Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KASUS PERUSAHAAN YANG MENGALAMI KEBANGKRUTAN

DOSEN PENGAMPU:
Hj. Sarida Minarni, S.E.,M.Si.

DISUSUN OLEH :
Muhammad Affan Rasyiq
202221065

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MOESTOPO BERAGAMA
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga laporan dengan berjudul “kasus perusahaan yang
mengalami kebangkrutan” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari ibu Hj. Sarida
Minarni, S.E., M.Si. pada bidang studi “Asas-Asas Manajemeen”. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
peran media massa dalam perubahan sosial budaya masyarakat.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Hj. Sarida Minarni,
S.E., M.Si. selaku dosen mata kuliah Asas-Asas Manajemeen. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam
makalah ini. Untuk itu, penulis juga mengharap adanya kritik serta saran yang membangun
dari pembaca apabila menemukan kesalahan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya,
semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini ada manfaatnya.

Jakarta, 14 Desember 2024

(Muhammad Affan Rasyiq)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
……………………………………………….
DAFTAR ISI ii
……………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN 1
……………………………………………….
1.1 Latar Belakang 1
……………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah 2
……………………………………………….
1.3 Tujuan Penelitian 2
……………………………………………….
1.4 Metode Penelitian 2
……………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN 3
……………………………………………….
2.1 Profil Perusahaan 3
……………………………………………….
2.2 Permasalahan Dalam
3
Perusahaan Sariwangi ……………………………………………….
Pembahasan Masalah 4
……………………………………………….
Kendala Terjadinya
5
Kebangkrutan ……………………………………………….

BAB III PENUTUP 7


……………………………………………….
Kesimpulan 7
……………………………………………….
Saran 7
……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA 8
……………………………………………….

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau
lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Perusahaan juga organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya
walaupun tidak menutup kemungkinan mengaharapkan kemakmuran sebagai tujuan
lainnya. Namun, sebuah perusahaan tidak boleh hanya terfokus pada laba atau
keuntungan saja, melainkan banyak hal lain yang harus diperhatikan seperti layaknya
memperhatikan keberlangsungan usaha yang dilakukan, serta harus memperhatikan
fungsi-fungsi sosial lainnya di lingkungan masyarakat.
Zaman ekonomi global saat ini banyak sekali persaingan yang datang, baik
dari dalam maupun luar Indonesia. Jika suatu perusahaan tidak mampu untuk
bersaing dan mempertahankan elektabilitasnya, bukan tidak menutup kemungkinan
adanya kebangkrutan yang akan terjadi. Kemampuan para manajer untuk mengelola
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan akan berpengaruh pada
keberlangsungan usaha suatu perusahaan.
Kebangkrutan suatu bisnis tidak terdapat pada satu industri atau perusahaan
tertentu, tetapi dapat dialami oleh semua perusahaan. Dalam praktiknya banyak
perusahaan yang mengalami kegagalan sehingga terjadi kebangkrutan pada
perusahaan. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat meresahkan bagi setiap
perusahaan karena masalah dapat terjadi secara tidak terduga. Beberapa penyebab
kebangkrutan dalam perusahaan diantaranya adalah kesulitan keuangan yang
merupakan akibat dari pengelolaan perusahaan yang tidak kompeten atau profesional
(going concern) dalam operasional perusahaannya.
Dalam melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan analisis rasio. Analisis ini adalah alat yang digunakan dalam menjelaskan
hubungan dari data keuangan, dengan cara membandingkan antara data satu dengan
yang lainnya. Analisis rasio dapat dijadikan sebagai alat untuk melihat maupun
menganalisis tentang kinerja keuangan perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ini adalah:

1. Bagaimana potensi kebangkrutan pada PT. Sariwangi Indonesia pada periode


2015?
2. Bagaimana cara mencegah terjadinya masalah kebangkrutan pada perusahaan
tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari laporan ini
adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis potensi terjadinya suatu masalah


kebanglrutan di PT. Sariwangi Indonesia.

1.4 Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode studi
kepustakaan/studi literatur. Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan cara menelaah berbagai buku, catatan, literatur, serta laporan yang berkaitan
dengan topik yang ingin dibahas. Penulis perlu membaca berbagai buku, artikel, dan
jurnal yang mendukung dengan topik yang dibahas, menganalisis, dan
mengaitkannya dengan teori yang dijadikan landasan untuk membentuk sebuah
jawaban baru dalam jurnal ini. Penelitian ini menggunakan studi literatur dari data
sekunder yang didapat dari website seperti informasi mengenai teori yang dipakai
untuk penelitian ini, materi yang akan dibahas dan juga pencarian informasi
mengenai goal setting pada suatu perusahaan dan kesalahan yang dilakukan
perusahaan Sariwangi dalam penentuan tujuan (goal setting). Setelah itu akan
dijabarkan dengan metode studi kepustakaan/studi literatur untuk menjelaskannya
sesuai teknik analisis yang digunakan dan mengidentifikasinya dengan perusahaan
Sariwangi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan


Teh merupakan minuman yang sering diminum oleh orang Indonesia. Cita rasa yang
agak pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri dari teh dan minuman ini biasanya
disajikan bersamaan dengan sarapan maupun saat di sore hari. Teh dengan campuran
kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis the
yang paling populer di Indonesia. Dengan banyaknya penggemar teh di seluruh
Indonesia, maka banyak pula perusahaan yang memproduksi jenis minuman ini. Pada
1972 para pendiri perusahaan memperkenalkan teh dengan kemasan kantong. Produknya
menjadi teh celup pertama yang ada di Indonesia. Produk teh celup cukup diterima
lantaran cara mengkonsumsi ternyata dinilai lebih praktis ketimbang teh tubruk. Salah
satunya adalah perusahaan teh terkenal seperti Sariwangi. Perusahaan ini bergerak di
bidang produksi teh yang sudah berdiri sejak tahun 1978 di Indonesia yang bergabung
dengan Grup Gunung Sewu. Mereka terkenal sebagai salah satu produsen teh terbesar di
Indonesia dengan fokus pada produksi teh hitam, hijau, dan teh herbal. Pada tahun 1985,
PT. Sariwangi mulai mengekspor produknya ke berbagai negara termasuk Amerika
Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan Rusia. Mereka memiliki reputasi untuk
komitmen terhadap standar kualitas tinggi dan keberlanjutan dalam indsutri teh.
Perusahaan ini terus berusaha menyediakan produk teh berkualitas kepada konsumen,
sambil menjaga keberlanjutan bisnisnya.

2.2 Permasalahan Dalam Perusahaan Sariwangi


Pada tahun 2018, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan kedua perusahaan itu
pailit. Perusahaan dianggap telah melanggar perjanjian perdamaian soal utang utang
dengan PT Bank ICBC Indonesia. Gagalnya minuman teh yang dirasa bagus untuk
kesehatan ini terjadi lantaran mereka menanggung beban hutang yang cukup besar. Sesuai
dengan yang tertulis pada hukum pengadilan Niaga Jakarta Pusat, PT. Sariwangi
Agricultural Estate Agency dikabarkan mereka tidak mampu membayar hutang yang
mencapai 1 triliun rupiah. Beban tersebut telah mereka pikul sejak tahun 2015 ke
beberapa kreditur, salah satunya adalah PT. Bank ICBC Indonesia. Sariwangi bukanlah

3
perusahaan yang bangkrut sendiri. Karena, rekannya PT. Maskapai Perkebunan Indorub
Sumber Wadung juga mengalami hal yang serupa. Perkebunan teh yang berada di Bogor
tersebut harus menanggung hutang yang besarnya mencapai 35,7 miliar. Hal ini
disebabkan kedua perusahaan tersebut sudah membayar cicilan bunga akan tetapi besaran
yang dibayarkan tidak sesuai dengan ketetapan yang sudah dijanjikan. Hal ini Berawal
dari Sariwangi dan perkebunan teh afiliasinya tersebut ingin mencoba melakukan
ekspansi bisnis dengan cara memperluas sistem drainase air dan juga teknologi
penyiraman. Untuk melakukan dua kegiatan tersebut, PT. Sariwangi dan afiliasinya harus
melakukan peminjaman uang ke beberapa debitur hingga totalnya mencapai 1,5 triliun.
Dari jumlah uang yang dikeluarkan, hasil akhir tidak maksimal sehingga PT. Sariwangi
harus menanggung beban yang cukup besar. Sejatinya, mereka sudah hampir dinyatakan
bangkrut beberapa tahun silam tapi mereka bisa mengajukan permohonan homologasi.
Secara berkala, PT. Sariwangi mampu membayar hutang dan cicilan bunga terhadap
beberapa kreditur namun pada akhirnya perjanjian permohonan homologasi dibatalkan
pihak pengadilan niaga. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan produsen teh celup
terkemuka tersebut sehingga mereka harus gulung tikar.

A. Pembahasan Masalah Dalam Perusahaan Sariwangi


Hasil yang dilakukan dengan metode analisis Goal Setting menyatakan bahwasanya
PT. Sariwangi memfokuskan pada pembuatan daun teh dan mixing menjadi bubuk teh
siap didistribusikan. Namun beberapa tahun setelahnya, Sariwangi memilih untuk ekspan
ke tahap yang lebih serius. menurut Supit, selaku pemilik Sariwangi memilih untuk
merubah perusahaanya menjadi Perseroan Terbatas dan memilih untuk membuat produk
teh celupnya sendiri yang dikenal sebagai The Celup Sariwangi. Produk tersebut menjadi
sangat populer hingga saat ini. Karena hal itu, PT. Sariwangi pun mulai melakukan
manajemen struktur dan memperkenalkan produk terbaru, meskipun masih berada di
ranah teh celup. Pada masanya, the celup merupakan inovasi yang cukup baik. PT.
Sariwangi beradaptasi untuk menggunakan kantong sutra seperti apa yang dilakukan para
pedagang di Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an. Saat itu, penggunaan sutra dinilai
lebih murah karena meminimalisir ongkos produk. Sariwangi pun akhirnya berjaya,
setidaknya hingga produk andalannya tersebut diambil alih oleh PT. Unilever.

4
Produk teh celup sariwangi dimiliki oleh PT. Unilever dan penjualannya semakin
meningkat drastis. Sementara itu, PT. Sariwangi mencoba berinovasi dengan
mengeluarkan produk lainnya yang tidak jauh dari teh celup, semisal Sarimurni Teh
Kantong Bundar, Teh Wangi Melatih, Teh Hijau Asli. Walaupun produk-produk itu
dikeluarkan, hasil penjualannya tetap tidak mampu menandingi sariwangi yang telah
diakuisisi oleh PT. Unilever. Pada tahun 1989, PT Unilever sempat bekerja sama dengan
perusahaan Sariwangi untuk meminta memproduksi teh. Unilever bertindak sebagai
distributor. Namun saat ini Unilever sudah tak lagi bekerja sama dengan Sariwangi
Agricultural Estate Agency. PT Indorub sendiri anak usaha dari Sariwangi Group yang
bergerak dalam pengelolaan kebun teh. Pada tahun 2002 perusahaan itu mampu
memproduksi hingga 5 ribu ton teh. Sariwangi memiliki pandangan dan tujuan untuk
mengekspansi perusahaannya lebih jauh, usaha yang tadinya hanya usaha pembuat teh
bubuk menjadi perusahaan perseroan terbatas itu mengindikasikan bahwa Sariwangi
memiliki visi yang jauh kedepan, akan tetapi mengenai penetapan tujuan atau goal setting.

B. Kendala Terjadinya Kebangkrutan


Tantangan yang dihadapi Sariwang sendiri adalah inovasi. Namun jika dilihat secara
jelas, PT. Sariwangi terlihat kurang inovatif dalam mendeteksi target pasar di Indonesia.
Bagaimana tidak, mereka tidak mencoba untuk mengeluarkan produk baru, salah satunya
adalah teh dalam bentuk lain, misalnya botol ataupun gelas. Konsumsi teh siap minum
memang telah menjadi gaya hidup baru di Indonesia bahkan Teh Botol Sosro dan Teh
Pucuk Harum memperoleh laba besar dari produk mereka. Angka penjualan minuman di
dalam kemasan juga tidak kalah besar dari teh celup. Menurut sebuah survei yang dibuat
oleh Euromonitor International, daya beli masyarakat terhadap teh botol meningkat pesat
setiap tahunnya. Di tahun 2013, angka penjualan telah menyentuh 25 miliar rupiah dan
selalu meningkat belasan persen per tahunnya. Jika dilihat dari sistem bisnisnya sendiri,
mereka tidak berkomitmen dengan produknya sendiri. Sariwangi lebih memilih membuat
produk baru dibandingkan mengembangkan produk lama mereka yang pada saat itu
masih disukai masyarakat. Sariwangi Tentu memiliki kerumitan mengenai tugasnya,
produk-produk teh Sariwangi memiliki variasi dalam jenisnya, akan tetapi tugas tersebut
seperti tidak ada gunanya, yang dimana Sariwangi lebih memilih membuat produk baru
yang tidak memiliki inovasi yang cukup baik.

5
Berdasarkan penelitian menjelaskan bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penghindaran pajak dan risiko kebangkrutan terhadap biaya utang
pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Hasil
dari penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil tersebut menunjukkan bahwa biaya utang
tidak dipengaruhi oleh penghindaran pajak dalam penelitian ini, adanya risiko
kebangkrutan disebabkan karena perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya
mengalami ketidakstabilan antara pengeluaran dan pendapatan, Penghindaran pajak dan
resiko kebangkrutan bersama berpengaruh terhadap biaya utang. Namun kelemahan dan
gap dari penelitian ini adalah tidak adanya pembahasan mengenai apakah penetapan
tujuan (goal setting) berpengaruh terhadap laju perusahaan atau masa depan perusahaan
tersebut, apakah jika melakukan kesalahan dalam penetapan tujuan dapat menyebabkan
pailitnya suatu perusahaan. Pada penelitian ini, alasan mengapa Sariwangi mengalami
kebangkrutan adalah kurangnya penerapan dan penentuan tujuan yang dituliskan secara
rinci dan jelas. Ada dua faktor mengapa hal tersebut terjadi Pertama yaitu lesunya
pertumbuhan pada perkebunan teh Sariwangi, hal tersebut merupakan alasan mengapa
inovasi yang dilakukan Sariwangi kurang berkembang. Kedua adalah kegagalan
investasi, peminjaman uang ke beberapa debitur hingga totalnya mencapai 1,5 triliun,
Setelah tagihan kredit utang bermasalah Bank ICBC Indonesia sepakat dalam Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Namun sejak perjanjian itu pihak Sariwangi
tidak memenuhi perjanjian dengan membayar cicilan utang. Hingga akhirnya PT Bank
ICBC Indonesia mengajukan pembatalan perjanjian perdamaian dan Sariwangi pun
bangkrut.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebab kebangkrutan PT
Sariwangi adalah kurangnya penerapan goal Setting. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulkan PT Sariwangi terlalu fokus terhadap
tujuannya untuk mengekspansi perusahaan lebih besar tanpa memperhatikan kejelasan
tujuan, tantangan yang akan dihadapi, komitmen terhadap suatu produk, feedback atau
kritikan dari konsumen, dan kompleksitas tugas yang dibawa. Kurangnya penetapan
tujuan yang terstruktur mengakibatkan PT Sariwangi mengalami kebangkrutan. Terdapat
dua faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu rendahnya perkembangan perkebunan
dan rendahnya kreativitas atau inovasi yang dikembangkan.

3.2 Saran
Bagi setiap perusahaan yang menjalankana suatu usaha atau bisnis diharapkan
menerapkan suatu etika dalam perusahaannya. Karena untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan
yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Jangan menganggap
remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat penting bagi kemajuan
perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin perusahaan tidak
akan bertahan lama karena akan menghancurkan nama baik perusahaan itu sendiri. Oleh
karena itu wajib bagi semua perusahaan untuk menerapkan suatu etika bisnis dan prinsip
manajemen dalam perusahaannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afanasyev, M., Cervantes, M., Meissner, D., Towards FET concept: pathway to
evaluation of foresight effectiveness, efficiency and validity (2014) Higher
School of Economics Research Paper No. WP BRP 31

Agarwal, N., Gneiting, U., Mhlanga, R., (2017), Raising the Bar: Rethinking the Role
of Business the Sustainable Development Goals. Oxfam Discussion Papers

Elinda, s. (2017). Alasan tetap dipertahankannya program petrocaribe di wilayah


karibia. Jurnal analisis hubungan internasional, 6(3), 119-138.

Azhaar, N. L. Analisis manajemen krisis dan manajemen isu pt sariwangi terhadap


peningkatan citra perusahaan.

Br Tarigan, A. A. A. (2021). Pengaruh pertumbuhan perusahaan, audit tenure, opini


audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2017-
2019 (doctoral dissertation, universitas negeri medan).

Dinasmara, C. K., & Adiwibowo, A. S. (2020). Deteksi Kecurangan Laporan


Keuangan menggunakan Beneish M–Score dan Prediksi Kebangkrutan
menggunakan Altman Z–Score (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Termasuk dalam Indeks LQ–45 Tahun 2016–2018). Diponegoro Journal Of
Accounting, 9(3).

Duriyat, U. (2022). Korelasi Ajaran Tasawuf Akhlaqi dalam Aktivitas Perekonomian


Perspektif Buya Hamka. Journal of Islamic Economics and Finance Studies,
1(1), 24-31.

Sari, A. P., & Machdar, N. M. (2024). Pengaruh Investment Opportunity Set,


Operating Cash Flow, dan Solvency terhadap Financial Distress Dimoderasi
Kepemilikan Manajerial. Jurnal Rimba: Riset Ilmu manajemen Bisnis dan
Akuntansi, 2(1), 111-123.

Anda mungkin juga menyukai