Ditujukan kepada
Panti Sosial di Indonesia
Untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan panti sosial di Indonesia
Disusun oleh:
1. Fatimatuzzahro 6. Maria Yovita Aldila
2. Filia Setyabudi 7. Ni Putu Candra Danayanti
3. Gigih Pambudi. M 8. Natalia Tesalonika
4. Hasti Oktavia Meidi 9. Selvi Faulia Prasasti
5. Hazar Alfanisha Wicaksono Putri 10. Theresa Evadelaneira
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Eesa, karena berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Forum Group
Discusion (FGD)
Maksud dan tujuan dari penulisam laporan ini adalah untuk memberikan kritik
dan saran kepada pemerintah baik negeri maupun swasta untuk turut ambil bagian
dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan panti sosial di Indonesia.
Penulis merasa bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan serta masih ada kekurangan-kekurangannya, dan
kami penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas bantuan dari bebrbagai pihak,
maka pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu dr. Desi Ariwinanti M.PH selaku dosen pembimbing
3. Kak Nayla selaku fasilitator dari HMJ Kesehatan Masyarakat
4. Kakak-kakak pendamping dan panitia BToPH 2018 dan HMJ
Kesehatan Masyarakat
5. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2018
6. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu selama ini
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-
Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat
memberika manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Malang, 20 September 2018
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 2
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2
1.3 Bentuk Kegiatan....................................................................... 2
1.4 Output....................................................................................... 2
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Desain dan Mekanisme ........................................................... 3
2.2 Analisis Data ............................................................................ 4
2.3 Peserta ...................................................................................... 8
2.4 Lokasi ....................................................................................... 8
2.5 Waktu ....................................................................................... 8
BAB III HASIL KEGIATAN
3.1 Pembukaan................................................................................. 9
3.2 Kegiatan .................................................................................... 10
3.2.1 Tahap Persiapan Focus Grup Discussion (FGD) ......... 10
3.2.2 Tahap Pelaksanaan Focus Grup Discussion..................15
3.2.3 Tahap Analisis Data..................................................... 22
3.2.4 Tahap Penyusunan Laporan Hasil Kegiatan
Focus Group Discussion ...........................................35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus
sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi
pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan anak. Akibat
gangguan ini sang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri.(Yayasan Autisme Indonesia). Autisme masih dipandang sebelah
mata oleh masyarakat, yang terkucilkam dan kurang diperhatikan oleh pemerintah
dan Lembaga kemasyarakatan.
Kehidupan masyarat saat ini mulai bersikap individu dan apatis, terutama
kepada penderita autism di Indonesia, sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas
pelayanan di panti sosial di Indonesia. Salah satu contohnya ada kurangnya tenaga
pendidik untuk menangani anak yang autis di panti-panti sosial, kurangnya
penanganan kepada penderita autism, kurangnya kepedulian masyarakat kepada
penderita autism, dan masih banyak lagi. Dengan adanya permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan di panti sosial, maka diperlukannya solusi untuk
mengatasi permasalahn tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan solusi sebagai
pemecahan dari masalah maka diadakanya Focus Group Discussion (FGD) tentang
pelayanan panti sosial di Indonesia.
1.2 Tujuan
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Setiap penelitian harus bersumber dari adanya masalah. Seperti penjelasan di atas
tentang desain penelitian dengan metode kuantitatif. Maka penelitian dengan metode
kuantitatif memiliki maslah yang jelas.
Mengumpulkan Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan
untuk menjawab hipotesis yang sudah dibuat tadi.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah statistik. Statistik
yang dapat digunakan adalah statistik deskribtif dan statistik induktif.
Data hasil analisis tersebut selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.
Penyajian data dapat menggunakan tabel, grafi, dan diagram. dan pembahasan
merupakan pembahasan yang mendalam dari data-data tersebut.
6. Menyimpulkan
2.3 Peserta
Peserta yang ikut dalam pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ini adalah
seluruh mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Offering A dan B Angkatan 2018.
2.4 Lokasi
FGD dilaksanakan di Gedung Kuliah Fakultas Ilmu Keolahragaan.
2.5 Waktu
FGD dilaksanakan pada Hari Sabtu, 8 September 2018 sekitar pukul 14.00
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Pembukaan
Dalam kegiatan Focus Group Discussion oleh mahasiswa ilmu kesehatan
masyarakat 2018 ini akan membahas tentang isu “Kurang baiknya penanganan
Indonesia kepada penderita autisme di Panti Sosial di Indonesia”. Kegiatan ini
dilakukan pada tanggal 8 September 2018 pukul 10.00 WIB. Gigih Pambudi M.
selaku ketua kelompok kegiatan Focus Group Discussion menyampaikan terima
kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan
diskusi dalam menangani masalah penderita autisme di Indonesia. Dalam Focus
Group Discussion ini akan membahas tentang bagaimana kepedulian kita terhadap
penderita autisme yang ada di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu
tumbuh kembangnya penderita autisme yang ada di Indonesia, agar para penderita
bisa merasakan seperti manusia yang normal seperti biasanya dan mereka tidak akan
merasa dikucilkan dengan masyarakat lainnya.
Untuk mewujudkan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) berjalan dengan
lancar dan baik, kelompok kami sudah membagikn tugas untuk tiap-tiap anggota.
Kelompok kami melaksanakan tugas dengan mendiskusikan bersama tentang isu
penanganan kepada penderita autisme di panti sosial di Indonesia. Setiap anggota
berpendapat tentang masalah penderita autisme yang pernah diketahuinya dalam
lingkungannya. Lalu kami semua menganalisis seluruh pendapat dari tiap-tiap
anggota dan memberikan solusi dari tiap-tiap permasalahan yang ada. Setelah
kegiatan menganalisis selesai kami melanjutkan dengan menyusun laporan dari hasil
kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) yang dikerjakan secara berkelompok.
3.2 Kegiatan
B. Tim B
Tim B adalah tim yang memiliki tugas pengumpulan data melalui wawancara
kelompok dan pembahasan dalam kelompok sebagai alat/media paling umum yang
digunakan. Berikut adalah susunan anggota pada Tim B:
a. Moderator : Maria Yovita
b. Notulen : Filia Setyabudi
c. Anggota
1. Ni Putu Candra D.
2. Natalia Tesalonika
C. Tim C
Tim C adalah tim yang bertugas untuk melakukan analisis data yang telah terkumpul
melalui beberapa tahapan,
1) Tahap persiapan dengan pengecekan terhadap didentitas pengisi data,
kelengkapan data serta isian data.
2) Tabulasi, yaitu menggambarkan jawaban responden dengan suatu cara
tertentu.
3) Penerapan data sesuai dengan pendekatan yang digunakan (Setyowati, dkk,
2010).
Terdapat lima anggota dalam Tim D, yaitu:
1. Gigih P. M
2. Selvi F. P
3. Hasti
Fasilitas
Masih sedikitnya sekolah khusus untuk anak autis dan sekolah umum yang
menerapkan sistem inklusi juga mahalnya pendidikan untuk penyandang autis
menjadi permasalahan paling utama
Apakah ada sekolah atau lembaga khusus bagi para penderita autisme?
Kalaupun ada mungkin masih sangat jarang ditemui di Indonesia, dan biaya
pendidikan anak autis sangat mahal daripada pendidikan untuk anak normal. Bagi
penyandang autis berat, mereka tidak mungkin bersekolah bersama-sama anak
dengan anak normal di sekolah umum. Mereka memerlukan metode pengajaran
khusus sehingga diperlukan sekolah khusus bagi mereka. Ketersediaan sekolah
khusus ini juga harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan juga masyarakat, karena
masih minimnya jumlah sekolah khusus hingga saat ini. Jika keberadaan sekolah
khusus ini masih kurang, maka kemungkinan ABK ini harus bersekolah jauh dari
tempat tinggalnya. Hal ini tentu saja membuat mereka menjadi lelah dalam perjalanan
pergi dan pulang sekolah, serta biaya transport yang harus dikeluarkan oleh orang tua
mereka juga menjadi membengkak. Sedangkan bagi anak penyandang autis ringan,
mereka dapat bersekolah bersama-sama dengan anak umum, dengan sistem sekolah
inklusi. Akan tetapi masalahnya hingga saat ini masih sedikit sekolah umum yang
menerapkan sistem inklusi. Sehingga pada akhirnya anak penyandang autis ringan
banyak juga yang harus bersekolah jauh daru rumahnya.
Masalahnya berikutnya tidak semua penderita autis berasal dari keluarga yang
mampu. Bagi keluarga tak mampu tentunya akan kesulitan menyekolahan anak
mereka yang menyandang autis. Maka tak heran, jika banyak penderita autis yang
disekolahkan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Padahal penderita autis memerlukan
terapi tersendiri, serta memerlukan meotode pembelajaran yang berbeda dengan
anak-anak di SLB.
Adapula anak autis yang berasal dari keluarga kurang mampu menjadi tidak
bersekolah. Pemerintahan seharusnya lebih memperhatikan anak penyandang autis
dari keluarga yang kurang mampu ini. Salah satunya dengan adanya Kartu Indonesia
Pintar (KPI) khusus bagi ABK dan sekolah khusus atau lembaga khusus bagi
pendertita autisme, diharapkan dapat membantu kedua orangtua dalam mengobati
anak-anak mereka.
Tenaga Kerja
Permasalahan berikunya adalah masih minimnya jumlah pengajar dan terapis
untuk anak autis. Hingga saat ini masih sedikit orang yang berprofesi sebagai
pengajar bagi ABK, khususnya untuk anak autis, padahai jumlah anak penyandang
autis makin tahun makin bertambah. Oleh karena itu pemerintah harus
memperhatikan ketersediaan tenaga pengajar untuk ABK.
Cara yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan membuka program studi
pendidikan ABK di universitas-unversitas negeri yang belum ada program studi
tersebut. Cara lain adalah dengan menambah kuouta kursi siswa pada program studi
pendidikan ABK.
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial pada penderita autisme perlu diperhatikan terutama pada
lingkungan keluarga dan masih banyak diluar sana yang memandang rendah dan
menjauhi anak autisme . Tak bisa dipungkiri, bagi keluarga yang memiliki anak autis,
tentu akan mendapat tekanan batin tersendiri. Bagaimana tidak, mungkin tetangga
sekitar atau orang lain akan menganggap anak mereka aneh, suka ngomong sendiri,
suka ketawa sendiri, susah diajak ngobrol, atau lebih kasarnya lagi, ada yang
menganggap anak mereka gila. Hal itu tentu sangat menyakitkan bagi keluarga si
penderita autis khususnya bagi kedua orangtuanya. Alangkah lebih baiknya jika
orang-orang memperlakukan penderita autis sebagaimana mestinya, tanpa ada
perasaan aneh, pandangan yang sinis, dan perkataan-perkataan yang menyakitkan.
Penderita autis sangat membutuhkan dorongan dan bantuan dari orang-orang
di sekitarnya agar dapat benar-benar terbebas dari penyakit ini. Jika sebagian orang
justru mencemooh atau bahkan mengucilkan si penderita autis ini, tentu saja si
penderita justru akan semakin larut dalam dunianya sendiri yang menyebabkan gejala
autismenya tak kunjung sembuh. Perlu diingat, penderita autisme ini sangat
memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di sekelilingnya agar ia
tidak terus menerus asyik dengan dunianya sendiri.