Pengukuran Debit Aliran Modul H-05
Pengukuran Debit Aliran Modul H-05
MODUL H-05
PENGUKURAN DEBIT ALIRAN
KELOMPOK 7
Adnan Kusuma Putera (1306369415)
Andhika Rizky Yuandri (1306369402)
Andrean Wardani (1306369453)
Humayri Sidqi (1306369440)
Shodikin Martanto (1306369434)
Yoel Priatama (1306369421)
B. Teori
Sebagai akibat dari berbagai keperluan yang berbeda, banyak variasi metoda yang telah
banyak dikembangkan untuk mengukur aliran fluida.
Venturimeter, lempengan lubang aliran (orifice) dan pipa pitot adalah alat-alat yang sesuai
untuk mengukur debit dalam pipa.
Dengan menggunakan persamaan energi (Bernoully) dapat diturunkan debit :
Untuk venturimeter dan orifice :
Dimana:
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = Cd A2 A2
√ 1−
( )
A1
Dimana:
Q = debit yang mengalir melalui pipa
Cd = koefisien debit empiris yang didapat dari hasil percobaan
h1 = total head
h2 = tinggi tekanan
Data-data teknis :
Pada venturimeter
a) diameter pipa bagian hulu = 29 mm
b) diameter leher pipa = 17 mm
Pada lempeng lubang aliran (orifice)
a) diameter pipa bagian hulu = 29 mm
b) diameter lubang = 20 mm
Pada pipa pitot
a) diameter pipa = 19 mm
C. Peralatan
1. Meja Hidrolika
2. Seperangkat alat pengukur aliran
D. Cara Kerja
1. Meletakkan alat percobaan pada saluran tepi meja Hidrolika.
2. Menghubungkan pipa alira masuk dengan suplai dari meja Hidrolika dan Memasukkan
pipa aliran keluar kedalam tangki pengukur volume.
3. Membuka katup penutup aliran suplai sepenuhnya, demikian juga katup pengatur aliran
pada alat percobaan
4. Membuka katup udara pada manometer, membiarkan manometer terisi penuh dan
menunggu hingg gelembung udara sudah tidak terlihat lagi pada manometer.
5. Mengatur katup suplai aliran dan pengatur aliran pada lat percobaan hingga didapatkan
pembacaan manometer yang jelas. Jika diperlukan, tambahkan tekanan pada
manometer dengan menggunakan pompa tangan.
6. Mencatat pembacaan manometer, pembacaan debit pada alat uur penampang berubah
kemudian hitung debit aliran air dengan menghitung jumlah volume yang keluar dari
alat percobaan dalam waktu tertentu, menggunakan gelas ukur dan stopwatch.
7. Mengulangi langkah 1-6 untuk berbagai variasi debit.
E. Data Pengamatan
Keterangan :
h3 = tinggi tekanan pada lubang masuk / hulu (orifice)
h4 = tinggi tekanan pada lubang keluar / hilir (orifice)
h5 = tinggi tekanan pada lubang masuk / hulu (venturi meter)
h6 = tinggi tekanan pada lubang keluar / hilir (venturi meter)
h7 = tinggi tekanan pada lubang masuk / hulu (pipa pitot)
h8 = tinggi tekanan pada lubang keluar / hilir (pipa pitot)
Dimensi Pipa
F. Pengolahan Data
I. Koefisien Debit Empiris (Cd)
1. Orifice
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = Cd A2 A
√ ( )
1− 2
A1
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = (y) ; Cd = (a) ; A2 A2 = Q orifice (x)
√ 1−
( )
A1
Q real : V/t
Keterangan :
h3 = tinggi tekanan pipa bagian hulu
h4 = tinggi tekanan pipa bagian hilir
Diameter pipa bagian hulu (D1) = 29 mm = 0,029 m
Diameter pipa bagian hilir (D2) = 20 mm = 0,020 m
Luas pipa bagian hulu (A1) = 6,61 x 10-4 m2
Luas pipa bagian hilir (A2) = 3,14 x 10-4 m2
0
f(x) = 0.68 x − 0
0
Q real (m3/s)
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Q orifice (m3/s)
2. Venturimeter
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = Cd A2 A
√ ( )
1− 2
A1
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = (y) ; Cd = (a) ; A2 A2 = Q venturimeter (x)
√ 1−
( )
A1
Q real : V/t
Keterangan :
h5 = tinggi tekanan pipa bagian hulu
h6 = tinggi tekanan pipa bagian hilir
Diameter pipa bagian hulu (D1) = 29 mm = 0,029 m
Diameter pipa bagian hilir (D2) = 17 mm = 0,017 m
Luas pipa bagian hulu (A1) = 6,61 x 10-4 m2
Luas pipa bagian hilir (A2) = 2,27 x 10-4 m2
0
f(x) = 0.77 x + 0
0
Q real (m3/s)
0
0 0 0 0 0 0 0 0
Q venturimeter (m3/s)
3. Pipa Pitot
Q = Cd A2√ 2 g (h1−h 2)
Q real = V/t
Keterangan :
h7 = tinggi tekanan pipa bagian hulu
h8= tinggi tekanan pipa bagian hilir
Diameter pipa bagian hilir (D2) = 17 mm = 0,019 m
Luas pipa bagian hilir (A2) = 2,84 x 10-4 m2
0
f(x) = 0.83 x − 0
0
Q real (m3/s)
0
0 0 0 0 0 0 0 0
Q pitot (m3/s)
∆h praktikum = │h3-h4│
Keterangan :
Kecepatan (v) = Q / A2
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
∆h teori (m)
2. Venturimeter
∆h praktikum = k ∆h teori
V2 Q2
∆h teori = =
2 g 2 g A 22
∆h praktikum = │h5-h6│
0.12
f(x) = 0.88 x − 0
0.1
∆h praktikum (m)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
∆h teori (m)
3. Pipa Pitot
∆h praktikum = k ∆h teori
∆h praktikum = (y) ; k=b ; ∆h teori = (x)
V2 Q2
∆h teori = =
2 g 2 g A 22
∆h praktikum = │h7-h8│
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
∆h teori (m)
G. Analisa
1. Analisa Percobaan
Praktikum Pengukuran debit aliran ini bertujuan untuk memperagakan prinsip
kerja dari berbagai tipe dasar pengukuran aliran yang berbeda dan dirakit dalam satu
seri konfigurasi dengan cara membandingkannya, serta mengetahui karakteristik-
karakteristiknya. Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah mejad hidrolika
dan seperangkat alat pengukur aliran. Praktikum ini dimulai dengan meletakkan alat
percobaan pada saluran tepi meja Hidrolika. Setelah itu, menghubungkan pipa aliran
masuk dengan suplai dari meja Hidrolika dan memasukkan pipa aliran keluar kedalam
tangki pengukur volume. Hal ini bertujuan untuk membuat alat percobaan pengukuran
mendapatkan suplai air pada praktikum ini.
Teradapat 3 jenis pipa pada alat pengukuran aliran pada praktikum ini. Yang
pertama adalah pipa orifice yang menghubungkan manometer nomor 3 dan 4, dimana
manometer nomor 3 adalah lubang masuk (hulu) dan manometer nomor 4 adalah
lubang keluar (hilir). Yang kedua adalah pipa venturi meter yang menghubungkan
manometer nomor 5 dan 6, dimana manometer nomor 5 adalah lubang masuk (hulu)
dan manometer 6 adalah luabng keluar (hilir). Yang ketiga adalah pipa pitot yang
menghubungkan manometer nomor 7 dan 8, dimana manometer nomor 7 adalah lubang
masuk (hulu) dan manometer nomor 4 adalah lubang keluar (hilir).
Langkah yang ketiga adalah membuka katup penutup aliran suplau
sepenuhnya dan juga katup pengatur aliran pada alat percobaan. Setelah itu, membuka
katup udara pada manometer dan membiarkan manometer terisi penuh. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan gelembung udara yang terlihat pada manometer. Oleh
karena itu selanjutnya menunggu hingga gelembung udara sudah tidak terlihat lagi pada
manometer.
Langkah selanjutnya adalah mengatur katup suplai aliran pada alat perobaan
hingga didapatkan pembacaan manometer yang jelas. Pada praktikum ini, pengaturan
variable area dimulai dari 5,0 kemudian 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; dan 20. Kemudian,
setelah mengatur variable area, maka ketinggian air yang ditujukkan pada manometer
setelah posisi air tidak bergerak naik turun lagi (stabil) dibaca. Ketika mengatur
veriable area, apabila ketinggian air pada manometer terlalu tinggi maka dapat
mengurangi tinggi air tersebut dengan memutar kran sehingga permukaan air menjadi
lebih rendah, begitu juga sebaliknya apabila ketinggian air pada manometer terlalu
rendah maka dapat memutar kran sehingga permukaan air menjadi lebih tinggi. Apabila
dibutuhkan, tekanan pada manometer dapat ditambah dengan menggunakan pompa
tangan yang ada pada meja hirolika.
Kemudian memcatat pembacaan manometer, setelah itu mengukur besar debit
yang ada dengan cara menghitung jumlah volume yang keluar dari alat percobaan
dalam waktu tertentu menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Perhitungan jumlah
volume yang keluar dan menghitung waktu yang diperlukan untuk mengetahui
besarnya debit aliran tersebut yang diperoleh dengan pembagian antara volume dengan
waktu. Pada praktikum ini waktu yang digunakan untuk menghitung volume yang
keluar dari alat percobaan adalah konstan, yaitu salam 3 detik. Setelah diukur, maka
hasil pengukuran debit dicatat. Dan langkah selanjutnta adalah mengulangi langkah-
langkah diatas untuk berbagai variasi variable area (10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; 20)
2. Analisa Hasil
Pada praktikum pengukuran debit aliran ini, didapat data berupa ketinggian air
pada manometer yang menunjukkan tekanan air pada pipa orifice, pipa venturimeter,
dan pipa pitot serta debit aliran air. Setelah data-data tersebut didapat, maka dilakukan
pengolahan data untuk mencari besar koefisien debit empiris dan koefisien kehilangan
empiris pada setiap pipa yang ada. Koefisien debit empiris dilambangkan dengan Cd,
dimana Cd merupakan faktor koreksi debit aliran air. Faktor koreksi ini dibutuhkan
untuk mengetahui perbedaan debit aliran air saat praktikum dengan debit aliran air
secara teoritis yang tidak sama. Koefisien debit empiris dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = Cd A2 A
√ ( )
1− 2
A1
,
Besar Cd pada pengolahan data praktikum ini didapat dari perhitungan secara
grafis. Untuk pipa orifice, sumbu x adalah Q orifice yang didapat dengan menggunakan
persamaan Qorifice = A2 [(2g(h1-h2)]1/2[1-(A2/A1 )2]-1/2 ,sedangkan sumbu y adalah Q
real yang didapat dengan menggunakan persamaan Qreal = V/t. Untuk venturimeter,
sumbu x adalah Q venturimeter yang didapat dengan menggunakan persamaan
Qventurieter = A2 [(2g(h1-h2)]1/2[1-(A2/A1 )2]-1/2 , sedangkan sumbu y adalah Q real yang
didapat dengan menggunakan persamaan Qreal = V/t. Untuk pipa pitot, sumbu x adalah
Q pitot yang didapat dengan menggunakan persamaan Qpitot= A2 [(2g(h1-h2)]1/2,
sedangkan sumbu y adalah Q real yang didapat dengan menggunakan persamaan Qreal
= V/t. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapat besar kosefisien debit empiris
dari pipa orifice, venturimeter, dan pitot.
∆h praktikum = k . ∆h teori
∆h praktikum didapat dari selisih tinggi tekanan lubang pada bagian hulu dengan
lubang pada bagian hilir, sedangkan ∆h teori didapat dengan menggunakan persamaan
V2/2g.
Pada pengolahan data ini, nilai k juga dicari dengan metode grafis. Dimana ∆h
teori sebagai sumbu x dan ∆h praktikum sebagai sumbu y. Dari grafik didapat
persamaan y = bx + a, dimana k = b. Hasil dari pengolahan data koefisien kehilangan
empiris dalah sebagai berikut :
Dari hasil yang didapat, telihat bahwa pipa pitot mempunyai nilai Koefisien
Kehilangan Empiris yang paling besar. Kemudian yang kedua adalah venturimeter dan
yang paling kecil adalah pipa orifice. Hal ini menujukkan bahwa terjadi kehilangan
energi yang paling sedikit terjadi pada pipa orifice, sedangkan kehilangan energi yang
paling banyak terjadi pada pipa pitot.
3. Analisa Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Ketidakakuratan praktikan dalam mengatur variable area, sehingg
mempengaruhi tinggi tekanan pada manometer.
Ketidakakuratan praktikan dalam pembacaan tinggi tekanan pada manometer,
terlebih karena bentuk permukaan air yang tidak lurus melainkan melengkung,
hal ini membuat praktikan menyebabkan kesulitan dalam membaca tinggi yang
tepat
Ketidakakuratan praktikan saat melakukan pengukuran debit aliranpada saat
pembacaan volume air pada gelas ukur dan ketidakakuratan praktikan saat
menghentikan stopwatch yang tidak bersamaan dengan mengukur volume air.
Hal ini mempengaruhi besar debit aliran dalam pengolahan data.
Setelah dilakukan pengolahan data, maka ditemukan kesalahan literatur dalam
praktikum ini. Dengan menggunakan persamaan :
sebesar 1, maka didapat kesalahan literature koefisien debit empiris pada pipa
orifice sebesar 32,2% , venturimeter sebesar 22,6%, pipa pitot sebesar 17,4%.
Dengan menggunakan persamaan :
Kesalahan Literature = |k −kk literatur
literature
|× 100 %, dengan k literatur sebesar 1,
maka didapat kesalahan literature koefisien kehilangan empiris pada pipa orifice
sebesar 22,7%, venturimeter sebesar 11,9%, dan pipa pitot sebesar 0%.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Koefisien debit empiris (Cd) untuk orifice dan venturimeter dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan :
√2 g(h 1−h2 )
2
Q = Cd A2 A
√ ( )
1− 2
A1
,
Sedangkan koefisien debit empiris (Cd) untuk pipa pitot dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan :
Q = Cd A2√ 2 g (h1−h 2) .
Pipa pitot memiliki nilai koefisien debit paling tinggi (Cd = 0,826), kemudian
diikuti oleh venturimeter (Cd = 0,774), dan paling kecil adalah pipa orifice (Cd =
0,678).
Pipa pitot memiliki nilai koefisien kehilangan paling tinggi (k = 0,773), kemudian
diikuti oleh venturimeter (k = 0,881), dan paling kecil adalah pipa orifice (k = 1).
Nilai k yang besar menunjukkan bahwa pada pipa pitot terjadi kehilangan energi
yang besar akibat gesekan air dalam pipa.
I. Daftar Pustaka
Pedoman Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika Laboratorium Hidrolika,
Hidrologi, dan Sungai. Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
J. Lampiran