Anda di halaman 1dari 41

Anatomi dan

Fisiologi Sistem
Darah dan Imun
KELOMPOK 4
KELAS 1A

Luthfiane Najla Nurlisa Adinda


Prastowo Nakita Indira Elfariani

Kheziah Amanda Nabilla Azaetunna Nurafni Silviatama


Hermawan Syahwali
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM DARAH
SISTEM DARAH
01 Pengertian dan Fungsi
umum sistem darah

02 Sifat Fisik dan Komponen


Darah

03 Jenis Darah dan


Fungsinya

04 Jenis Golongan Darah


dan Rhesus

05 Inkomtabilitas ABO dan


Rhesus
PENGERTIAN
DARAH
Darah adalah cairan yang terdapat pada
semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan
zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri. Istilah medis yang berkaitan
dengan darah diawali dengan kata hemo-
atau hemato- yang berasal dari bahasa
Yunani haima yang berarti darah.
FUNGSI UMUM DARAH
Darah dalam tubuh mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut:
Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia,
oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat
dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan yang lain.

Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan


menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida..

Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan


karena gerakan fagisitosis dari beberapa sel maka
melndungi tubuh terhadap serangan bakteri.

Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan:


menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh
menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan
buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk dibuang.

Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan


perantaraan darah
FUNGSI DARAH
SEBAGAI SISTEM TRANSPORTASI
Darah adalah media transportasi utama yang
mengangkut gas, nutrisi dan produk limbah

SEBAGAI SISTEM REGULASI


.
Darah memiliki fungsi regulasi
dan memainkan peran
SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN
penting dalam homeostasis
Darah berperan dalam menjaga
pertahanan tubuh dari invasi patogen dan
menjaga dari kehilangan darah
SIFAT FISIK DARAH

Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang


berperan untuk membantu proses fisiologis. Darah terdiri
dari dua komponen yaitu keping-keping sel darah
(korpuskuli) dan plasma darah. Volume darah yang
beredar adalah sekitar 8 % dari bobot tubuh atau sekitar
5600 cc pada orang yang bobotnya 70 kg. Dari 5600 cc
tersebut, sekitar 55 % adalah plasma darah dan sekitar 45
% adalah korpuskuli darah.

Elemen padat pada darah adalah sel darah merah


(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah
(trombosit) (Gambar 3). Bagian ini diproduksi di sumsum
tulang merah, yang dapat ditemukan di sebagian besar
tulang anak tetapi hanya dalam tulang tertentu pada
orang dewasa.
KOMPONEN PENYUSUN DARAH

PLASMA DARAH SEL-SEL DARAH


Merupakan cairan
(KORPUSKULI DARAH)
darah yang terdiri dari Yaitu berupa butiran-butiran
air, protein, mineral darah yang presentasenya
dan bahan organik. 45 %. Sel-sel darah ada 3
Presentase plasma macam yaitu sel darah
darah dalam tubuh merah (eritrosit), sel darah
adalah 55%. putih (leukosit) dan keping
. darah (trombosit).
Plasma Darah
Plasma darah merupakan bagian cair darah.
Cairan ini didapat dengan membuat darah tidak
beku dan sel darah tersentrifugasi. Plasma terdiri
dari 90% air, 7-8% protein, dan di dalam plasma
terkandung pula beberapa komponen lain seperti
garam-garam, karbohidrat, lipid, dan asam amino.
Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan
elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam
pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam
waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma
bertukaran dengan cairan interstisial.

Plasma darah berfungsi untuk mengangkut air dan sari-sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lain dari plasma darah adalah menghasilkan zat
kekebalan tubuh terhadap penyakit atau antibodi.
Plasma Darah
Komposisi Plasma dan fungsinya
KOMPONEN PLASMA FUNGSI
Air Sebagai pelarut dan media suspensi bagi komponen
Ion
darah
Sodium, potassium, kalsium, Terlibat dalam osmosis, potensial membran, dan
Protein plasma
Albumin Turut bertanggung jawab terhadap viskositas darah magnesium, klorida, besi, keseimbangan asam-basa.
dan tekanan osmotik; bertindak sebagai penyangga; fosfat, hidrogen, hidroksida,
mengangkut asam lemak, bilirubin bebas, dan hormon bikarbonat
tiroid.
Nutrisi
Globulin Glukosa, asam amino, Sumber energi, membangun molekul kompleks.
Alpha Melindungi jaringan dari kerusakan oleh peradangan trigliserol, kolesterol
(alpha-1 antitrypsin); mengangkut hormon tiroid Meningkatkan aktvitas enzim.
(thyroid-binding globulin), kortisol (transcortin), dan Vitamin
testosteron dan estrogen (hormone–binding globulin);
mengangkut lipid (misalnya, kolesterol dalam HDL);
Asam laktat Produk respirasi anaerobik, dikonversi menjadi gula
mengkonversi besi Fe2+ menjadi Fe3+; mengangkut di hati.
hemoglobin yang dilepaskan dari sel-sel darah merah Gas
yang rusak. Oksigen Penting utuk respirasi aerobik, terminal akseptor
elektron dalam rantai transpor elektron.
Beta Mengangkut besi (transferin), mengangkut lipid (beta
Produk sisa pernapasan aerobik; sebagai bikarbonat
lipoprotein) terutama kolesterol dalam LDL; terlibat
Karbondioksida dapat menyangga darah.
dalam imunitas (sebagai pelengkap).
Tidak bereaksi (inert)
Gama Terlibat dalam imunitas (sebagaian besar antibodi Nitrogen
adalah gama globulin, tetapi beberapa alpha dan beta Substansi pengatur Mengkatalisasi reaksi enzimatik; merangsang atau
globulin).
menghambat fungsi hormon.
Fibrinogen Pembekuan darah.
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sel-sel darah yang paling banyak adalah sel-sel darah merah
atau eritrosit dengan persentase sekitar 99,9% dari seluruh
elemen padat darah. Dalam darah, jumlah eritosit sekitar 700
kali lebih banyak dibandingkan sel-sel darah putih (leukosit) dan
17 kali lebih banyak dari keping darah (trombosit).

Struktur
Eritrosit yang normal berbentuk cakram atau piringan yang di bagian tengah
kedua sisinya mencekung (bikonkaf), dengan diameter sekitar 7,5 μm. Bentuk
bikonkaf memberikan keuntungan yaitu menjadikan eritrosit memiliki permukaan
yang lebih luas bagi difusi oksigen, dibandingkan dengan bentuk bulat datar
dengan ukuran yang sama, dan membuat pergerakan gas ke dalam dan ke luar
sel berlangsung lebih cepat.
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sepertiga isi eritrosit adalah hemoglobin (pigmen merah).
Kandungan hemoglobin dalam eritrosit inilah yang menjadikan
darah berwarna merah. Isi sel darah merah lainnya termasuk
lipid, adenosin trifosfat (ATP), dan enzim karbonat anhidrase.

Fungsi Eritrosit
Beberapa fungsi eritrosit antara lain sebagai berikut:
• Mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
• Mengangkut sari-sari makanan dari alat pencernaan ke
seluruh jaringan tubuh.
DI DALAM SEL DARAH MERAH TERDAPAT

HEMOGLOBIN
Hemoglobin terdiri atas dua bagian, yaitu globin suatu
protein polipeptida yang sangat berlipat-lipat. Gugus
nitrogenesa non protein mengandung besi yang dikenal
sebagi hem (heme) yang masing-masing terikat pada satu
polipeptida.

Ketika darah mengalir melalui paru-paru, oksigen berdifusi dari ruang udara di paru-paru ke
dalam darah. Oksigen memasuki eritrosit dan bergabung dengan hemoglobin membentuk
oksihemoglobin (Hb02), yang memberikan warna merah terang untuk darah. Setelah melepas
oksigen dari oksihemoglobin ke sel-sel tubuh, darah yang telah melepaskan oksigennya
(deoxyhemoglobin) dan membawa sejumlah kecil karbondioksida dari sel-sel tubuh kembali
ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida. Deoxyhemoglobin memberikan warna merah
gelap (rona kebiruan) untuk darah.
CIRI CIRI ERITROSIT
Dibuat di
Tidak sumsum
memiliki tulang
inti sel. belakang.

Text Text Text Text Text

Berbentuk Berwarna merah Aktif selama


seperti cakram karena 120 hari.
bikonkaf. mengandung
hemoglobin yang
penyusun
utamanya adalah
zat besi.
Get a modern
Pembentukan dan PowerPoint
Presentation that is
beautifully designed.
Perombakan Eritrosit

Pembentukan Eritrosit
Proses pembentukan eritrosit dinamakan eritropoiesis.
Pembentukan ini diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut
dengan eritropoetin

Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah,


dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (pada embrio,
hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi
eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa Get a modern
oleh ginjal PowerPoint
Presentation that is
beautifully designed.
PROSES
Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning
telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Setelah PEMBENTUKAN
beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati,
limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Setelah dewasa eritrosit
dibentuk di sumsum tulang membranosa.
ERITROSIT
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas
yaitu sel batang myeloid yang terdapat di
sumsum tulang. Sel ini akan membentuk
berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit
(pembentuk keping darah). Globin dan
hemoglobin dipecah menjadi asam amino
untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem
dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang
dalam pembentukan sel darah merah lagi.
Sisa heme dari hemoglobin diubah menjadi
bilirubin (warna kuning empedu) dan
biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-
hijauan yang dapat dilihat pada perubahan
warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.
PROSES
PEROMBAKAN
ERITROSIT

Seiring dengan berjalannya waktu, eritrosit


yang sudah tua, akan dihancurkan oleh
sistem retikulo endothelial (hati, limpa,
sumsum tulang). Protein yang dihasilkan
akan dipecah menjadi asam amino yang
dapat dipergunakan lagi. Sedangkan bagian
heme dari Hb dipecah menjadi Fe dan
biliverdin, yang nantinya diekskresikan
melalui saluran empedu sebagai bilirubin
Leukosit (Sel Darah Putih)
Ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan memiliki
inti. Leukosit tidak memiliki haemoglobin sehingga tidak
berwarna. Jumlah leukosit tidak sebanyak eritrosit, berkisar 5 –
10 juta per milimeter darah atau rara-rata 7 juta sel/milimeter
darah yang dinyatakan dengan 7000 /mm³. Leukosit merupakan
sel darah yang paling sedikit jumlahnya sekitar 1 sel leukosit
untuk setiap 700 eritrosit. Jumlah leukosit dapat bervariasi
tergantung pada kebutuhan pertahanan yang selalu berubah-
ubah.

Leukosit memiliki fungsi menahan invasi oleh pathogen melalui proses fagositosis;
mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang muncul di dalam tubuh;
Membersihkan sampah tubuh yang berasal dari sel yang mati atau cedera.
Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit di produksi dalam sumsum tulang merah, dan
produksi setiap tipe leukosit diatur oleh protein yang disebut
colony-stimulating factor (CSF). Granulosit dan monosit
dihasilkan hanya di sumsum tulang, sedangkan limfosit juga
dihasilkan di jaringan limfoid (jaringan yang mengandung
limfosit seperti kelenjar limfe dan tonsil). Berbagai jenis
leukosit diproduksi dengan berbagai tingkat kecepatan,
bergantung pada jenis dan luas serangan yang dihadapi.
Pada orang dengan sumsum tulang yang berfungsi normal,
jumlah leukosit dapat menjadi dua kali lipat dalam hitungan
jam, jika memang diperlukan. Banyak leukosit hanya hidup
beberapa hari, kemungkinan mati karena bertempur
melawan patogen. Leukosit lainnya dapat hidup selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Sirkulasi leukosit
mempunyai
karakteristik sebagai
berikut:
1. Semua leukosit dapat keluar dari pembuluh
darah.
2. Semua leukosit mampu bergerak secara
amoeboid.
3. Semua leukosit tertarik pada rangsangan
kimiawi khusus.
4. Neutrofil, Eosinofil, dan Monosit mampu
melakukan pagositosis.
Ciri – Ciri Leukosit
Dapat bergerak secara
amoeboid dan dapat Jumlah normal : 4x109
menembus dinding hingga 11x109 sel
Tidak berwarna, kapiler (gerak darah putih/ liter darah.
memiliki inti (nukleus). diapedesis).

Kekurangan leukosit : leukopenia,


Diproduksi di dalam sel Di dalam tubuh, bekerja kelebihan : leukositosis.
punca hematopoeietic secara independen Jumlah leukosit yang jauh
pluripotent pada tidak berasosiasi melebihi normal sehingga
sumsum tulang. dengan organ atau memakan sel darah lain
jaringan tertentu dinamakan leukimia.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

 Leukosit Bergranula (Granulosit)


Terdiri dari tiga sel darah yaitu:

1. Neutrofil
Neutrofil merupakan tipe leukosit yang jumlahnya paling banyak,
sekitar 60 - 70% dari total leukosit. Kelompok sel ini dibedakan
dengan kelompok sel yang lain dari struktur intinya yang memiliki 2
– 5 lobus. Neutrofil merupakan leukosit pertama yang merespon
terhadap kerusakan jaringan.

Ciri-ciri: Plasma selnya bersifat netral, inti sel berjumlah banyak, bergerak amoeboid.
Fungsi: Dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

 Leukosit Bergranula (Granulosit)


Terdiri dari tiga sel darah yaitu:

2. Eosinofil
Jumlah eosinofil berkisar antara 2 – 4% dari seluruh leukosit. Sel
ini ditandai dengan inti yang memiliki dua lobus. Dalam
sitoplasmanya terlihat butiran-butiran merah jika diwarnai dengan
pewarnaan eosin (pewarnaan asam), dari sifat inilah nama
eosinofil muncul.

Ciri-ciri: Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin.
Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
Fungsi : Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit (parasit besar seperti cacing dengan
menghancurkan dinding tubuhnya), dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya
parasit.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

 Leukosit Bergranula (Granulosit)


Terdiri dari tiga sel darah yaitu:

3. Basofil
Basofil mengandung butiran sitoplasma besar yang berwarna biru
atau ungu dengan pewarnaan dasar. Jumlah Basofil paling sedikit
dibandingkan leukosit yang lain, yaitu hanya 0,5 – 1% dari seluruh
leukosit. Sel ini lebih kecil dari neutrofil dan eosinofil dengan
diameter 8 -10 μm, dengan inti berbentuk U.

Ciri-ciri : Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa.
Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
Fungsi : Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

 Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)


Terdiri dari tiga sel darah yaitu:
1. Limfosit
Limfosit merupakan leukosit terkecil. Ukuran limfosit sedikit lebih besar dari
eritrosit, dengan inti besar dan sitoplasma yang sangat tipis. Jumlah
limfosit adalah 20 – 25% dari seluruh leukosit. Meskipun limfosit berasal
sumsum tulang merah, limfosit bermigrasi melalui darah ke jaringan
limfatik, di mana sel-sel ini dapat berkembang biak dan menghasilkan lebih
banyak limfosit

Jenis : Limfosit B dan Limfosit T


Fungsi: Membentuk antibodi.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

 Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)


Terdiri dari tiga sel darah yaitu:

2. Monosit
Monosit adalah leukosit terbesar, dengan diameter dua atau tiga
kali diameter eritrosit. Monosit berjumlah sekitar 460 sel / μL atau
sekitar 3 – 8% dari jumlah seluruh leukosit. Inti besar dan terlihat
jelas, sering berwarna violet, dan biasanya berbentuk bulat telur,
ginjal, atau tapal kuda. Sitoplasma monosit berlimpah dan jarang
mengandung butiran halus.

Fungsi: Berfungsi memberikan informasi pada limfosit T ketika terjadi infeksi sehingga
antibodi bisa terbentuk.
Struktur
Trombosit bukan merupakan sel
utuh tapi merupakan potongan
keping sel yang terlepas dari tepi sel
luar suatu sel besar (diameter 60
μm) disumsum tulang yang disebut
megakariosit. trombosit terdiri dari
sejumlah kecil sitoplasma yang
TROMBOSIT dikelilingi oleh membran plasma.
Trombosit berbentuk cakram dan
Ciri-ciri : tidak memiliki inti rata-rata diameter sekitar 3 μm.
Permukaan trombosit memiliki
sel, bentuk tak beraturan glikoprotein dan protein yang
dengan ukuran diameter 2-3 memungkinkan trombosit untuk
μm, dibentuk di menempel pada molekul lain, seperti
megakariosit sumsum kolagen dalam jaringan ikat. .
tulang. Trombosit memiliki
bentuk yang tidak teratur,
tidak berwarna, tidak berinti, TUGAS
berukuran lebih kecil dari (1) membentuk keping/butiran, yang menutup lubang kecil
eritrosit dan leukosit, dan di pembuluh darah dan
mudah pecah bila tersentuh (2) merangsang dibentuknya kontruksi bekuan yang
membantu menutup luka besar di pembuluh darah.
benda kasar.
Golongan Darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari
suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah
merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah tersebut.
PENGGOLONGAN DARAH

Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem ABO

Dalam sistem A-B-O dikenal 2 macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B. Golongan
darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan gen yang
diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah
mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip (genotype), terdiri
dari genotip A, B, dan O.
PENGGOLONGAN DARAH

Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem Rhesus

Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel darah merah.
Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum kelinci
yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibody yang
mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada ±85% orang-orang Eropa,
dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15%
sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus
negatif (Rh negatif).
PENGGOLONGAN DARAH

Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem MN

Sistem penggolongan darah MN, M, dan N didasarkan pada dua molekul spesifik yang
terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan darah M
mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N
mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul
pada sel darah merah.

Golongan darah M, N, dan MN tidak menimbulkan penggumpalan pada darah manusia,


karena darah manusia tidak membentuk zat anti M dan anti N.
Rhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Sistem penggolongan
berdasarkan rhesus ini ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Disebut “rhesus” karena saat
itu Landsteiner-Wiener melakukan riset dengan menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah
satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina. Mereka yang mempunyai faktor protein ini
disebut rhesus positif. Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus negatif.

Contents Here
HUBUNGAN
RHESUS DENGAN
IBU HAMIL DAN
BAYINYA

Meskipun faktor rhesus tidak berpengaruh terhadap kesehatan,


namun hal itu perlu diperhatikan bila seandainya Anda dan
pasangan Anda memiliki rhesus yang berbeda
Hal ini disebabkan karena akan terbentuk antibodi bila ibu dan
janinnya memiliki rhesus yang berbeda. Bila ibu memiliki
rhesus positif dan janin memiliki rhesus negatif, maka
perbedaan itu tidak menimbulkan masalah. Masalah akan
muncul bila ibu memiliki rhesus negatif sedangkan janin rhesus
positif (diturunkan dari ayahnya).
INKOMPATIBILITAS ABO
Secara umum, ketidak sesuaian atau inkompatibilitas dalam konteks golongan darah ini disebabkan oleh
pengikatan antibodi plasma dengan antigen sel darah merah, sehingga menyebabkan reaksi. Dalam tes
laboratorium reaksi ini adalah yang paling umumnya divisualisasikan dengan aglutinasi dari sel-sel
merah. Di tubuh, reaksi antigen-antibodi dapat terjadi sebagai konsekuensi yang merugikan dari transfusi
darah atau kehamilan, mengakibatkan kerusakan sel darah merah dipercepat. Oleh karena itu penting
untuk mendeteksi ketidaksesuaian antara plasma pasien dan sel darah merah dari donor darah potensial
sebelum transfusi, untuk menghindari reaksi transfusi. Ketidakcocokan terjadi pada kehamilan saat ibu
diimunisasi oleh sel-sel janin yang melewati
plasenta.
INKOMPATIBILITAS ABO
Inkompatibilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu inkompatibilitas ABO dan inkompatibilitas
Rhesus. Inkompatibilitas ABO adalah kondisi medis dimana golongan darah antara ibu dan bayi
berbeda sewaktu masa kehamilan. Terdapat 4 jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O. Golongan
darah ditentukan melalui tipe molekul (antigen) pada permukaan sel darah merah. Sebagai contoh,
individu dengan golongan darah A memiliki antigen A, dan golongan darah B memilki antigen B,
golongan darah AB memiliki baik antigen A dan B sedangkan golongan darah O tidak memiliki
antigen.
Golongan darah yang berbeda menghasilkan antibodi yang berbeda-beda. Ketika golongan darah
yang berbeda tercampur, suatu respon kekebalan tubuh terjadi dan antibodi terbentuk untuk
menyerang antigen asing di dalam darah.
INKOMPATIBILITAS ABO
PENYEBAB INKOMPATIBILITAS
Secara Umum

Penyebab Reaksi Hemolitik Fatal karena ABO Transfusi Darah yang Tidak Kompatibel
1. Adanya kesalahan identifikasi (nursing error)
2. Label sample darah tertukar (phlebotomist error) Terjadi akibat banyaknya pasien yang memerlukan
komponen darah sehingga tidak menutup kemungkinan label sample darah tertukar.
3. Adanya kesalahan saat mengambil sample (phlebotomist error) Darah yang diambil oleh petugas kesehatan
adalah darah orang lain sehingga akan menimbulkan dampak yang fatal.
4. Adanya kekeliruan saat uji pretransfusi (lab error) Contoh kasus di klinik adalah seharusnya pasien A yang
diujikan dengan golongan darah tertentu tetapi pasien B yang diujikan.
Reaksi Hemolisis Transfusi

Transfusi merupakan suatau proses pemindahan darah dari donor ke resipien yang paling sederhana
yang biasa dilakukan saat urgensi dan apat menimbulkan berbagai akibat fatal salah satunya adalah
reaksi hemolitik. Reaksi hemolitik akibat transfusi dibagi menjadi dua kelompok yaitu reaksi hemolitik
yang disebabkan proses imun(immune mediated hemolysis) yang terdiri dari reaksi hemolitik akut
(acute hemolytic transfusion reaction, AHTR) dan reaksi hemolitik lambat (delayed hemolytic
transfusion reaction, DHTR) dan non-imun (non-immunemediated hemolysis). Reaksi hemolitik akut
atau AHTR umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam identifikasi sampel darah resipien atau
dalam pencocokan sampel darah resipien dan donor (crossmaatch).
Reaksi Imunitas Antigen dan Antibodi

Sistem penggolongan darah secara ABO merupakan sistem penggolongan terpenting


karena menyebabkan beberapa reaksi hemolytic saat transfusi darah serta dapat
menyebabkan hemolytic disease of the newborn. Sistem penggolongan ABO merupakan
satu-satunya yang memiliki antigen dan antibodi sekaligus. Setiap individu mempunyai
antibodi (isohemagglutinins) dalam plasma darahnya dan antigen pada sel darah
merahnya (RBCs).

Berdasarkan stadiumnya, aglutinasi yang merupakan reaksi imunitas antigen antibodi:


1. Sensitasi. Perlekatan antibodi pada RBCs secara fisik. Sebelum terjadi aglutinasi antibodi akan
melakukan perlekatan dengan antigen sehingga terbentuk kompleks antigen antibodi. Hal ini akan
tampak seperti RBCs dielubungi oleh antibodi.
2. Aglutinasi. Pada stadium ini, setelah terjadi sensitasi, akan terbentuk jembatan-jembatan yang
antara sel-sel yang telah melekat sehingga terjadi aglutinasi
GEJALA INKOMPATIBILITAS RHESUS
Gejala utama dari inkompatibilitas rhesus adalah penyakit kuning. Kulit dan mata
bayi akan tampak kekuningan akibat penumpukan bilirubin di dalam tubuhnya
(hiperbilirubinemia). Bilirubin merupakan zat yang dihasilkan saat sel darah merah
dihancurkan.
Selain penyakit kuning, inkompabilitas rhesus menyebabkan bayi menjadi lemas,
mengantuk terus, dan gerakannya menjadi lambat.

KAPAN HARUS KE DOKTER


Jika calon ibu hamil memiliki golongan darah rhesus negatif (Rh-), sedangkan
pasangan memiliki golongan darah rhesus positif (Rh+), segera konsultasikan
dengan dokter kandungan untuk merencanakan kehamilan dan persalinan. Perencanaan ini
bertujuan agar tidak terjadi anemia hemolitik pada bayi yang dilahirkan nantinya. Untuk
mengetahui golongan darah rhesus, calon ibu hamil dan pasangan dapat melakukan tes
golongan darah
Thank You
ADA PERTANYAAN????

Anda mungkin juga menyukai