Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gabriela Vialetta

Kelas : 2.1
NIM : 18.G1.0044

KEBIJAKAN UTANG

A. PENGERTIAN
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka
memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan
juga berfungsi sebagai alat monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan
dalam pengelolaan perusahaan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. NDT (Non-Debt Tax Shield)
Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan
untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak, perusahaan
dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan 13 dana pensiun. Dengan
demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan hutang yang
tinggi.
2. Struktur Aset
Besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan
hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan
sebagai jaminan pinjaman.
3. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan
menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah
memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
4. Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang
yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.
5. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko
kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam
mendapatkan pendanaan eksternal.
6. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam
suatu perusahaan.
C. KARAKTERISTIK HUTANG
Menurut Kieso et al (2001), hutang memiliki 3 karakteristik utama yaitu:
1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan
kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau
jasa.
2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
3. Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus
telah terjadi.
D. TEORI KEBIJAKAN UTANG
1. Trade off Theory
Teori ini mengarah pada kondisi di mana perusahaan akan menyeimbangkan
manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak yang menguntungkan)
dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Menurut Brigham
dan Houston (2010) teori Trade off mengungkapkan beberapa hal yaitu:
1. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah
mengakibatkan hutang lebih murah daripada saham biasa dan saham preferen.
Akibatnya, pemerintah membayar sebagian dari biaya modal yang bersumber
dari hutang atau dengan kata lain, hutang memberikan perlindungan manfaat
pajak.
2. Dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100
persen. Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa pemegang saham
mendapat keuntungan dari pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Lebih
penting lagi, perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-
biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.
Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum mencapai suatu titik maksimum,
hutang akan lebih murah daripada penjualan saham karena adanya tax shield.
Implikasinya adalah semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai
perusahaan (Mutamimah, 2003).
2. Signaling Theory
Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan
mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan
cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang. Perusahaan dengan prospek
yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya (Brigham
dan Houston, 2001). Menurut Brigham dan Houston (2001), pengumuman emisi
saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa
manajemen. memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu
perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti
memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun
prospek perusahaan cerah.

E. LIKUIDITAS
likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau
melunasi hutang jangka pendek yang jatuh tempo tepat pada waktunya atau pada saat
ditagih. Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek adalah current ratio. Current ratio mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid suatu perusahaan. Rasio ini
yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal suatu perusahaan,
yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.
F. PENGARUH ANTAR VARIABEL
1. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang
Likuiditas diproksikan ke dalam rasio lancar (current ratio) yang merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan yang menjalankan
operasinya membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan dana tersebut tidak
dapat sepenuhnya didapat dari modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan
melakukan pinjaman dana ke pihak lain. Perusahaan yang memiliki rasio lancar
yang besar, maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek juga besar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi
aktiva memiliki dua efek yang berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan
semakin baik. Namun, di sisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk
investasi yang menguntungkan dipakai. sebagai cadangan untuk memenuhi
likuiditas. Sehingga untuk memenuhi pendanaan perusahaan memilih pendanaan
eksternal, yaitu hutang. Ini berarti semakin besar rasio lancar perusahaan, maka
semakin tinggi perusahaan menggunakan hutang. (Likuiditas berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang)
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Ukuran perusahaan merupakan besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Sumber daya tersebut meliputi aset, teknologi, kekayaan intelektual, dan
sebagainya. Dengan adanya sumber daya yang besar, perusahaan dapat melakukan
investasi untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap. Semakin cepat pertumbuhan
perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi.
Perusahaan yang besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal
dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki aktiva besar cenderung
menggunakan hutang dalam proporsi yang cukup besar. (Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang).
3. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang
Pertumbuhan penjualan merupakan peningkatan jumlah penjualan dari tahun ke
tahun. Penjualan perusahaan dapat meningkat karena investasi yang dilakukan
perusahaan juga meningkat. Dalam mendanai investasi yang besar, perusahaan
cenderung menggunakan hutang yang besar.( Pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang)
4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memprioritaskan
pendanaan secara internal. Urutan pendanaan yang akan digunakan oleh
perusahaan adalah laba ditahan, hutang, dan penerbitan saham sebagai pilihan
terakhir. Perusahaan yang memiliki laba (profit) tinggi berarti mempunyai
kemampuan untuk memenuhi pendanaan secara internal yang akan digunakan
perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya.

Anda mungkin juga menyukai