Anda di halaman 1dari 5

Keadaan Geografi Nusantara/Kep.

Indonesia : Lautan,
Pulau, Iklim dan Pola Musim

Muhammad Rais Rif’at

Prodi Statistika

H051201032

Universitas Hasanuddin

Tahun Ajaran 2020/2021


1. Letak Geografis NKRI & Distribusi Pemetaan Potensi Sumber Daya
Posisi geografis Indonesia dibelahan bumi ini berada di daerah tropis tepatnya dalam
posisi silang antara dua buah benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia selain itu
juga diapit oleh dua buah samudra, yaitu samudra Pasifik dan Samudra Hindia .
Merauke atau dari Miyangas sampai Pulau Rote membentuk suatu tanah air Indonesia
yang juga disebut sebagai Nusantara atau sering disebut Perairan Nusantara.
Nusantara berasal dari kata Nusa berarti pulau dan kata Antara yang berarti diapit dua
laut dan dua benua. Posisi perairan Indonesia tersebut berpengaruh terhadap kondisi
perairan laut dari kedua benua dan samudra tersebut. Perubahan musim dan tekanan
udara di
Benua Asia dan Australia dapat menyebabkan berkembangnya angin musim di
wilayah Indonesia dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kondisi musum hujan
dan musim kemarau. Pola angin musim dapat mempengaruhi arus laut dibagian
permukaan atau sering disebut arus permukaan.
Hubungan antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia di daerah khatulistiwa hanya
dapat terjadi melalui perairan Indonesia, pertukaran massa air antara kedua samudra
tersebut terjadi melalui beberapa selat yang diapit oleh pulau-pulau yang terdapat di
perairan Nusantara.
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia kaya dan beragam sumber daya alamnya telah
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan
utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya.Sementara
itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini juga telah
dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional sejak Pelita I.
Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir dan lautan
Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan
industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan
pemukiman dan tempat pembuangan limbah.Kemudian pada tahun 1990, konstribusi
ekonomi kegiatan sektor kelautan tersebut meningkat menjadi Rp. 43,3 triliyun, atau
sekitar 24%dari total produk domestik bruto, dan menyediakan kesempatan kerja bagi
sekitar 16 juta jiwa . Kenaikan konstribusi ini terutama disebabkan oleh kegiatan
minyak dan gas, perikanan, dan pariwisata.
Mineral terdiri dari tiga kelas yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C.
Selain sumberdaya tersebut masih ada jasa-jasa lingkungan yang dapat memberikan
konstribusi bagi perekonomian negara seperti fungsi kawasan pesisir dan lautan
sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber
energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampungan
limbah, pengatur iklim, kawasan perlindungan, dan sistem penunjang kehidupan serta
fungsi ekologis lainnya.
2. Luas Wilayah, Pulau, & Garis Pantai NKRI
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, luas seluruh wilayah
Indonesia ditambah dengan jalur laut 12 mil yaitu 5,8 juta km2 terdiri dari luas darata
1,9 juta km2 luas wilayah laut sekitar 3,1 juta km2 atau sekitar 62% dari luas
teritorialnya.
Konprensi PBB tentang hukum laut 1985 dan 1960 di
Jenewa tidak dapat memecahkan masalah lebar Laut Teritorial mulai dari 3 mil
sampai 200 mil laut, namun konprensi PBB tentang hukum laut ketiga pada tahun
1982 berhasil menentukan lebar laut teritorial maksimal 12 mil dan zona tambahan
maximal 24 mil laut yang diukur dari garis dasar laut teritorial.
Indonesia diberikan kewenangan memanfaatkan perairan laut yang termasuk ZEE
seluas 2,7 juta km2 untuk kepentingan eksplorasi, eksploitasi, dan pengelolaan
sumberdaya hayati maupun non-hayati, untuk tujuan penelitian, hak yurikdiksi
mendirikan instalasi bawah laut atau pulau buatan . Batas terluar dari ZEE sekitar 200
mil laut dari garis pantai pada saat surut terendah .
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Canada dengan
panjang garis pantai 95.181 km. Wilayah Indonesia Terdiri dari 17.508 pulau dari
jumlah tersebut baru sekitar 6.000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan
pulau yang berpenghuni sekitar 1.000 pulau. Dari seluruh luas daratan Indonesia
diperkirakan terdapat 13 pulau atau sekitar 97% pulau-pulau besar, seperti : Pulau
Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi, Jawa, Madura, Halmahera, Seram,
Sumbawa, Timor, Flores, Bali dan Lombok). Daratan lainnya sekitar 13.000 pulau
dengan luas sekitar 54.000 km2 atau luas rata-rata 4 km2 setiap pulau.
3. Iklim dan Pola Musim
Beriklim khatulistiwa (sedang)
Pola musim secara umum: musim barat (penghujan, badai, dan ombak), musim timur
(kemarau yang teduh), dan musim pancaroba (angina besar dan arus kuat tidak
menentu arah) yang masanya singkat di antara kedua musim utama tersebut.Pada
banyak wilayah barat dan timur Indonesia dicirikan pula dengan pola-pola musim
lokal yang bervariasi. Baik pola musim yang umum maupun khusus menentukan pula
masa-masa beroperasinya dan pola-pola mobilitas geografi/ migrasi kelompok-
kelompok kerja masyarakat maritim (terutama pelayar/pekerja usaha transportasi laut
dan nelayan)
4. Letak geografis, Luas Wilayah, Pulau, & Garis Pantai & Distribusi Pemetaan
Potensi Sumber Daya SulSel
Secara geografis Sulawesi Selatan terletak pada posisi 0o 12’ LS dan 116o 48’–122o
36’ BT dan diapit oleh tiga wilayah laut yaitu: Teluk Bone di sebelah Timur, Laut
Flores di sebelah Selatan dan Selat Makassar di sebelah barat dan berbatasan denga
Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi tengah sebelah utara dan Provinsi Sulawesi
Tenggara sebelah timur Sebagai wilayah yang sebagian besar berada di daerah pesisir,
Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang sangat besar, misalnya luas wilayah penangkapan ikan di Sulawesi Selatan
sebesar 48.000 km2. Wilayah pesisir Sulawesi Selatan umumnya terdiri atas sedimen
alluvial. Dengan kondisi perairan tropis kisaran suhu perairan 26 o -29o C dan pada
perairan yang lebih dangkal suhu dapat mencapai 340C. Siklus musim kering dan
penghujan mengakibatkan wilayah pesisir menjadi cukup ekstrim bagi beberapa jenis
biota perairan. Akan tetapi kondisi ini dapat ditolerir oleh beberapa kelompok biota
tertentu seperti crustacea dan gastropod , karena keberadaan eksoskeleton yang
membuat mereka resisten terhadap perubahan iklim yang cukup ekstrim
Provinsi Sulawesi Selatan Ibukota Makassar, dengan luas wilayah daratan secara
keseluruhan 45.574,48 km2, dengan panjang garis pantai sekitar 1.973,7 km
merupakan salah satu Provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang mempunyai wilayah
perairan pantai dan laut cukup luas. Secara administrasi Provinsi Sulawesi Selatan
terbagi atas 23 kabupaten/kota; masingmasing Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten
Luwu Jeneponto, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten
Maros,Sidrap, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Toraja. Dari
sekian kabupaten dan kota yang ada hanya 4 kabupaten yang tidak masuk dalam
konteks wilayah pesisir . Sulawesi Selatan memiliki sejarah keterkaitan yang erat
dengan kehidupan laut, dan budaya masyarakat yang kaya akan pengalam kehidupan
pesisir dan petualangan di laut.
Kondisi geografis Provinsi sulawesi selatan menggambarkan potensi sumber daya
alam yang kaya baik di darat maupun di laut. Panjang garis pantai sekitar 1.973,7
km,Pemda Sulawesi Selatan bertanggung jawab mengelola wilayah laut dan pesisir
seluas kurang lebih 60.000 km2 di daerah ini juga dikenal gugusan kepulauan antara
lain :
Kepulauan Spermonde atau Kepulauan Sangkarang, Kepulauan Pangkep, dan Atol
Takabonerate.
Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka luas sumber daya alami yang
dimanfaatkan berupa kegiatan penangkapan ikan dan wisata. Potensi perikanan
tangkap Sulawesi Selatan sebesar 620.480 ton/tahun, Laut Flores 168.780 ton/tahun
dan Teluk Bone sebesar 144.320 ton/tahun. Pada Tahun 2003, produksi penangkapan
ikan laut sebesar 354.434 ton atau meningkat 10,5% dari tahun sebelumnya, dengan
nilai total Rp. 1.285.348.397.Pontap di Kota Palopo dan PPI Boddia di Takalar
Wilayah pesisir Sulawesi Selatan memiliki potensi lahan budidaya laut sebesar 600
ha, dengan tingkat pemanfaatan 84.832 ha . Adapun produksi budidaya tambak
sebesar 110.408 ton atau menurun sekitar 1% dari tahun sebelumnya, dengan nilai
total Rp. 1.450.099.965. Di Sulawesi Selatan baru sekitar 20.866 ha tambak yang
menikmati saluran irigasi teknis yang panjang keseluruhannya adalah 1.035.765 m
.Wilayah pesisir Sulawesi Selatan diketahui dihuni oleh 19 spesies mangrove dengan
cakupan vegetasi cukup luas, yang pada tahun 1999 sekitar 26.911 ha . Provinsi
Sulawesi Selatan memiliki areal hutan mangrove yang terluas di Pulau Sulawesi .
Selain itu, Pada wilayah yang berbatasan dengan laut, hutan mangrove didominasi
oleh Avicennia dan
Sonneratia. Di bagian belakang zona tersebut ditemui Bruguiera dan Rhizophora.
Sedang pada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan daratan ditemukan pandan,
Ficus, Nypa dan biota lain yang menjadi ciri peralihan antara wilayah laut dan
daratan. Biomas hutan mangrove di wilayah Sulawesi diperkirakan berkisar 122 – 245
ton/ha, walaupun dengan laju pembukaan lahan tambak dan pemanfaatan kayu bakau
sebagai bahan bakar dan lainnya dewasa ini diyakini tingkat penutupannya sudah jauh
berkurang. Selain jenis-jenis ikan pemakan detritus, mangrove juga diketahui dihuni
oleh kekerangan, udang, kepiting serta beberapa jenis burung dan fauna lainnya
seperti, moyet dan kelelawar.Lamun merupakan ekosistem pesisir lainnya, dijumpai
pada perairan pantai yang dangkal diantara terumbu karang dan mangrove/pantai.
Sulawesi Selatan dikenal tujuh genera lamun, yaitu: Enhalus, Thalassia, Halophila,
Halodule, Cymodocea, Syngodium dan Thallassodendrum. Selain berfungsi sebagai
penyerap sedimen, padang lamun juga dikenal sebagai regulator nutrien di perairan
pantai sehingga berperan menjadi tempat berkumpulnya organisme renik plankton
yang pada gilirannya mengundang ikan-ikan untuk meletakkan telurnya hingga
menetas. Selain itu, organisme seperti dugong , moluska dan teripang juga merupakan
biota-biota yang sering dijumpai berasosiasi dengan padang lamun.Ekosistem yang
dijumpai pada perairan pantai selain mangrove dan lamun, yaitu Ekosistem Terumbu
Karang. Terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang penting, selain karena
peran perlindungan pantai juga menjadi tempat hidup berbagai biota asosiatif seperti
rumput laut , cacing laut, moluska, ular laut, bulu babi, teripang, bintang laut dan
tidak kurang dari 200 jenis ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Kawasan Kepulauan Spermonde dan Taka Bonerate sudah dikenal luas sebagai lokasi
hamparan terumbu karang di Sulawesi Selatan , dengan keanekaragaman hayati dan
produksi ikan karang yang sangat tinggi dan banyak dieksploitasi. Nilai produksi
primer dari suatu hamparan terumbu karang yang baik dapat mencapai 7.000 g
C/m2 /tahun atau setara dengan biomas 70 ton/ha/tahun. Selain sebagai penyedia
sumberdaya perikanan, hamparan terumbu karang juga memiliki potensi penyedia
jasa lingkungan seperti objek wisata, sumber bahan baku obat-obatan dan lain-lain.
Saat ini, kondisi terumbu karang di Sulawesi Selatan sudah mengalami degradasi
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dengan persentase penutupan terumbu
karang yang baik hanya tinggal sekitar 20%. Selain potensi sumberdaya hayati pesisir
dan laut di atas, pada beberapa wilayah pesisir di Sulawesi Selatan juga diketahui
mengandung sumberdaya minyak, gas bumi dan mineral. Taka Bonerate dan
spermonde, ketam kelapa, kima dan beberapa spesies lainnya.Sulawesi Selatan
memiliki garis pantai sepanjang 1.973,7 km yang sangat potensial untuk penangkapan
ikan, budidaya laut, potensi tambak seluas 150.000 ha yang didukung dengan 72
sungai besar/kecil dan 4 danau besar serta 232 pulaupulau kecil. Sumberdaya manusia
nelayan Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 411.312 orang yang terdiri atas 208.375
orang nelayan laut, 14.486 orang nelayan perairan umum, pembudidaya tambak
101.025 orang, pembudidaya kolam 3.193 orang dan pembudidaya sawah 12.233
orang.
Produksi perikanan tahun 2001 sebesar 450.577 ton dengan rata-rata peningkatan 4,8
%per tahun yang berasal dari penangkapan di laut dan perairan umum, budidaya
tambak, kolam dan mina padi.

Anda mungkin juga menyukai