Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

Jurnal Fisika
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jf/index

Kajian Struktur Serat dan Porositas Masker Udara

Handika Dany Rahmayanti, Rahmawati, Euis Sustini dan Mikrajuddin Abdullah

Fisika Material dan Elektronik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Bandung, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Ada banyak merek masker udara dijual di pasaran yang mempunyai harga beragam. Pada
penelitian ini kami mengambil 6 sampel merek masker yang ada dipasaran. Semua masker di
Diterima:
pasaran mempunyai 3 lapisan. Berdasarkan hasil pengujian mikroskop menunjukkan bahwa citra
22 Maret 2018
diameter serat semua merek masker pada lapisan 2 lebih kecil dibandingkan lapisan 1 dan 3.
Disetujui: Secara umum, semua merek masker menunjukkan distribusi ukuran serat yang seragam. Dari hasil
4 Juni 2018 pengukuran porositas permukaan, masker Merek E mempunyai porositas yang lebih besar dari
masker lain pada lapisan 1, 2 dan 3 yakni berturut-turut 60,64%; 42,95% dan 63,58%. Hasil yang
Dipublikasikan:
didapatkan menunjukkan bahwa perbedaan harga masker dipasaran bukan menunjukkan standar
5 Juni 2018
kualitas filter masker yang berbeda. Lebih jauh lagi, hasil dari penelitian ini dapat berkontribusi
bagi berkembangnya penelitian mengenai masker.

ABATRACT
________________ ___________________________________________________________
Keywords: There are many brands of air masks on the market which has various prices. In this study, we used 6 sample
Masker, Diameter Serat of air masks on the market. All masks on the market have 3 layers. Based on the results of microscopy testing
dan Porositas showed that the fiber diameter image of all mask brands in layer 2 is smaller than layer 1 and 3. Generally, all
____________________
brands of masks show a uniform fiber size distribution. From the surface porosity measurements, Merek E
masks have a larger porosity than other masks in layers 1, 2 and 3 ie 60.64%, respectively; 42.95% and
63.58%. The results show that the difference in mask price in the market does not show the quality standards of
different mask filters. Furthermore, the results of this study may contribute to the development of research on
masks.

© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2088-1509
E-mail: mikrajuddin@gmail.com

9
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

PENDAHULUAN

Masker digunakan untuk melindungi diri dari polutan di udara. Jenis polutan yang
terkandung di udara secara umum terdiri dari senyawa kimia dan suspensi partikulat dengan
berbagai ukuran. Partikulat udara yang berbahaya bagi pernapasan berukuran  10 m dan  2,5 m
sehingga dibutuhkan respirator untuk mencegahnya masuk ke sistem pernapasan (Li dkk, 2016).
Partikulat udara yang berukuran 2,5 m juga dapat menerobos masuk ke tenggorokan dan paru-
paru manusia (Liu dkk, 2015). Oleh karena itu, banyak masyarakat yang menggunakan masker
sebagai perlindungan pertama dalam melawan partikulat debu yang dapat mengancam kesehatan
saat bernapas (Jung dkk, 2014). Saat ini industri maupun transportasi sedang berkembang pesat
namun berkembangnya industri juga diiringi dengan maraknya pencemaran udara sehingga
memperburuk kualitas udara hirup (Santosa dkk, 2008), sehingga pemakaian masker seolah menjadi
gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat.
Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah (Surgical Mask) yang sudah
umum digunakan masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau atau muda dan
bagian dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian
belakang kepala atau telinga. Harga yang ditawarkan pun berbeda-beda pada setiap merek masker
meskipun tipe masker sama. Belum ada penelitian yang mempublikasikan tentang karakterisasi
berbagai merek masker yang ada di pasaran. Informasi mengenai karakteristik setiap masker yang
dijual di pasaran diperlukan untuk mengetahui apakah masker yang dijual di pasaran mempunyai
standarisasi yang sama dan apakah terdapat perbedaan antara masker yang dijual dengan harga
yang mahal maupun murah. Kajian mengenai karakteristik setiap masker juga penting dilakukan
untuk berkembangnya penelitian mengenai masker.

METODE
Pada penelitian ini kami menggunakan 6 merek masker udara yang ada di pasaran.
Karakterisasi dilakukan dengan menguji per bagian lapisan masker. Karakterisasi sampel meliputi
sifat morfologi serta porositas. Untuk mengetahui morfologi, sampel dikarakterisasi
menggunanakan Mikroskop Optik Digital (National, DC3-163). Selanjutnya dilakukan prediksi
porositas masker berdasarkan bayangan mikroskop sampel masker atau yang lebih dikenal dengan
metode bayangan SEM. Porositas yang diukur merupakan porositas permukaan masker yang secara
matematis dapat dimodelkan seperti pada Gambar 1.

10
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

Gambar 1. Ilustrasi permukaan bahan.

Porositas didefinisikan sebagai permukaan yang diwakili fungsi dua dimensi f(x,y) (Gambar 1)
yang menyatakan tinggi permukaan pada koordinat x dan y yang berfungsi sebagai dasar diukur dari
bidang datar (Abdullah dan Khairurrijal, 2010), volume ruang di bawah permukaan kurva dapat
ditulis seperti persamaan 1

xmax ymax
V padatan    f ( x, y)dxdy (1)
xmin ymin

dengan xmin, xmax, ymin, ymax merupakan koordinat-koordinat yang membatasi permukaan. Misalkan
fmaks adalah ketinggian maksimum permukaan yang diukur pada bidang dasar, dimana untuk setiap x
dan y berlaku f  x, y   f maks . Selanjutnya definisikan volume total material ketika pori tidak ada
sebagai volume di bawah bidang yang berketinggian fmaks dan dibatasi oleh xmin, xmax, ymin dan ymax
sehingga volume total ini memenuhi Persamaan 2
Vtotal  f max xmax  xmin  y max  y min  (2)

Porositas permukaan masker dapat didefinisikan sebagai Persamaan 3 (Abdullah dan Khairurrijal,
2010)

V padatan
  1 (3)
Vtotal

dengan  merupakan porositas permukaan, Vpadatan adalah volume ruang di bawah permukaan
kurva dan Vtotal merupakan volume total.

Prosedur untuk menghitung porositas permukaan dengan metode bayangan SEM ini
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak OriginPro.

11
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masker bedah umumnya terdiri dari 3 lapisan filter berjenis material polyolefin yang
berserat, tegar dan bersifat hidrofobik (Dewi, 2016), seperti yang ditunjukkan Gambar 2. Dua lapisan
terluar memiliki kerapatan serat yang lebih kecil dibandingkan lapisan tengah. Lapisan paling depan
biasanya diberi variasi warna agar terlihat lebih menarik. Lapisan tengah berwarna putih yang
merupakan lapisan filter untuk menangkal bakteri dan partikel-partikel lain yang berasal dari luar
maupun dalam masker sedangkan lapisan terluar biasanya lebih transparan.

Lapisan 1

Lapisan 2
Lapisan 3

(A) Gambar 2. Struktur lapisan


(B) penyaring masker bedah

Struktur serat pada tiap lapisan masker maka diketahui dengan menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 1000x. Hasil karakterisasi ditunjukkan oleh Gambar 3 serta kemudian didapatkan
distribusi ukuran serat dan estimasi ukuran rata-rata serat seperti yang ditunjukkan Gambar 4.
Dari pengujian mikroskop menunjukkan bahwa citra diameter serat semua merek masker
pada lapisan 2 lebih kecil dibandingkan lapisan 1 dan 3. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran
diameter serat pada Gambar 4. Rata-rata diameter serat menunjukkan hasil bahwa lapisan 1 >
lapisan 3 > lapisan 2 pada semua merek masker yang diuji. Dengan ukuran serat yang lebih kecil
menyebabkan efisiensi filtrasi menjadi lebih tinggi (Dewi, 2016). Berdasarkan Gambar 4 diperoleh
rata-rata diameter serat tertinggi pada lapisan 1 diperoleh oleh masker Merek E yakni sebesar
15,98µm sedangkan yang terendah sebesar 8,44µm diperoleh oleh masker Merek A. Pada lapisan 2
rata-rata diameter serat tertinggi diperoleh oleh masker Merek A yakni sebesar 1,48 µm dan nilai
terendah diberikan oleh masker Merek F yakni sebesar 0,55 µm. Terakhir, pada lapisan 3 rata-rata
diameter serat tertinggi diberikan oleh masker Merek C 14,4 µm dan yang terendah sebesar 7,37 µm

diperoleh oleh masker Merek D. Apabila rasio antara standar deviasi diameter serat ( ) dengan
rata-rata diameter (D) < 0,3 maka serat digolongkan pada kategori seragam (Matulevicius, 2016).
Secara umum semua merek masker menunjukkan distribusi ukuran serat yang seragam.
Adapun pada penelitian ini, hasil citra mikroskop akan digunakan untuk mengetahui
porositas permukaan sampel. Pengukuran porositas permukaan sampel dengan metode bayangan
SEM dengan menggunakan Origin Pro8. Hasil perhitungan porositas semua lapisan masker seperti
yang ditunjukkan Tabel 1. Kontur dari dimensi proyeksi permukaan sampel berdasarkan gambar
Mikroskop seperti ditunjukkan Gambar 5.

12
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

(A) (G) (M)

1000x 1000x 1000x

(B) (H) (N)

1000x 1000x 1000x

(C) (I) (O)

1000x 1000x 1000x

(D) (J) (P)

1000x 1000x 1000x

(E) (K) (Q)

1000x 1000x 1000x

(F) (L) (R)

1000x 1000x 1000x

Gambar 3. Morfologi serat lapisan 1 masker udara (A) Merek A, (B) Merek B, (C) Merek C, (D)
Merek D, (E) Merek E, (F) Merek F; lapisan 2 masker (G) Merek A, (H) Merek B, (I)
Merek C, (J) Merek D, (K) Merek E, (L) Merek F; dan lapisan 2 masker (M) Merek A,
(N) Merek B, (O) Merek C, (P) Merek D, (Q) Merek E dan (R) Merek F

13
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

(A) (G) 18
(M) 15 D p  7.67  m
15 D p  8,31 m D p  0.55 m
  0,18 15   0,31   0, 22

Frekuensi [%]
12

Frekuensi [%]
12

Frekuensi [%]
 

D  8, 44 m 12 D  0.58 m D  7.87  m
9 9
9
6 6
6
3 3
3

0 0 0

0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 4 8 12 16 20 24


4 8 12 16 20 24
Diameter serat [µm] Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]

(B) (H) 21
(N)
15 D p  14, 75 m D p  0,53 m 15 D p  7,37  m
  0,19 18
12   0, 23 12
  0, 25

Frekuensi [%]

Frekuensi [%]
15

Frekuensi [%]

D  15, 05 m 
D  0,55 m D  7, 62 m
9 12 9

6 9 6
6
3 3
3
0 0
0

4 8 12 16 20 24 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 4 8 12 16 20 24


Diameter serat [µm] Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]

D p  14, 25 m D p  13, 63 m


(C) 15
  0, 46
(I) 15
D p  0,9  m (O) 15
  0,33

  0, 09 12 
12 D  14, 42 m
Frekuensi [%]

D  15,89 m
Frekuensi [%]

12 

Frekuensi [%]
D  0,59 m
9 9
9

6 6 6

3 3 3

0 0 0

4 8 12 16 20 24 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 4 8 12 16 20 24


Diameter serat [µm] Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]

(D) 15 D p  9,88 m (J) 15 D p  7, 68 m (P) 15 D p  7.19 m


  0, 26   0, 28   0, 21
Frekuensi [%]
Frekuensi [%]

Frekuensi [%]

12 
12 12 
D  10, 23 m 
D  7.37  m
D  0,98 m
9 9 9

6 6 6

3 3 3

0 0 0

4 8 12 16 20 24 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 4 8 12 16 20 24


Diameter serat [µm] Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]

D p  1,15 m 15 D p  9,98 m
D p  15, 28 m
(E) 15
(K) 15
  0,36 (Q)   0, 29
  0,3 12
12 
12 

D  1, 23 m D  10, 40 m
Frekuensi [%]

D  15,98 m
Frekuensi [%]
Frekuensi [%]

9
9 9
6
6 6
3
3 3
0
0 0

4 8 12 16 20 24
0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4
4 8 12 16 20 24
Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]
Diameter serat [µm]

D p  1, 42 m D p  9,8 m
D p  13, 62 m
(F) 15
  0, 28
(L) 15
  0, 27 (R) 15   0,1
 
12  12 D  1, 48 m D  9,8 m
Frekuensi [%]

Frekuensi [%]

12
D  14,88 m
Frekuensi [%]

9 9 9

6 6 6

3 3 3

0 0 0

4 8 12 16 20 24 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 2.4 4 8 12 16 20 24


Diameter serat [µm] Diameter serat [µm] Diameter serat [µm]

Gambar 4. Diagram distribusi diameter serat serat lapisan 1 masker (A) Merek A, (B) Merek B, (C)
Merek C, (D) Merek D, (E) Merek E, (F) Merek F; lapisan 2 masker (G) Merek A, (H)
Merek B, (I) Merek C, (J) Merek D, (K) Merek E, (L) Merek F; dan lapisan 2 masker (M)
Merek A, (N) Merek B, (O) Merek C, (P) Merek D, (Q) Merek E dan (R) Merek F

14
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

Hasil yang diperoleh tidak lain merupakan dimensi proyeksi permukaan volume total ruang
yang berada dibawah permukaan sebagai definisi porositas permukaan sampel yang diungkapkan
oleh Persamaan 2.3. Data tentang pori sangat penting, mengingat pada penggunaan masker, pori-
pori adalah bagian yang paling utama dalam proses sirkulasi udara dan penyaringan partikulat
udara. Penentuan porositas dengan metode ini sangat mudah dan murah dibandingkan dengan
menggunakan metode karakterisasi porositas umumnya yaitu BET (Abdullah, M dan Khairurrijal,
2010). Walaupun hasil yang diperoleh bukan sebenarnya namun nilai yang didapatkan cukup
mendekati nilai yang didapatkan oleh BET (Priatama dkk, 2009; Priatama dkk, 2010).
Dari pengukuran porositas permukaan menunjukkan bahwa porositas semua merek masker
pada lapisan 2 lebih kecil dibandingkan lapisan 1 dan 3. Porositas menunjukkan nilai bahwa lapisan
1 > lapisan 3 > lapisan 2 pada semua merek masker yang diuji. Adapun secara kasar mata terlihat
pada lapisan 1 memiliki pori yang cukup besar sehingga udara mengalir dengan mudah. Hal ini
dibuktikan juga dengan uji filtrasi lapisan 1 masker dengan variasi laju aliran udara menghasilkan
penurunan tekanan yang sangat kecil berkisar pada nilai belasan pascal dan efisiensi filtrasi sebesar
8% untuk rata-rata ukuran aerosol sebesar 0,3 m atau 300 nm (Dewi, 2016).

Tabel 1. Porositas Masker

Porositas [%]
Masker Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3
Merek A 57,51 51,58 56,12
Merek B 58,61 43,34 53,55
Merek C 59,94 40,59 65,17
Merek D 63,88 41,31 54,50
Merek E 60,64 42,95 63,58
Merek F 56,06 48,49 52,46

15
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

(A) (G) (M)


5 10 4
5 104 5 104
Z [µm] Z [µm] Z [µm]
3 104 3 104 3 104

1104 1104 1104


10 10 10
2 8 2 8 2 8
4 6 4 6 Y [µm] 4 6 Y [µm]
Y [µm]
X [µm] 6 4 X [µm] 6 4 X [µm] 6 4
8 2 8 8
10 2 2
10 10

(B) (H) (N)


5 104 5 104 5 104
Z [µm]
Z [µm] Z [µm]
3 104 3 104 3 104

1104 1104 1104


10 10 10
8 2 8 8
2 4 6 2
4 6 6 4 6
X [µm] 6 4 X [µm] 4 Y [µm] X [µm] 6 4 Y [µm]
Y [µm] 8
8 2 2 8 2
10 10 10

(C) (I) (O)


5 10 4
5 104
5 104

Z [µm] Z [µm] Z [µm]


3 104 3 104
3 104

1104 1104
1104
10 10
10 8 2 8
2 8 2
4 6 4 6
4 6
6 4 Y [µm] X [µm] 6 4 Y [µm] X [µm] 6 4 Y [µm]
X [µm] 8 2 8 2
8 2 10 10
10

(D) (J) (P)


5 104 5 104 5 104

Z [µm] Z [µm] Z [µm]


3 104 3 104 3 104

1104 1104
1104
10 10
2 8 10
4 6 2 8 2 8
4 6 Y [µm] 4 6
X [µm] 6 8
4 Y [µm]
X [µm] 6 4 X [µm] 6 4 Y [µm]
2 8 8
10 2 2
10 10

(E) (K) (Q)


5 104 5 104 5 104

Z [µm] Z [µm] Z [µm]


3 104 3 104 3 104

1104 1104 1104


10 10 10
2 8 2 8 2 8
4 6 4 6 4 6
X [µm] 6 4 Y [µm] X [µm] 6 4 Y [µm]
X [µm]
6 4 Y [µm]
8 2 8 2 8 2
10 10 10

(F) (L) (R)


5 104
5 10 4
5 104
Z [µm] Z [µm]
3 104 3 104
Z [µm] 3 104

1104 1104
1104
10 10
2 8 2 8 10
4 6 4 6 2 8
6 4 Y [µm] 4 6
X [µm] 8 X [µm] 6 8
4 Y [µm]
X [µm] 6 4 Y [µm]
2 2 8
10 10 2
10

Gambar 5. Kontur dari dimensi proyeksi permukaan sampel masker (A) Merek A, (B) Merek B, (C)
Merek C, (D) Merek D, (E) Merek E, (F) Merek F; lapisan 2 masker (G) Merek A, (H)
Merek B, (I) Merek C, (J) Merek D, (K) Merek E, (L) Merek F; dan lapisan 2 masker (M)
Merek A, (N) Merek B, (O) Merek C, (P) Merek D, (Q) Merek E dan (R) Merek F

16
Handika Dany Rahmayanti, dkk. / Jurnal Fisika 8 (1) (2018) 9-17

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian mikroskop menunjukkan bahwa citra diameter serat semua
merek masker pada lapisan 2 lebih kecil dibandingkan lapisan 1 dan 3. Secara umum semua merek
masker menunjukkan distribusi ukuran serat yang seragam, yang dibuktikan oleh hampir sebagian
 
besar nilai rasio antara standar deviasi diameter serat ( ) dengan rata-rata diameter D adalah <
0,3. Berdasarkan pengukuran porositas permukaan, masker Merek E mempunyai porositas yang
lebih besar dari masker lain pada lapisan 1, 2 dan 3 yakni berturut-turut 60,64%; 42,95% dan
63,58%. Hal ini berarti udara dapat mengalir dengan mudah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
arakteristik setiap masker yang dijual di pasaran mempunyai standarisasi yang hampir sama baik
pada masker yang dijual mahal maupun murah. Perbedaan harga di pasaran bukan berarti
menunjukkan kualitas filter masker yang berbeda-beda namun disebabkan karena faktor eksternal
lain seperti kualitas karet masker, kemasan dan lain-lain.

REFERENSI
Abdullah, M dan Khairurrijal. (2010): Karakterisasi Material Struktur Nano: Teori, Penerapan dan
Pendolahan Data. Penerbit ITB. Bandung.
Dewi, Y.C. 2016. Sintesis Material Transparan Berpori sebagai Filter Debu. Thesis. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Jung, H., Kim, J., Lee, S., Lee, J., Kim, J., Tsai, P., dan Yoon, C. (2014): Comparison of filtration
efficiency and pressure drop in anti-yellow sand masks, quarantine masks, medical masks,
general masks, and handkerchiefs, Aerosol and Air Quality Research, 14, 991 - 1002.
Li, W., Shen, S., dan Li, H. (2016): Study and optimization of the filtration performance of multi-
fiber filter, Advance Powder Technology, article in press, 1 –8.
Liu, C., Hsu, P.C., Lee H.W., Ye, M., Zheng, G., Liu, N., Li, W., dan Cui, Y. (2015): Transparent
air filter for high-efficiency PM2.5 capture, Nature Publishing Group, 1-11.
Matulevicius, J., Kliucininkas, L., Prasauskas, T., Buivydiene, D., dan Martucevicius, D. (2016):
The comparative study of aerosol filtration by eletrospun polyamide, polyvinyl acetate,
polyacrylonitrile and cellulose acetate nanofiber media, Journal of Aerosol Science, 92, 27-37.
Priatama, A., Abdullah, M., Khairurrijal, K., dan Mahfudz, H. (2009). Titanium Dioxide-based
Reusable Microporous Water Filter Using Silicon Dioxide as Filler. Jurnal NANOSAINS &
NANOTEKNOLOGI, 79-84.
Priatama, A., Abdullah, M., Khairurrijal, K., & Mahfudz, H. (2010). Fabrication of Microporous
Water Filter Using Titanium Dioxide Particles, Silica Particles, and Polyethylene Glycol.
Journal of Engineering and Technological Sciences, 42(1), 39-52.
Santosa, S.J., Okuda, T., dan Tanaka, S. 2008. Review: Air Pollution and Urban Air Quality
Management in Indonesia. Clean, 36(5-6), pp. 466-475.

17

Anda mungkin juga menyukai