Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM


ISLAM

OLEH : LUTFIANA NASIR


DOSEN PENGAMPUH : SYAMSUDDIN, S.HI, MH

YAYASAN PENDIDIKAN AKADEMI


KEBIDANAN CENDRAWASI PALU 2020
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Kajian tentang Al
Quran serta kandungan ajarannya tampaknya tidak akan pernah selesai dan akan
berlanjut sepanjang zaman. Keajaibannya akan senantiasa muncul kepermukaan
bagaikan mata air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi
kehidupan ummat Islam. Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan yang sarat
dengan berbagai persoalan hidup yang dialami oleh umat Islam. Di sinilah letak
salah satu keunikan Al Quran itu dan dari sini kita dapat memahami mengapa orang
yang mempercayainya tidak akan pernah meragukan validitas ajarannya dan
menganggapnya sebagai kebenaran mutlak dan final meski dipihak lain orang yang
meragukan dan tidak mempercayainya selalu berupaya untuk meruntuhkan
kebenaran Al Quran baik dengan cara halus atau kasar, dibungkus dengan metode
ilmiah yang mengandung distorsi atau bahkan hanya dengan hujatan, tanpa
mengandung ilmiah yang layak dalam kajian akademis.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah representatif untuk mewujudkan
pendidikan multikultural(beragam budaya). Budaya merupakan Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang Budaya Akademik
menurut Islam, Budaya Etos Kerja menurut Islam, Budaya Sikap Terbuka dan Adil
menurut Islam.
PEMBAHASAN

A. BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN


KEADILAN DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Budaya akademik
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan
yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau
dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan
Islam.
1. Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik
Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang
Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden
adalah “Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui
kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan
kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis; rasional dan obyektif
oleh warga masyarakat akademik” Konsep dan pengertian tentang Budaya
Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik perkembangannya yang
disebut “Ciri-ciri Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi
berkembangnya :
1) Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif.
2) Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral.
3) Kebiasaan membaca.
4) Penambahan ilmu dan wawasan.
5) Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat.
6) Penulisan artikel, makalah, buku.
7) Diskusi ilmiah
B. Etos Kerja
Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada eksistensinya.
“Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta yang menghasilkan produk atau
ciptaan. Dengan kata lain hakikat manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya
adalah berhenti bekerja hilang hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan pula
bahwa Islam lebih mementingkan amal dari pada gagasan atau terminal terakhir
adalah amal. Amal identik dengan kerja dan sekali lagi hakikat manusia adalah
kerja. Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting.Kata amal dan berbagai
kata yang seakar kata dengannya seperti ya’malun, ta’malun, ‘amila, i’malu dan
yang sejenisnya disebut dalam Al-Quran sebanyak 192 kali. Kata amal shalih yang
dirangkai dengan kata iman sebanyak 46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar
pendekatan kebudayaan maupun agama adalah sama yaitu terletak pada kerja atau
amal. Kesimpulan ini didukung oleh pepatah:

(ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa madu).

C. Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di
dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara
lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat
prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di
dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi
fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil, justru
dalam tataran praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil.
Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.

Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap
ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini, ajaran berbunyi:
Artinya :

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”
( QS. Al ‘Ankabut : 45 ).

Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat
mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar.

D. Bersikap Adil
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang
kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus Besar, l990 :6-
7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih
seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam memutuskan
perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di
dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada
kebenaran. (4) Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh
murid.(5) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-
wenang terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan
bahwa sikap adil amat positif secara moral.

E. Etos Kerja, Sikap Terbuka, dan Keadilan dalam Islam


Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga
dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang
tinggi,sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting dari ketiga sikap tersebut dapat
diringkas sebagai berikut:

1. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos
kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai