Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Dosen pengampu : Nessi Meilani,SST,M.Kes

Tentang :

Teori pengambilan keputusan langkah penyelesaian konflik dan dilemma etik/moral manajemen
konflik penyimpangan etik

Kelas 2A Kelompok 7

Disusun oleh

Alya Zaeni Putri P3.73.24.2.19.002

Intan Salsabilah P3.73.24.2.19.017

Nakita Indira Elfariani P3.73.24.2.19.022

Putri Tarisa Salsabila P3.73.24.2.19.027

Saffanah Khairurrahmah P3.73.24.2.19.031

Jl. Arteri JORR Jati Warna Kec. Pondok Melati, Bekasi


Tel. 02184978693 Fax. 02194978696
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Etika dan Hukum Kesehatan dengan tepat
waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat memberikanwawasan dan
informasi kepada pembaca.

Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah membaca
makalah ini yaitu dapat menambah wawasan/ pengetahuan dalam kehidupan sehari – hari.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
partisipasi dalam penyenmpurnaannya dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini
dapat lebih terkonsep dengan baik.

Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan
saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Sekian dan terima kasih

Bekasi, Agustus 2020

Tim penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kode etik suatu profesi adalah berupa norma norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk ptunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari hari di dalan masyarakat. Kode etik memiliki tujuan,yaitu
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi.
Etika Profesi Kebidanan merupakan dasar dalam menjalankan perilaku profesional di
bidang Kebidanan  khususnya dan kesehatan pada umumnya. Sejarah membuktikan sampai
saat ini banyaknya pelanggaran etika secara tidak langsung banyak berakibat pada
kelangsungan profesinya maupun pribadi seorang bidan selalu berpegang pada kode etik
profesi pada setiap keadaan dalam menjalankan layanan publikyang dapat menjamin kualitas.

Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.

Profesi kebidanan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
1.2 Rumusan Masalah
Dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana Teori pengambilan keputusan dalam Pelayanan Kebidanan?
2. Bagaimana Lagkah penyelesaian konflik dan dilemma etik/moral dalam Pelayanan
Kebidanan?
3. Bagaimana Manajemen Konflik dalam Pelayanan Kebidanan?
4. Bagaimana Penyimpangan Etik dalam Pelayanan Kebidanan?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Teori pengambilan keputusan dalam Pelayanan Kebidanan
2. Untuk mengetahui Lagkah penyelesaian konflik dan dilemma etik/moral dalam
Pelayanan Kebidanan
3. Untuk mengetahui Manajemen Konflik dalam Pelayanan Kebidanan
4. Untuk mengetahui Penyimpangan Etik dalam Pelayanan Kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Pengambilan Keputusan

B. Langkah penyelesaian konflik dilema etik/moral


Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :

a. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Tenaga kesehatan perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan,
dengan bantuan pertanyaan yaitu :

1. Apa yang menjadi fakta medik ?


2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3. Apa yang menjadi keinginan klien ?
4. Apa nilai yang menjadi konflik ?
b. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan,
yaitu:

1. Tentukan tujuan dari treatment.


2. Identifikasi pembuat keputusan
3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
c. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta
anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan
bernegosiasi. Peran tenaga kesehatan selama implementasi adalah menjaga agar
komunikasi tak memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional
seperti rasa bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh
perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan.
Tenaga kesehatan harus ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.

Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua)
alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak
mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya.
Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari
konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama
klien. Seringkali klien / keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di
dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.

d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai
outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial
dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah.
Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.

C. Manajemen Konflik

D. Penyimpangan Etik dalam Pelayanan Kebidanan

1. Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti
“pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah”. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan
untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau
bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut
ukuran dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los
Angelos, California, 1956). Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
malpraktik adalah :
1.  Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan.
2.  Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya
3.  Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Aborsi
Apa yang dimaksud dengan aborsi (abortion)? Secara umum, pengertian aborsi adalah suatu
tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri masa kehamilan atau pengguguran kandungan dengan
cara mengeluarkan janin (embrio) sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar
rahim.

Dalam kedokteran, arti aborsi adalah keluarnya produk konsepsi (janin, selaput janin, dan
plasenta) secara prematur dari rahim. Aborsi dapat terjadi secara spontan atau tidak disengaja
yang disebut dengan keguguran. Sedangkan aborsi yang terjadi secara disengaja disebut dengan
aborsi induksi atau abortus provocatus.

Aborsi sudah dilakukan sejak zaman kuno dengan menggunakan obat-obatan herbal, benda-
benda tajam, bahkan dengan paksaan atau menggunakan metode tradisional. Dilihat dari segi
hukum dan pandangan agama, terdapat perbedaan tentang hukum aborsi. Dalam beberapa kasus
aborsi dilegalkan misalnya karena pemerkosaan, terdapat masalah pada janin, kemiskinan, resiko
pada kesehatan ibu maupun inses.

Pengertian Aborsi Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu aborsi, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli
berikut ini:

1. H. Holmer

Menurut H. Holmer, pengertian aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16,
dimana proses plasentasi belum selesai.

2. Marjorie Jeffcoat

Menurut Marjorie Jeffcoat, pengertian aborsi adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


Menurut KUHP, pengertian aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu). Pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dimana berat kurang dari 500 gram
atau kurang dari 20 minggu. Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan
kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia
kehamilan yang cukup.

Jenis-Jenis Aborsi

Dalam ilmu kedokteran atau medis, aborsi dibedakan menjadi Spontaneous


Abortion dan Induced Abortion. Berikut masing-masing penjelasannya:

1. Spontaneous abortion

Disebut juga sebagai aborsi spontan yaitu terjadinya keguguran kandungan yang disebabkan oleh
trauma kecelakaan atau sebab-sebab secara alamiah atau tidak sengaja.

2. Induced Abortion

Merupakan pengguguran kandungan secara disengaja dimana di dalamnya termasuk;

 Therapeutic abortion; tindakan aborsi karena kehamilan mengancam kesehatan


jasmani dan rohani sang ibu. Misalnya kehamilan akibat perkosaan.
 Eugenic abortion; tindakan aborsi karena diketahui kondisi janin cacat.
 Elective Abortion; tindakan aborsi karena berbagai alasan lain.

Anda mungkin juga menyukai