Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Pembelajaran PAI di Sekolah

Disusun Oleh :
Maya Izzatus Sofa
T20181317

Kalau kita kaitkan pengertian evaluasi pendidikan dengan pendidikan Islam, maka
evaluasi itu berarti suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan
didalam pendidikan Islam, Al-Wahab menyatakan bahwa evaluasi atau tagwim itu adalah
sekumpulan kegiatan-kegiatan pendidikan yang menentukan atas suatu perkara untuk
mengetahui tercapainya tujuan akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-
program pelajaran yang beraneka ragam. Sedang daftar hasil kegiatan pada waktu itu berupa
kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan, evaluasi menitik beratkan pada proses
pendidikan dan pengajaran peletakannya berupa catatan-catatan latihan dan juga pertemuan
tatap muka .
Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan
kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan,
karena pihak penilai ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan
tersebut.
Objek evaluasi dalam pendidikan Islam dalam arti umum adalah peserta didik.
Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu dalam peserta didik. Peserta didik
bukan hanya sebagai objek evaluasi tetapi juga sebagai subyek evaluasi, karena dalam
pendidikan Islam evaluasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan melakukan instropeksi atau
perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi ini tentu dengan kesadaran internal
yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal sholeh)
pribadi.
2. Evaluasi terhadap orang lain adalah merupakan bagian dari pendidikan Islam,
yang berdasarkan niat yang bertujuan untuk melakukan perbaikan perbuatan
sesama umat Islam untuk ke arah yang lebih baik.
Sasaran dari evaluasi dalam pendidikan Islam, secara garis besar meliputi empat
kemampuan dasar manusia didik, yaitu:
1. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadinya dengan tuhannya .
2.   Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam
sekitarnya.
4. Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku
anggota masyarakatnya serta selaku khalifah dimuka bumi.
Subjek evaluasi berarti personal yang melakukan kegiatan evaluasi. Dan yang
menjadi subjek evaluasi tergantug kapabilitas individu tersebut, seperti mampu menganalisis
dan menginterpretasikan hasil evaluasi. Misalnya:
1. Subjek evaluasi prestasi belajar adalah guru
2. Subjek tes kemampuan  bakat, minat dan yang lainnya yang menggunakan
instrument atau skala-skala tertentu bisa meminta bantuan pada ahlinya yang
telah di persiapkan.
3. Subjek tes kepribadian adalah psikolog atau individu lain yang telah di
persiapkan secara khusus.
Dalam hal ini ada pandangan lain yang menyebut subjek evaluasi adalah siswa,
yakni orang yang di evaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya:
prestasi matematika, kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain
lagi mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.
Ada beberapa ruang lingkup evaluasi pembelajaran PAI yaitu :
1.    Evaluasi program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal,
yaitu: (a) evaluasi terhadap tujuan pngajaran, (b) evaluasi terhadap isi progrm
pengajaran, (c) evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
2.   Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup: (a) kesesuaian
antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-garis besar program
pengajaran yang telah ditentukan; (b) kesiaan guru dalam melaksanakan program
pengajaran; (c) kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; (d) minat atau
perhatian siswa di dalam mengikuti pelajaran; (e) keatifan atau partisipasi siswa selama
proses pembelajaran berlangsung; (f) peranan bimbingan dan penyuluhan terhadapa
siswa yang memerlukannya; (g) komunikasi dua arah antara guru dan murid selama
proses pembelajaran berlangsng; (h) pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa;
(i) pemberian tugas0tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh di dalam kelas; dan (j) upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul
sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.
3. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup: (a) evaluasi mengenai
tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai
dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas; (b) evaluasi mengenai tingkat
pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran.
Menurut Hasmiati (2016: 17-18), ada dua teknik dalam evaluasi pendidikan islam,
yaitu:
1. Teknik evaluasi pada masa pertumbuhan Islam (zaman Rasulullah dan para sahabat)
Sistem evaluasi yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah sifat universal. Yaitu
dengan menggunakan teknik testing mental (mental test atau psikotest). Dalam sunnah
Nabi system evaluasi bersifat makro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia
termasuk nabi sendiri. Sebagiaman dalam kisah kedatangan Jibril AS untk menguji Nabi
Muhammad saw. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau
tentang rukun Islam.Setiap jawaban Nabi atas pertanyaan yang diajukan selalu
dibenarkan oleh malaikat Jibril AS. Peristiwa lain yaitu ketiak nabi diuji hafalan-ahafalan
pada ayat-ayat al-qur’an yang tetap konsisten dan valid dalam ingatan beliau.
2. Teknik evalausi pada masa perkembngan dan kemajuan Islam (sesudah sahabat hingga
sekarang).
Teknik penilaian yang diterapkan pada masa sekarang ini terdapat dalam sekolah-
sekolah adalah yang bersifat kuantitatif.Penilaian kuantitatif dinyatakan dengan
menggunakan angka-angka sedangkan yang kaulitatif dinyatakan dengan ungkapan-
ungkapan.Aspek tingkah laku siswa dalam bidang kognitif dinilai secara kuantitaif.Aspek
sikap/ afektif diniali secara kualitatif dan aspek keterampilan / psikomotorik dinilai
secara kuantitatif dan kualitatif.
Implikasi dari kedua penialain diatas membutuhkan teknik pelaksanaannya.
Adapun teknik penialainnya sebagai berikut:
a. Teknik Test
Adalah penialain yang menggunakan tes yang tentukan terlebih dahulu. Metode
ini bertujuan untuk mrengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang
akan dicapai oelh siswa meliputi: kesanggupan mental, achievement (test penguasaan
hasil belajar), keterampialn, koordinSI, motorik dan bakatbaik secara individu
maupun secara berkelompok. tes hasil belajar ini dibagi menjadi :
1) Tes tertulis (written test)
Adalah tes yang diberikan kepada siswa dengan menjawab soalsoal secara tertulis
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Berikut ini merupakan macam-macam dari
bentuk tes tertulis , yaitu tes dalam bentuk essay adalah test yang soalnya disusun
sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa kalimat. Dan tes dalam
bentuk objektif yaitu tes yang disusun dengan bentuk jawaban yang ditentukan sehingga
dalam hal ini siswa hanya memilih jawaban yang sudah ditentukan sehingga siswa hanya
memilih jawaban yang dianggap benar diantara jawaban-jawaban yang salah.
2) Tes lisan (oral tes)
Adalah tes yang dialkukan dengan cara lisan dengan sejumlah siswa atau seorang
yang dilakukan penguji. Tes ini pelaksanaannya dengan menggnkana system Tanya
jawab secara langsung.
3) Tes perbuatan (performance test)
Adalah test yang digunakan untuk menilai berbagai macam perintah atau siswa
diperintah untuk melaksanakan suatu hal yang berkaitan dengan materi pelajaran,
seperti ; praktik wudhu, tayamum, shalat, dan lain-lain.
a. Teknik non-Test
Adalah penialian yang tidak menggunakan soal-soal test dan tujuan
gar mengetahui sikap dab sifat kepribadian siswa, yang berhubungan dengan
kiat belajar atau pendidikan. Adapun yang termasuk penialain non-Test yaitu;
rating scale (skala bertingkat), kuesioner, daftar cocok, wawancara,
pengamatan/ observasi dan riwayat hidup.
Ada beberapa yang harus kita ketahui tentang Pengembangan Tes Prestasi
Belajar dan Metode Evaluasi Pembelajaran di Sekolah antara lain :
1.   Tes Benar-Salah (True-False)
Bentuk Benar-Salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab
soal), yaitu : dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila
ia memilih jawaan yang salah, tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya
diminta  melingkari huruf  B atau S tanpa memberi jawaban yang betul.
2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Berbagai tingkat dan  jenjang  pendidikan  banyak  menggunakan bentuk tes
pilihan ganda. Hal ini di sebabkan :
a. Tipe tes disusun dan digunakan untuk mengukur semua standar kompetensi
b. Jumlah alternative jawaban (option) lebih dari dua sehingga dapat mengurangi
keinginan siswa untuk menebak (guessing)
c. Tipe tes ini menuntut kemampuan siswa untuk membedakanberbagai
tingkatan kebenaran sekaligus
d. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas alternative jawaban. Bentuk tes formatif pilihan ganda di
skor  secara objektif, karena pemeriksaannya atau penskorannya tidak selalu
dilakukan oleh manusia tapi dapat dilakukan mesin misalnya mesin scanner.
Pada hakikatnya bentuk soal ini hamper sama dengan soal melengkapi pilihan, yaitu
satu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban.
Perbedaanya ialah pada bentuk pilihan ganda asosiasi, kemungkinan jawaban benar satu,
dua, tiga, atau empat. Tes semacam ini termasuk kedalam bentuk tes kombinasi pilihan
ganda yang terdiri atas batang tubuh soal diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban,
diantaranya satu atau lebih yang benar
1. Soal Menjodohkan (Matching Test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan
dansatu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang
tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban sehingga sesuai tau cocok dengan pertanyaannya
2.   Tes Isian (Completion Test)
Completion test  biasa kita sebut dengan tes isian, tes menyempurnakan atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya
yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini
adalah merupakan pengrtian kit minta dari murid.
Soal bentuk jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat, nama tokoh, atau kalimat yang sudah
pasti. Bentuk soal jawaban singat baik untuk mengukur kemampuan  peserta didik yang
sangat sederhana. Beberapa kemampuan atau indikator ini berikut ini menunjukkan
pengunaan bentuk soal jawaban singkat yang sering digunakan guru kelas.
Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Ketetapat alat
nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena sering kali dalam penggunaan evaluasi
memerlukan pertimbangan subjektifitas yang dapat menghasilkan penilaian yang
mungkin bervariasi diantara dua orang guru. Alat nontes kadang ada ang menggunakan
pengukuran tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh yaitu:
observasi, bentuk laporan, dan teknik audio visual.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket atau kuesioner. Angket
banyak digunakan dalam proses penelitian guna mengeksplorasi informasi atas dasar
pilihan siswa. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan
kondisi tertentu dan fakta tentang siswa. Alat ini boleh dipertimbangkan secara individual
atau secara grup

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1988. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta:  Bumi
Aksara.
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Eko Saputro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
PENGALAMAN PRIBADI SAYA MENGIKUTI PERKULIAHAN MELALUI DARING

( ONLINE )

Kendala yang saya alami lebih banyak didominasi oleh jaringan internet yang tidak mendukung
ataupun kondisinya yang lemot. Kendala yang lain juga saya kurang paham akan materi yang
diajarkan oleh dosen , tetapi kebanyakan dosen hanya memberi tugas tetapi tidak menjelaskan
terlebih dahulu , apalagi jika dosen tersebut meminta kita untuk memikiri sendiri tanpa melihat
di internet , sedangkan dosen itu sendiri materinya dari internet semua . Selain itu, perubahan
suasana hati saya dalam belajar online juga beruabah-ubah . Lantaran, tugas sekolah yang terlalu
banyak sehingga menimbulkan rasa bosan . tetapi hal yang saya suka adalah waktu dengan
keluarga bisa menjadi lebih banyak .

Anda mungkin juga menyukai