Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Di Susun Oleh :

Della Ramadhai 1811312042

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Pendekatan Untuk Menangani Kelompok Rentan Fakir Miskin Saat Tanggap Darurat
Bencan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik baiknya.

Padang, 19 september 2020

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat
tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam terseut serta adanya
keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko
terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi
lain juga kaya akan sumberdaya alam.

Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempabumi,
tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor,
kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit
tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan
transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait
dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi
bencana pada suatu daerah konflik.

Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau


perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara
terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada
langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih
dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan
bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Secara lebih rinci disebutkan di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Kelompok Rentan?
2. Apa itu kelompok rentan fakir miskin?
3. Bagaimana Penanganan Kelompok Rentan Fakir Miskin saat Tanggap Darurat?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu Kelompok Rentan
2. Untuk mengetahui apa itu kelompok rentan fakir miskin
3. Untuk mengetahui bagaimana Penanganan Kelompok Rentan Fakir Miskin saat
Tanggap Darurat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelompok Rentan

Menurut Departemen Hukum dan HAM, Kelompok rentan adalah masyarakat yang
memiliki keterbatasan dalam menikmati kehidupan yang layak seperti anak yatim/piatu, lansia,
fakir miskin atau masyarakat kurang mampu, disabilitas, masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana, dll. Sedangkan menurut Human Rights Reference kelompok rentan adalah
pengungsi, pengungsi internal, minoritas nasional, pekerja migran, penduduk asli, anak-anak dan
wanita. Dapat disimpulkan bahwa kelompok rentan adalah kelompok yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup yang layak dan perlu mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah.

Kerentanan manusia terhadap bencana salah satunya yakni melihat pertama alam sebagai
penyebab, kedua biaya sebagai penyebab seperti kemiskinan yang menyebabkan tidak adanya standar
bangunan pembangunan di daerah beresiko gempa bumi dan banjir, ketiga struktur sosial sebagai
penyebab. Ketiga pandangan tersebut sebenarnya tidak eksklusif satu sama lain, atau dengan kata lain,
ketiganya sebenarnya saling berhubungan. Namun, aktor kemanusiaan seringkali hanya memandang
kerentanan dari pandangan pertama dan kedua, sehingga manusia seringkali dilihat sebagai korban
(pasif), bukan sebagai aktor yang aktif serta memiliki pengaruh dan peran dalam hal kebencanaan dan
pencegahannya. Kerentanan manusia terhadap bencana juga dianggap sebagai masalah yang bersifat
‘seasonal/musiman’. Padahal masalah struktur sosial dan ekonomi yang tidak adil bisa berdampak pada
kerentanan masyarakat terhadap bencana semenjak sebelum, selama, dan sesudah bencana itu terjadi.

2.2 Kelompok rentan fakir miskin

Fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu termasuk kelompok rentan karena
sebagian besar mereka tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Dalam kehidupan normal saja,
mereka selalu hidup dalam kemiskinan. Terlebih lagi, ketika ada bencana atau ancaman bencana
jelas akan berdampak pada mata pencarian, kemampuan menghidupi keluarga, dan
keberlangsungan keseluruhan keluarga miskin. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, fakir
miskin atau masyarakat yang kurang mampu biasanya tidak memiliki banyak keterampilan yang
dikuasai dalam pekerjaan, sehingga mereka memiliki penghasilan yang rendah dan tidak dapat
memenuhi kehidupan sehari-hari. Selain itu penghasilan yang rendah, fakir miskin atau
masyarakat yang kurang mampu juga tidak memiliki akses kesehatan. Kelompok rentan
khususnya fakir miskin membutuhkan perlakuan dan perlindungan khusus supaya bisa bertahan
menghadapi situasi pasca-bencana. Kebutuhan fakir miskin atau masyarakat kurang mampu
dalam menangani tanggap darurat bencana bisa berupa kebutuhan-kebutuhan dasar seperti uang
dan sembako. Selain itu fakir miskin atau masyarakat kurang mampu membutuhkan jaminan
kesehatan serta diberikan pelatihan kerja untuk mengasah keterampilan bekerja untuk
meningkatkan perekonomiannya.

Peran perawat dalam melakukan pendekatan kepada kelompok rentan fakir miskin saat tanggap
darurat yaitu:

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik


Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan,
baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, dll.
Fakir miskin yang mengalami bencana tidak bisa akses ke pelayanan kesehatan, sehingga
Hal yang paling dibutuhkan oleh fakir miskin atau masyarakat yang tidak mampu saat itu
adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik
berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan professional lainnya.
Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan
luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.

2. Memberikan bantuan kepada kelompok rentan (fakir miskin)


Perawat dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana khususnya
masyarakat yang tidak mampu, dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam
berbagai bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di
lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu,  Hal yang harus difokuskan
dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehingga tidak akan ada lagi para korban
khususnya fakir miskin yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan
yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3.    Pemulihan kesehatan mental
Saat terjadi suatu bencana fakir miskin biasanya akan mengalami trauma psikologis
akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang
mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa fakir
miskin baik dikalangan wanita, ibu-ibu, dan anak-anak yang sedang dalam massa
pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan
stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Pendekatan yang dapat
dilakukan oleh perawat adalah pemulihan kesehatan mental. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan
yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk
tetap bangkit. Sedangkan pada anak-anak, cara yang efektif adalah dengan
mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak
yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain,
dimana anak-anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain
sebagainya. Sehingga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan Masyarakat
Kondisi masyarakat yang tidak mampu atau fakir miskin terkena musibah pasca bencana
biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat semakin memburuknya
keadaan ekonominya, sehingga banyak diantara mereka  yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan
tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan
fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan
pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi
ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat
kemampuan yang ia miliki terkhusus untuk masyarakat yang tidak mampu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Departemen Hukum dan HAM, Kelompok rentan adalah masyarakat yang
memiliki keterbatasan dalam menikmati kehidupan yang layak seperti anak yatim/piatu, lansia,
fakir miskin atau masyarakat kurang mampu, disabilitas, masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana, dll. Fakir miskin merupakan salah satu kelompok rentan apabila terjadi bencana.
Dikarenakan fakir miskin tidak memiliki pendapatan yang cukup serta akses kesehatan pada saat
bencana itu terjadi. Kelompok rentan khususnya fakir miskin membutuhkan perlakuan dan
perlindungan khusus supaya bisa bertahan menghadapi situasi pasca-bencana. Peran perawat
dalam melakukan pendekatan kepada kelompok rentan fakir miskin saat tanggap darurat yaitu :
pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik, memberikan bantuan kepada kelompok rentan (fakir
miskin), pemulihan kesehatan mental dan pemberdayaan masyarakat.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, kami sebagai penulis makalah ini mengahrapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik
dalam pembuatan makalah ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Humaedi, Sahad, dkk. 2020. Kelompok Rentan dan Kebutuhannya. Prodi CSR Unpad
Teja, Mohammad. 2018. Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Kelompok Rentan dalam
Menghadapi Bencana Alam di Lombok. Jakarta: Bidang Kesejahteraan Sosial
Martono, Setyo. 2014. Penanganan Kesehatan Pada Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung
Merapi di Jawa Tengah. Medica Hospitalia
Bencanapedia.id-Kelompok rentan
Pelupessy, D., & Hartono, S. B. (2020). Kesejahteraan Psikologis dan Rasa Kekomunitasan Pada
Perempuan Penyintas Bencana Alam Yang Mengungsi. Jurnal Sains Psikologi Hal, 46, 56.

Kirschenbaum, A. (Avi), Rapaport, C. and Canetti, D. (2017) ‘The impact of information sources
on earthquake preparedness’, International Journal of Disaster Risk Reduction. Elsevier

Stigler, S. Hochrainer. (2016) ‘Disaster Financing and Poverty Traps for Poor Households:
Realities in Northern India’, International Journal of Mass Emergencies and Disasters
Bahransyaf, D. (2018). Penyandang masalah kesejahteraan sosialdan potensi sumber
kesejahteraan sosial di kabupaten pandeglang. 171–180.

Teja, M. (2018). Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Kelompok Rentan Dalam Menghadapi


Bencana Alam Di Lombok. Bidang Kesejahteraan Sosial Info SIngkat Kajian SIngkat
Trhadap Isu Aktual Dan Strategis, X(17), 13–14.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-X-17-I-P3DI-September-2018-
242.pdf

Anda mungkin juga menyukai