Besse Maessy Aulia.1904035.gadar - Trauma Muskuloskeletal - Minggu I
Besse Maessy Aulia.1904035.gadar - Trauma Muskuloskeletal - Minggu I
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
“ FRAKTUR “
Nama Mahasiswa :
CI LAHAN CI INSTITUSI
PROFESI NERS
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah yang paling banyak
ditemukan (Roshan A. & Ram S., 2008). Penyebab paling umum trauma
dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666 (51,66%)
tinggi adalah insiden fraktur ekstremitas bawah yaitu sekitar 46,2% dari
harus diatasi secara simultan. Harus dilihat apa yang terjadi secara
menyeluruh meliputi bagaimana mekanisme terjadinya fraktur, jenis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
mengancam nyawa.
trauma.
perdarahan (circulation).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma
yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung
pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak
langsung, trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.
Akibat trauma bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur
penderita.
2. Penyebab Fraktur
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
a. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat
patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan
jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
b. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau
metatarsal, terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan
berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau
oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak
langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan
sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim.
3. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka
periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya
rusak.Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.
Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan
jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan
menggantikannya.
Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari
periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat
yang disebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil
tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang
melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi perdarahan disekitar patah
tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan
periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan
menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler
didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling
menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang
menempelkan fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa.
Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel
jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi
sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar
tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung
kalsium hingga tidak terlihat pada foto rontgen. Pada tahap selanjutnya
terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa
berubah menjadi kalus tulang.
4. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002)
antara lain:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
1. Rotasi pemendekan tulang
2. Penekanan tulang
b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c. Ekimosis dari perdarahan subcutaneous
d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e. Tenderness
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/
perdarahan)
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j. Krepitasi
5. Klasifikasi
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara
fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit,
fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
7. Komplikasi
a. Komplikasi segera (immediate) : Komplikasi yang terjadi segera setelah
fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf,
injuri atau perlukaan kulit.
b. Early Complication : Dapat terjadi seperti osteomielitis, emboli, nekrosis,
dan syndrome compartemen.
c. Late Complication : Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi
antara lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang
terganggu (malunion).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges dalam Jitowiyono (2010). Beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan pada klien dengan fraktur, diantranya:
a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan
sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan darah
yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.
9. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Penatalaksanaan Awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan :
a. Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan nafas, menutup luka dengan verban yang bersih dan
imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita
merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan
ambulans.
b. Penilaian klinis
c. Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis,
apakah luka itu tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf
ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.
d. Resusitasi
e. Kebanyakan penderita dengan fraktur multipel tiba di rumah sakit
dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi
pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfusi darah dan cairan
lainnya serta obat-obat anti nyeri.
10. Pengobatan
Tindakan pengobatan selalu harus mempertimbangkan pengobatan
konservatif dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit
fleksi. Operasi dilakukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka,
malunion atau nonunion yang sangat jarang ditemukan.
a. Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur
dengan manipulasi tertutup dengan pembiusan umum. Pemasangan gips
sirkuler untuk immobilisasi, dipasang sampai diatas lutut.
Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau
lebih, tidak ada angulasi dan tidak ada rotasi. Apabila ada
angulasi, dapat dilakukan koreksi setelah 3 minggu (union
secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan
gips biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan
tindakan operasi.
Cast bracing adalah teknik pemasangan gips sirkuler dengan
tumpuan pada tendo patella (gips Sarmiento) yang biasanya
dipergunakan setelah pembengkakan mereda atau terjadi union
secara fibrosa.
b. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam
terapi konservatif, fraktur tidak stabil dan adanya nonunion.
Metode pengobatan operatif adalah sama ada pemasangan plate
dan screw, atau nail intrameduler, atau pemasangan screw
semata-mata atau pemasangan fiksasi eksterna.
c. Indikasi pemasangan fiksasi eksterna pada fraktur tibia: Fraktur tibia
terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan
yang hebat atau hilangnya fragmen tulang Pseudoartrosis yang
mengalami infeksi (infected pseudoarthrosis).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
klien/asuransi kesehatan.
klien di gunakan:
presipitasi nyeri.
gambarkan klien.
3) Region apakah rasa sakit bisa reda apakah rasa sakit menjalar
terhadap klien.
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat Psikososial
masyarakat.
3) Pola Eliminasi
juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
4) Pola Aktivitas
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul
efektif.
g. Pemeriksaan Fisik
lebih mendalam.
1) Gambaran Umum
a) Sistem Integumen
b) Kepala
c) Leher
d) Muka
tak oedema.
e) Mata
f) Telinga
g) Hidung
i) Thoraks
simetris.
j) Sistem pernafasan
onchi.
k) Sistem Kardiovaskuler
mur-mur.
l) Sistem pencernaan
hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands
gelombang cairan.
kali/menit.
pembesaran lymphe.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen
darah kejaringan.
trauma (fraktur).
3. Intervensi
No Diagnosis NOC NIC
1 Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang Pain level Pain management:
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan Comport level termasuk lokasi, karakteristik, kualitas, dan faktor
sedemikian rupa (internasional association for the Krikteria hasil: presipitasi.
study of pain): awitan yang tiba- tiba atau lambat dari Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, - Observasi reaksi nonverbal dari ktidaknyamanan.
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang mampu menggunakan teknik nonfarmakologi - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
dapat diantisipasi/diprediksi dan berlangsung selama untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien.
6 bulan. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri evaluasi
Batasan karakteristik: menggunakan management nyeri pengalaman nyeri masa lampau.
Perubahan selera makan Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
Perubahan tekana darah frekuensi dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau.
Perubahan frekuensi jantung Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Perubahan prekuensi pernapasan berkurang menemukan dukungan.
Laporan isyarat - Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Diaphoresis
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
Perilaku distraksi (mis:gelisah, meregek,
menangis) - Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Masker wajah (mis: mata kurang bercahaya, - Pilih dan lakukan pengan nyeri (farmakologi,
tampak kacau, gerakan mata berpencar, atau tetap nonfarmakologi, dan interpersonal).
pada satu focus meringis) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Sikap melindungi area nyeri intervensi.
Focus menyempit (mis:gangguan presepsi nyeri, - Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi.
hambatan proses berpikir, penurunan interaksi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamat - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri - Tingkatkan istirahat.
Sikap tubuh melindungi - Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
Dilatasi pupil tidakan nyeri tidak berhasil.
Melaporkan nyeri secara verbal - Monitor penerimaan pasien tentang managemen nyeri.
Gangguan tidur Analgesic administration
Faktor yang berhubungan: - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, nyeri sebelum pemberian obat.
psikologis - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri.
- Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal.
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali.
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri
hebat.
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala.
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer NOC NIC
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen
dapat mengganggu kesehatan. Tissue perfusion: cerebral sensasi perifer)
Batasan karakteristik: kriteria hasil: - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
Tidak ada nadi Mendemonstrasikan status sirkulasi yang terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
Perubahan fungsi motorik ditandai dengan: - Monitor adanya paretese.
Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, Tekanan systole dan diastole dalam rentang - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu) yang diharapkan ada isi atau laserasi.
Indek ankle-brakhial <0,90 Tidak ada ortostatik hipertensi - Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
Perubahan tekanan darah diektermitas Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
intrakranial tidak lebih dari 15mmHg
Waktu pengisian kapiler > 3 detik - Monitor kemampuan BAB.
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang
Klaudikasi - Kolaborasi pemberian analgetik.
ditandai dengan:
Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai - Monitor adanya tromboplebitis.
diturunkan Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan - Diskusikan menenai penyebab perubahan sensasi.
Kelembapan penyembuhan luka perifer kemampuan
Penurunan nadi Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
Edema orientasi
Nyeri ektermitas Memproses informasi
Bruit femoral Membuat keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori motorik cranial
Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji
yang utuh: tingkat kesadaran membaik, tidak
berjalan enam detik
ada gerakan gerakan involunter
Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh
dalam uji berjalan enam detik
Perestesia
Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor yang berhubungan:
Kurang pengetahuan tetang faktor pemberat
(mis., merokok, gaya hidup monoton, trauma,
obesitas, asupan garam, imobilitas)
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
(mis,. diabetes, hiperlipidemia)
Diabetes mellitus
Hipertensi
Gaya hidup nonoton
Merokok
Syok management
- Monitor fungsi neurologis
- Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr lavel)
- Monitor tekana nadi
- Monitor status cairan , input dan output
- Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG, sesuai
- Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi pembacaan tekanan darah,
sesuai
- Menggambarkan gas darah arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
- Memantau tren dalam parameter hemodinamik,
(mis: CVP, MAP, tekanan kapiler pulmonan/ arteri)
- Memantau faktor penentu pengiriman faktor
oksigen (mis: PaO2 kadar hemoglobin SaO2,CO),
jika tersedia
- Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan /
atau tonometry lambung, sesuai
- Memonitor gejala gagal pernapasan ( mis: rendah
PaO2, peningkatan PaO2 tingkat, kelelahan otot
pernapasan)
- Monitor nilai LAB (mis: CBC dengan diferensial)
koagulasi propil, ABC, tingkat laktat, budaya, dan
propil kimia)
- Masukan dan memelihara besarnya kebosanan akses
IV
BAB III
LAPORAN ANALISA KASUS
2. Masalah Keperawatan
3. Intervensi / Implementasi
4. Evaluasi.
PENILAIAN NYERI :
Nyeri : Tidak Ya, lokasi pada daerah tungkai kaki kanan Intensitas (0-10) 7
Jenis : Akut Kronis
PENGKAJIAN SEKUNDER
1) SAMPLE
a. S: (sign and symptom)
Klien mengatakan mengalami KLL (Kecelakaan Lalu
Lintas) Sepeda Motor dengan Truk 1 jam sebelumnya (jam
09.00 WIT). Klien dibawa ke UGD RSWS Makassar oleh
warga setempat. Klien mengatakan sebelumnya ia hendak
ke kota M, lalu tiba-tiba tertabrak Truk. Didapatkan hasil
TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu
36,5OC, RR 24x/menit, dan GCS e3 v5 m6 (total 14). Pada
hasil pemeriksaan fisik ditemukan tungkai kaki kanan patah
dann luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking tangan kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5
cm. Terdapat perdarahan pada luka robekan. terdapat
bengkak berwarna merah kebiruan pada kulit sekitar luka.
Klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala dan
lengan dengan NRS 4 (skala 1 – 10).
b. A (allergies)
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan
maupun obat –obatan.
c. M: (medications)
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan atau
ketergantungan obat
d. P: past medical history)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan
kesehatan keluarga
e. L (last meal)
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengonsumsi nasi dan
sayur
f. E: (event)
Klien mengalami nyeri pada tungkai kaki kanan dan nyeri
dikepala
3) Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil
Skull COR
Manus (D) (AP-Lateral) Susp. Close Fracture Manus (D)
5) Terapi Medikasi
Waktu Nama Dosis dan Keterangan
Obat Cara
Pemberian
10.00 Ranitidin 50 mg i.v. bolus Obat tukak
lambung dan
duodenum akut
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: Kecelakaan lalu lintas Nyeri Akut
- Klien mengatakan
sebelumnya ia hendak
ke kota M, lalu tiba- Trauma jaringan tubuh
tiba tertabrak Truk.
- Klien mengatakan
merasa nyeri pada Terputusnya kontinuitas
bagian kepala depan jaringan
dan lengan kanan.
Respon Nyeri
Nyeri
6) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b/d agens cedera fisik
Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi dan Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri akut b/d agens Tujuan 1. Kaji intensitas dan skala nyeri. R/ Nyeri merupakan respon
cedera fisik Setelah dilakukan tindakan subjektif yg dapat dikaji dengan menggunakan skala.
keperawatan selama 1x6 Jam jam,
Ds : diharapkan nyeri yang dirasakan 2. Berikan klien posisi semifowler. R/ Posisi dengan kepala lebih
- Klien mengatakan klien berkurang, tinggi dapat memperlambat aliran darah dan cairan ke kepala
sebelumnya ia sehingga dapat mempertahankan tekanan intrakranial dalam abtas
hendak ke kota M, 1. Klien normal sehingga mencegah nyeri bertambah kuat.
lalu tiba-tiba mengatakan nyeri yang
tertabrak Truk. dirasakan berkurang.
- Klien mengatakan 2. Klien tidak gelisah
merasa nyeri pada 3. Klien
bagian kepala mengidentifikas i aktivitas yang
depan dan lengan dapat mengurangi nyeri.
kanan. 4. NRS nyeri turun menjadi 1-2
(skala 1 – 10)
Do :
- Terdapat luka
robekan di pelipis
kiri ± 3 cm dan
pada jari
kelingking tangan
kanan ± 4 cm
dengan dalam ±
0,5 cm.
- NRS
nyeri 5
(skala
1 – 10)
- Tungka
i kaki
kanan
patah
IMPLEMENTASI
Waktu IMPLEMENTASI
09.30 Klien dipindahkan dari mobil pick-up ke brankart
pasien. R/ Pemindahan klien ke brankar dibantu
pengantar.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
tiga, yaitu pada tulang terjadi fraktur, pada sendi terjadi sprain dan
dislokasi, dan pada otot dapat terjadi strain dengan penegakan diagnosanya
B. Saran
Kahlon I. A., Hanif A. & Awais S. M., 2010, Analysis of emergency care of
trauma patients with references to the type of injuries, treatment
and cost, Departement of Orthopedics, General Hospital, Lahore,
ANNALS Volume 16, No.1