Anda di halaman 1dari 9

PENCEGAHAN PAPARAN HAZARD PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA

Maulidya Nabila

nabilamaulidya72@gmail.com

LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang
ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang
lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi-potensi yang dapat
menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan
proses produksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melihat hazard dan risk dengan tujuan
me-manage/mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury
ataupun accident.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu disiplin dengan ruang lingkup yang
luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah kepada
pengendalian hazard dan risiko untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun accident,
promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial pda
pekerja di semua tempat kerja, pencegahan pada para pekerja terhadap efek buruk kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan
kerja dari risiko yang berakibat pada kesehatan yang buruk, adaptasi, pekerjaan terhadap
manusia (ILO,1996).

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan,
mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan
pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004). International  council nurse (2002)
mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu pelayanan
keperawatan. Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen,
pelatihan dan retensi tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan
lingkungan yang aman,  pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan
dan lingkungan perawatan yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta
berfokus pada kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan yang ada.

Menurut institusi of medicine (IOM) (2008) tujuan keselamatan pasien ini diantaranya
pasien aman (terhindardari cedera),pelanayanan menjadi lebih efektif dengan adanya bukti yang
kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak perlu diberikan ke pasien,berfokus pada nilai dan
kebutuhan pasien,pengurangan waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan efisien
dalam penggunaan sumber-sumber yang ada.

Ocupational Health and Safety Assessment (OHSAS) mendefinisikan K3 sebagai kondisi


dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja
(termasuk pekerja kontrak dan kontraktor) dan juga tamu atau orang lain berada ditempat kerja
(Matatula,2007). K3 difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera
(Kani,dkk,2013).

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja. Salah satu hazard atau bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya. Psikososial adalah hubungan antara
kondisi sosial seseorang atau pekerja dengan kesehatan mental/emosionalnya. Hazard psikososial
adalah suatu bentuk bahaya yang dapat mengancam kesehatan mental para pekerja dan risiko
penurunan produktifitas pekerja. Dikarenakan hal tersebut upaya atau pencegahan pada hazard
psikososial yang akan dibahas ini menjadi hal penting selain melindungi atau mencegah bahaya
fisik atau luar lainnya. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada
peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.
METODE

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode literasi. Metode literasi yang digunakan
dalam pengkajian ini merupakan suatu metode penelitian yang menggunakan pengumpulan data
atau informasi, pemahaman, dan kemampuan menganalisa yang bersumberkan pada jurnal, text
book, maupun e-book yang relevan yang berfokus pada pemahaman komponen diagnosa
keperawatan dari hasil pengkajian keperawatan dan dengan menggunakan 12 sumber referensi
dari jurnal, text book, dan e-book dalam mendukung penulisan kajian ini.

HASIL

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang
ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang
lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi-potensi yang dapat
menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan
proses produksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melihat hazard dan risk dengan tujuan
me-manage/mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury
ataupun accident.

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan
pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi
rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang
optimal (canadian nursing association, 2004). International  council nurse (2002) mengatakan
bahwa keselamtan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu pelayanan keperawatan.
Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen, pelatihan dan retensi
tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang aman,
pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan
yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus pada
kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap pengembangan yang
ada.

Menurut institusi of medicine (IOM) (2008) tujuan keselamatan pasien ini diantaranya
pasien aman (terhindardari cedera),pelanayanan menjadi lebih efektif dengan adanya bukti yang
kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak perlu diberikan ke pasien,berfokus pada nilai dan
kebutuhan pasien,pengurangan waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan efisien
dalam penggunaan sumber-sumber yang ada.

Tempat kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki bahaya kerja yang dapat
menimbulkan dampak bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Kesehatan pekerja berfokus pada
dua penyebab, pertama, kesehatan berkaitan dengan pajanan bahaya fisik, kedua, kesehatan kerja
yang disebabkan bahaya psikososial. Terpapar stressor bahaya psikososial di tempat kerja terkait
dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk gangguan perilaku dan penyakit lainnya. Hazard
psikososial merupakan factor dan situasi yang berkaitan dengan tempat kerja yang dapat memicu
stress, ketegangan emosional, dan masalah interpersonal. Hal-hal yang berpotensi yang dapat
membahayakan pekerja dari hazard psikososial ini diantaranya seperti kerja shift, tekanan di
tempat kerja, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, gangguan seksual, dan lain-lain.

Sebagai perawat kesehatan kerja, secara otomatis selalu melaksanakan praktik klinis
karena perannya sebagai pemberi layanan kesehatan (Thompson, 2012), tanggung jawabnya
sebagai strategi pencegahan primer, sekunder, dan tersier diharapkan dapat menunjukkan
pengaruh dan peran penting dalam penanganan dan pencegahan penyakit, cidera, enyakit kronis,
di masa yang akan datang.

PEMBAHASAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu disiplin dengan ruang lingkup yang
luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah kepada
pengendalian hazard dan risiko untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun accident,
promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial pda
pekerja di semua tempat kerja, pencegahan pada para pekerja terhadap efek buruk kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan
kerja dari risiko yang berakibat pada kesehatan yang buruk, adaptasi, pekerjaan terhadap
manusia (ILO,1996).

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan,
mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan
pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004). International  council nurse (2002)
mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu pelayanan
keperawatan. Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen,
pelatihan dan retensi tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan
lingkungan yang aman,  pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan
dan lingkungan perawatan yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta
berfokus pada kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan yang ada.

Menurut institusi of medicine (IOM) (2008) tujuan keselamatan pasien ini diantaranya
pasien aman (terhindardari cedera),pelanayanan menjadi lebih efektif dengan adanya bukti yang
kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak perlu diberikan ke pasien,berfokus pada nilai dan
kebutuhan pasien,pengurangan waktu tunggu pasien dalam menerima pelayanan dan efisien
dalam penggunaan sumber-sumber yang ada.

Tempat kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki bahaya kerja yang dapat
menimbulkan dampak bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Kesehatan pekerja berfokus pada
dua penyebab, pertama, kesehatan berkaitan dengan pajanan bahaya fisik, kedua, kesehatan kerja
yang disebabkan bahaya psikososial. Terpapar stressor bahaya psikososial di tempat kerja terkait
dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk gangguan perilaku dan penyakit lainnya.

Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik
material, lingkungan maupun manusia. Safety Engineer Career Engineer Career Workshop
(2003) mendefinisikan Hazard sebagai kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian /
kecelakaan bagi manusia atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-
efek yang buruk tersebut akan muncul.

Banyak peneliti yang mengobservasi bahwa kondisi kerja tidak hanya menimbulkan
penyakit akibat kerja tetapi juga memegang peranan penting dalam hal kesehatan pekerja. Aspek
psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek penelitian sejak 1950 ( Jonhson, 1996; sauter at al.,
1998 ). Awalnya psikologi hanya ditujukan pada hambatan pekerja untuk beradaptasi terhadap
aturan kerja daripada terhadap potensi bahaya dari karakteristik lingkungan kerja yang mungkin
dirasakan pekerja ( Gardell, 1982). Tetapi dengan penelitian tentang  lingkungan kerja
psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960 ( Johnson & Hall, 1996 ) fokus pembahasan
telah beralih dari perspektif individu ke arah pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap
kesehatan.

Hazard psikososial merupakan faktor dan situasi yang berkaitan dengan tempat kerja
yang dapat memicu stress, ketegangan emosional, dan masalah interpersonal. Hal-hal yang
berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari hazard psikososial ini diantaranya seperti jam
kerja yang panjang dan tidak adanya rotasi shift kerja, tekanan di tempat kerja, penyalahgunaan
narkoba dan alkohol, gangguan seksual, dan lain-lain.

Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan
social kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi
pekerja ( Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work Related Stress 2002). Bahaya
psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori karakteristik kerja,
organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya (hazardous). Hal ini dapat
menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk menggambarkan bahaya
kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau isi dari pekerjaan (content to work) .
Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi
kesehatan. Risiko yang ditimbulkan dengan adanya bahaya psikososial ini adalah stress kerja.

Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti:

1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai
3. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh
4. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
5. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar produktivitas
kerja dapat tetap terjaga

Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan
karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan
baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami
gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.

Gejala stress :

1. Kepuasan kerja rendah


2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui 9. pendekatan individu dan organisasi.

Gangguan emosional yang timbul :

1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan seksual
5. Ketagihan alkohol dan psikotropika, Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah
potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa
stress

PENUTUP

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang
ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang
lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi-potensi yang dapat
menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan
proses produksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melihat hazard dan risk dengan tujuan
me-manage/mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury
ataupun accident. Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang
menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya
kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan yang optimal (Canadian Nursing Association, 2004).

Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan
social kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi
pekerja ( Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work Related Stress 2002). Bahaya
psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori karakteristik kerja,
organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya (hazardous).

Oleh karena itu, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan
upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Nies, Mary A, McEwewn,Melanie. (2015). Community and Familly Health Nursing - 1st
Indonesian Edition. Singapore: Elsevier(Singapore) Pte.Ltd.

Hartoyo,Edi.dkk. (2015). Sarapan Pagi & Produktivitas. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through


Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study.
In IOP conference series: Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031).
IOP Publishing
Andarini,Desheila.dkk. (2019). Identifikasi Bahaya Psikososial Pada Buruh Wanita Di Pabrik
Karet. Jurnal Kesehatan.

Indragiri, S., & Yuttya, T. (2018). Manajemen Resiko K3 Menggunakan Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Jurnal Kesehatan, 9(1).

Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhati Pratiwi Bogor Tahun 2015. Jurnal
ARSI (Jurnal Administrasi Rumah Sakit), 4(2).

Firawati, Pebuty, A., & Putra, A. S. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di RSUD
Solok. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 73-79.

Sriningsih, N. & Marlina, E. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient


Safety) Pada Petugas Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 9(1).Karet. Jurnal Kesehatan.

Harrianto, R. (2012). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Restuputri, D. P. (2015). Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hazard and
Operability Study (HAZOP). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 14(1).

Pratiwi, Nurhantari, Y., & Budiharjo, S. (2019). Hazard Identification, Risk Assesment and Risk
Control Serta Penerapan Risk Mapping pada Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi
Universitas Gadjah Mada. BKM Journal of Community Medicine and Public Health,
35(2), 55-64.

Anda mungkin juga menyukai