Anda di halaman 1dari 19

DINAMIKA KELOMPOK

PADA PT. NJONJA MENEER


MATA KULIAH: TEORI ORGANISASI
DOSEN PENGAMPU: ELVIN S. MA’ARIF, SE., MSi., Akt.

Disusun Oleh:
Theofilus Dimas 18.G1.0067
Jason Rimende 18.G1.0071
Azevedo Joanito 18.G1.0072
Serafina Elsa F.S. 18.G1.0075
Conan Maxwell 18.G1.0077
Alyna Elsa G. 18.G1.0078
Matius Pradipta 18.G1.0086
Fransiskus Kristian 18.G1.0095
Irgi Gunawan 18.G1.0097
Fiona Sudarmana 18.G1.0100

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini guna
memenuhi Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah Teori Organisasi, dengan judul : “Dinamika
Kelompok pada PT Njonja Meneer.”

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Elvin S. Ma’arif, SE., MSi., Akt.,
selaku dosen mata kuliah Teori Organisasi yang telah membantu kami dalam mengerjakan
proyek karya tulis ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga
sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis
ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya tulis
ini, karena itu kami berharap semoga karya tulis ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan
pelajaran dari karya tulis ini.

Semarang, 5 Juni 2020


Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...
2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1. Profil Perusahaan……………………………………………………………………….... 3
1.2. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………. 4
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………….... 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1. Kajian Pustaka………………………………………………………………………….... 6
2.1.1. Dinamika Kelompok………………………………………………………………. 6
2.1.2. Lingkup Dinamika Kelompok…………………………………………………….. .6
2.1.3. Sifat Kelompok…………………………………………………………………….. 6
2.1.4. Alasan Orang Membentuk Kelompok……....………………………………….......7
2.1.5. Tahapan Perkembangan Kelompok………………………………………………... 7
2.1.6. Tipe-Tipe kelompok……………………………………………………………….. 8
2.1.7. Akibat dari Budaya Kelompok…………………………………………………….. 9
2.1.8. Fungsi Dinamika Kelompok……………………………………………………….. 9
2.1.9. Tujuan Dinamika Kelompok………………………………………………………..9
2.1.10. Kelebihan dan Kekurangan Dinamika Kelompok………………………………... 9
2.1.11. Faktor Dalam Dinamika Kelompok……………………………………………...10
2.1.12. Perbedaan Tim Kerja vs Kelompok Kerja………………………………………. 10
2.2. Analisa Masalah………………………………………………………………………....11
2.3. Metode Penelitian………………………………………………………………………. 12
2.4. Hasil dan Pembahasan………………………………………………………………….. 12
BAB III PENUTUP 16
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………... 16
3.2. Saran……………………………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Profil Perusahaan

PT. Nyonya Meneer merupakan perusahaan yang memproduksi jamu tradisional


Jawa yang berdiri pada tahun 1919 di Jalan Pedamaran 92, Semarang yang dipelopori oleh
Ibu Meneer (Lauw Ping Nio). Perusahaan yang menguasai pasar dalam negeri ini berpusat
produksi di Jl. Raden Patah No.191 - 199, Semarang 50227 dan memiliki dukungan 2.000
agen melalui 28.665 outlet yang tersebar di 19 provinsi. Hingga saat ini PT. Nyonya Meneer
tercatat memegang 254 merek yang meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul,
serbuk, dan cairan dan dikelompokkan menjadi tiga jenis, antara lain: untuk perawatan
tubuh, kecantikan, dan penyembuhan.
Pada tahun 1900-an, suami Ibu Meneer mengalami sakit keras yang sulit
disembuhkan. Setelah mencoba berbagai upaya yang sia-sia, ibu Meneer mencoba meramu
jamu Jawa yang pernah diajarkan oleh orang tuanya dan kemudian suaminya bisa sembuh.
Bermula dari hal ini, Ibu Meneer jadi sering membantu orang-orang sekitar dengan jamu
racikannya. Setelah menjadi perseroan terbuka, perusahaan ini merupakan perusahaan
keluarga dimana yang menjadi pimpinan adalah anak cucu Ibu Meneer.
Pada tahun 2000-an, PT. Nyonya Meneer merilis Rheumaneer yang mengandung
fitofarmaka dan berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik. Di Indonesia hanya terdapat 5
perusahaan yang menggunakan fitofarmaka, dan 4 perusahaan lainnya adalah perusahaan
farmasi. Fakta ini menjadi bukti bahwa jamu memiliki khasiat yang sebanding dengan obat-
obatan kimiawi.

3
● Motto
Jamu Njonja Meneer, tradisi mutu terbaik untuk kesehatan dan kecantikan.
● Visi
Karena mutu, kami unggul di setiap persaingan pasar.
● Misi
1. Melestarikan warisan tradisi nenek moyang dalam menjaga kesehatan dan
kecantikan.
2. Memberi pelayanan kesehatan dan kecantikan yang berkualitas terjangkau
di seluruh lapisan masyarakat.
3. Pelayanan kesehatan yang tercipta dari masyarakat untuk masyarakat.
4. Turut serta mendorong program pemerintah dalam rangka peningkatan
SDM dengan cara pemberdayaan dan pengadaan lapangan kerja.

1.2. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan bisnis, permasalahan dalam menjalankan bisnis pasti selalu ada,
khususnya masalah sumber daya manusia. Mulai dari jajaran pimpinan sampai buruh pabrik
mempunyai motivasi dan tujuan masing-masing saat menjalankan tugasnya. Begitu pula
dengan adanya sifat, kepribadian, dan pola pikir yang berbeda dalam diri setiap individu
memicu terjadinya dinamika dalam keseharian berorganisasi.
Dinamika kelompok dapat digolongkan menjadi positif dan negatif. Dikatakan
positif jika dapat memacu individu dalam kelompok untuk berkembang, dan dikatakan
negatif jika merugikan lingkungan serta orang-orang sekitar. Hal ini terjadi pada PT.
Nyonya Meneer yang telah diputuskan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal
3 Agustus 2017.
PT. Nyonya Meneer yang didirikan pada tahun 1919 tumbuh dan berkembang
menjadi perusahaan keluarga. Di tangan Ibu dan anak, Nyonya Meneer dan Hans Ramana
perusahaan berkembang pesat. Setelah Ibu Meneer meninggal dunia tahun 1978, kursi
pemimpin pun jatuh pada generasi kedua yaitu anaknya sebagai putra sulungnya yang
bernama Hans Ramana. Namun setelah Hans Ramana meninggal, perusahaan kemudian
diteruskan oleh generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer. Namun ke lima
bersaudara ini kurang serasi dan perebutan kekuasaan menjadi sengketa berkelanjutan

4
selama dan sempat dibawa ke meja hijau. Situasi perebutan kekuasaan di jajaran pimpinan
PT. Nyonya Meneer ini kemudian membawa dampak negatif bagi manajemen perusahaan
dan karyawan. Aksi negatif seperti pemogokan tenaga kerja, penuntutan pembayaran THR,
demonstrasi, dan hak asasi manusia pun kerap terjadi sebagai bentuk protes karyawan yang
merasa ditelantarkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan menjadi arah dalam setiap penulisan dan menjadi tumpuan dalam meneliti,
sehingga dalam penulisan dan penelitian ini memiliki tujuan yang selaras dengan latar
belakang permasalahan di atas. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut :
1.3.1. Untuk memaparkan kasus riil yang berkaitan dengan dinamika kelompok pada
perusahaan.
1.3.2. Untuk menganalisis kasus yang berkaitan dengan dinamika kelompok pada PT.
Nyonya Meneer.
1.3.3. Untuk membuat pembahasan dan kesimpulan atas kasus pada PT. Nyonya Meneer
terkait dengan masalah dinamika kelompok.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Dinamika Kelompok

Dinamika merupakan sesuatu yang memiliki arti tenaga kekuatan, selalu


bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan sendirinya sesuai
keadaan. Dinamika juga memiliki arti adanya interaksi dan interdependensi antar
anggota kelompok dengan kelompok secara menyeluruh. Keadaan seperti ini baru
didapat ketika ada kelompok karena kelompok memiliki semangat dan bersifat
dinamis. Lalu apa itu kelompok? Kelompok merupakan dua individu atau lebih yang
saling berinteraksi dan saling bergantung dan memiliki sasaran untuk tujuan tertentu.
Jadi, dinamika kelompok terdiri dari kata dinamika yang berarti sesuatu yang
selalu bergerak, menyesuaikan diri akibat adanya interaksi dan kelompok yang berarti
individu-individu yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan secara bersama.
Dari kedua kata tersebut dapat kita artikan bahwa dinamika kelompok adalah
kehidupan individu-individu dalam suatu organisasi yang mana terjadi interaksi
sehingga timbul pengaruh tingkah laku secara timbal balik.

2.1.2. Lingkup Dinamika Kelompok

Menurut S.P. Robin dinamika kelompok memiliki 3 tingkatan, yang pertama


tingkat individu atau karakteristik bawaan individu, kedua tingkat kelompok yang
berarti dinamika perilaku kelompok dan faktor-faktor determinannya, terakhir tingkat
organisasi yaitu faktor dari organisasi yang akan berpengaruh pada individu.

2.1.3. Sifat Kelompok

Kelompok memiliki pembedaan berdasar sifat yaitu dari sisi persepsi, sisi
organisasi, sisi motivasi, dan sisi interaksi. Sisi persepsi berarti pandangan ini
menunjukkan bahwa anggota kelompok harus memandang keberadaan masing
masing anggotanya begitu pula sebaliknya, sisi organisasi berarti pandangan ini

6
menekankan dua atau lebih individu yang berhubungan membentuk sistem yang
menunjukkan beberapa fungsi, standar, peran dan norma-norma yang mengatur
fungsi kelompok masing-masing anggotanya, sisi motivasi berarti pandangan ini
mendefinisikan suatu kelompok sebagai, sekelompok individu yang keberadaannya
sebagai suatu kumpulan yang menghargai individu, sementara sisi interaksi bermakna
beberapa teori menyatakan bahwa interaksi dalam bentuk interdependensi adalah inti
dari pengelompokan.

2.1.4. Alasan Orang Membentuk Kelompok

Jika kita lihat ada beberapa sebab mengapa orang membentuk kelompok yaitu
pemuasan kebutuhan, keinginan memuaskan kebutuhan dapat menjadi motivasi kuat
yang menjurus pada pembentukan kelompok. Adanya rasa aman, sosial, penghargaan
dan perwujudan diri; kedekatan daya tarik, interaksi antar pribadi dapat menimbulkan
pembentukan kelompok, menyangkut masalah jarak dan kesamaan konsep, sikap,
prestasi dan motivasi; tujuan kelompok, jika dipahami dengan jelas dapat
mempengaruhi orang membentuk suatu kelompok. Maksudnya disini adalah kalau
tujuan itu jelas dapat menjadi daya tarik tersendiri; alasan ekonomi, karena individu
yakin akan mendapatkan manfaat dalam hal ekonomi bila ikut dalam kelompok
tertentu.

2.1.5. Tahapan Perkembangan Kelompok

Dalam perkembangannya ada 5 tahap yang terjadi mulai dari terbentuknya


kelompok sampai pembubaran. Kelima tahapan itu adalah:
1) Tahap pembentukan (Forming)
Tahap awal ini ditandai ketidakpastian atas tujuan, struktur dan
kepemimpinan. Tahap ini selesai ketika anggota merasa menjadi bagian dari
kelompok.
2) Tahap perkembangan (Storming)
Seperti diindikasikan istilahnya, ditandai oleh konflik dan konfrontasi.
Ketika tahap ini selesai terdapat kepastian struktur.
3) Tahap normalisasi (Norming)

7
Tahap ini merupakan keadaan dimana struktur menjadi solid, kohesivitas
tinggi, perbedaan menjadi kerjasama.
4) Tahap berkinerja (Performing)
Tahap ini berlaku untuk struktur yang sudah berfungsi dan fokus pada
penyelesaian tugas. Untuk kelompok kerja permanen berkinerja adalah tahap
akhir. Untuk tim, panitia, satgas dan sejenisnya terdapat tahap pembubaran.
5) Tahap pembubaran (Adjourning)
Tahap ini berlaku untuk proyek tim atau tugas dengan tujuan khusus, saat
tujuan tercapai kelompok akan membubarkan diri atau memiliki komposisi baru
dan tahapan dimulai dari awal.

2.1.6. Tipe-Tipe kelompok

Dalam tipenya kelompok ada 2 yaitu kelompok formal yang didalamnya ada
kelompok komando dan kelompok tugas dan kelompok informal yang didalamnya
ada kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan. Pada kelompok formal
tujuan diciptakannya adalah untuk keputusan manajerial dalam mencapai tujuan suatu
organisasi sementara kelompok informal muncul dan berkembang secara alami
karena adanya kebutuhan sosial pada individu-individu. Jika diperjelas kelompok
formal dan kelompok informal memiliki beberapa perbedaan pada aspek hubungan
antar pribadi, kepemimpinan, pengendalian perilaku dan ketergantungan. Kelompok
formal lebih jelas dan terstruktur dan kelompok informal lebih bergantung pada motif
dan tujuannya dalam aspek hubungan antar pribadi. Pada kepemimpinan kelompok
formal lebih terancang sementara kelompok informal muncul dan dipilih oleh
individu dalam kelompok. Pada aspek pengendalian perilaku kelompok formal lebih
pada penghargaan dan hukuman sementara kelompok informal tergantung pada
pemenuhan kebutuhan. Kelompok formal bawahan lebih tergantung sementara
kelompok informal lebih bebas dan tidak tergantung.

2.1.7. Akibat dari Budaya Kelompok

Ada beberapa akibat yang terjadi dalam budaya kelompok antara lain
menerimanya nilai-nilai kelompok yang baru bagi tiap individu, adanya proses untuk

8
mencoba mengubah nilai-nilai yang ada, dan adanya keinginan untuk berusaha
meninggalkan kelompok tersebut.

2.1.8. Fungsi Dinamika Kelompok


Dilihat dari fungsinya dinamika memiliki 3 fungsi, yaitu membentuk
kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan
pekerjaan, mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif
dan efisien.

2.1.9. Tujuan Dinamika Kelompok

● Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota


kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
● Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain
● Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
● Menimbulkan adanya kemauan yang baik diantara sesama anggota kelompok

2.1.10. Kelebihan dan Kekurangan Dinamika Kelompok

Dalam perkembangannya kelompok juga memiliki kelebihan dan kekurangan.


Kelebihannya yaitu keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan
menerima informasi dan pendapat anggota yang lain, kemauan anggota kelompok
untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dibanding kepentingan pribadi
sementara kelemahannya yaitu kekurangan pada kelompok bisa disebabkan karena
waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.

2.1.11. Faktor Dalam Dinamika Kelompok

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu besarnya


kelompok, status dan peranan seseorang, jaringan komunikasi, dan pimpinan dan
suasana kepemimpinan dan tugas kelompok.

9
2.1.12. Perbedaan Tim Kerja vs Kelompok Kerja

Perbedaan antara kelompok kerja dan tim kerja dari segi tujuan kelompok kerja
lebih pada berbagi informasi sementara tim kerja lebih pada kinerja kolektif. Sinergi
pada kelompok kerja bersifat netral atau bisa negatif sementara tim kerja positif.
Akuntabilitas kelompok kerja bersifat individual sementara tim kerja individual dan
mutual sifatnya. Keterampilan lebih acak dan bervariasi dalam kelompok kerja,
sementara tim kerja saling melengkapi satu sama lain. Hasil kerja kelompok kerja
lebih untuk individu sementara tim kerja kolektif. Kepemimpinan kelompok kerja
kuat dan terfokus sementara tim kerja bekerja sama satu sama lain. Tim kerja juga
memiliki jenisnya sendiri antara lain tim penyelesai masalah yaitu kelompok yang
terdiri 5-12 karyawan dari departemen yang sama yg bertemu selama beberapa jam
seminggunya utk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan
lingkungan kerja, tim swakelola yaitu sekelompok karyawan yang bertanggung
jawab untuk mengelola dan menghasilkan barang atau jasa untuk pelanggan internal
atau eksternal, tim lintas fungsi yaitu tim yang anggota-anggotanya terdiri dari
individu-individu dari berbagai departemen atau fungsi tertentu, dan tim virtual
yaitu tim yang anggotanya berada pada lokasi yang berjauhan, dan mereka
berkomunikasi jarak jauh melalui peralatan elektronik seperti e-mail, konferensi via
telepon dan video, fax., dan internet. Untuk mencapai efektivitas maksimum tim
kerja bisa mempertahankan agar jumlah anggotanya tetap kecil, pemilihan anggota
dilihat berdasar motivasi dan kemampuannya, mempunyai komitmen bersama,
meningkatkan kohesivitas antar anggota, menjadi kelompok terlihat eksklusif,
merancang tugas secara independen, anggota yang dipilih saling melengkapi,
menjabarkan tujuan bersama menjadi tujuan kinerja yang cermat.

2.2. Analisa Masalah

Berdasarkan masalah yang terjadi, PT. Nyonya Meneer awalnya merupakan


perusahaan besar yang memproduksi jamu yang terletak di Kota Semarang yang dirintis
oleh generasi pertama yaitu Ibu Meneer (Lauw Ping Nio). Permasalahan mulai terjadi ketika
di generasi kedua dimana Hans Ramana yang membangun dan mengekspansi perusahaan
tersebut menjadi perusahaan besar kemudian meninggal lalu digantikan oleh generasi ketiga

10
yaitu kelima cucu Ibu Meneer dimana terjadi perselisihan internal, mereka hanya berdagang
namun tidak ada inovasi untuk mengembangkan produk untuk mengikuti perkembangan
zaman yang dimana dalam dunia perbisnisan harus meningkatkan produktivitasnya seiring
dengan majunya teknologi sehingga pada akhirnya PT Nyonya Meneer tidak dapat
menguasai pasar. Akibat dari perselisihan internal keluarga, berujung pada hutang yang
menumpuk dari para supplier. Di sisi lain, arus kas perusahaan juga dalam keadaan kurang
baik.
Proses pengelolaan perusahaan yang semula dilakukan dengan profesional berubah
menjadi panas karena terjadi perselisihan dalam keluarga yang memperebutkan harta dan
kekuasaan. Selain itu, sistem pengelolaan perusahaan hanya berfokus pada mendapatkan
laba yang sebesar-besarnya justru akan memperkeruh konflik yang ada.
Dalam kasus ini, kesalahan yang menjadi awal dari masalah yang terjadi adalah
conflict of interest dalam keluarga. Hal ini disebabkan oleh proses dinamika kelompok yang
buruk diantara cucu-cucu Ibu Meneer. Perebutan kekuasan, baik harta maupun warisan,
yang sudah diselesaikan melalui putusan pengadilan pun tetap tidak memberikan kepuasan
di antara semua pihak. Setidaknya ada tiga konflik yang terjadi di dalam dinamika perebutan
kekuasaan tersebut. Pertama, konflik antar saudara kandung yang disebabkan
ketidakseimbangan proporsi manajemen di pabrik. Kedua, konflik paman dan keponakan
terkait perencanaan suksesi. Ketiga, terjadi konflik antara bibi dan keponakan karena
ketidaksepakatan untuk menjual kepemilikan saham kepada pihak luar.
Akhirnya saudara-saudara tersebut menjatuhkan pilihan untuk berpisah dan menjual
bagian mereka kepada Charles Ong Saerang. Walaupun sudah menjual semua kepemilikan
saham kepada Charles Saerang, yang juga masih merupakan cucu dari Ibu Meneer, untuk
penyelesaian masalah, PT. Nyoya Meneer tetap tidak bisa survive di dunia bisnis pada masa
sekarang karena sistem kelola dan manajemennya yang dianggap masih ketinggalan zaman.
Hal ini diperkuat dengan ketidakmampuan manajemen dalam membayar hutang kepada para
kreditur. Pada 8 Januari 2015, PT. Nyonya Meneer dihadapkan pada perkara penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang diajukan oleh PT. Citra Sastra Grafika dan PT.
Nata Median Investara. PT. Nyonya Meneer memiliki hutang jatuh tempo yang belum
dibayarkan sebesar Rp 89 Miliar kepada dua kreditur tersebut. Sempat diputuskan untuk
melakukan perdamaian antara PT. Nyonya Meneer dan para kreditur untuk menyelesaikan

11
PKPU, namun pada 3 Agustus 2017, PT. Nyonya Meneer resmi dipailitkan oleh Pengadilan
Niaga Semarang atas tuntutan kreditur Hendrianto Bambang Santoso sebab PT. Nyonya
Meneer tidak melunasi hutang-hutangnya selama masa perdamaian dan tidak membayar gaji
para karyawannya.

2.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang kelompok kami gunakan adalah metode kualitatif. Metode
kualitatif merupakan metode untuk menganalisa data-data diluar data numerik. Selain itu
metode kualitatif juga digunakan untuk menganalisis data-data non statistika dan studi
kasus. Penelitian ini akan membahas mulai dari latar belakang masalah dan proses dinamika
yang membuahkan keputusan saat menghadapi masalah dalam bentuk uraian yang
selanjutnya akan disusun secara sistematis.

2.4. Hasil dan Pembahasan

Dari berbagai permasalahan yang terjadi sampai pada akhirnya PT. Nyonya Meneer
dinyatakan pailit, tampak di dalamnya proses dinamika kelompok yang tidak berjalan
dengan baik. Dinamika kelompok merupakan kehidupan individu-individu dalam suatu
organisasi yang mana terjadi interaksi sehingga timbul pengaruh tingkah laku secara timbal
balik. Dinamika sendiri juga diartikan sebagai sesuatu yang selalu bergerak menyesuaikan
diri dengan keadaan yang selalu berubah. PT Nyonya Meneer mengalami kegagalan dalam
proses dinamika tersebut, karena perusahaan masih menggunakan sistem tradisional pada
sistem pengendalian manajemen, hanya berorientasi mengejar keuntungan dan tidak
mempertimbangkan keberlanjutan perusahaan di masa depan (tidak going concern) sehingga
berakibat pada perselisihan keluarga dan perebutan kekuasaan. Perusahaan tidak
menyesuaikan diri dengan pasar yang semakin berkembang sehingga lama-kelamaan
dilupakan oleh masyarakat.
Tahap perkembangan kelompok pada PT Nyonya Meneer:
1. Tahap pembentukan (Forming)
Tahap awal ini ditandai ketidakpastian atas tujuan, struktur dan kepemimpinan.
Tahap ini selesai ketika anggota merasa menjadi bagian dari kelompok.

12
→ Berawal dari Ibu Meneer yang sering membantu orang-orang sekitar dengan jamu
racikannya, kemudian mendirikan perseroan terbuka pada tahun 1919 bernama
“Jamu Cap Potret Nyonya Meneer” di Semarang, perusahaan ini merupakan
perusahaan keluarga dimana yang menjadi pimpinan adalah anak dari Ibu
Meneer kemudian diturunkan ke cucu-cucu Ibu Meneer.

2. Tahap perkembangan (Storming)


Seperti diindikasikan istilahnya, ditandai oleh konflik dan konfrontasi. Ketika
tahap ini selesai terdapat kepastian struktur.
→ Konflik mulai muncul setelah Ibu Meneer dan anaknya (Hans Ramana)
meninggal dunia. Pada tahun 1985 terjadi perseteruan di antara kelima cucu
pewaris Ibu Meneer yang melibatkan ratusan bahkan ribuan pekerjanya.
Masalah-masalah pekerja dan pemogokan buruh seringkali terjadi pada tahun
2000-2001 di perusahaan jamu ini, diantaranya adanya tuntutan pembayaran
THR, demonstrasi, pemogokan, permasalahan hak asasi manusia.

3. Tahap normalisasi (Norming)


Tahap ini merupakan keadaan dimana struktur menjadi solid, kohesivitas tinggi,
perbedaan menjadi kerjasama.
→ Konflik berakhir dengan pelepasan saham anggota keluarga. Perusahaan Nyonya
Meneer sepenuhnya dipegang oleh cucu Ibu Meneer yang bernama Charles
Saerang. Empat cucu Ibu Meneer lainnya pun memutuskan untuk berpisah
setelah menerima bagian masing-masing.

4. Tahap berkinerja (Performing)


Tahap ini berlaku untuk struktur yang sudah berfungsi dan fokus pada
penyelesaian tugas.
→ Tahun 2006, PT Nyonya Meneer telah memperluas daerah pemasarannya hingga
ke Taiwan sebagai bagian ekspansi perusahaan ke pasar luar negeri setelah
berhasil berekspansi ke Malaysia, Brunei, Australia, Belanda, dan Amerika.

13
Berdasarkan tipe kelompok, PT Nyonya Meneer sebelumnya perusahaan yang
menerapkan tipe perusahaan informal karena merupakan usaha keluarga yang dipimpin oleh
Ibu Meneer, dimana saat itu masih dengan membuka toko di Semarang lalu meluas ke
Jakarta. Usaha keluarga tersebut kemudian semakin berkembang pesat hingga akhirnya
membentuk Perseroan Terbatas (PT) yang saat itu dipercayakan kepada anaknya, Hans
Ramana. Setelah itu PT Nyonya Meneer beralih menjadi kelompok formal yaitu kelompok
komando, karena PT Nyonya Meneer diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai
tujuan organisasi dan perusahaan terdiri dari manajer-manajer dan bawahannya.
Dinamika yang terjadi pada PT. Nyonya Meneer tidak berlangsung sesuai dengan
fungsi dinamika kelompok yang seharusnya. Hal ini dikarenakan dinamika yang terjadi
bersifat negatif dan merugikan banyak pihak dimana PT Nyonya Meneer terjerat hutang
miliaran rupiah yang tidak mampu membayar kewajibannya sesuai perjanjian dimana pihak
penggugat mengajukan gugatan karena tidak puas atas proses pembayaran hutang
sebagaimana diatur dalam perjanjian damai. Dalam waktu yang ditentukan, PT Nyonya
Meneer dinilai tidak menunaikan kewajibannya. Atas dasar itu, kreditur meminta agar PT
Nyonya Meneer dipailitkan. PT Nyonya Meneer yang juga tidak membayar gaji para
karyawannya. Sebanyak 1.158 karyawan PT Njonja Meneer (Nyonya Meneer) menanti hak-
hak mereka pasca perusahaan jamu legendaris itu dinyatakan pailit. Jumlah kewajiban yang
harus diberikan kepada karyawan mencapai Rp 98 miliar. Untuk karyawan aktif sebanyak
921 orang dengan upah yang belum terbayarkan sejak November 2015 sebesar Rp 35,3
miliar. Kemudian untuk hak purna tugas sebanyak karena pailit sesuai Undang-undang
Ketenagakerjaan buruh memiliki hak Rp 41,4 miliar. Untuk karyawan purna tugas sebelum
pailit, masuk PKPU ada 183 orang. Hak purna tugas yang belum dibayarkan Rp 8,7 miliar.
Secara keseluruhan mereka belum memperoleh gaji, tunjangan hari raya serta pesangon
untuk yang sudah purna. Untuk karyawan purna tugas ada hak klaim kesehatan yang tidak
diganti perusahaan pula. Pengadilan Niaga Semarang menyatakan PT Nyonya Meneer pailit
pada sidang pada 3 Agustus 2017. Pengadilan Niaga Kota Semarang mengundang para
kreditur pabrik jamu legendaris, PT Nyonya Meneer untuk mendata serta melakukan
verifikasi nilai besaran utang tanggungan perusahaan yang sudah diputuskan pailit tersebut.
Saat ini kurator sudah menyita 6 aset Nyonya Meneer. Proses penyelesaian hutang pun
masih berjalan.

14
Namun dengan bantuan sang investor Rachmat Gobel lewat perusahaannya Gobel
Internasional sedang melaksanakan uji tuntas atau due diligence terhadap produsen jamu
tersebut. Kendati sedang due diligence, Charles Saerang selaku Direktur Utama PT Nyonya
Meneer telah mengajukan skema penyelesaian pembayaran utang ke para kreditur,
khususnya kreditur tanpa jaminan (konkuren). Charles dengan bekerja sama dengan
Rachmat Gobel menyampaikan setidaknya membutuhkan satu tahun untuk membenahi
manajemen perusahaan. Sehingga menawarkan penyelesaian selama dua tahun dengan cara
menyicil bagi kreditur konkuren yang memiliki tagihan dengan jumlah dibawah Rp 5 miliar.
Sementara bagi kreditur yang memiliki tagihan diatas Rp 5 miliar akan dicicil tiga tahun.
Kemudian bagi utang baru yang belum terdaftar akan dicicil selama satu tahun. Seluruh
pembayaran itu akan dimulai pada September 2018.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Pada PT. Nyonya Meneer ada suatu kasus yang berhubungan dengan dinamika
kelompok tetapi dinamika kelompok ini digolongkan dinamika kelompok yang negatif
yaitu pada dasarnya terjadi konflik dalam keluarga sendiri. Hal ini disebabkan oleh
proses dinamika kelompok yang buruk diantara cucu-cucu Ibu Meneer yaitu perebutan
harta dan kekuasaan PT. Nyonya Meneer. Akibat dari perselisihan internal keluarga,
berujung pada kegagalan dalam pembayaran hutang yang menumpuk kepada
kreditornya. Di sisi lain, arus kas perusahaan juga dalam keadaan kurang baik. Karena
perusahaan masih menggunakan sistem tradisional pada sistem pengendalian
manajemen, maka hanya berorientasi mengejar keuntungan dan tidak
mempertimbangkan keberlanjutan perusahaan di masa depan.
2. Pada PT. Nyonya Meneer hal ini bermula dari meninggalnya Ibu Meneer kemudian
pemimpin pun jatuh pada putra sulungnya yang bernama Hans Ramana. Namun konflik
terjadi setelah Hans Ramana meninggal, terjadi perebutan kekuasaan diantara kelima
cucu Ibu Meneer. Hal itu berdampak juga pada perusahaannya termasuk berdampak
pada karyawan karyawannya yang berjumlah ribuan. Manajemen perusahaan juga
mengalami imbasnya, karyawannya pun juga merasa ditelantarkan dengan kejadian
kasus dinamika kelompok antar anak keluarga ini dan pada akhirnya karyawan
melakukan aksi mogok kerja dan tuntutan untuk membayar THR karyawan-
karyawannya.
3. Konflik pada PT. Nyonya Meneer berakhir dengan pelepasan saham anggota keluarga
dan operasional perusahaan saat itu yang dipegang oleh kelima cucu Ibu Meneer
akhirnya diambil oleh Charles Saerang, salah satu cucu Nyonya Meneer yang membeli
warisan cucu lainnya untuk mengakhiri perebutan kekuasaan. Sejak kepemimpinan
Charles Saerang tidak ada lagi masalah kepegawaian, hingga akhirnya perusahaan
terbelit perkara hutang yang berujung perusahaan dinyatakan pailit.

16
3.2. Saran

Berdasarkan kajian diatas, saran yang ingin disampaikan penulis adalah sebagai
berikut:
1. Mengubah tipe organisasi yang semula dikelola oleh keluarga dan jauh dari kesan
profesional menjadi tipe organisasi garis dan staf agar setiap pengambilan keputusan
berjalan dengan lancar dan tidak bias.
2. Menerapkan proses dinamika yang positif di antara keturunan Ibu Meneer yang
tentunya dapat membawa dampak positif dalam keberlangsungan PT. Nyonya Meneer.
3. Mengubah orientasi bisnis yang semula hanya berfokus pada keuntungan yang besar
menjadi bisnis yang berorientasi juga pada kesejahteraan karyawan, lingkungan, dan
masyarakat misalnya dengan melakukan Corporate Social Responsibility.
4. Suatu persaingan yang menjanjikan pada suatu perusahaan tertentu bagi para pesaing
sudah menjadi hal yang wajar, namun ini adalah bagaimana cara PT. Nyonya Meneer
berupaya untuk menghadapi persaingan itu secara sehat agar mencapai tujuan dari
suatu perusahaan tersebut dengan menciptakan inovasi produk yang lebih baik seiring
mengikuti perkembangan zaman dan pasar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, Angling. 2017. Tanggung Jawab Nyonya Meneer ke Karyawan Mencapai Rp 98 M.


https://www.merdeka.com/uang/mendag-sangat-disayangkan-perusahaan-sebesar-nyonya-
meneer-bangkrut.html. Diakses pada 5 Juni 2020.

Anggun. 2017. Analisa Penyebab Bangkrutnya Produsen Jamu Nyonya Meneer.


https://www.merdeka.com/uang/analisa-penyebab-bangkrutnya-produsen-jamu-nyonya-
meneer.html. Diakses pada 5 Juni 2020.

Fauzian, Rizkie. 2017. Nyonya Meneer Bangkrut di Generasi Ketiga, Kok Bisa?.
https://economy.okezone.com/read/2017/08/07/320/1750939/nyonya-meneer-bangkrut-di-
generasi-ketiga-kok-bisa. Diakses pada 5 Juni 2020.

Gideon, Arthur. 2017. Alasan di Balik Pailit Pabrik Jamu Legendaris Nyonya Meneer.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3047220/alasan-di-balik-pailit-pabrik-jamu-
legendaris-nyonya-meneer. Diakses pada 5 Juni 2020.

Idris, Muhammad. 2017. Goyahnya Nyonya Meneer: Konflik Keluarga Sampai Masalah Hutang.
https://finance.detik.com/infografis/d-3590100/goyahnya-nyonya-meneer-konflik-
keluarga-sampai-masalah-utang. Diakses pada 5 Juni 2020.

Ulfa, Wan. 2017. Jelang Satu Abad Njonja Meneer yang Berakhir Pailit. https://tirto.id/jelang-
satu-abad-njonja-meneer-yang-berakhir-pailit-ctX1. Diakses pada 5 Juni 2020.

18

Anda mungkin juga menyukai