Kelompok 10
Arya Wirtanu Fahreva 1706986946
Ayu Cahya Ningrum 1706986952
Carolina Kalmei Nando 1706986965
Christianto 1706986971
Daniel Martua 1706986984
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, Laporan Tugas Besar Perancangan Infrastruktur Keairan
Kasus DAS Cicalengka dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan
tugas besar ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dari mata kuliah
Perancangan Infrastruktur Keairan. Selama mengerjakan laporan tugas besar ini,
penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Evi Anggraheni S.T., M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah
Perancangan Infrastruktur Keairan
2. Bapak Toha Saleh S.T., M.Sc, selaku dosen pengampu mata kuliah Perancangan
Infrastruktur Keairan
3. Pranita Giardini, asisten tugas besar Perancangan Infrastruktur Keairan yang telah
memberi bantuan dan saran
Penulis yakin bahwa laporan ini masih memiliki berbagai kekurangan baik
dari segi teknis penulisan maupun konten yang termuat dalam laporan ini. Dengan
demikian, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak guna menyempurnakan laporan tugas besar ini. Akhir kata, kami
berharap laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi para pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tuuan
1. Mengetahui karakteristik DAS Cicalengka.
2. Mengetahui pengaruh tata guna lahan terhadap aliran dan debit aliran pada
DAS Cicalengka.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai DAS
Cicalengka beserta karakteristik dan perencanaan infrastrukturnya.
2. Untuk memenuhi tugas besar Mata Kuliah Perancangan Infrastruktur Keairan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dari DAS yang telah dibuat, untuk mengetahui luas DAS tersebut
penulis menggunakan bantuan aplikasi AutoCAD dan didapatkan luas DAS sebesar
10.07 km2. Untuk mengetahui besar kemiringan (slope) didapatkan dari pengurangan
titik tertinggi dengan titik terendah lalu dibagi dengan panjang alur sungai terpanjang.
Titik tertinggi pada DAS adalah 1622 mdpl dan titik terendah adalah 858 mdpl,
sedangkan panjang alur sungai terpanjang adalah 6.16 km. Dari persamaan tersebut
didapatkan besar slope sebesar 12%. Nilai slope yang tinggi terjadi karena DAS
melewati Kaki Gunung Kareumbi.
Kemiringan (%) 12
Sumber : Pengolahan Data Penulis (2019)
Dari DAS yang telah dibuat, kami membagi DAS Cicalengka menjadi 5 sub-
DAS untuk mempermudah perhitungan. Dalam pembagian Sub-DAS dicari kembali
point of interest pada setiap Sub-DAS. Point of interest merupakan penggabungan
dari 2 atau lebih sungai menjadi satu sungai. Pada Sub-DAS juga dilakukan
perhitungan yang sama untuk mengetahui karakteristik Sub-DAS tersebut, dan
didapatkan data sebagai berikut:
1. Sub-DAS 1
Sub-DAS pertama adalah wilayah yang tidak berwarna dan merupakan Sub-DAS
terluas dibandingkan Sub-DAS lainnya.
7
1
Gambar 2. Sub-DAS 1
2. Sub-DAS 2
Sub-DAS kedua adalah wilayah yang berwarna kuning dan berikut profil dari Sub-
DAS kedua:
8
2
Gambar 3. Sub-DAS 2
3. Sub-DAS 3
Sub-DAS ketiga adalah wilayah yang berwarna magenta dan berikut profil dari Sub-
DAS ketiga:
9
3
Gambar 4. Sub-DAS 3
4. Sub-DAS 4
Sub-DAS keempat adalah wilayah yang berwarna hijau dan berikut profil dari Sub-
DAS keempat:
10
4
Gambar 5. Sub-DAS 4
5. Sub-DAS 5
Sub-DAS kelima adalah wilayah yang berwarna merah dan berikut profil dari Sub-
DAS kelima:
11
5
Gambar 6. Sub-DAS 5
12
1. Sub-DAS 1
Pada Sub-DAS pertama terdiri dari tata guna lahan hutan sebesar 0.35 km2, kebun
seluas 0.63 km2, ladang seluas 1.98 km2, sawah
1 seluas 1.1 km2, dan perumahan seluas 0.89
km2. Luas Sub-DAS pertama menutupi 49.45%
dari luas total DAS.
2. Sub-DAS 2
Pada Sub-DAS kedua terdiri dari tata guna lahan hutan sebesar 0.51 km2, ladang
seluas 0.55 km2, sawah seluas 0.04 km2, dan
perumahan seluas 0.13 km2. Luas Sub-DAS kedua
22
2 menutupi 12.31% dari luas total DAS.
3. Sub-DAS 3
Pada Sub-DAS ketiga terdiri dari tata guna lahan hutan sebesar 0.93 km2, ladang
seluas 0.8 km2, dan perumahan seluas 0.13 km2. Luas Sub-DAS kedua menutupi
18.47% dari luas total DAS.
3
4. Sub-DAS 4
13
Pada Sub-DAS keempat terdiri dari tata guna lahan hutan sebesar 0.06 km2,
ladang seluas 0.56 km2, dan perumahan
seluas 0.04 km2. Luas Sub-DAS kedua
menutupi 6.55% dari luas total DAS.
4
5. Sub-DAS 5
Pada Sub-DAS kelima terdiri dari tata guna lahan hutan sebesar 1.1 km2, dan
ladang seluas 0.23 km2. Luas Sub-DAS
kedua menutupi 13.22% dari luas total
DAS.
14
stasiun tersebut berada pada Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Untuk menentukan
lokasi stasiun dilihat berdasarkan letak astronomi stasiun, yaitu Lintang Selatan dan
Bujur Timur. Dari ketiga stasiun dibuat polygon Thiessen untuk mengetahui pengaruh
masing-masing stasiun. Berdasarkan poligon yang telah dibuat, hanya dua stasiun
yang mempengaruhi DAS Cicalengka yaitu Stasiun Tanjungsari dan Stasiun
Damaraja.
15
Tabel 7. Data Hujan Harian Maksimum Tahunan (mm) Stasiun Damaraja
1 2002 93.3
2 2003 80
3 2004 80.4
4 2005 75
5 2006 77
6 2007 115.5
7 2008 81
8 2009 75
9 2010 145
10 2011 119
11 2012 65
12 2013 103.09
Sumber: Dinas PU Pengairan
16
10 2011 78
11 2012 78
12 2013 94
Sumber: Dinas PU Pengairan
Y Tr −Y n
K Tr = [ mm ]
Sn
Sx=
√ ∑ ( X ¿ ¿ i− X́ )2
i=1
n−1
¿
n 12 12
17
Ytr 3.1985 3.1985
Yn 0.5035 0.5035
Sn 0.9833 0.9833
Keterangan:
18
Lengkung IDF
Dengan L sebagai alur sungai terpanjang dalam satuan feet, dan S adalah kemiringan.
Berikut perhitungan Tc untuk DAS penulis:
Dari Tc yang telah didapat, intensitas hujan rencana (I t) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Monobe kembali. Berikut perhitungan It untuk DAS penulis:
156.68 24 23
It = ( 24
∗
0.61
=75.57 mm / jam )( )
Intensitas hujan rencana di atas mewakili setiap sub-DAS, dikarenakan perhitungan
R menggunakan tinggi hujan rencana untuk keseluruhan DAS yang dibuat penulis.
24
19
2.5 Banjir Rencana
Perhitungan debit banjir rencana pada tugas besar ini menggunakan Metode
Rasional dengan persamaan:
Q=CxIxA
Keterangan :
A = Luas (m2)
2.6 Hydrograph
Hydrograph adalah diagram yang menggambarkan variasi debit atau
permukaan air menurut waktu. RRSIM digunakan untuk menganalisis dampak
karakteristik DAS dan hujan terhadap karakteristik aliran. RRSIM mensimulasikan
debit yang terjadi pada outlet jika terjadi berbagai macam hujan. Dalam
memodelisasinya, penulis membuat DAS yang sesuai (eksisting), hutan, kebun,
sawah, dan aspal yang bertujuan untuk membandingkan besar debit satu sama lain.
Pertama-tama, kami menyederhanakan DAS menjadi kotak-kotak pixel dimana outlet
berada di sisi kanan dan air mengalir dari kiri ke kanan. Jenis hujan yang dibuat
20
penulis adalah hujan satu satuan selama 1 waktu, hujan satu satuan selama 5 satuan
waktu, dan hujan menerus. Hasil dari simulasi, disajikan dalam bentuk hidrograf.
a. DAS Eksisting
21
Sumber: Pengolahan Penulis (2019)
Gambar10.
Hidrograf DAS Eksisting 5 DT
22
DAS Eksisting Saat Hujan Menerus
23
DAS Hutan Semua Saat Hujan Pada Satu Satuan Waktu
24
Gambar15. Hidrograf DAS Hutan Hujan Menerus
25
DAS Kebun Semua Saat Hujan Pada Satu Satuan Waktu
26
Gambar19. Hidrograf DAS Kebun Hujan Menerus
27
DAS Sawah Semua Saat Hujan Pada Satu Satuan Waktu
28
Gambar23. Hidrograf DAS Sawah Hujan Menerus
29
DAS Pemukiman Semua Saat Hujan Pada Satu Satuan Waktu
30
Gambar27. Hidrograf DAS Pemukiman Hujan Menerus
31
lebih mahal daripada dinding yang mengikuti garis-garis kemiringan lereng alam
tanah dimana saluran ditempatkan. Dalam mendesign penulis menggunakan
rumusan dimensi optimum untuk mendapatkan kapasitas debit maximum dengan
ukuran seefisien mungkin.
32
Gambar . Contoh Potongan Memanjang Gorong-gorong
33
Gambar . Diagram untuk memperoleh Diameter Gorong-gorong.
• H saluran : 2.92 m
Kedalaman Air
34
• Y = 2.19 m
Jagaan
• H – Y = 0.73 m
35
Hw
Q tot Q Q/2 Diameter Diameter Hsalur
Subdas H saluran Y (m) Jagaan HW/D Q/2 (cfs) gorong"
(m^3/s) (m^3/s) (m^3/s) (inch) (m) -Hw
(m)
1 66.35 22.12 2.92 2.19 0.73 1 11.06 390.48 90 2.28 2.28 0.64
4 6.95 6.95 1.19 0.89 0.30 0.5 3.48 121.86 83 2.11 1.05 0.13
5 12.71 12.71 1.41 1.06 0.35 0.6 6.35 224.45 98 2.48 1.49 -0.08
Stasiun Damaraja
36
Melalui data hujan stasiun damaraja, dilakukan ranking hujan tahunan dari
besar ke kecil. Kemudian diambillah 3 ranking terdekat dengan probabilitas 80 %. R-
rerata diperoleh dengan cara mencari nilai curah hujan dari ketiga tahun tersebut
disetiap bulan. R-andalan merupakan selisih terkecil antara nilai curah hujan dengan
R-rerata. R-terpengaruh diperoleh dengan cara mengalikan hujan andalan dengan
persentase luas yang terpengaruh yang diperoleh melalui polygon thiessen, yaitu 88.9
persen untuk stasiun Damaraja. Berikut merupakan pengolahan hujan andalan stasiun
Damaraja:
37
II.6.2 Hujan Andalan Stasiun Tanjungsari
Melalui data hujan stasiun Tanjungsari, dilakukan ranking hujan tahunan dari
besar ke kecil. Kemudian diambillah 3 ranking terdekat dengan probabilitas 80 %. R-
rerata diperoleh dengan cara mencari nilai curah hujan dari ketiga tahun tersebut
disetiap bulan, R-andalan merupakan selisih terkecil antara nilai curah hujan dengan
R-rerata, dan R-terpengaruh diperoleh dengan cara mengalikan hujan andalan dengan
persentase luas yang terpengaruh yang diperoleh melalui polygon thiessen, yaitu 11.1
persen untuk stasiun Tanjungsari. Berikut merupakan pengolahan hujan andalan
stasiun Tanjungsari:
Tabel. Pengolahan hujan andalan stasiun Tanjungsari
38
Q=C × I × A
Dimana Q adalah debit ketersediaan air, I adalah Intensitas Hujan, dan A
adalah luas yang Das yang terpengaruh.
Tabel. Data pokok DAS Cicalengka
39
Tabel . Kategori kebutuhan air manusia
40
II.8 Neraca Air
Neraca air merupakan perbandingan antara ketersediaan air dengan kebutuhan
air. Sebelum menghitung Neraca air, terlebih dahulu dilakukan estimasi kebutuhan air
pada DAS Cicalengka. Data kebutuhan air diperoleh melalui Kriteria perencanaan
Ditjen Cipta Karya. Kebutuhan air yang diperoleh adalah kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air untuk keperluan irigasi. Nilai dari kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air irigasi kemudian djumlahkan untuk memperoleh kebutuhan air total.
Neraca air kemudian dibuat dengan cara mengurangi ketersediaan air kumulatif
dengan kebutuhan air kumulatif. Nilai negatif berarti terjadi defisit atau kekurangan
air sedangkan nilai positif berarti terdapat surplus atau kelebihan air.
Tabel . Neraca Air DAS Cicalengka
41
Melalui neraca air yang telah dibuat, diketahui bahwa DAS cicalengka tidak
mengalami kekurangan air sama sekali dalam setahun. Nilai neraca air selalu surplus
dengan puncak pada bulan Desember dimana selisih nilai neraca air mencapai
3.323.974,93 m3. Nilai neraca air dapat diilustrasikan seperti gambar dibawah ini.
42
II.9 Desain Waduk
43
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46
47
48