Anda di halaman 1dari 2

Chapter 03- Desa Moffiz

Setelah perjalanan yang cukup panjang Brad melirik pada istrinya yang sedari awal kerepotan
menggendong Jade. Yana memang cukup canggung saat ia membawa Jade kerena ini
pertama kalinya ia membawa seorang bayi kecil yang masih lemah, ia takut jika terjadi
sesuatu dengan bayi mungil yang tengah tertidur digendongannya tersebut. Tak sanggup
melihat istri kesayangannya tertekan, ia-pun mencoba membantu menggendong Jade.

“Yana, kau lelah? Sini, Jade biar kugendong saja”

“tidak Brad, ini memang sudah tugasku sebagai ibu!”

Yana hanya tersenyum dan kembali focus untuk menggendong Jade. Didalam hati Yana, dia
justru senang karena ia telah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Melihat
wajah Yana, Brad hanya mendesah ringan. Ia kemudian bertanya,

“kau yakin Yana? Perjalanan menuju desa masih sangat jauh, kau harus menyimpan
tenagamu karena kita tidak mungkin bermalam di tengah hutan!”

Yana menoleh dan menatap tajam suaminya yang masih memancarkan rasa kekhawatiran di
wajjahnya. Ia mengangkat satu alisnya dan bertanya,

“kau meragukanku Brad?”

Brad hanya tertegun menatap istrinya, ia hapal betul bagaimana sifat dan karakteristik Yana.
Saat Yana mengangkat salah satu alisnya dengan tatapan tajam, hal itu menandakan istrinya
sedang dalam kondisi marah. Brad hanya bingung, kenapa Yana tiba-tiba mudah marah?

‘apa tadi aku mengatakan hal yang salah?’ pikir Brad,

“ehm… tidak kok, jangan bercanda Yana, wanita sekuat dirimu mana mungkin aku ragukan,
hahaha”

Yana hanya menjawab ‘hrmp’ dan kemudian ia menatap Jade kembali. Ia tersenyum usil dan
berkata pada Jade kecil yang tengah terlelap degendongannya,

“Jade, lihat ayahmu! Jangan jadi seperti ayahmu yang penakut ini, setiap ibu marah
kepadanya ia bahkan takut untuk menatapku! Anakku Jade harus labih kuat dari ayahnya
yang bodoh ini, mengerti?”

Brad hanya mampu menatap horror pada istrinya, tapi ia-pun juga tak mampu untuk
menyangkal perkataan Yana dan menelan mentah-mentah cacian Yana terhadapnya. Hal ini
karena Brad sangat mengerti, semakin ia membantah maka Yana akan semakin terbakar api
amarah. Brad sangat mengingat bagaimana dulu istrinya mengamuk dan melempar sebuah
batu sihir dan hampir meledakkan separuh rumah mertuanya. Sejak saat itu, Brad tidak mau
memprovokasi Yana karena takut hal serupa akan terjadi.

Setelah berjalan cukup jauh, asap perkampunganpun mulai terlihat. Hal tersebut menandakan
tempat yang mereka tuju sudah dekat. Brad dan Yana cukup lelah karena hampir seharian
mereka berdua berjalan menyusuri hutan.

Anda mungkin juga menyukai