Fisiologi Sistem
Darah dan Imun
KELOMPOK 4
KELAS 1A
Plasma darah berfungsi untuk mengangkut air dan sari-sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lain dari plasma darah adalah menghasilkan zat
kekebalan tubuh terhadap penyakit atau antibodi.
Plasma Darah
Komposisi Plasma dan fungsinya
KOMPONEN PLASMA FUNGSI
Air Sebagai pelarut dan media suspensi bagi komponen
Ion
darah
Sodium, potassium, kalsium, Terlibat dalam osmosis, potensial membran, dan
Protein plasma
Albumin Turut bertanggung jawab terhadap viskositas darah magnesium, klorida, besi, keseimbangan asam-basa.
dan tekanan osmotik; bertindak sebagai penyangga; fosfat, hidrogen, hidroksida,
mengangkut asam lemak, bilirubin bebas, dan hormon bikarbonat
tiroid.
Nutrisi
Globulin Glukosa, asam amino, Sumber energi, membangun molekul kompleks.
Alpha Melindungi jaringan dari kerusakan oleh peradangan trigliserol, kolesterol
(alpha-1 antitrypsin); mengangkut hormon tiroid Meningkatkan aktvitas enzim.
(thyroid-binding globulin), kortisol (transcortin), dan Vitamin
testosteron dan estrogen (hormone–binding globulin);
mengangkut lipid (misalnya, kolesterol dalam HDL);
Asam laktat Produk respirasi anaerobik, dikonversi menjadi gula
mengkonversi besi Fe2+ menjadi Fe3+; mengangkut di hati.
hemoglobin yang dilepaskan dari sel-sel darah merah Gas
yang rusak. Oksigen Penting utuk respirasi aerobik, terminal akseptor
elektron dalam rantai transpor elektron.
Beta Mengangkut besi (transferin), mengangkut lipid (beta
Produk sisa pernapasan aerobik; sebagai bikarbonat
lipoprotein) terutama kolesterol dalam LDL; terlibat
Karbondioksida dapat menyangga darah.
dalam imunitas (sebagai pelengkap).
Tidak bereaksi (inert)
Gama Terlibat dalam imunitas (sebagaian besar antibodi Nitrogen
adalah gama globulin, tetapi beberapa alpha dan beta Substansi pengatur Mengkatalisasi reaksi enzimatik; merangsang atau
globulin).
menghambat fungsi hormon.
Fibrinogen Pembekuan darah.
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sel-sel darah yang paling banyak adalah sel-sel darah merah
atau eritrosit dengan persentase sekitar 99,9% dari seluruh
elemen padat darah. Dalam darah, jumlah eritosit sekitar 700
kali lebih banyak dibandingkan sel-sel darah putih (leukosit) dan
17 kali lebih banyak dari keping darah (trombosit).
Struktur
Eritrosit yang normal berbentuk cakram atau piringan yang di bagian tengah
kedua sisinya mencekung (bikonkaf), dengan diameter sekitar 7,5 μm. Bentuk
bikonkaf memberikan keuntungan yaitu menjadikan eritrosit memiliki permukaan
yang lebih luas bagi difusi oksigen, dibandingkan dengan bentuk bulat datar
dengan ukuran yang sama, dan membuat pergerakan gas ke dalam dan ke luar
sel berlangsung lebih cepat.
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Sepertiga isi eritrosit adalah hemoglobin (pigmen merah).
Kandungan hemoglobin dalam eritrosit inilah yang menjadikan
darah berwarna merah. Isi sel darah merah lainnya termasuk
lipid, adenosin trifosfat (ATP), dan enzim karbonat anhidrase.
Fungsi Eritrosit
Beberapa fungsi eritrosit antara lain sebagai berikut:
• Mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
• Mengangkut sari-sari makanan dari alat pencernaan ke
seluruh jaringan tubuh.
DI DALAM SEL DARAH MERAH TERDAPAT
HEMOGLOBIN
Hemoglobin terdiri atas dua bagian, yaitu globin suatu
protein polipeptida yang sangat berlipat-lipat. Gugus
nitrogenesa non protein mengandung besi yang dikenal
sebagi hem (heme) yang masing-masing terikat pada satu
polipeptida.
Ketika darah mengalir melalui paru-paru, oksigen berdifusi dari ruang udara di paru-paru ke
dalam darah. Oksigen memasuki eritrosit dan bergabung dengan hemoglobin membentuk
oksihemoglobin (Hb02), yang memberikan warna merah terang untuk darah. Setelah melepas
oksigen dari oksihemoglobin ke sel-sel tubuh, darah yang telah melepaskan oksigennya
(deoxyhemoglobin) dan membawa sejumlah kecil karbondioksida dari sel-sel tubuh kembali
ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida. Deoxyhemoglobin memberikan warna merah
gelap (rona kebiruan) untuk darah.
CIRI CIRI ERITROSIT
Dibuat di
Tidak sumsum
memiliki tulang
inti sel. belakang.
Pembentukan Eritrosit
Proses pembentukan eritrosit dinamakan eritropoiesis.
Pembentukan ini diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut
dengan eritropoetin
Leukosit memiliki fungsi menahan invasi oleh pathogen melalui proses fagositosis;
mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang muncul di dalam tubuh;
Membersihkan sampah tubuh yang berasal dari sel yang mati atau cedera.
Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit di produksi dalam sumsum tulang merah, dan
produksi setiap tipe leukosit diatur oleh protein yang disebut
colony-stimulating factor (CSF). Granulosit dan monosit
dihasilkan hanya di sumsum tulang, sedangkan limfosit juga
dihasilkan di jaringan limfoid (jaringan yang mengandung
limfosit seperti kelenjar limfe dan tonsil). Berbagai jenis
leukosit diproduksi dengan berbagai tingkat kecepatan,
bergantung pada jenis dan luas serangan yang dihadapi.
Pada orang dengan sumsum tulang yang berfungsi normal,
jumlah leukosit dapat menjadi dua kali lipat dalam hitungan
jam, jika memang diperlukan. Banyak leukosit hanya hidup
beberapa hari, kemungkinan mati karena bertempur
melawan patogen. Leukosit lainnya dapat hidup selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Sirkulasi leukosit
mempunyai
karakteristik sebagai
berikut:
1. Semua leukosit dapat keluar dari pembuluh
darah.
2. Semua leukosit mampu bergerak secara
amoeboid.
3. Semua leukosit tertarik pada rangsangan
kimiawi khusus.
4. Neutrofil, Eosinofil, dan Monosit mampu
melakukan pagositosis.
Ciri – Ciri Leukosit
Dapat bergerak secara
amoeboid dan dapat Jumlah normal : 4x109
menembus dinding hingga 11x109 sel
Tidak berwarna, kapiler (gerak darah putih/ liter darah.
memiliki inti (nukleus). diapedesis).
1. Neutrofil
Neutrofil merupakan tipe leukosit yang jumlahnya paling banyak,
sekitar 60 - 70% dari total leukosit. Kelompok sel ini dibedakan
dengan kelompok sel yang lain dari struktur intinya yang memiliki 2
– 5 lobus. Neutrofil merupakan leukosit pertama yang merespon
terhadap kerusakan jaringan.
Ciri-ciri: Plasma selnya bersifat netral, inti sel berjumlah banyak, bergerak amoeboid.
Fungsi: Dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
2. Eosinofil
Jumlah eosinofil berkisar antara 2 – 4% dari seluruh leukosit. Sel
ini ditandai dengan inti yang memiliki dua lobus. Dalam
sitoplasmanya terlihat butiran-butiran merah jika diwarnai dengan
pewarnaan eosin (pewarnaan asam), dari sifat inilah nama
eosinofil muncul.
Ciri-ciri: Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin.
Eosinofil juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
Fungsi : Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit (parasit besar seperti cacing dengan
menghancurkan dinding tubuhnya), dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya
parasit.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
3. Basofil
Basofil mengandung butiran sitoplasma besar yang berwarna biru
atau ungu dengan pewarnaan dasar. Jumlah Basofil paling sedikit
dibandingkan leukosit yang lain, yaitu hanya 0,5 – 1% dari seluruh
leukosit. Sel ini lebih kecil dari neutrofil dan eosinofil dengan
diameter 8 -10 μm, dengan inti berbentuk U.
Ciri-ciri : Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa.
Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
Fungsi : Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya,
leukosit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
2. Monosit
Monosit adalah leukosit terbesar, dengan diameter dua atau tiga
kali diameter eritrosit. Monosit berjumlah sekitar 460 sel / μL atau
sekitar 3 – 8% dari jumlah seluruh leukosit. Inti besar dan terlihat
jelas, sering berwarna violet, dan biasanya berbentuk bulat telur,
ginjal, atau tapal kuda. Sitoplasma monosit berlimpah dan jarang
mengandung butiran halus.
Fungsi: Berfungsi memberikan informasi pada limfosit T ketika terjadi infeksi sehingga
antibodi bisa terbentuk.
Struktur
Trombosit bukan merupakan sel
utuh tapi merupakan potongan
keping sel yang terlepas dari tepi sel
luar suatu sel besar (diameter 60
μm) disumsum tulang yang disebut
megakariosit. trombosit terdiri dari
sejumlah kecil sitoplasma yang
TROMBOSIT dikelilingi oleh membran plasma.
Trombosit berbentuk cakram dan
Ciri-ciri : tidak memiliki inti rata-rata diameter sekitar 3 μm.
Permukaan trombosit memiliki
sel, bentuk tak beraturan glikoprotein dan protein yang
dengan ukuran diameter 2-3 memungkinkan trombosit untuk
μm, dibentuk di menempel pada molekul lain, seperti
megakariosit sumsum kolagen dalam jaringan ikat. .
tulang. Trombosit memiliki
bentuk yang tidak teratur,
tidak berwarna, tidak berinti, TUGAS
berukuran lebih kecil dari (1) membentuk keping/butiran, yang menutup lubang kecil
eritrosit dan leukosit, dan di pembuluh darah dan
mudah pecah bila tersentuh (2) merangsang dibentuknya kontruksi bekuan yang
membantu menutup luka besar di pembuluh darah.
benda kasar.
Golongan Darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari
suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah
merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah tersebut.
PENGGOLONGAN DARAH
Dalam sistem A-B-O dikenal 2 macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B. Golongan
darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan gen yang
diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah
mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip (genotype), terdiri
dari genotip A, B, dan O.
PENGGOLONGAN DARAH
Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel darah merah.
Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum kelinci
yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibody yang
mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada ±85% orang-orang Eropa,
dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15%
sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus
negatif (Rh negatif).
PENGGOLONGAN DARAH
Sistem penggolongan darah MN, M, dan N didasarkan pada dua molekul spesifik yang
terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan darah M
mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N
mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul
pada sel darah merah.
Contents Here
HUBUNGAN
RHESUS DENGAN
IBU HAMIL DAN
BAYINYA
Penyebab Reaksi Hemolitik Fatal karena ABO Transfusi Darah yang Tidak Kompatibel
1. Adanya kesalahan identifikasi (nursing error)
2. Label sample darah tertukar (phlebotomist error) Terjadi akibat banyaknya pasien yang memerlukan
komponen darah sehingga tidak menutup kemungkinan label sample darah tertukar.
3. Adanya kesalahan saat mengambil sample (phlebotomist error) Darah yang diambil oleh petugas kesehatan
adalah darah orang lain sehingga akan menimbulkan dampak yang fatal.
4. Adanya kekeliruan saat uji pretransfusi (lab error) Contoh kasus di klinik adalah seharusnya pasien A yang
diujikan dengan golongan darah tertentu tetapi pasien B yang diujikan.
Reaksi Hemolisis Transfusi
Transfusi merupakan suatau proses pemindahan darah dari donor ke resipien yang paling sederhana
yang biasa dilakukan saat urgensi dan apat menimbulkan berbagai akibat fatal salah satunya adalah
reaksi hemolitik. Reaksi hemolitik akibat transfusi dibagi menjadi dua kelompok yaitu reaksi hemolitik
yang disebabkan proses imun(immune mediated hemolysis) yang terdiri dari reaksi hemolitik akut
(acute hemolytic transfusion reaction, AHTR) dan reaksi hemolitik lambat (delayed hemolytic
transfusion reaction, DHTR) dan non-imun (non-immunemediated hemolysis). Reaksi hemolitik akut
atau AHTR umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam identifikasi sampel darah resipien atau
dalam pencocokan sampel darah resipien dan donor (crossmaatch).
Reaksi Imunitas Antigen dan Antibodi