit Klien mengatakan bahwa klien Klien mengatakan bahwa klien
dahulu tidak mempunyai penyakit yang tidak mempunyai penyakit yang
diderita, tidak pernah operasi diderita, tidak pernah operasi
dan klien tidak mempunyai dan klien tidak mempunyai
riwayat alergi. riwayat alergi.
Riwayat Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
kesehatan mempunyai riwayat penyakit mempunyai riwayat penyakit
keluarga menular atau keturunan dari menular atau keturunan dari
keluarga. keluarga.

3. Perubahan pola kesehatan


Tabel 4.3 Perubahan pola kesehatan

POLA Di rumah Di rumah sakit


KESEHATAN

Klien 1
Pola aktivitas Kuliah Selama di RS pasien hanya di
atas tempat tidurnya
Pola nutrisi Makan 3x sehari (nasi, lauk, Makan 3x sehari ½ porsi.
sayur)
Minum 9 gelas/hari Minum 4 gelas/hari.
Pola eliminasi BAB 1x/hari Selama di RS pasien BAB
BAK 7x/hari 1x/hari, BAK 3x/hari.
Pola istirahat Selama di rumah pasien isirahat Selama di RS pasien istirahat
tidur siang 2 jam , malam 10 jam siang 3 jam, malam 12 jam

Klien 2 Kuliah, bekerja Selama di RS pasien hanya di


44

Pola aktivitas atas tempat tidurnya


Makan 3x sehari (nasi, lauk, Makan 3x sehari ½ porsi.
Pola nutrisi sayur)
Minum 7 gelas/hari Minum 4 gelas/hari.
Pola eliminasi BAB 1x/hari Selama di RS pasien BAB
BAK 6x/hari 1x/hari, BAK 3x/hari.
Pola istirahat Selama di rumah pasien isirahat Selama di RS pasien istirahat
tidur siang 1-2 jam , malam 10 jam siang 3 jam, malam 12 jam

4. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
S , C 0 C
N 100x/menit 80x/menit
TD 120/80 mmHg 80/90 mmHg
RR 21x/menit 20x/menit
GCS 4-5-6 4-5-6
Kesadaran composmentis Composmentis
Pemeriksaan Kulit Kulit
fisik Inspeksi : kebersihan kulit baik, Inspeksi : kebersihan kulit baik,
Kulit dan kulit tidak ada kulit tidak ada
kuku ikterik/pucat ataupun ikterik/pucat ataupun
sianosis, teraba panas sianosis, teraba panas
Palpasi : kering, turgor baik/elastis, Palpasi : kering, turgor
tidak ada edema baik/elastis, tidak ada
Kuku edema
Inspeksi :bersih, bentuk Kuku
normaltidak ada tanda- Inspeksi :bersih, bentuk
tanda jari tabuh normaltidak ada tanda-
(clubbing finger), tidak tanda jari tabuh
ikterik/sianosis. (clubbing finger), tidak
Palpasi : aliran darah kuku kembali ikterik/sianosis.
< 3 detik. Palpasi : aliran darah kuku
kembali < 3 detik.
Kepala Inspeksi : simetris, bersih, tidak Inspeksi : simetris, bersih, tidak
ada lesi, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda- menunjukkan tanda-
tanda kekurangan tanda kekurangan
gizi(rambut jagung dan gizi(rambut jagung dan
kering) kering)
Palpasi :tidak ada penonjolan Palpasi :tidak ada penonjolan
/pembengkakan, rambut /pembengkakan,
lebat dan kuat/tidak rambut lebat dan
rapuh. kuat/tidak rapuh.
Wajah Inspeksi :warna sama dengan Inspeksi :warna sama dengan
bagian tubuh lain, tidak bagian tubuh lain,
pucat/ikterik, simetris. tidak pucat/ikterik,
Palpasi :tidak ada nyeri tekan dan simetris.
edema. Palpasi :tidak ada nyeri tekan dan
edema.
Mata Inspeksi : simetris mata kiri kanan, Inspeksi : simetris mata kiri
simetris bola mata kiri kanan, simetris bola
kanan, warna mata kiri kanan, warna
konjungtiva pucat, dan konjungtiva pucat, dan
sclera berwarna putih. sclera berwarna putih.
Telinga Inspeksi : bentuk dan posisi Inspeksi : bentuk dan posisi
45

simetris kiri kanan, simetris kiri kanan,


integritas kulit bagus, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit warna sama dengan
lain, tidak ada tanda- kulit lain, tidak ada
tanda infeksi, dan alat tanda-tanda infeksi,
bantu dengar. dan alat bantu dengar.
Hidung dan Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
sinus Inspeksi :simetris kiri kanan, warna Inspeksi :simetris kiri kanan,
sama dengan warna kulit warna sama dengan
lain, tidak ada lesi, tidak warna kulit lain, tidak
ada sumbatan, ada lesi, tidak ada
perdarahan dan tanda- sumbatan, ada sedikit
tanda infeksi. perdarahan dan tidak
Palpasi dan perkusi : tidak ada ada tanda-tanda
bengkak dan nyeri tekan infeksi.
Palpasi dan perkusi : tidak ada
bengkak dan nyeri
Mulut dan tekan
bibir Inspeksi dan palpasi struktur luar : Inspeksi : warna mukosa mulut
warna mukosa mulut dan bibir kering, tidak
kering dan bibir kering, ada lesi dan stomatitis.
tidak ada lesi dan Inspeksi dan palpasi struktur luar
stomatitis. :gigi lengkap, tidak
Inspeksi dan palpasi struktur luar ada tanda-tanda gigi
:gigi lengkap, tidak ada berlobang atau
tanda-tanda gigi kerusakan gigi, tidak
berlobang atau ada perdarahan atau
kerusakan gigi, tidak ada radang gusi, lidah
perdarahan atau radang simetris, warna pink,
gusi, lidah simetris, langit-langit utuh dan
warna pink, langit-langit tidak ada tanda infeksi.
utuh dan tidak ada tanda
Leher infeksi.
Inspeksi : warna sama dengan kulit Inspeksi : warna sama dengan
lain, integritas kulit baik, kulit lain, integritas
bentuk simetris, tidak kulit baik, bentuk
ada pembesaran kelenjer simetris, tidak ada
gondok. pembesaran kelenjer
Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid gondok.
: tidak teraba Inspeksi dan palpasi kelenjar
pembesaran kelenjar Tiroid : tidak teraba pembesaran
gondok, tidak ada nyeri, kelenjar gondok, tidak
tidak ada pembesaran ada nyeri, tidak ada
kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
nyeri. limfe, tidak ada nyeri.
dada( dada
dan Inspeksi : simetris, bentuk dan Inspeksi : simetris, bentuk dan
punggung) postur normal, tidak ada postur normal, tidak
tanda-tanda distress ada tanda-tanda
pernapasan, warna kulit distress pernapasan,
sama dengan warna kulit warna kulit sama
lain, tidak dengan warna kulit
ikterik/sianosis, tidak lain, tidak
ada ikterik/sianosis, tidak
pembengkakan/penonjol ada
an/edema pembengkakan/penonj
Palpasi : integritas kulit baik, tidak olan/edema
ada nyeri Palpasi : integritas kulit baik,
46

tekan/massa/tanda-tanda tidak ada nyeri


peradangan, ekspansi tekan/massa/tanda-
simetris tanda peradangan,
Perkusi : resonan ekspansi simetris
Auskultasi:bunyi napas vesikuler. Perkusi: resonan
Auskultasi:bunyi napas vesikuler.
kardiovaskule Inspeksi : tidakada tanda-tanda
r Inspeksi : tidak ada tanda-tanda sulit nafas, konjungtiva
sulit nafas, konjungtiva pink.
pink. Palpasi:denyutan aorta teraba.
Palpasi:denyutan aorta teraba. Inspeksi dada: Integritas kulit
Inspeksi dada: Integritas kulit ikterik
ikterik Palpasi dada: Bentuk, simetris,
Palpasi dada: Bentuk, simetris, ukuran, tidak ada nyeri
ukuran, tidak ada nyeri tekan. tekan.
Dada dan Inspeksi : tidak ada pembesaran
aksila Inspeksi : tidak ada pembesaran nodus limfe.
nodus limfe. Palpasi : tidak nyeri
Abdomen palpasi : tidak nyeri Inspeksi : simetris kiri kanan,
(Perut) Inspeksi : simetris kiri kanan, warna dengan warna
warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik,
kulit lain, tidak ikterik, distensi, tonjolan,
distensi, tonjolan, pelebaran vena,
pelebaran vena, kelainan kelainan umbilikus.
umbilikus. Auskultasi : suara peristaltik
Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 10
terdengar setiap 12 x/dtk,
x/dtk, Palpasi semua kuadran (hepar,
Palpasi : semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan
limfa, ginjal kiri dan kanan), tidak teraba
kanan), tidak teraba penonjolan, ada nyeri
penonjolan, ada nyeri tekan pada hepar skala
tekan pada hepar dengan nyeri 6, tidak ada
skala nyeri 4, tidak ada massa dan
massa dan penumpukan penumpukan cairan.
ekstermitas cairan. Inspeksi struktur muskuloskletal
atas (bahu, Inspeksi struktur muskuloskletal : :simetris kiri kanan,
siku, tangan) simetris kiri kanan, integritas kulit baik,
integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
ROM aktif, kekuatan otot penuh.
otot penuh. 5 5
ekstermitas 5 5 5 5
bawah 5 5 Inspeksi: simetris kiri kanan,
(panggul, Inspeksi: simetris kiri kanan, integritas kulit baik,
lutut, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
pergelangan ROM aktif, kekuatan otot penuh.
kaki dan otot penuh.
telapak kaki) Pria:
genitalia (alat Pria: Inspeksi: tidak terkaji
genital, anus, Inspeksi: tidak terkaji Inspeksi dan palpasi skrotum:
rectum) Inspeksi dan palpasi skrotum: tidak tidak terkaji
terkaji Pemeriksaan anus dan rectum :
Pemeriksaan anus dan rectum : tidak ada nyeri, tidak terdapat
tidak ada nyeri, tidak edema / hemoroid/
terdapat edema / polip/ tanda-tanda
hemoroid/ polip/ tanda- infeksi dan
tanda infeksi dan pendarahan.
pendarahan.
47

5. Hasil pemeriksaan dan diagnostic


Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Klien 1
Hematologi
Hemoglobin 16,90 g/dL 11,4-17,7 g/dL
Leukosit 3,11 3,70-10,1
Hematokrit 48,30 % 40-45%
Eritrosit 6,030 106µL 4,6-6,2 106µL
Trombosit 34.000 150.000-350.000 cmm

Klien 2
Hematologi
Hemoglobin 15,10 g/dL 11,4-17,7 g/dL
Leukosit 4,94 3,70-10,1
Hematokrit 45,60 % 40-45%
Eritrosit 5,960 106µL 4,6-6,2 106µL
Trombosit 42.000 150.000-350.000 cmm

4.1.3 Terapi Obat

Tabel 4.6 Terapi Obat

Klien 13 Februari 2017 14 Februari 2017 15 Februari 2017

Klien 1 Infus asering 20 tpm Infus asering 18 tpm Infus asering 18 tpm
Tn. K Injeksi antrain 3x1 g Obat oral : trolit 1x1 Injeksi dexametaxon
(IV), ondansentron 2x4 sachet, sanmol 2x1 mg
mg (IV) dan 3x500g Obat oral : omeprazole
memberikan infus 2x20 mg
asering 28 Tpm (IV)
Obat oral : trolit 1x1
sachet, sanmol 3x500 g

Klien 2 Infus asering 28 tpm Infus asering 21 tpm Infus asering 20 tpm
Tn. M (IV) (IV) Injeksi dexametaxon
injeksi santagesik Injeksi ondansentron 2x1mg
3x1g, ondansentron 2x4 mg, Omeprazole
2x4 mg, Omeprazole 1x40 mg, obat oral
1x40 mg, obat oral sukralfat 3x1 cth,
sukralfat 3x1 cth trolit 1x1 sachet,
pamol 3x500 g,
omeprazole 2x20 mg
48

4.1.4 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data

Analisa data Etiologi Masalah


Klien 1 Virus dengue Hipertermi
Ds : klien mengatakan
mengalami demam sudah 4 hari.
Do : k/u cukup Masuk dalam darah
1. Suhu tubuh tinggi
2. Kulit teraba panas
3. Mukosa mulut kering Sistem imun
4. TTV
: , C
N : 100x/menit Merangsang pusat pengatur
TD : 120/80 mmHg suhu
RR :21x/menit
GCS :4-5-6
Demam

Klien 2 Virus dengue Hipertermi


Ds : klien mengatakan
mengalami demam sudah 3 hari.
Do : k/u cukup Masuk dalam darah
1. Suhu tubuh tinggi
2. Kulit teraba panas
3. Mukosa mulut kering Sistem imun
4. TTV
: 0 C
N : 80x/menit Merangsang pusat pengatur
TD : 80/90 mmHg suhu
RR : 20x/menit
GCS : 4-5-6
Demam

4.1.5 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi (penyebab + tanda Problem
dan gejala) (masalah)
Klien 1 Virus dengue Hipertermi
Ds : klien mengatakan
mengalami demam sudah 4 hari.
Do : k/u cukup Masuk dalam darah
1. Suhu tubuh tinggi
2. Kulit teraba panas
3. Mukosa mulut kering Sistem imun
4. TTV
: , C
N : 100x/menit Merangsang pusat pengatur
TD : 120/80 mmHg suhu
RR :21x/menit
GCS :4-5-6
Demam
49

Klien 2 Virus dengue Hipertermi


Ds : klien mengatakan
mengalami demam sudah 3 hari.
Do : k/u cukup Masuk dalam darah
1. Suhu tubuh tinggi
2. Kulit teraba panas
3. Mukosa mulut kering Sistem imun
4. TTV
: 0 C
N : 80x/menit Merangsang pusat pengatur
TD : 80/90 mmHg suhu
RR : 20x/menit
GCS : 4-5-6
Demam

4.1.6 Perencanaan
Tabel 4.9 Perencanaan
Diagnosis keperawatan INTERVENSI (NIC) RASIONAL
(Tujuan dan Kriteria
Hasil)
Klien 1 1. Monitor suhu 1. Suhu 38,9-41,1 C
Hipertermi berhubungan sesering mungkin menunjukkan proses
dengan proses penyakit. 2. Monitor warna dan penyakit infeksi akut
Setelah dilakukan suhu kulit 2. Menjaga suhu dan
tindakan keperawatan 3. Monitor tekanan menghindari panas yang
selama 3x24 jam, klien darah, nadi, dan RR berkaitan dengan penyakit
menunjukkan NOC : 4. Berikan antipiretik 3. Peningkatan denyut nadi,
1. Suhu tubuh 5. Berikan pengobatan penurunan tekanan vena,
dalam rentang untuk mengatasi dan penurunan tekanan
normal penyebab demam darah dapat
2. Nadi dan RR 6. Selimuti pasien mengindikasikan
dalam normal 7. Kolaborasi hipovolemia, yang
3. Tidak ada pemberian cairan mengarah pada menurun
perubahan warna intravena perfusi jaringan
kulit dan tidak 8. Tingkatkan sirkulasi 4. Antipiretik digunakan
ada pusing udara untuk mengurangi demam
9. Berikan pengobatan dengan aksi sentralnya
untuk mencegah pada hipotalamus
terjadinya menggigil 5. Dapat membantu
mengurangi demam
6. Digunakan untuk
mengurangi demam
umumnya lebih besar dari
, - 0 C pada waktu
terjadi kerusakan
/gangguan pada otak
7. Menghindari kehilangan
air natrium klorida dan
kalium yang berlebihan
8. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah
untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
9. Menggigil seringkali
mendahului
50

memuncaknya suhu
adanya infeksi umum

Klien 2 1. Monitor suhu 1. uhu , - , C


Hipertermi berhubungan sesering mungkin menunjukkan proses
dengan proses penyakit. 2. Monitor warna dan penyakit infeksi akut
Setelah dilakukan suhu kulit 2. Menjaga suhu dan
tindakan keperawatan 3. Monitor tekanan menghindari panas yang
selama 1x24 jam, klien darah, nadi, dan RR berkaitan dengan penyakit
menunjukkan NOC : 4. Berikan antipiretik 3. Peningkatan denyut nadi,
1. Suhu tubuh 5. Berikan pengobatan penurunan tekanan vena,
dalam rentang untuk mengatasi dan penurunan tekanan
normal penyebab demam darah dapat
6. Selimuti pasien mengindikasikan
2. Nadi dan RR
7. Kolaborasi hipovolemia, yang
dalam normal pemberian cairan mengarah pada menurun
3. Tidak ada intravena perfusi jaringan
perubahan warna 8. Tingkatkan sirkulasi 4. Antipiretik digunakan
kulit dan tidak udara untuk mengurangi demam
ada pusing 9. Berikan pengobatan dengan aksi sentralnya
untuk mencegah pada hipotalamus
terjadinya menggigil 5. Dapat membantu
mengurangi demam
6. Digunakan untuk
mengurangi demam
umumnya lebih besar dari
, - 0 C pada waktu
terjadi kerusakan
/gangguan pada otak
7. Menghindari kehilangan
air natrium klorida dan
kalium yang berlebihan
8. Suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah
untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
9. Menggigil seringkali
mendahului
memuncaknya suhu
adanya infeksi umum

4.1.7 Pelaksanaan
Tabel 4.10 Pelaksanaan
Diagnosa Hari/tanggal Waktu Implementasi
keperawatan
Klien 1 Senin/13 Februari 08.00 Mengobservasi tanda-tanda
Hipertermi 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)
berhubungan : , C
dengan proses N : 100x/menit
penyakit TD : 120/80 mmHg
RR :21x/menit
GCS :4-5-6
Kesadaran : composmentis
Mengompres klien pada tengkuk
dan aksila dengan kompres
hangat
51

09.00 Memberi penjelasan tentang


WIB penyebab demam
11.30 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
11.45 Menganjurkan supaya tidak
WIB memakai pakian atau selimut
yang tebal
12.00 Melakukan injeksi antrain 1 g
WIB (IV), ondansentron 4 mg (IV)
intravena dan memberikan infus
asering 28 Tpm (IV)
Klien 2 Senin/13 Februari 13.00 Mengobservasi tanda-tanda
Hipertermi 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)
berhubungan S : 40 C
dengan proses N : 80x/menit
penyakit TD : 80/90 mmHg
RR : 20x/menit
GCS : 4-5-6
Kesadaran : composmentis
13.40 Mengompres klien pada
WIB tengkuk dan aksila dengan
kompres hangat
14.00 Memberi penjelasan tentang
WIB penyebab demam
15.00 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
16.00 Menganjurkan supaya tidak
WIB memakai pakian atau selimut
yang tebal
08.00 Melakukan injeksi santagesik
WIB 1g, ondansentron 4 mg,
Omeprazole 40 mg, obat oral
sukralfat 1 cth dan infus asering
21 tpm (IV)

Klien 1 Selasa/14 08.45 Mengobservasi tanda-tanda


Hipertermi Februari 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)
berhubungan : , C
dengan proses N : 88x/menit
penyakit TD : 120/60 mmHg
RR :20x/menit
GCS :4-5-6
Kesadaran : composmentis
09.00 Mengompres klien pada
WIB tengkuk dan aksila dengan
kompres hangat
12.00 Memberi penjelasan tentang
WIB penyebab demam
13.10 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
Menganjurkan supaya tidak
memakai pakian atau selimut
yang tebal
08.10 Melakukan infus asering 18 tpm
WIB (IV) dan memberikan obat oral
trolit 1 sachet, sanmol 500 g
(Obat oral)
Klien 2 Selasa/14 08.50 Mengobservasi tanda-tanda
52

Hipertermi Februari 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)


berhubungan : , C
dengan proses N : 80x/menit
penyakit TD : 80/90 mmHg
RR : 20x/menit
GCS : 4-5-6
Kesadaran : composmentis
09.00 Mengompres klien pada
WIB tengkuk dan aksila jika mulai
demam lagi dengan kompres
hangat
09.30 Memberi penjelasan tentang
WIB penyebab demam
10.00 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
Menganjurkan supaya tidak
memakai pakian atau selimut
yang tebal
08.00 Melakukan injeksi intravena
WIB santagesik 1 g (IV),
ondansentron 4 mg (IV),
omeprazole 40 mg (IV) dan
memberikan obat oral sukralfat
1 cth (Oral)

Klien 1 Rabu/15 Februari 08.30 Mengobservasi tanda-tanda


Hipertermi 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)
berhubungan : ,2 C
dengan proses N : 100x/menit
penyakit TD : 120/90 mmHg
RR :21x/menit
GCS :4-5-6
Kesadaran : composmentis
09.00 Mengompres klien pada
WIB tengkuk dan aksila dengan
kompres hangat dengan
kompres hangat
Memberi penjelasan tentang
penyebab demam
09.30 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
Menganjurkan supaya tidak
memakai pakian atau selimut
yang tebal
09.40 Melakukan injeksi intravena
WIB dexamethaxone1-0-1(IV) dan
memberikan obat oral
omeprazole 20 mg
Klien 2 Rabu/15 Februari 08.10 Mengobservasi tanda-tanda
Hipertermi 2017 WIB vital (TD, Nadi, RR, Suhu)
berhubungan : , C
dengan proses N : 85x/menit
penyakit TD : 100/80 mmHg
RR :20x/menit
GCS :4-5-6
Kesadaran : composmentis
08.50 Mengompres klien pada
WIB tengkuk dan aksila dengan
53

kompres hangat
09.10 Memberi penjelasan tentang
WIB penyebab demam
09.30 Menganjurkan klien minum
WIB yang cukup
Menganjurkan supaya tidak
09.40 memakai pakian atau selimut
WIB yang tebal
Melakukan injeksi intravena
dexamethaxone 1 mg (IV)

4.1.8 Evaluasi
Tabel 4.11 Evaluasi
Evaluasi 13 Februari 2017 14 Februari 2017 15 Februari 2017
17.00 WIB 14.00 WIB 11.00 WIB

Klien 1 S : klien mengatakan S : klien mengatakan S : klien mengatakan


Dx.1 demam masih demam masih demam
O : k/u cukup O : k/u cukup O : k/u cukup
1. Observasi TTV 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV
TD : 120/80 TD : 120/60 TD : 120/90
mmHg mmHg mmHg
N : 100 x/menit N : 88 x/menit N : 88 x/menit
: , C : , C : ,2 C
RR : 21x/menit RR : 20x/menit RR :21x/menit
2. Suhu naik turun 2. Suhu naik turun 2. Suhu naik turun
3. Mukosa mulut 3. Mukosa mulut 3. Mukosa mulut
kering kering kering
4. Kulit teraba 4. Kulit terasa 4. Kulit terasa
panas panas panas
5. Lemah 5. Lemah 5. Lemah
A : masalah belum A : masalah teratasi A : masalah teratasi
teratasi sebagian sebagian
P : intervensi di P : intervensi di P : intervensi di
lanjutkan lanjutkan lanjutkan
1,2,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Klien 2 S : klien mengatakan S : klien mengatakan S : klien mengatakan
Dx.1 demam demam demam
O : k/u cukup O : k/u cukup O : k/u cukup
1. Observasi 1. Observasi 1. Observasi
TTV TD : TTV TD : TTV TD :
80/90 mmHg 80/90 mmHg 100/80
N : 80 x/menit N : 100 x/menit mmHg
: 0 C : , C N : 100
RR : 20x/menit RR : 20 x/menit x/menit
2. Suhu naik turun 2. Suhu naik turun : ,2 C
3. Mukosa mulut 3. Mukosa mulut RR : 20x/menit
kering kering 2. Suhu naik
4. Kulit teraba 4. Kulit terasa turun
panas panas 3. Mukosa mulut
5. Lemah 5. Lemah kering
6. Mimisan 1x A : masalah teratasi 4. Kulit terasa
A : masalah belum sebagian panas
teratasi P : intervensi di 5. Lemah
P : intervensi di lanjutkan A : masalah teratasi
54

lanjutkan 1,2,3,4,5,6,7,8,9 sebagian


1,2,3,4,5,6,7,8,9 P : intervensi di
lanjutkan
1,2,3,4,5,6,7,8,9

4.2 Pembahasan
Pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan

kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan

diuraikan dengan konsep.Pembahasan disusun sesuai dengan

khusus.Pembahasan berisi tentang mengapa (Why) dan bagaimana (How).

Urutan penulisan berdasarkan paragraph adalah F-O-T (Fakta-Opini-Teori), isi

pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :

4.2.1 Pengkajian
Pada tinjauan kasus pengkajian yang dilakukan peneliti pada Sdr.K dan

Sdr.M yang sama-sama mengalami hipertermi dengan adanya keluhan utama

pada Sdr. K yaitu demam mulai ebruari 20 : , C, sedangkan pada

Sdr. keluhan utamanya yaitu demam mulai tanggal ebruari 20 : 0

C, N: 80x/menit, TD: 80/90 mmHg, RR: 20 x/menit, suhu naik turun, mukosa

mulut kering, kulit teraba panas, mimisan 1 kali, panas.

Menurut peneliti menyimpulkan tidak ditemukan kesenjangan antara

tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, akan tetapi tanda dan gejala yang ada pada

tinjauan pustaka tidak semua muncul pada tinjauan kasus pada Sdr. K dan Sdr.

M yaitu tanda gejala dari masing-masing klien berbeda klien Sdr. K dengan

munculnya gejala petekie pada sebagian tubuhnya, sedangkan klien Sdr. M

dengan gejalanya adalah mimisan 1x. Gejala petekie pada klien diakibatkan

oleh virus yang telah masuk kedalam tubuh klien Sdr. K dan Sdr. M yang

masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.Pertama-tama


55

terjadi viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, atau bintik-

bintik pada kulit (petekie).Petekie muncul karena adanya suatu kelainan dari

trombosit.Sedangkan yang dialami pada Sdr. M adalah perdarahan yang lebih

luas lagi dibandinkan dengan petekie.

Pada tinjauan kasus kedua klien dengan hipertermi di dapatkan klien

mengatakan badannya panas dan suhu tubuh naik turun.Demam yang dirasakan

kedua klien dikarenakan sudah terinfeksi virus dengue untuk kedua kalinya.

Secara teoritis hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal , C

– , C (Nanda, 20 2). Ketika klien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah

cepat,terjadi kekurangan cairan sehingga menyebabkan kulit terasa hangat dan

membrane mukosa kering. Sedangkan dengan bintik-bintik kemerahan pada

kulit penderita DBD atau DD kita sebut sebagai petekie. Petekie tersebut

terjadi karena adanya perdarahan yang disebabkan oleh menurunnya kadar

trombosit dalam darah begitu pula dengan mimisan tersebut juga akibat dari

manifestasi perdarahan tersebut (Johny Bayu Fitantra, S.Ked., Medicinesia,

2017).

Didalam tinjauan kasus klien hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium

pada Sdr.K dengan hasil Leukosit: 3,11, Hematokrit: 48,30 %, , Trombosit:

34.000/cmm, sedangkan pada Sdr.M Leukosit: 4,94, Hematokrit: 45,60 %,

Trombosit: 42.000/cmm, dengan hasil demikian bisa dipastikan bahwa

trombosit klien 1 dan klien 2 sama-sama menurun dengan drastis, disertai

dengan hematokrit ada peningkatan, dengan demikian hasil laboratorium bisa

dipastikan klien 1 dan klien 2 terdiagnosa mengalami Dengue Hemorrhagic

Fever.
56

Menurut peneliti tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dan

tinjauan pustaka dalam pemeriksaan penunjang,akan tetapi pemeriksaan

penunjang yang ada pada tinjauan pustaka tidak semua dilakukan pada kasus

Sdr. K dan Sdr. M dikarenakan hal yang paling penting untuk membedakannya

antara DHF dan penyakit lainnya adalah adanya pemeriksaan darah yang

menunjukkan trombosit menurun (trombositopenia) dan hematokrit

(PCV/HCT) yang meningkat (hemokonsentrasi). Untuk itu dilakukan

pemeriksaan laboratorium pada klien Sdr.K dan Sdr.M.

Namun tinjauan pustaka disebutkan bahwa pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada penderita demam berdarah dengue antara lain menurut Cris

Tanto (2014) : laboratorium, pemeriksaan, radiologis, dan serulogi: uji

hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalens. Trombosit

merupakan senyawa yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan dengan

membentuk semacam penyumbat pada lesi.Tubuh kita senantiasa mengalami

lesi-lesi kecil yang seringkali tidak terlihat, tetapi segera ditutup oleh trombosit

dan sistem hemostasis lainnya sehingga kita tidak menyadarinya.Pada

penderita infeksi dengue yang mengalami penurunan jumlah trombosit secara

signifikan, fungsi hemostasis tersebut terganggu sehingga muncul manifestasi

perdarahan berupa petekie.Serta manifestasi perdarahan tidak hanya terbatas

pada petekie saja melainkan dapat berupa ekimosis (perdarahan yang lebih luas

dari petekie, seperti memar), epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, perdarahan

lambung (yang dapat menyebabkan muntah darah dan buang air besar warna

hitam) hingga perdarahan otak.Pada prinsipnya, perdarahan dapat terjadi di

mana saja di seluruh tubuh.Penurunan trombosit dapat diamati dengan


57

pemeriksaan darah lengkap terutama kadar trombosit darah (Johny Bayu

Fitantra, S.Ked., Medicinesia, 2017).

4.2.2 Diagnosa keperawatan

Pada kasus Sdr. K dan Sdr. M ini penelitian menegakkan diagnosis utama

yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit terhadap demam yang

tinggi didukung oleh data-data subjektif pada Sdr. K yaitu demam mulai

tanggal ebruari 20 : C, sedangkan pada Sdr. keluhan utamanya

yaitu demam mulai tanggal ebruari 20 : 0 C, N: 0x menit, D:

80/90 mmHg, RR: 20 x/menit, suhu naik turun, mukosa mulut kering, kulit

terasa panas, mimisan 1 kali, panas.

Peneliti memprioritaskan diagnosa hipertermi karena merupakan

kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, hal ini dapat menyebabkan

dehidrasi berat dan dapat merusak bagian-bagian tubuh lainnya bahkan bisa

jadi syok, serta dapat beresiko kejang demam. Demikian pada hasil penelitian

sesuai dengan teori atau tidak ada kesenjangan antara lain laporan kasus

dengan teori. Hipertermi adalah suhu inti tubuh diatas kisaran normal di oral

karena kegagalan termoregulasi. Batasan karakteristik : Apnea, pada dewasa

nafsu makan berkurang, Gelisah, Hipotensi, Kejang, Koma, Kulit kemerahan,

Kulit terasa hangat, Latergi, Postur abnormal, Stupor, Takikardi, Takipnea,

Vasodilatasi(Nanda, 2015-2017).
58

4.2.3 Intervensi keperawatan

Pada kasus Sdr. K dan Sdr. M ini penelitian menegakkan diagnosis utama

yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit terhadap demam yang

tinggi didukung oleh data-data subjektif pada Sdr. K yaitu demam mulai

tanggal ebruari 20 : C, sedangkan pada Sdr. M keluhan utamanya

yaitu demam mulai tanggal ebruari 20 : 0 C, N: 0x menit, D:

80/90 mmHg, RR: 20 x/menit, suhu naik turun, mukosa mulut kering, kulit

terasa panas, mimisan 1 kali, panas.

Menurut penelitian intervensi keperawatan yang diberikan pada klien

hipertermi sudah sesuai dengan teori dan hasil penelitian, sehingga tidak

ditemukan kesenjangan antara hasil laporan kasus dengan teori. Dengan kasus

yang sama hipertermi antara klien Sdr. K dan Sdr. M pada fase ini suhu pasien

sama-sama naik turun dengan demikian intervensi yang dilakukan pada klien

Sdr. K dan Sdr. M sama yaitu dengan mengobservasi TTV, menurunkan suhu

tubuh secara signifikan, serta terapi obat oleh anjuran dokter.

Intervensi keperawatan yang diberikan NIC: vital sign status dan NIC:

monitor suhu sesering mungkin, monitor warna kulit, monitor tekanan darah,

nadi dan RR. Monitor penurunan tingkat kesadaran, berikan antipiretik, berikan

pengobatan untuk mengatasi penyebab demam. Selimuti pasien, kolaborasi

pemberian cairan intravena (Nanda NIC-NOC 2015-2017).

4.2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan pada Sdr.K adalah mencatat : , C, TD:

120/80 mmHg, N: 100x/menit, RR: 21x/menit, suhu naik turun, mukosa mulut

kering, kulit terasa panas, lemah dan mendapat terapi farmakologi injeksi
59

Antrain 3x1 gr (IV), ondansentron 2x4 mg (IV),trolit sachet 1x1 gr (oral),

sanmol 3x500 g(oral), memasang infus asering 1500 cc, sedangkan pada Sdr.

hasil di dapatkan : 0 C, TD: 80/90 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit,

suhu naik turun, mukosa mulut kering, kulit terasa panas, lemah dan mendapat

terapi farmakologi injeksi santagesik 3x1 g (IV), ondansentron 2x4 mg (IV),

pemberian obat oral yaitu trolit 1x1 sachet (Oral), pamol 3x500 g (Oral),

Omeprazole2x20 mg (Oral), memasang infus asering 1500 cc.

Menurut peneliti impementasi yang dilakukan bisa saja berbeda dengan

intervensi yang dibuat, karena peneliti harus menyesuaikan dengan kondisi dari

klien itu sendiri, jika keadaan klien sudah membaik dari apa yang di perkirakan

kesembuhannya, serta keadaan klien yang mendadak memburuk kembali,

tentunya implementasinya juga akan berbeda dengan klien Sdr. K dan Sdr. M.

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang

dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

Kenaikan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit.

Tindakan keperawatan yang telah terlaksana sesuai dengan rencana

keperawatan antara lain: memonitor suhu tubuh minimal 2 jam sekali,

memberikan kompres hangat pada aksila dan lipatan paha, menganjurkan

keluarga untuk membatasi aktifitas klien, berkolaborasi dengan tim medis lain

dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Implementasi yang penulis

lakukan sudah terlaksana sesuai intervensi yang tercantum(Rohmad Adi

Candra,2013).
60

4.2.5 Evaluasi keperawatan

Pada hari senin 13 Februari 2017 pada Sdr. K mengatakan badannya

panas, kesadaran: composmentis, GCS: 4- - , : C, N: 00x menit, D:

20 0 mmHg, : 2 x menit. ntervensi dilanjutkan, sedangkan pada dr.

keluhan utamanya yaitu demam kesadaran: composmentis, C : - - , : 0

C, N: 80x/menit, TD: 80/90 mmHg, RR: 20 x/menit, suhu naik, mukosa mulut

kering, kulit terasa panas, mimisan 1 kali, panas. Intervensi dilanjutkan.

Pada hari selasa 14 Februari 2017 pada Sdr.K mengatakan badannya masih

panas, kesadaran: composmentis, C : - - , : , C, N: x menit, D:

120/60 mmHg, RR: 20 x/menit. Intervensi dilanjutkan, sedangkan pada Sdr.

keluhan utamanya yaitu demam dengan kesadaran: composmentis, C : - - ,

: , C, N: 0x menit, D: 0 0 mmHg, : 20 x menit, suhu naik,

mukosa mulut kering, kulit terasa panas, panas. Intervensi dilanjutkan.

Pada hari rabu 15 Februari 2017 pada Sdr. K mengatakan badannya masih

lemah, kesadaran: composmentis, C : - - , : ,2 C, N: 00x menit, D:

120/90 mmHg, RR: 20 x/menit. Intervensi dilanjutkan, sedangkan pada Sdr. M

keluhan utamanya yaitu demam kesadaran: composmentis, C : - - ,

: ,2 C, N: x menit, D: 00 0 mmHg, : 20 x menit, suhu naik turun,

mukosa mulut kering, kulit terasa panas, panas. Intervensi dilanjutkan.

Menurut peneliti pada evaluasi pertama masalah belum teratasi pada klien

1 dan 2, dengan keluhan pada klien 1 mengatakan badannya panas, klien

mengatakan lemes.Sedangkan pada klien 2 dengan keluhan badannya demam,

dan klien mengatakan lemah.Pada evaluasi kedua masalah telah teratasi

sebagian dengan keluhan pada klien 1 mengatakan badannya masih demam,


61

klien mengatakan masih lemah.Sedangkan klien 2 dengan keluhan badannya

masih agak demam dan masih lemah.Pada evaluasi ketiga masalah telah

teratasi sebagian dengan keluhan pada klien 1 mengatakan badannya sudah

tidak demam, klien mengatakan masih lemah.Sedangkan klien 2 dengan

keluhan badannya agak demam dan masih lemah.

Mengacu pada intervensi dan implementasi, dari hasil evaluasi diagnosa

yang teratasi : Kenaikan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses

penyakit. Tindakan keperawatan yang telah terlaksana sesuai dengan rencana

keperawatan.Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) juga penyakit yang

disebabkan virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang

disertai dengan gejala awal yaitu hipertermi dengan manifestasi klinisnya yaitu

perdarahan di bawah kulit (petekie) serta mimisan atau perdarahan lainnya

(Misnadiarly, 2009).

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien

yang tujuan telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan

sesama tenaga kesehatan (Wijaya, 2013).


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan kasus dan

pembahasan pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada Sdr.

K dan Sdr.M dengan demam berdarah dengue gread 2 di RSUD Bangil

Pasuruan, maka penulis mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian

Pengkajian yang didapat pada Sdr. K dan Sdr.M pada tanggal 13

Februari 2017 secara objektif klien mengatakan badannya panas dan

panasnya naik turun. Akhirnya keluarga klien membawa klien ke Rumah

sakit. Dengan keluhan pada Sdr.M dengan keluhan badan panas dengan suhu

tubuh 0 C dan pada Sdr.K badan panas dengan suhu tubuh , C.

Berdasarkan diagnosa keperawatan pada keluarga 1 dan keluarga 2

didapatkan diagnosa ketidakmampuan koping keluarga dalam merawat

anggota yang sakit. Karena keluarga tampak tidak begitu memperhatikan

kesehatan klien.

2. Intervensi

Berdasarkan intervensi pada kasus Sdr.K dan Sdr. ini penelitian

menegakkan intervensi keperawatan pada n.K adalah klien yaitu demam

mulai ebruari 20 , monitor suhu: , C, monitor tekanan darah, nadi,

RR: TD: 120/80 mmHg, N: 100x/mnit, RR: 21x/menit, monitor kulit: kulit

terasa panas. Sedangkan pada Tn.M didukung oleh data-data sebagai berikut

yaitu demam mulai 11 Februari 2017, monitor suhu: 0 C, monitor tekanan

62
63

darah, nadi, RR: TD: 80/90 mmHg, N: 80x/mnit, RR: 20x/menit, monitor

kulit: kulit terasa panas serta mimisan 1x.

3. Implementasi

Berdasarkan implementasi keperawatan pada Sdr.K adalah mencatat

: , C, monitor tekanan darah, nadi, : D: 20 0 mmHg, N:

100x/mnit, RR: 21x/menit, suhu naik turun, mukosa mulut kering, kulit terasa

panas, lemah dan terdapat petekie serta mendapatkan terapi farmakologi

injeksi antrain x g ( ), ondansentron 2x mg melalui intravena dan

memberikan infus asering 2 pm. edangkan n. dengan hasil : 0 C,

monitor tekanan darah, nadi, RR: TD: 80/90 mmHg, N: 80x/mnit, RR:

20x/menit, monitor kulit: kulit terasa panas, suhu naik turun,mukosa mulut

kering,lemah serta mimisan 1x. Mendapatkan terapi farmakologi injeksi

santagesik 3x1g (IV), ondansentron 2x4 mg (IV) , Omeprazole 1x40 mg (IV),

obat oral sukralfat 3x1 cth (Oral) dan infus asering 21 tpm (IV).

4. Evaluasi

Berdasarkan catatan perkembangan pada hari senin 13 Februari 2017

pada Sdr.K yaitu: klien mengatakan badannya masih panas serta lemah.

Keadaan cukup kesadaran: composmentis, C : - - , : , C, D: 20 0

mmHg, N: 100x/mnit, RR: 21x/menit. Intervensi dilanjutkan. Sedangkan

pada Sdr. yaitu: klien mengatakan badannya masih panas, kesadaran:

composmentis, kesadaran cukup, C : - - , : 0 C, D: 0 0 mmHg, N:

80x/mnit, RR: 20x/menit. Intervensi dilanjukan


64

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, aka penulis memberikan saran antara lain :

1) Bagi responden

Terutama pada klien 1 dan klien 2 dalam pemberian terapi dan farmaologi

sangat antusias merespon perintah ataupun tindakan perawat bagi klien

maupun keluarga klien menerapkan hasil kolaborasi perawat antar klien

ataupun keluarga klien dengan ketentuan yang ada dan diharapkan

pengetahuan klien maupun keluarga klien dapat bertambah tentang

penyakit demam berdarah dengue dan demi dapat menciptakan klien yang

sehat dan dapat membantu proses membantu proses kesehatan masyarakat

dan demi kelancaran proses asuhan keperawatan pada klien.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Institusi diharapkan lebih meningkatkan penyebab klien kurang

pengetahuan tentang demam mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan klien sehingga dapat memudahkan penelitian

selajutnya untuk melakukan penelitian faktor lain yang dapat

mempengaruhi pengetahuan klien tentang penyakit demam berdarah

dengue.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil laporan Kasus dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

referensi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan

pada klien demam berdarah dengue Gread 2 dengan masalah hipertermi


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti Yati & Nur Rachmawati Imami, 2014.Metodologi Penelitian


dalam Riset Keperawatan.Ed.1. Cet. 2.Jakarta : Rajawali Pers.

Amira Sandi Kurniawati, 2016. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada


Anak yang Mengalami Demam Berdarah Dengue Grade 2 Dengan
Masalah Hipertermi Di Ruang Seruni RSUD Jombang.Jombang.

Bulechek Gloria & Howard Buthcer dkk, 2016.Nursing Interventions


Classification (NIC), 6th Indonesian edition.Singapore : Elsevier
Inc.

Candra Aryu, 2010. Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko


Penularan. Jurnal Demam Berdarah Dengue, Vol. 2 No. 2npp.
110 –119.

Candra Adi Rohmad,2013. Asuhan Keperawatan Pada Sdr. F dengan


Dengue Haemorragic Fever (DHF) di Bangsal Multazam RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.Surakarta.

Carpenitto Lynda Juall, 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi


10.Jakarta : EGC.

CM Imelda, 2015. Universitas Sumatra Utara, dilihat 05 Januari 2017

Dinas Kesehatan Kota Pasuruan.2015. Profil Kesehatan Kota Pasuruan


Tahun 2015.Pasuruan : Dinas Kesehatan Kota Pasuruan.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). Nanda International


Nursing Diagnoses : Definitions & Classification, 2015-2017.
Oxford : Wiley Blackwell.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53138/4/Chapter%20II.p
df

ICME STIKes, 2016.Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah :


Studi Kasus, Jombang : Stikes Icme

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin Jendela


Epidemologi : Demam Berdarah Dengue, vol. 2. Jakarta : Redaksi.

Lestari K. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah


Dengue (DBD) Di Indonesia.Farmaka. Desember, Vol. 5 No. 3: hal
. 12-29
Moorhed Sue & Marion Johnson dkk, 2016.Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th Indonesian edition.Singapore : Elsevier
Inc.

Nadesul Hendrawan, 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.


Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Novriani, H 2002, Respon Imun dan Derajat Kesakitan Demam Berdarah


Dengue dan Dengue Syndrome Pada Anak. Cermin Dunia
Kedokteran.;Vol 134:46-9

Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardhi, 2013.Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA NIC-
NOC Jilid 1.Jogjakarta : Media Action.

Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardhi, 2016.Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA NIC-
NOC Jilid 1 dan 2.Jogjakarta : Media Action.

Saferi Wijaya Andra dan Mariza Putri Yessie, 2013.KMB 2 Keperawatan


Medikal Bedah.Yogyakarta : Nuha Medika.

Soedarto, 2012.Demam Berdarah Dengue : Dengue Haemorrhagic Fever.


Jakarta : CV Sagung Seto.

Sri Rezeki H. Hadinegoro. 2004. Tata Laksana Demam Dengue : Demam


Berdarah Dengue. Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia.

Sudjana Primal, 2010.Diagnosis Dini Demam Berdarah Dengue


Dewasa.file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/buletin-
dbd.pdf. (Diakses pada bulan agustus 2010)

Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta :


Media Aesculapius.

World Health Organization-South East Asia Regional


Office.Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011.p.1-
67. http://midwifery.blog.uns.ac.id/demam-berdarah-dengue/
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN STUDI KASUS

No Kegiatan-Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pendaftaran Mahasiswa
Peserta Studi Kasus
2 Bimbingan Proposal Studi
Kasus
3 Pendaftaran Ujian Proposal
Studi Kasus
4 Ujian Proposal Studi Kasus
5 Revisi Proposal Studi Kasus
6 Pengambilan Data dan
Pengolah Data
7 Bimbingan Hasil
Pendaftaran Ujian Sidang
Studi Kasus
8 Ujian Sidang Studi Kasus
9 Revisi Studi Kasus dan
Pengumpulan Studi Kasus
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama Mahasiswa : Novia Putri Mayasari

NIM : 141210027

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien yang mengalami

Dengue Hemorragic Fever Grade 2 dengan Hipertermi

Di Ruang Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Bahwa saya meminta Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berperan serta dalam

penyusunan studi kasus sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus ini

dan saya akan merahasiakan adentitas, data informasi yang klien berikan. Apabila ada

pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien, peneliti akan

menghentikan pada saat ini dan klien berhak mengundurkan diri

Demikian permohonan ini saya buat dan apabila klien mempunyai pertanyaan,

klien dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan

Jombang, Januari 2017

Peneliti

(Novia Putri Mayasari)


FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status perkawinan :

Agama :

Suku :

Alamat :

Tanggal MRS :

Tanggal pengakajian :

No RM :

Sumber informasi :

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama masuk RS :……………………………
2. Riwayat Penyakit Sekarang: ……………………………
3. Riwayat penyakit Dahulu:………………………………
4. Riwayat kesehatan keluarga:……………………………
a. Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga……
b. Lingkungan rumah dan komunitas………………
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
d. Persepsi keluarga terhadap penyakit
5. Genogram 3 generasi
III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
1. Persepsidan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit / perawatan yang di derita pasien…….

2. Pola nutrisi
Program diit di RS ( intake makanan dan intake cairan)

3. Pola eliminasi
a. BAK
b. BAB

4. Pola aktifitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

0 =mandiri 1: alat bantu 2: dibantu orang lain

3 : dibantu orang lain dan alat 4 : tergantung total

1. Pola istirahat tidur


Lama tidur, gangguan tidur, perasaan tidur…………………
2. Pola perceptual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)……………

3. Pola persepsi diri


( pandangan klien tentang sakit, kecemasan, konsep diri)…

4. Pola seksual dan reproduksi


(fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll)……………

5. Pola peran hubungan


(komunikasi, hubungan degan orang lain, kemampuan keuangan)

6. Pola managemen koping stress


(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir akhir ini, dll

7. System nilai dan keyakinan


( pandanga klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


PEMERIKSAAN FISIK (BODY SISTEM)

Keadaan umum :

0
T/D : / mmHg. S: C, N : x/menit, RR : x/menit

1. PERNAPASAN

a. Bentuk dada : Normal Tidak, jenis……………….


b. Pola napas : Dispnea Orthopnea Kusmaul Biot
Cheyne stokes Teratur Tidak teratur ,
Frekuensi : ………..X/menit

Bunyi napas : Vesikuler Ronchi Wheezing

Friction rub
c. Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada Ada ICS.......
Supraclavikula Suprasternal

Cuping hidung

d. Perkusi thorax: Sonor Hipersonor


Redup/pekak
e. Alat bantu pernapasan : Tidak Ya:.......liter/menit
MaskerRespirator Nasal
f. Batuk Tidak Ya
g. Sputum Tidak ada Ada,
Warna :……..... Jumlah ……konsistensi…

h. Lain - lain :…………………………………………


Masalah keperawatan :

2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada : Tidak Ya Menjalar
ke.........
b. Irama jantung: Reguler Ireguler, HR : ........x/mt
c. Bunyi jantung : S1,S2 tunggal Murmur Gallop Thrill

d. CRT : < 3 detik > 3 detik ,Cyanosis : Ya Tidak


e. Clubingfinger Ada Tidak ada

Masalah keperawatan :

3. PERSYARAFAN
a. Kesadaran : CM Apatis Somnolen Sopor Koma
b. Reflek – reflek :
Mengisap Menoleh Babinsky Moro Patella
Menggenggam

Kaku kuduk. Brudzinsky 1

c. Kejang : Tidak ada Ada


d. Istirahat tidur......... jam/hari, Lain - lain :…………
Masalah keperawatan :

4. GENETOURINARIA

a. Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, sebutkan…….


b. Kebersihan alat kelamin : Bersih Kotor
Frekuensi kemih :……x/hari, Warna :……………, Bau :………Produksi urine
:…..ml/hari

Masalah elminasi urine :

Normal Disuria Oliguria Poliuria Inkontinensia

Retensio

Menggunakan alat bantu perkemihan kateter Cystoma Tidak

Masalah keperawatan :

5. PENCERNAAN
a. Mulut :

Mukosa : Lembab Kering Stomatitis

Bibir : Normal Labioskisis palatoskisis

Lidah : Hiperemik Kotor Bergetar


Kebersihan rongga mulut : Bersih Kotor Berbau

Kebiasan gosok gigi 2 kali sehari 3 kali sehari

Caries : Ada Tidak ada

b. Tenggorokan : Kemerahan Sakit saat menelan

c. Abdomen : supel Tegang Kembung,

peristaltik........X/mnt

Nyeri tekan, Lokasi……………. Mual Muntah…….kali

BAB:……x/hari, Konsistensi……….,Warna………………….,

Konstipasi Diare Obstipasi Feces berdarah/berlendir

Masalah keperawatan ;

6. MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN


a) Kemampuan pergerakan sendi (ROM) : Bebas Terbatas
b) Kekuatan otot/tonus otot :

c) Fraktur : Tidak Ya Lokasi…………………


d) Dislokasi : Tidak Ya, Lokasi……………….
e) Kulit : Ikterik Hyperpigmentasi Pucat
f) Akral : HKM Dingin
g) Turgor : Baik Kurang Jelek
h) Oedema : Tidak ada Ada,Lokasi……………………..
i) Kebersihan : Bersih Kotor Lain-
lain.....................
Masalah keperawatan :

7. PENGINDRAAN
a. Mata :
Pupil : Isokor. Anisokor. Midriasis Miosis

Reflek cahaya : Positif Negatif.

Konjungtiva: Pucat Merah muda Merah

Sklera : Ikterik Tidak ikterik.

Palpebra Edema Tidak

Alat bantu : Kaca mata. Tidak

b. Hidung : Normal Mimisan

Mukosa : Pucat Edema, Secret Purulen


Jernih.

Kelainan lain, sebutkan ………………….

c. Telinga : Nyeri/gatal Sekret mukopurulen Berbau

Benda asing Serumen.

Membran timpani Utuh Terkoyak

Pendengaran : Tuli Normal

Kelainan lain :……………………..

Masalah keperawatan :

8. ENDOKRIN
a. Pembesaran kelenjar tiroid : Ya Tidak
b. Pembesaran kelenjar parotis : Ya Tidak
c. Lain-lain :…………………………………
Masalah keperawatan :
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VI. TERAPI

VII. ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ……………………………………………………………
2. ………………………………………………………………

C. INTERVENSI
LEMBAR RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : DIAGNOSA :

UMUR : NO.REKAM MEDIS :

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWAT
AN

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TG IMPLEMENTASI EVALUASI
L/J
AM (SOAPIER)

E. CATATAN PERKEMBANGAN
CATATAN PERKEMBANGAN

NO DIAGNOSA TGL/JAM (SOAPIER)

Anda mungkin juga menyukai