“Bisa jadi DLHK sudah ‘masuk angin’. Karena mereka (DLHK, Red) tidak pernah
menyampaikan kasus itu ke bupati maupun sekretaris kabupaten (sekkab). Tadi
DLHK sempat ‘dikuliti’. Saya juga tegur Pak Hamid (Abdul Hamid Budiman
selaku Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup
DLHK Kukar, Red) yang sepihak memutuskan masalah tersebut,” urai Supriyadi.
“Masalah pencemaran lingkungan bukan main-main. Jadi kami bawa masalah ini
ke DPRD karena DLHK Kukar seperti ‘main mata’ dengan perusahaan. Bahkan
kami juga yakin, PT MSJ bersama PT Tambang Damai serta DLHK Kukar, untuk
bertanggungjawab secara hukum pidana maupun perdata. Makanya kami pun
melaporkan kasusnya ke Ombudsman dan Polda Kaltim,” kata Agus Shali.