Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai


dengan adanya komedo, papul, pustul dan kista. Predileksi akne vulgaris pada
daerah-daerah wajah, bahu bagian atas, dada dan punggung.1
Akne vulgaris merupakan kelainan kulit pada usia remaja yang umumnya
dapat sembuh sendiri dan bersifat multifaktor. Angka prevalensi akne vulgaris
diperkirakan sebesar 70-87% pada usia remaja. Angka prevalensi ini dipengaruhi
oleh 2 faktor penting, yaitu genetik dan jenis kelamin, sekitar 50% dari 200
pasien melaporkan adanya keluarga dengan keluhan jerawat.5 Walaupun kelainan
kulit ini dapat menyerang kedua jenis kelamin, umumnya akne vulgaris lebih
banyak pada perempuan. Akne vulgaris timbul sebagai penanda pubertas saat
hormon seksual mulai diproduksi. Derajat keparahan akne vulgaris mungkin
berkorelasi dengan kadar hormon seksual yang diekskresikan.4,6 Pada perempuan,
akne vulgaris umumnya mendahului awitan pubertas dan kambuh beberapa hari
menjelang menstruasi.2,3,4,5

Etiologi acne vulgaris belum diketahui secara jelas, namun terdapat


beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya acne vulgaris seperti genetik,
endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan
dari kelenjar sebasea, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium
aknes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya. 10 Kortikosteroid baik topikal
maupun sistemik dapat meningkatkan keratinisasi duktus polisebasea. Androgen,
gonadotropin, dan kortikotropin dapat menginduksi acne vulgaris pada dewasa
muda. Kontrasepsi oral dapat pula menginduksi terjadinya akne.1

Beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis terjadinya acne vulgaris,


yakni peningkatan sekresi sebum, adanya keratinisasi folikel, bakteri, dan
peradangan (inflamasi).2 Faktor pertama yang berperan dalam patogenesis acne
vulgaris adalah peningkatan produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien
dengan acne vulgaris akan memproduksi lebih banyak sebum dibanding yang
tidak terkena acne vulgaris meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok
tersebut adalah sama. Salah satu komponen dari sebum yaitu trigliserida mungkin
berperan dalam patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas
oleh bakteri Propionibacterium acnes, flora normal yang terdapat pada unit
pilosebacea. Asam lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi
Propionibacterium acnes, mendorong terjadinya inflamasi dan dapat menjadi
komedogenik.1,2

Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan lesi


primer acne vulgaris yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut paling atas, yaitu
infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi dari
keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan pembentukan
plug pada ostium follikular. Plug ini kemudian menyebabkan konsentrasi keratin,
sebum, dan bakteri terakumulasi di dalam folikel. Hal tersebut kemudian
menyebabkan pelebaran folikel rambut bagian atas, yang kemudian membentuk
mikrokomedo. Stimulus terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya
adhesi masih belum diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang diduga
menyebabkan hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasi androgen, penurunan
asam linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)- 1α. 2 Proliferasi
keratinosit follikular juga diatur dengan adanya asam linoleic. Asam linoleic
merupakan asam lemak esensial pada kulit yang akan menurun pada orang-orang
yang terkena akne. Kuantitas asam linolic akan kembali normal setelah
penanganan dengan isotretinoin. Kadar asam linoleic yang tidak normal dapat
menyebabkan hiperproliferasi keratinosit follikular dan memproduksi sitokin
proinflamasi. Terdapat asumsi bahwa asam linoleic diproduksi dengan kuantitas
yang tetap tetapi akan mengalami dilusi seiring dengan meningkatnya produksi
sebum.2 Pengaruh makanan terhadap timbulnya acne vulgaris, berkaitan dengan
indeks glikemik dan konsumsi susu. Keduanya dianggap meningkatkan faktor
pertumbuhan mirip insulin (IGF) -1 dengan kemungkinan proacne efek dan
meningkatkan aktivitas androgen.2

Sesuai dengan kasus ini, pasien menderita penyakit acne vulgaris


dikarenakan penggunaan kosmetika berupa krim pemutih dan penggunaan bedak
tabur setiap pagi,serta konsumsi makanan seperti gorengan dan susu yang
menjadi pemicu timbulnya acne vulgaris.

Penyakit acne vulgaris dapat diklasifikasi berdasarkan derajat


keparahannya. Derajat keparahan dengan melihat manifestasi klinis (komedo,
papul, pustule, nodul acne vulgaris ditentukan berdasarkan klasifikasi Combined
Acne Severity Classification (CASC) yang dikembangkan oleh Lehmann dengan
menentukan jumlah komedo, atau jumlah lesi inflamasi, atau jumlah lesi kistik,
atau jumlah total lesi seluruhnya, yang dibagi menjadi 3 kelompok derajat
keparahan, yaitu ringan, sedang, dan berat.12 Pada derajat ringan, lesi komedo
berjumlah kurang dari 20 dan lesi inflamasi berjumlah kurang dari 15. Pada
derajat sedang, lesi komedo berjumlah 20-100 dan lesi inflamasi berjumlah 15-
50. Pada derajat berat, lesi komedo berjumlah lebih dari 100 dan lesi inflamasi
berjumlah lebih dari 50. Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman (2005),
yang mengelompokkan acne vulgaris menjadi 4 kelompok. Pada grade 1, lesi
komedo berjumlah kurang dari 10 pada tiap sisi wajah sedangkan lesi
papulopustul berjumlah kurang dari 10 pada tiap sisi wajah. Pada grade 2, lesi
komedo berjumlah 10-25 pada tiap sisi wajah sedangkan lesi papulopustul
berjumlah 10-20 pada tiap sisi wajah. Pada grade 3, lesi komedo berjumlah 25-50
pada tiap sisi wajah sedangkan lesi papulopustul berjumlah 20-30 pada tiap sisi
wajah. Pada grade 4, lesi komedo berjumlah lebih dari 50 pada tiap sisi wajah
sedangkan lesi papulopustul berjumlah lebih dari 30 pada tiap sisi wajah.11

Pasien ini adalah perempuan remaja berusia 16 tahun yang didiagnosis


sebagai akne vulgaris derajat sedang berdasarkan klasifikasi Combined Acne
Severity Classification (CASC) yang dikembangkan oleh Lehmann. Pada pasien
ditemukan komedo berjumlah ± 30 dan lesi inflamasi berupa papul dan pustula
berjumlah ± 30.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun,


pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan ekskholeasi sebum, yaitu
pengeluaran sumbatan sebumdengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum
yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa
lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam. Pemeriksaan
histopatologi dan mikrobiologi dapat dilaakukan tetapi membutuhkan waktu yang
lebih lama, sementara pemeriksaan terhadapa gejala klinis yang timbul sudah
cukup untuk menegakan diagnosis klinis.

Diagnosis banding akne vulgaris antara lain erupsi akneiformis, rosasea,


dan dermatitis perioral.2,7 Erupsi akneiformis merupakan akne yang disebabkan
oleh induksi obat, seperti kortikosteroid, Isoniazid, barbiturat, bromida, iodida,
difenilhidantoin, dan ACTH. Klinis erupsi berupa papul, pustul monomorf di
berbagai tempat tanpa komedo, timbul mendadak tanpa disertai demam. 7 Rosasea
Rosasea adalah penyakit kronik yang etiologinya belum diketahui secara pasti,
dengan karakteristik adanya eritema pada sentral wajah dan leher. Penyakit ini
terdiri atas dua komponen klinik, yakni perubahan vaskuler yang terdiri atas
eritema intermiten dan persisten serta erupsi akneiform yang terdiri atas papul,
pustul, kista, dan hiperplasia sebasea. Pada rosasea tidak terdapat hubungan
antara eksresi sebum dengan beratnya gejala rosasea. 2,7,8 Perioral dermatitis
adalah penyakit kulit dengan karakteristik papul dan pustul kecil yang
terdistribusi pada daerah perioral, dengan predominan di sekitar mulut. Dermatitis
perioral biasanya pada wanita muda, sering ditemukan di sekitar mulut, namun
dapat pula di sekitar hidung dan mata. Etiologinya belum diketahui secara pasti,
namun diduga penyebabnya oleh karena: candida, iritasi pasta gigi berflouride,
dan kontrasepsi oral.2,7,8 Dermatitis perioral erpsi simetris yang terbatas pada area
hidung, mult, dan dagu, yang terdiri atas mikropapul, mikrovesikel, atau
papulopustulosa dengan diameter kurang dari 2 mm. Penyebab pasti belum
diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab
antara lain faktor hormonal, emosional, sensitif terhadap kosmetik, pasta gigi
berfluoride, agen infektif, dan kortikosteroid topikal.9

Pada kasus ini, pasien di diagnosis banding dengan erupsi acneiform


dikarenakan terdapat manifestasi klinis berupa papul dan pustula. Selain itu,
keluhan timbul setelah pemakaian krim pemutih.

Semua jenis lesi jerawat berpotensi untuk sembuh dengan gejala sisa.
Hampir semua lesi akne meninggalkan eritema makula sementara setelah
resolusi. Di jenis kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat
bertahan beberapa bulan setelah penyembuhan lesi akne. Dalam beberapa
individu, lesi jerawat dapat menyebabkan jaringan parut yang permanen. Akne
vulgaris juga dapat berdampak pada sisi psikologis. Diperkirakan 30% -50%
remaja mengalami gangguan kejiwaan karena akne vulgaris. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien akne vulgaris memiliki tingkat gangguan sosial,
psikologis, dan emosional yang sama dengan penderita asma dan epilepsi.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa tingkat pengangguran lebih tinggi pada
orang dewasa yang berjerawat dibandingkan dengan yang tidak berjerawat. Jika
perlu, pasien harus dirujuk untuk konseling psikiatri.2

Pada kasus ini, tidak didapatkan komplikasi berupa scar maupun


hiperpigmentasi pada wajah pasien.

Penatalaksanaan acne vulgaris harus dimulai sejak dini untuk mencegah


komplikasi. Beberapa perawatan digunakan dalam kombinasi serta sediaan dan
dosis untuk menurunkan faktor pemicu patogenesis akne (Tabel 80-1).2

Tabel 1. Algoritma Penatalaksanaan pada Acne Vulgaris

Ringan Sedang Berat


Komedo Papula/Pustul Papula/Pustula Nodular Conglobata/Fulminans
a
Pertama Retinoid Retinoid Antibiotik oral Antibiotik Isotretinoin oral ±
topikal/ topikal + + Retinoid oral + kortikosteroid oral
kombinasi Antimikroba topikal ± BPO Retinoid
topikal / / kombinasi topikal ± BPO
kombinasi
Kedua Dapson Dapson Antibiotik oral
Isotretinoin Antibiotik oral dosis
topikal / topikal / Asam + Retinoid
oral / tinggi + retinoid
Asam Azelaic/ Asam topikal ± BPO
Antibiotik topikal + BPO /
Azelaic/ Salisilat / kombinasi
oral + kombinasi
Asam Retinoid
Salisilat topikal ±
BPO/ Asam
Azelaic /
kombinasi
Perempuan - - + Kontrasepsi + Kontrasepsi + Kontrasepsi oral/
oral/ oral/ antiandrogen
antiandrogen antiandrogen
Pilihan lain Ekstraksi Laser, Terapi Ekstraksi Ekstraksi Kortikosteroid
komedo photodynamik komedo, komedo, intralesi, Laser, Terapi
Laser, Terapi Kortikosteroi photodynamik
photodynamik d intralesi,
Laser, Terapi
photodynamik
Pengobatan Check Check
refraktori compliance compliance
Terkecuali
folliculitis
gram-negatif
Wanita:
terkecuali
PCOS, tumor
ovarium/
adrenal,
hyperplasia
adrenal
kongenital
Pria:
hyperplasia
adrenal
kongenital
Maintenanc Retinoid Retinoid Retinoid Retinoid
e topikal ± topikal ± BPO topikal ± BPO topikal ± BPO
BPO / / kombinasi / kombinasi / kombinasi
kombinasi

Generik Nama Dagang Sediaan Konsentrasi Dosis


Retinoid topikal
Tretinoin Retin-A Cream 0,025%, 0,05%, 20 g, 45 g
0,1%
Gel 0,01%, 0,025% 15 g, 45 g (0,025%)
Liquid 0,05% 28 mL
Retin-A mikro Gel dengan 0,04%, 0,1% 20 g, 45 g
mikrosponge 50 g pump
Avita Cream 0,025% 20 g, 45 g
Gel 0,025% 20 g, 45 g
Reffisa Cream 0,05% 40 g
Tretin-X Cream 0,025%, 0,05%, 35 g (kit with cleanser)
0,1%
Gel 0,025%, 0,1% 35 g (kit with cleanser)
Generic Cream 0,025%, 0,05%, 20 g, 45 g
0,1%
Gel 0,025%, 0,1% 15 g, 45 g
Differin Cream 0,1% 15 g, 45 g
Gel 0,1%, 0,3% 15 g, 45 g
Lotion 0,1% 2 oz
Generic Gel 0,1% 45 g
Tazorac Cream 0,1% 30 g, 60 g
Gel 0,1% 30 g, 60 g
Kombinasi
Retinoid Topikal
Tretinoid/ Ziana Gel 0,025%/ 1,2% 30 g, 60 g
Clindamycin
Adapalene/ Epiduo Gel 2,5%/ 0,1% 45 g
Benzoyl
Peroxide
Antimikroba
topikal
Benzoyl Benzac AC Gel 2,5%, 5%, 10% 60 g
Peroxide
Wash 2,5%, 5%, 10% 240 mL (2,5%), 226 mL
Benzac W Gel 2,5%, 5%, 10% 60 g
Wash 5%, 10% 226 mL
Benzashave Cream 5%, 10% 113,4 g
Benziq LS Gel 5, 25% 50 g
Wash 5, 25% 175 g
Brevoxyl Gel 4%, 8% 42,5 g
Creamy wash 4%, 8% 170 g (kit with cleanser)
Clinac Gel 7% 45 g
Desquam E Gel 2,5%, 5%, 10% 42, 5 g
Triaz Gel 3%, 6%, 9% 42, 5 g
Cleanser 3%, 6%, 9% 6 oz, 12 oz
Pads 3%, 6%, 9% 1 g (30 atau 60/box)
Foaming cloths 3%, 6%, 9% 3,2 g (30 atau 60/box)
Zoderm Cleanser 4,5%, 6,5%, 400 mL
8,5%
Pads 4,5%, 6,5%, 6 mL (30/box)
8,5%
Hydrating wash 5,75% 400 mL
Generic Gel 5%, 10% 45 g, 60 g, 90 g
Wash 2,5%, 5%, 10% 142 g, 227 g
Erythromycin Generic Gel 2% 30 g, 60 g
Ointment 2% 25 g
Solution 2% 60 mL
Pledget 2% 60/ box
Clindamycin Cleocin T Gel 1% 30 g, 60 g
Lotion 1% 60 mL
Solution 1% 30 mL, 60 mL
Pledget 1% (60/ box)
Evoclin Foam 1% 50 g, 100 g
Clindagel Gel 1% 40 mL, 75 mL
Clindamax Gel 1% 30 g, 60 g
Lotion 1% 60 mL
Clindets Pledget 1% 60 s
Generic Gel 1% 30 g, 60 g
Lotion 1% 30 g, 60 g
Solution 1% 60 g
Dapsone Aczone Gel 5% 30 g
Benzoyl Benzamycin Gel 5%/3% 46,6 g, 60/box
Peroxide/
Erythromycin
Benzamycin Gel
Park
Generic Gel 5%/3% 23,2 g, 46,6 g
Benzoyl Benzaclin Gel 5%/1% 25 g, 50 g
Peroxide/
Clindamycin
50-g pump
Duac Gel 5%/1% 45 g
Acanya Gel 2,5%/1,2% 50 g
Generic Gel 5%/1% 50 g
Benzoyl Vanoxide HC Lotion 5%-0,5% 25 mL
Peroxide/
Hydrocortisone
Miscellaneous
Sodium Klaron Lotion 10% 4 oz
Sulfacetamide
Sodium Sulfacet-R Lotion 10%-5% 25 g
Sulfacetamide/
sulfur
Rosula Gel 10%-5% dalam 45 mL
10% urea
Cleanser 10%-5% dalam 355 mL
10% urea
Asam Azeleic Azelex Cream 20% 30 g, 50 g

Penatalaksanaan acne vulgaris berupa terapi lokal (Pembersih wajah, obat


topikal), terapi sistemik (Antibiotik), terapi hormonal (Kontrasepsi oral,
Glukokortikoid, Agonis Gonadotropin-Releasing Hormone, Antiandrogen,
Isotretinoin), mengatur makanan, terapi bedah, laser, berupa membersihkan wajah
untuk mencegah timbulnya acne vulgaris.2

Membersihkan wajah cukup 2 kali dalam sehari dengan pembersih lembut


diikuti dengan penatalaksanaan acne vulgaris lainnya. Terlalu sering mencuci
muka atau menggunakan sabun alkali yang keras dapat meningkatkan pH kulit,
sehingga mengganggu penghalang lipid kulit, dan menambah potensi iritasi yang
memicu timbulnya acne vulgaris. Penggunaan syndet (deterjen sintetis) akan
memungkinkan pembersihan tanpa mengganggu kulit pH normal. Sabun
antibakteri, mengandung zat seperti triclosan, menghambat bakteri coccus gram
positif tetapi dapat meningkatkan bakteri coccus gram negatif.2 Obat topikal
terdiri dari Sulfur, Asam Salisilat, Asam Azelaic, Benzoil peroksida, Antibiotik
topikal, Retinoid. Benzoyl peroxide adalah bahan yang kuat sebagai agen
antimikroba melalui penurunan populasi bakteri dan hidrolisis trigliserida.
Sediaan benzoyl peroxide tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, pembersih.
Dermatitis kontak alergi jarang dilaporkan akibat penggunaan benzoyl peroxide.
Tidak ada laporan resistansi terhadap benzoyl peroxide sehingga benzoy peroxide
merupakan terapi ideal untuk dikombinasikan dengan terapi lain.2
Eritromisin dan Klindamisin adalah obat topikal yang paling umum
digunakan sebagai antibiotik untuk pengobatan acne vulgaris. Kedua agen ini
juga telah digunakan dalam sediaan kombinasi dengan benzoil peroksida. Banyak
laporan yang menyebutkan jika terjadi peningkatan resistensi Propionibacterium
acnes terhadap antibiotik eritromisin dan klidamisin. Namun, perkembangan
resistensi lebih kecil pada pasien acne vulgaris yang diobati dengan kombinasi
benzoil peroksida dan eritromisin atau klindamisin. 2 Oleh karena itu, kombinasi
kedua obat topikal tersebut lebih disukai daripada monoterapi dengan antibiotik
topikal. Dapson topikal adalah antibiotik topikal terbaru yang disetujui untuk
pengobatan acne vulgaris. Dapson topikal yang dioleskan dua kali sehari telah
menunjukkan kemanjuran yang lebih baik dalam mengendalikan lesi inflamasi
(58%) versus lesi noninflamasi (19%).2 Tidak seperti dapson oral, dapson topikal
lebih aman digunakan bahkan pada pasien dengan defisiensi G6PD.59 Secara
umum dapat ditoleransi dengan baik tetapi tidak boleh diterapkan bersamaan
dengan benzoyl peroxide atau dapat memberikan warna oranye pada kulit.2

Retinoid dikenal dengan kemampuannya untuk mengikat dan mengaktifkan


reseptor asam retinoate (RAR) sehingga dapat mengaktifkan transkripsi gen
spesifik yang menghasilkan respons biologis. Retinoid memiliki struktur kimiawi
yang mirip dengan tretinoin (all-trans-retinoic acid), tetapi mereka mungkin sama
sekali berbeda, sepertisebagai adapalene atau tazarotene, dan masih
mempotensiasi efek retinoid. Secara umum, pengikatan agen ini ke reseptor asam
retinoate (RAR) mempengaruhi ekspresi gen yang terlibat dalam proliferasi sel,
diferensiasi, melanogenesis, dan inflamasi. 2 Jadi, retinoid memiliki sifat
komedolitik dan anti inflamasi. Secara umum, semua retinoid dapat menjadi iritan
kontak, dengan gel dan larutan berbasis alkohol yang memiliki potensi iritasi
terbesar. Beberapa formulasi yang lebih baru menggunakan teknologi pengiriman
tertunda mikrosfer (Retin Gel Micro® 0,04% atau 0,1%) atau digabungkan di
dalamnya sebuah poliolprepolimer (PP-2) (krim Avita®) untuk menurunkan
potensi iritasi tretinoin sementara memungkinkan konsentrasi obat yang lebih
besar. Memberi nasihat kepada pasien untuk menerapkan tretinoin pada malam
hari selama beberapa minggu pengobatan dapat membantu memastikan toleransi
yang lebih besar. Pasien juga harus berhati-hati tentang sinar matahari, karena
dapat terjadi penipisan stratum korneum, terutama yang memiliki reaksi iritan.
Penggunaan biasa dari tabir surya harus diperhatikan. Komedolitik dan sifat anti-
inflamasi membuat retinoid topikal mereka ideal untuk terapi pemeliharaan acne
vulgaris.2

Adapalene adalah retinoid sintetis yang dipasarkan secara luas untuk


toleransi yang lebih besar. Ini secara khusus menargetkan Reseptor RARγ.
Adapalene 0,1% gel telah terbukti dalam uji klinis memiliki kemanjuran yang
lebih besar atau sama dengan tretinoin 0,025% gel dengan tolerabilitas yang lebih
besar. Adapalene tersedia pada konsentrasi 0,1% dalam gel dan krim non-alkohol
dan sebagai gel 0,3%. Gel adapalen 0,3% telah terbukti memiliki kemanjuran
yang mirip dengan gel tazarotene 0,1%. Kombinasi topikal agen yang
mengandung 0,1% adapalene dan 2,5% benzoyl peroksida juga tersedia.2

Pada kasus ini, tatalaksana acne vulgaris derajat sedang yaitu gel Benzoyl
Peroxide 5% + Clindamycin 1% yang dioleskan 2x sehari (pagi dan sore hari)
serta cream Tretinoin 0,025% dioleskan 1x sehari (pada malam hari). Selain itu
pemberian edukasi kepada pasien tentang penyebab penyakit acne vulgaris.
Selain itu menyarankan pasien untuk melakukan tindakan pencegahan timbulnya
acne vulgaris seperti menjaga kebersihan wajah, berhenti memencet jerawat, dan
menghindari makan kacang-kacangan, gorengan, dan makanan berlemak.

Onset dari acne vulgaris sangat bervariasi, dimulai dari 6 hingga 8 tahun
dan kemudian tidak timbul lagi hingga umur 20 atau lebih. Kejadian acne ini
biasanya diikuti oleh remisi yang terjadi secara spontan. Walaupun rata-rata
pasien akan mengalami penyembuhan pada usia awal 20an tapi ada juga yang
masih menderita akne hingga decade ketiga sampai decade keempat. 2 Acne pada
wanita biasanya berfluktuasi berkaitan dengan siklus haid dan biasanya
bermunculan sesaat sebelum menstruasi. Kemunculan akne ini tidak seharusnya
berhubungan dengan perubahan aktivitas glandula sabaseus, dimana tidak terjadi
peningkatan produksi sebum pada fase luteal dalam siklus menstruasi.2 Pada
umumnya prognosis dari acne ini cukup menyenangkan, pengobatan sebaiknya
dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk menghindari
sekuele yang bersifat permanen.2

Pada kasus ini, prognosis pada pasien adalah ad bonam karena acne
vulgaris dapat membaik jika pasien dapat menghindari faktor pencegah timbulnya
akne vulgaris serta tidak didapatkan komplikasi berupa scar maupun
hiperpigmentasi.

Anda mungkin juga menyukai