Anda di halaman 1dari 31

TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 3B

Dosy Ungsiana Tumangger (032017061)


Desi Pratiwi Samosir (032017066)
Fitri Octaviani Silaban (032017074)
Fryska Yohana Hutahaean (032017082)
Gunawan Pelan P Manalu (032017088)
Yeyen Indriani Sihite (032017089)
S Petronella Sitinjak (032017094)
Janwar Gomgom Sinaga (032017110)
Besty Apriani Zega (032017115)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN


2020

1
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................................................6
2.1 Transformasi Kewirausahaan..............................................................................6
2.2 Faktor yang Mendukung Kewirausahaan.........................................................10
2.3 Modal dan Jenis-jenisnya....................................................................................17
2.4 Menjadi Wirausaha yang Cerdas.......................................................................20
2.4.1 Latar Belakang Wirausaha..................................................................20
2.4.2 Kendala dalam Mengelola Usaha........................................................21
2.4.3 Karakteristik Cerdas Seorang Wirausaha.........................................22
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya yang telah diberikanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini.
Materi yang kami bahas dalam diskusi ini adalah “Transformasi Kewirausahaan”.
Makalah yang kami susun ini terambil dari beberapa referensi, baik dari jurnal yang
berhubungan mata kuliah, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi ini.

Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekelompok.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari sepenuhnnya banyak sekali
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah. Maka kami sangat membutuhkan
kerjasama dengan memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
bagi tenaga keperawatan khususnya.

Medan, 25 Agustus 2020

Kelompok 3B

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sudah sangat pelik, hal ini tampak dari jumlah
pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada tahun 2009 naik menjadi
9% dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,5%. Mereka terbagi menjadi pengangguran
terbuka, pengangguran terselubung, hingga pengangguran temporer atau insidental
(Septa, 2010). Menurut Muhaimin Iskandar, kemampuan sektor formal dalam penyerapan
tenaga kerja sangat terbatas yaitu hanya 37 persen dari seluruh orang yang bekerja.
Sementara sektor informal menyerap 63 persen (Anonim, 2010). Salah satu penyebab
meningkatnya jumlah pengangguran adalah rendahnya kewirausahaan (entrepreneurship)
sehingga sumber daya yang ada fokus pada kegiatan mencari kerja bukan menciptakan
lapangan kerja (Septa, 2010). Perkembangan kewirausahaan di suatu negara
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Suatu pernyataan yang
bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila
memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Penanaman sifat
wirausaha dapat dilakukan melalui dunia pendidikan dari pendidikan pra sekolah hingga
perguruan tinggi. Pada lingkup pendidikan pra sekolah atau sekolah dasar, salah satu
metode pengenalan kewirausahaan dilakukan dengan memperkenalkan siswa dengan
berbagai profesi, industri kecil, atau bahkan mengenal berbagai pusat perdagangan/
perbelanjaan. Menurut Commission of the European Communities (CEC) yang dikutip
dalam penelitian yang dilakukan oleh Pereira et al. (2007), CEC akan membuat program
untuk pendidikan kewirausahaan dari level sekolah dasar hingga perguruan tinggi, yaitu
dengan mewajibkan memperkenalkan kemampuan dasar kewirausahaan pada kurikulum
sekolah dan universitas. Dalam pendidikan, kewirausahaan bertujuan “membantu
generasi muda untuk lebih kreatif dan percaya diri dalam apapun yang mereka lakukan
dan untuk beraksi dalam kehidupan sosial yang bertanggungjawab”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mendukung kewirausahaan ?

4
2. Apa yang dimaksud dengan modal?
3. Bagaimana cara agar menjadi wirausaha yang cerdas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjdadi faktor untuk mendukung
kewirausahaan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan modal
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menjadi wirausaha yang cerdas

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Transformasi Kewirausahaan

Ada 4 (empat) jenis tahapan proses transformasi dalam entrepreneurship, yaitu :


1. Transformasi pola fikir (mindset) dan paradigma (paradigma), yaitu sebuah
transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan karakter yang lama untuk
berubah menjadi seseorang yang berpikiran sama dengan seorang entrepreneur
yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah dari kebiasaan yang selalu
menggunakan logika ke pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan
peluang bisnis.
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi
manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial organization) yang
profesional.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola fikir owner ke pola pikir sebagai investor.
Setelah seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin menjadi
seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi bisnis,
membeli bisnis, meng-Franchise-kan bisnis.

Faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship


sebagai jalan hidupnya, yaitu:
1. Faktor Individual/Personal
2. Suasana Kerja
3. Tingkat Pendidikan
4. Personality (Kepribadian)
5. Prestasi Pendidikan
6. Dorongan Keluarga
7. Lingkungan dan Pergaulan
8. Ingin lebih dihargai atau self-esteem

6
Lima alasan orang tidak ingin menjadi wirausahawan :
1. Tidak mempunyai pengalaman.
2. Tidak mempunyai modal.
3. Tidak mempunyai keberanian untuk memutuskan.
4. Tidak ada orang yang menuntun untuk menjadi wirausahawan.
5. Takut keluar dari “zona nyaman”.
Tingkatan kemampuan kewirausahaan seseorang dibagi menjadi 5 tingkat, yaitu:
1. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut kecil sekali, orang
menyebutnya risk averter. Ciri-cirinya adalah:
a. Senang mempertahankan rasa kenyamanan.
b. Selalu melihat kesulitan didepan mata bukan kemampuannya.
c. Melihat risiko dengan rasa takut atau bersifat risk phobia.
d. Pemalas dan enggan bekerja keras.
e. Berusaha menutupi rasa takutnya.
Orang tipe risk averter ini lebih senang memilih situasi yang menganggur, tidak ada
pekerjaan yang berat, bekerja dengan hasil yang instan, tidak mau menggunakan pengetahuan
dan keterampilannya untuk meraih hasil yang lebih baik.

2. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut ada, dan ia selalu


menggunakan pengetahuannya untuk bekerja lebih baik lagi. Tingkat ini
disebut comfort risk calculation taker (orang yang selalu menghitung risiko
yang terjadi harus lebih kecil dari keuntungan yang ia peroleh). Ciri-cirinya
adalah:
a. Senang bekerja tetapi yang nyaman dan aman.
b. Mengedepankan keuntungan terlebih dahulu daripada kerugian.
Padahal belum tentu demikian.
c. Tidak berpandangan jauh dan melihat masa lalu sebagai acuan untuk
berpikir saat ini (past oriented).
d. Berpikir selalu realistis (kenyataan), bukan futuristis (masa depan),
sehingga bukan tipe orang yang visioner.
Orang tipe ini lebih senang mencari kerja yang terkadang mempunyai risiko di-PHK
tetapi dia berkata lebih aman bekerja daripada berwirausaha, mencari kerja sebagai pegawai

7
yang ada tunjangan pensiunnya, walau dimasa mendatang nilainya sudah tidak berarti lagi
untuk kehidupannya, berpikir ‘cukup’ (menerima apa adanya) tetapi tidak ada kemampuan
berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik.

3. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takutnya lebih


tinggi, dan ia memiliki keberanian untuk menanggung atau mengatasi risiko
kegagalan. Ciri-cirinya adalah:
a. Berani mengambil keputusan untuk berwirausaha bila ia mampu
melakukannya berdasarkan keahlian, pengalaman, dan pengetahuannya
(latar belakang pendidikan).
b. Ia selalu bekerja secara individu dalam mengelola usahanya dan
mengambil keputusan.
c. Bisnis dan usahanya tidak atau belum dikelola secara organisasional.
d. Usahanya sangat dipengaruhi oleh waktunya sendiri.
e. Memiliki pandangan jauh kedepan.
f. Sudah bisa bekerja secara kontinu.
g. Ingin menjadi ‘bos’ bagi dirinya sendiri.
h. Masih berpikir realistis.
Oleh sebab itu, seseorang pada tingkatan kewirausahaan ini sering diebut
individual entrepreneur atau wirausahawan mandiri. Orang juga sering menyebutnya
sebagai self bussinessman.

4. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takut lebih


kompleks, khususnya dalam hal memperhitungkan, mengendalikan,
mengatasi, dan menanggung risiko kegagalan usahanya dibanding dengan
ketiga tingkatan di atas. Ciri-cirinya adalah:
a. Mengambil keputusan dari berbagai sisi, risiko, informasi, dan kondisi
untuk suatu nilai (value) yang lebih optimal dan tepat, bukan karena
minimal saja.
b. Ada unsur visioner, yang sering tidak terlihat dari keputusan yang ia
ambil.
c. Mempunyai mimpi dan orientasi bisnis berskala besar atau skala
industri (will organized).

8
d. Naluri (instinct) bisnisnya kuat dengan didukung oleh kekuatan intuisi
yang diambil berdasarkan pengalaman yang ia miliki, informasi,
kejadian sebelumnya, pengetahuan yang ia punyai, visualisasi dan
imajinasinya yang begitu kuat sekali.
e. Kesempurnaan adalah target utamanya.
f. Tidak suka menyerah dan berpuas diri.

5. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takutnya lebih


sangat tinggi, artinya dalam hal mengatasi rasa takut akan kegagalan yang
cukup besar, ia cenderung mengambil keputusan menggunakan intuisinya
yang kuat sekali, bahkan bisa cenderung sedikit mengadu keberuntungan.
Tingkat ini dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Tingkat risk taker yang lebih realistis dan analitis. Sering juga
disebut sebagai INVESTOR atau penanam modal yang memang
menjadi wirausahawan dengan tujuan untuk memiliki saham
(kepemilikan perusahaan) atas sebuah perusahaan dalam jumlah
tertentu.
b. Tingkat risk taker yang bersifat intuisi dan menggunakan
perasaannya (feeling) semata. Ini disebut gambler atau berjudi,
tetapi jenis ini tidak masuk kategori tingkat kewirausahaan
seseorang karena tidak bersifat bisnis dan lebih mengarah pada hobi
saja.

Kunci sukses dalam berwirausaha:


1. Kemampuan – ability and knowledge
2. Keterampilan – (keahlian) – skill
3. Kreativitas – creativity
4. Keteguhan hati (keyakinan diri)
5. Keberuntungan

Level dari entrepreneur, yaitu:


1. Level “zero”—unemployee : risiko yang paling minimal (zero risk atau risk free)
serta manfaat yang juga zero

9
2. Level 1—employee (little risk): Mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan
meningkatkan level entrepreneur-nya ke level di atasnya, yaitu self-employee.
3. Level 2—self-business (self-employee): seorang pengusaha memiliki visi yang
tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri, dan seorang high achiever.
4. Level 3—businessman (business owner): Pada level ini, bisnisman sedikit
memiliki jiwa challenging” yang kuat, sehingga dia ingin benar-benar menjadi bos
dari sebuah tim atau sistem. Ia lebih komplet dan mendekati perfect organization
leader dari suatu unit usaha.
5. Level 4—investor (truly speculative businessman): pada level ini, faktor kalkulasi
yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan perhitungan
(professional) atau menjurus ke gambling (gambler).

Tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh orang yang telah sukses menjadi seorang
wirausahawan adalah sebagai berikut:
a. Tahapan tingkat pertama: proses mengenal, memahami dan mengerti
kewirausahaan
b. Yaitu untuk mengetahui tujuan, maksud, dan manfaatnya bagi individu,
lingkungan, dan negara, berorientasi pada pola pikir orang yang sukses dalam
bisnis, belajar lebih dalam tentang kewirausahaan.
c. Tahapan tingkat kedua: Mempersiapkan Diri dan Merencanakan Bisnis
d. Tahapan ini merupakan sebuah tahapan di mana seseorang sudah mempunyai
kunci kewirausahaan, membuka pintu kewirausahan, dan masuk ke dalam dunia
kewirausahaan yang semuanya baru, berisiko, dan tidaklah mudah. Tahap
mempersiapkan diri menjadi seorang wirausahawan ini mencakup 4 tahapan
penting, yaitu:
1) Tahap mengenal diri, untuk menemukan asal peluang bisnis.
2) Mempelajari teori peluang, dengan cara berpikir kreatif untuk menemukan
inspirasi bisnis.
3) Menganalisa dan memanfaatkan inspirasi bisnis, untuk dijadikan alternatif-
alternatif peluang bisnis.
4) Mengubah dan menentukan alternatif–alternatif peluang menjadi sebuah
bisnis.

10
2.2 Faktor yang Mendukung Kewirausahaan

Tingkatan kemampuan kewirausahaan seseorang dibagi menjadi 5 tingkat (Hendro,


2011) yaitu:
1. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut kecil sekali sehingga ia
cenderung menghindari risiko. Tingkat ini disebut menghindar dari risiko (avoid a
risk). Orang menyebutnya risk averter. Ciri-cirinya adalah :
a. Senang mempertahankan rasa kenyamanan (comfort zone), anda dimana
anda selalu ingin menikmati keadaan saat ini yang menghanyutkan diri
anda.
b. Selalu melihat kesulitan didepan mata bukan kemampuannya. Orang yang
pesimis bukan optimis.
c. Melihat risiko dengan rasa takut atau bersifat risk phobia
d. Pemalas dan enggan bekerja
e. Banyak alasan untuk menghindari kerja keras
f. Berusaha untuk menutupi rasa takutnya, orang tipe risk averter ini lebih
senang memilih situasi: menganggur, tidak ada kerjaan yang berat, bekerja
dengan hasil yang instan dan tidak mau menggunakan pengetahuan dan
ketrampilannya untuk meraih hasil yang baik.

2. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut ada dan ia selalu menggunakan
pengetahuannya untuk bekerja lebih baik lagi. Tingkat ini disebut comfort risk
calculation taker (orang yang menghitung risiko yang terjadi harus lebih kecil dari
keuntungan yang ia peroleh). Oleh sebab itu, orang pada tingkatan ini berorientasi
hanya mencari pekerjaan yang nyaman, aman dari PHK atau biasa-biasa saja.
Ciri-cirinya adalah:
a. Senang bekerja tetapi nyaman dan aman.
b. Mengedepankan keuntungan terlebih dahulu daripada kerugian. Padahal
belum tentu demikian.
c. Tidak berpandangan jauh dan melihat masa lalu sebagai acuan untuk berpikir
saat ini (past oriented).
d. Berpikir selalu realistis (kenyataan), bukan futuristis (masa depan), sehingga
bukan tipe orang yang visioner. Orang tipe ini lebih senang: Mencari kerja
yang terkadang mempunyai risiko di PHK tetapi ia berkata lebih aman

11
bekerja daripada berwirausaha, mencari kerja sebagai pegawai yang ada
tunjangan pensiunnya, walaupun dimasa mendatang nilainya sudah tidak
berarti lagi untuk kehidupannya dan berpikir cukup (menerima apa adanya)
tetapi tidak ada kemampuan berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik
lagi.

3. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takutnya lebih tinggi


dan ia memiliki keberanian untuk menanggung atau mengatasi risiko kegagalan.
Ia berani menghadapi rasa takutnya karena ia merasa mampu, memiliki
pengetahuan dan pengalaman kerja yang sesuai dengan apa yang ia kerjakan
dalam bisnisnya. Tingkatan ini disebut risk calculation taker atau berani
mengambil risiko usaha dengan perhitungan aman. Ciri-cirinya adalah:
a. Berani mengambil keputusan untuk berwirausaha bila ia mampu
melakukannya berdasarkan keahlian, pengalaman dan pengetahuannya (latar
belakang pendidikan).
b. Ia selalu bekerja secara individu dalam mengelola usahanya dan mengambil
keputusan.
c. Bisnis dan usahanya tidak atau belum dikelola secara organisasional.
d. Usahanya sangat dipengaruhi oleh waktunya sendiri.
e. Memiliki pandangan jauh kedepan.
f. Sudah bias bekerja secara kontinyu.
g. Ingin menjadi ‘bos’ bagi dirinya sendiri. h.) Masih berpikir realistis

4. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takut lebih kompleks


Khususnya dalam hal memperhitungkan, mengendalikan, mengatasi, dan
menanggung risiko kegagalan usahanya disbanding dengan ketiga tingkatan
diatas. Ia berani mengalahkan dan mengatasi rasa takutnya bukan hanya karena
pengetahuan, ketrampilan dan pengalamannya saja tetapi lebih kompleks dari
itu.Biasanya jenis usaha yang diambil dan dimulainya lebih berskala industri.
Orang pada tingkatan ini disebut manajer risiko bagi dirinya (risk manager). Ciri-
cirnya adalah:
a. Mengambil keputusan dari berbagai sisi, risiko, informasi dan kondisi untuk
suatu nilai (value) yang lebih optimal dan tepat, bukan karena minimal saja.

12
b. Ada unsur visioner, yang sering tidak terlihat dari keputusan yang ia ambil,
sehingga cenderung berkata itu keputusan nekat.
c. Mempunyai mimpi dan orientasi bisnis berskala besar atau skala industry

5. Tingkat kemampuan kewirausahaan dalam menghadapi rasa takutnya sangat


tinggi, artinya dalam hal mengatasi rasa takut akan kegagalan yang cukup besar, ia
cenderung mengambil keputusan menggunakan intuisinya yang sangat kuat sekali,
bahkan bisa cenderung sedikit mengadu keberuntungan. Orang pada tingkatan ini
disebut risk taker atau pengambil risiko. Tingkatan ini bisa dikelompokan menjadi
2 jenis, yaitu:
a. Tingkat risk taker yang lebih realistis dan analistis. Sering disebut juga
Investor atau penanam modal yang menjadi wirausahawan dengan tujuan
memiliki saham (kepemilikan perusahaan) atas sebuah perusahaan dalam
jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan baik berupa dividen
(pembagian laba kepada pemegang saham sesuai proporsinya) atau kenaikan
nilai saham apabila saham tersebut dijual kembali kepada orang lain.
b. Tingkat risk taker yang bersifat intuisi dan menggunakan persaannya (feeling)
semata. Ini disebut gambler atau berjudi, tetapi jenis ini tidak termasuk
kategori tingkat kewirausahaan karena tidak bersifat bisnis dan mengarah pada
hobi saja.

Tingkat kemampuan Berwirausaha tentu juga harus dilandasi dengan proses


transformasi dalam melakukan kewirausahaan, ada 4 (empat) jenis tahapan proses
transformasi dalam entrepreneurship (Hendro, 2011) yaitu:
1. Transformasi pola pikir (mindset) dan paradigm (paradigm), yaitu sebuah
transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan karakter yang lama untuk
berubah menjadi seorang yang berpikiran sama dengan seorang entrepreneur
yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah dari kebiasaan yang
selalu menggunakan logika ke pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi,
ide, dan peluang bisnis. Cara berpikir yang perlu ditransformasi adalah
menghindari jebakan logika, berpikir berbeda dengan orang(umum),
menjadikan pengetahuan sebagai ‘perkakas’ dalam menemukan inspirasi
melalui pola pikir yang kreatif dan inovatif serta berpikir visioner.

13
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner)
menjadi manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial
organization) yang professional. Menjadi entrepreneur yang berpikir sebagai
pemilik, pendiri, dan penggagas sebuah bisnis itu berbeda dengan intrapreneur
yang bertindak sebagai pengelola, manajer, pemimpin dan pelaksana strategi
yang bertujuan untuk mewujdukan visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir sebagai investor. Setelah seorang
pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin menjadi seorang investor
untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi bisnis, membeli bisnis,
franchise bisnis, dan meningkatkan nilai-nilai perusahaan hingga mengarah
pada peningkatan nilai asset riil yang tinggi secara tangible dan itangible
sehingga sebuah perusahaan tidak dinilai dari asset riil tetapi telah berubah
menjadi sebuath asset yang tidak ternilai harganya.
Faktor internal berwirausaha seperti penghasilan, harga diri, perasaan senang
sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi minat berwirausaha seperti lingkungan
pendidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat (suhartini.2011).
Suryana (2009: 67) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang
wirausaha, antara lain:
1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak
memiliki kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki
kemampuan, keduanya tidak akan menjadi seorang wirausaha yang sukses.
Misalnya seseorang yang memiliki kemauan untuk membuka toko tapi tidak
memiliki kemampuan untuk mengelolanya, maka lama kelamaan tokonya akan
tutup. Begitu juga dengan orang yang memiliki kemampuan mengelola usaha
tetapi tidak memiliki kemauan untuk membuka usaha, maka selamanya orang
tersebut tidak pernah memiliki usaha.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad kuat tetapi
mau bekerja keras dan orang yang tidak mau bekerja keras tetapi memiliki tekad
yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang Mengenal peluang yang ada dan berusaha
meraihnya ketika ada kesempatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan seorang wirausaha. Selain keberhasilan, seorang
wirausaha juga selalu dibayangi kegagalan dalam berwirausaha, karena
kegagalan maupun keberhasilan wirausaha tergantung pada kemampuan yang

14
dimiliki wirausaha tersebut dalam memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat
beberapa persyaratan untuk mencapai keberhasilan wirausaha (Astamoen, 2005:
255), diantaranya:
a. Mandiri tetapi bisa bekerja sama dengan orang lain dan mampu
berinteraksi dengan prinsip.
b. Mempunyai cita-cita, impian, visi, harapan, ambisi tapi bukan ambisius,
obsesi, tantangan dianggap sebagai titik awal untuk mencapai tujuan
dalam meraih kesuksesan.
c. Selain bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarganya, tetapi juga
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.
d. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat negatif ketika
memandang dan memperlakukan orang lain.
e. Selalu berpandangan dan bersikap positif terhadap orang lain.
f. Berpikir sebagai wirausaha yang sukses, karena wirausaha yang sukses
harus berpikir seperti seorang wirausaha yang sukses dan bukan berpikir
selayaknya orang yang gagal.
g. Merubah kebiasaan, sifat, dan pola pikir sebagai pribadi yang unggul.

Menurut Hendro, seorang wirausaha yang sukses pasti cerdas. Adapun faktor-faktor
keberhasilan usaha yaitu:
1. Faktor peluang Banyak peluang emas tetapi belum tentu tepat untuk seorang
wirausaha, karena peluang yang tepat mengandung keselarasan, keserasian, dan
keharmonisan antara bisnis yang dijalankan, kondisi, situasi, keadaan pasar,
sehingga dapat diketahui peluang tersebut. Peluang emas seringkali hanya
berjangka waktu pendek atau hanya sekedar momentum. Hal ini yang membuat
bisnis hanya mempunyai usia yang singkat karena peluang emas yang bersifat
momentum saja. Peluang yang tepat dan berhasil adalah peluang yang berskala
industry dan bisa tumbuh besar.
2. Faktor Manusia (SDM) Terdapat 5 faktor yang menjadi kesuksesan dalam
operasional, yaitu :
a. SDM yang berkualitas, hal ini penting karena SDM atau manusia yang
merencanakan.

15
b. Melakukan pelaksanaan yang sesuai dan tepat dengan perencanaan serta
kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM yang handal
sebagai manager yang hebat.
c. Mengawasi suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan dan target yang
dibutuhkan. Controller yang hebat mencakup quality control, financial
control, serta supervisor.
d. Mengembangkan suatu usaha membutuhkan orang yang hebat dalam
memasarkan dan menjual, yaitu marketer dan seller.
e. Faktor kepemimpinan atau leadership. Jika tidak ada leader, maka tidak
ada pengikut, begitu sebaliknya. Faktor SDM menjadi sangat penting.
Tidak aka nada kesuksesan bila tidak mempunyai pemimpin yang hebat.
Dapat disimpulkan dari 5 faktor di atas SDM merupakan faktor penentu
kesuksesan sebuah usaha.
3. Faktor Keuangan Arus kas merupakan hal yang penting. Sebab, bila arus khas
tidak mengalir maka bisnis akan berhenti dan mati. Faktor biaya juga sangat
penting dalam kelangsungan usaha, contohnya:
a. Pengendalian biaya dan anggaran
b. Pencairan dan modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.
c. Perencanaan dan penetapan harga produk biaya (perinciannya), rugi, laba,
dan sebagainya. planner.
d. Perhitungan rasio keuangan sehingga risiko keuangan bisa dikendalikan
dengan baik, seperti rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio hutang
vs modal, dan lain-lain.
e. Struktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding
penjualan biaya berbanding penjualan, dan lainnya Oleh sebab itu, perlu
dibuat dan diterapkan:
 Semua data dicatat dalam pembukuan
 Pisahkan antara harta pribadi dan keuangan usaha.
 Catat semua uang masuk dan uang keluar
 Periksa keabsahan buktu-bukti pengeluaran dan
pemasukan uang.
 Buat break down gaji yang baik (beserta pemiliknya)

16
 Buatlah anggaran dsri semua aspek keuangan dan
bandingkan dengan realisasinya
4. Faktor Organisasi Organisasi usaha mempunyai sifat tidak statis tetapi dinamis,
kreatif, dan berwawasann ke depan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan sebagai
karyawan, meliputi:
a. Jenis pekerjaan yang dilakukan
b. Batasan uraian tugas
c. Hubungan pekerjaan dan teman-temannya
d. Batasan yang jelas antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang
lain.
5. Faktor Perencanaan Bekerja tanpa adanya rencana seperti berjalan tanpa adanya
tujuan. Sehingga faktor perencanaan merupakan faktor penting, contohnya ialah:
a. Perencanaan visi, misi, strategi jangka panjang, dan strategi jangka
pendek.
b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran
c. Perencanaan produk
d. Perencanaan informasi teknologi
e. Perencanaan pendistribusian produk
f. Perencanaan jumlah produk yang akan dijual
6. Faktor Pengelolaan Usaha Keberhasilan dalam usaha juga dibutuhkan dalam hal
tindakan.

2.3 Modal dan Jenis-Jenisnya

Modal ialah suatu alat yang berguna untuk proses selanjutnya ( Alma 2015: 22).
Pengertian modal usaha menurut kamus bersar bahasa indonesia dalam (Nugraha 2011: 9) “
modal usaha adalah uang yang di pakain sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas
uang, dan sebagainya (uang,barang dan sebagainya) yang dapat di gunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal merupakan hal yang utama dalam
menjalankan suatu usaha, termasuk perdagangan, modal yang di gunakan dapat bersumber
dari modal sendiri, namun bila ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah
dengan modal pinjaman jadi, secara umum jenis modal yang dapat diperoleh untuk

17
memenuhi kebutuhan modalnya terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman
(Prawirosentono, 2001: 118). Jenis modal antara lain, yaitu :

1. Modal sendiri
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil
penjualan sahamnya “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan
tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu
bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu
pemegang saham dapat menjual sahamnya. Adapun jenis-jenis dari
modal saham adalah saham biasa (common stock), saham preferen
(preferred stock), dan saham kumulatif preferen (cummulative
preferred stock).
b. Cadangan
Cadangan di sini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk
dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa
waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are
surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal
sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah antara lain
:
1) Cadangan ekspansi
2) Cadangan modal kerja
3) Cadangan selisih kurs
4) Cadangan yang menampung hal-hal atau kejadian-kejadian
yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum).

c. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu,
maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila
perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan

18
keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan
“keuntungan yang ditahan” (retained earning).
2. Modal Asing Atau Utang Jangka Pendek (Short Term Debt)
a. Kredit Rekening Koran
Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan oleh bank
kepada perusahaan dengan batas plafon tertentu di mana
perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian
demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang
dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun
sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah
tersebut.Perusahaan hanya akan mengambil kredit rekening koran
dalam hal-hal yang perlu saja, misalnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan akan modal perusahaan atau modal kerja
pada top fluktuasi sebagai akibat dari gelombang konjungtur atau
musim. Apabila uang ini sudah tidak dibutuhkan lagi, maka disetor
kembali kepada bank untuk kemudian diambil lagi kalau
membutuhkan lagi dikemudian hari. Dengan demikian bentuk
kredit ini adalah elastis sekali, tetapi bunganya adalah relatif tinggi
(kredit pendek tangan kedua).
b. Kredit Dari Penjual
Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade credit) dan
kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit.
apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual
baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijualnya
beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan. Selama ini
pembeli atau langganan dapat dikatakan menerima “kredit penjual”
dari penjual atau produsen. Selama waktu itupun berarti
penjual/produsen memberikan “kredit penjual” kepada pembeli
atau langganan.
c. Kredit Dari Pembeli
Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan
sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya
atau barang-barang lainnya. Di sini pembeli membayar harga
barang yang dibelinya lebih dahulu, dan setelah beberapa waktu

19
barulah pembeli menerima barang yang dibelinya. Selama waktu
itu dapat dikatakan bahwa pembeli memberikan “kredit pembeli”
kepada penjual/pemasok bahan mentah atau barang dagangan.
d. Kredit Wesel
Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan
“surat pengakuan utang” yang berisikan kesanggupan untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada
saat tertentu (surat promes/notes payables), dan setelah
ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada
bank. Daripadanya diperoleh uang sebesar apa yang tercantum
dalam surat utang tersebut dikurangi dengan bunga sampai hari
jatuhnya.
3. Modal Asing Atau Utang Jangka Menengah (Intermediate Term Debt)
a. Term Loan
Term loan” adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu
tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar
kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu
(amortization payments), misalkan pembayaran angsuran dilakukan
setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun. Term loan ini
biasanya diberikan oleh bank dagang, perusahaan asuransi, supplier
atau manufaktur.
b. Leasing
Apabila kita tidak ingin memiliki suatu aktiva, tetapi hanya
menginginkan “service” dari aktiva tersebut, kita dapat
memperoleh “hak penggunaan” atas suatu aktiva itu tanpa disertai
dengan hak milik dengan cara mengadakan kontrak “leasing” untuk
aktiva tersebut.
4. Modal asing Atau Utang Jangka Pangjang (Long Term Debt)
a. Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu
yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat
pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.
b. Pinjaman Hipotik

20
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang
tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi
kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan
tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

2.4 Menjadi Wirausaha yang Cerdas


2.4.1 Latar Belakang Wirausaha
Jumlah wirausaha di Indonesia hanya berkisar 3%, semua pihak harus
mengoptimalkan fungsi kewirausahaan sebagai gerakan ekonomi rakyat. Dengan
peran serta berbagai pihak hal ini akan meningkatkan rasio wirausaha di Indonesia
yang saat ini presentasinya masih sangat rendah. Secara presentase, jumlah wirausaha
di negara Indonesia hanya sekitar 3%, kalah dari negara tetangga di ASEAN seperti
Malaysia, Singapura, dan Thailand yang sudah diatas 4%.(okezone, 2018).
Kesadaran berwirausaha penduduk Indonesia masih sangat rendah. Bagi
sebagian mereka yang bekerja pada instansi swasta maupun pemerintah sudah merasa
nyaman dengan menerima gaji rutin setiap bulan. Berapapun besarnya gaji yang
diterima, mereka syukuri. Mereka berpikir diluar sana masih banyak orang yang tidak
seberuntung dirinya. Ada banyak hal yang mereka pertimbangkan saat untuk
memutuskan resign dari pekerjaan tetapnya dan memilih untuk berwirausaha. Contoh
terbatasnya modal, bingung menentukan jenis usaha yang akan dijalankan, relasi
bisnis masih terbatas, hingga perasaan takut gagal. (viva.co.id, 2018).
2.4.2 Kendala Dalam Mengelola Usaha
1. Sulit untuk mendapatkan modal
Memang untuk menjalankan suatu bisnis tidak harus melulu
membutuhkan modal. Bisnis dropshipperan juga bisa dikatakan tanpa
memerlukan modal. Kita hanya perlu skill menjual. Namun bagaimanapun
sebagai pemula yang baru akan menjalankan bisnis. Saya justru lebih setuju
jika harus mengeluarkan modal untuk menjalankan bisnis. Tujuannya apa?
Agar ada semangat untuk mengejar profit. Saya katakan tidak mungkin
seorang wirausaha tidak membutuhkan profit. Jadi, jika serius untuk
berwirausaha, harus siap modal terlebih dahulu.
2. Ikut-ikutan dan akhirnya tidak focus

21
Kebanyakan kasus “ikut-ikutan” ini adalah terjadi pada Mahasiswa
yang masih mempunyai jiwa semangat untuk berbisnis. Dan pada umumnya
suka mengikuti trend yang sedang berkembang. Ketika trend sudah mulai
pudar maka akan mencoba fokus untuk bisnis lainnya. Menjalankan sebuah
bisnis tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Harus fokus dan totalitas.
3. Mudah menyerah
Memulai sebuah usaha atau bisnis, sepertinya tidak akan langsung bisa
sukses. Jatuh bangun diawal merintis sebuah usaha sudah pasti ada. Jadi
jangan mudah menyerah, terus belajar dari kesalahan yang ada. Meskipun
usaha Anda sudah bisa berjalan sempurna, saya yakin pasti Anda akan tetap
menemukan hambatan.
4. Salah perhitungan biaya orperasional di awal
Saat kita memulai sebuah bisnis baru, biasanya yang sering terjadi
adalah membelanjakan modal untuk membeli berbagai macam biaya
operasional ataupun perlengkapan usaha yang sekiranya bisa jadi belum
terlalu dibutuhkan. Atau bisa jadi Anda melakukan belanja promosi untuk
usaha Anda. Tanpa disadari terlalu banyak melakukan promosi
dibandingkan produksi ujung-ujungnya nanti orang akan banyak yang tahu
tentang produk Anda, namun produk yang Anda miliki stock nya limit
(Bukalapak, 2014).

Tingkat kemampuan Berwirausaha tentu juga harus dilandasi dengan proses transformasi
dalam melakukan kewirausahaan, ada 4 (empat) jenis tahapan proses transformasi dalam
entrepreneurship (Hendro, 2011) yaitu:
1. Transformasi pola pikir (mindset) dan paradigm (paradigma)
Yaitu sebuah transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan
karakter yang lama untuk berubah menjadi seorang yang berpikiran sama
dengan seorang entrepreneur yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama
Untuk berubah dari kebiasaan yang selalu menggunakan logika ke pola
pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan peluang bisnis. Cara
berpikir yang perlu ditransformasi adalah menghindari jebakan logika,
berpikir berbeda dengan orang(umum), menjadikan pengetahuan sebagai

22
‘perkakas’ dalam menemukan inspirasi melalui pola pikir yang kreatif dan
inovatif serta berpikir visioner.
3. Transformasi entrepreneurial
Dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi manajer pengelola
bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial organization) yang professional.
Menjadi entrepreneur yang berpikir sebagai pemilik, pendiri, dan penggagas
sebuah bisnis itu berbeda dengan intrapreneur yang bertindak sebagai
pengelola, manajer, pemimpin dan pelaksana strategi yang bertujuan untuk
mewujdukan visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir sebagai investor
Setelah seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin
menjadi seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi
bisnis, membeli bisnis, franchise bisnis, dan meningkatkan nilai-nilai
perusahaan hingga mengarah pada peningkatan nilai asset riil yang tinggi
secara tangible dan itangible sehingga sebuah perusahaan tidak dinilai dari
asset riil tetapi telah berubah menjadi sebuath asset yang tidak ternilai
harganya.
2.4.3 Karakteristik Cerdas Seorang Wirausaha
1. Motivasi untuk berprestasi
Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu,
yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi merupakan
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi (Gede A.S dalam Suryana, 2003). Faktor
dasar yang melandasi motivasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Maslow (1934) menjelaskan teori motivasi dengan menjelaskan tingkatan
kebutuhan sebagai landasan yang melatar belakangi lahirnya motivasi bagi
seseorang, yaitu (1) kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan
keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs) dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). Faktor yang
mempengaruhi timbulnya motivasi terdiri atas faktor pendorong dan faktor
pemelihara (Herzberg). Faktor pendorong timbulnya motivasi terdiri atas
kebersihan, pengakuan, kreativitas dan tanggung jawab, sedangkan faktor
pemelihara motivasi meliputi lingkungan kerja, insentif kerja, hubungan kerja
dan keselamatan kerja.

23
2. Selalu perspektif
Selalu prespektif mencerminkan bahwa seorang wirausahawan harus
berfikir, berusaha dan memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan
untuk meraih masa depannya secara optimis. Untuk mencapai masa dengan
yang optimis, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada (ability
to create the new and different). Orang yang selalu memandang masa depan
secara optimis, akan mempunyai dorongan untuk berkarsa dan berkarya dalam
menyongsong masa depannya. Itulah sebabnya Drucker (1959) menekankan
pada ability to create the new and different sebagai kunci utamanya. Masa
depan adalah suatu kejadian (event) yang mengandung ketidak pastian
(uncertainty). Maka dalam menyongsong masa depan tersebut seorang
wirausaha harus mampu memperhitungkan resiko yang timbul dan dengan
cerdas dan tabah menghadapi tantangan akibat pilihan yang diambilnya. Pada
akhirnya, dapat dinyatakan bahwa seorang wirausaha yang berjiwa
kewirausahaan selalu tidak akan puas dengan hasil yang dicapainya dan akan
terus mencari peluang baru untuk memperbaiki dan mengembangkan
kehidupan usahanya agar lebih baik dibandingkan yang sudah dicapainya.
3. Memiliki kreativitas (daya cipta) tinggi
Memiliki kreativitas tinggi berarti mempunyai kemampuan untuk
berfikir yang baru dan berbeda (thinking new thing and different). Namun
demikian untuk berfikir yang baru dapat bersumber dari sesuatu yang lama
Dengan demikian kreativitas (daya cipta) mengandung beberapa aspek
penting, antara lain :
a. Menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada (generating something
from nothing
b. Muncul ketika melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
baru dan berbeda (arise when look at something old and think
something new and different)
c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih
baik (change something with something more simple and better).
Dengan demikian rahasia kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah barang dan jasa dengan menerapkan kreativitas dan inovasi

24
untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap
hari tanpa menunggu perintah (berinisiatif sendiri).

Zimmerer (1996) menyebutkan adanya 7 (tujuh) tahap dalam proses berfikir kreatif
dalam kewirausahaan, yaitu :

Tahap 1 : Persiapan (Preparation)

Tahap 2 : Penyelidikan (Investigation)

Tahap 3 : Transformasi (Transformation)

Tahap 4 : Penetasan (Incubation)

Tahap 5 : Penerangan (Illumination)

Tahap 6 : Pengujian (Verification)

Tahap 7 : Implementasi (Implementation)

4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi


Memiliki perilaku inovatif tinggi merupakan salah satu kunci dari
semangat berwirausaha. Sebenarnya setiap orang dibekali talenta atau jiwa
wirausaha walaupun dalam derajat kapabilitas yang berbeda-beda. Jika jiwa
wirausaha atau talenta tersebut diberikan wadah yang baik, maka
perkembangan dan kemajuannya akan memberikan hasil sebagaimana mana
yang diharapkan. Jiwa wirausaha yang terdapat pada setiap orang itu tumbuh
karena beberapa hal (1) setiap orang pasti memiliki cita-cita, impian dan
harapan untuk meningkatkan kualitas hidup, (2) setiap orang mempunyai
intuisi untuk bekerja dan berusaha, (3) setiap orang mempunyai daya imajinasi
yang dapat digunakan untuk berfikir kreatif, (4) setiap orang mempunyai
kemampuan untuk belajar sesuatu yang sebelumnya tidak dikuasainya. Itulah
modal awal dan faktor dominan yang diberikan oleh Allah kepada manusia
dan bukan makhluk lainnya, sehingga setiap manusia pada dasarnya memiliki
akal budi dan kecerdasan yang merupakan landasan dasar dari jiwa wirausaha
5. Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Etos kerja akan membentuk suatu produktivitas sedangkan tanggung
jawab akan menumbuhkan wirausaha yang adil dan bertanggung jawab
terhadap semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang berhubungan

25
dengan usaha dan hasil usahanya. Dalam pengertian bisnis modern, tanggung
jawab tersebut ditunjukkan dengan adanya tanggung jawab sosial (social
responsibility) antara lain dengan melindungi stakeholder dan lingkungannya
dari adanya kerugian moril maupun material atas keberadaan perusahaan dan
hasil produksinya. Mengenai etos kerja Max Weber menyatakan bahwa etos
kerja orang Jerman adalah rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi
pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan
dan investasi. Sementara itu orang Jepang menghayati “bushido” yang
merupakan etos para samurai sebagai perpaduan dari Shintoisme dan Zen
Budhism sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang” (Sinamo H.J,
1999).
6. Berani Menghadapi Resiko
Berani mengambil resiko tidak sama dengan spekulasi. Artinya resiko
yang ditanggung oleh seorang wirausahawan adalah resiko yang sudah
diperhitungkan secara matang. Richard Cantillon adalah orang yang pertama
menggunakan istilah entrepreneur dan mengatakan bahwa entrepreneur adalah
seseorang yang berani menanggung resiko. Keberanian menanggung resiko
yang disertai perhitungan yang mapan merupakan karakteristik wirausaha
yang unggul. Keberanian untuk menangung resiko juga merupakan peubah
pertama yang mendorong timbulnya inisiatif dan mendorong sifat untuk
menyukai usaha-usaha yang lebih menantang. Namun, resiko yang menjadi
nilai dalam kewirausahaan adalah resiko yang sudah diperhitungkan dan
penuh realistis
7. Selalu mencari peluang
Selalu mencari peluang dimaknakan bahwa seorang wirausaha yang
mempunyai jiwa kewirausahaan harus memberikan tanggapan positif terhadap
peluang yang ada dalam kaitannya dengan mendapatkan keuntungan untuk
usahanya (organisasi bisnis) atau memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat (organisasi nirlaba). Pakerti (1997), mengartikan
kewirausahaan sebagai tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap
dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha
yang melembaga, produktif dan inovatif.
8. Memiliki Jiwa Kepemimpinan

26
Jiwa kepemimpinan, keteladanan dan kepeloporan selalu dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sukses. Seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan
pada umumnya ingin tampil berbeda, lebih dahulu (lebih cepat) dan lebih
menonjol. Hal inilah yang melandasi mengapa seorang wirausaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan akan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasinya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan lebih cepat dipasarkan
dan berbeda dari pesaingnya. Wirausaha seperti inilah yang menganggap
perbedaan sebagai suatu peluang untuk menambah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan, sehingga ia akan menjadi leader, baik dalam bidang produksi
maupun pemasaran. Seorang wirausaha yang memiliki jiwa kepemimpinan
selalu ingin mencari peluang, terbuka menerima kritik dan menjadikan saran
sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan. Seorang wirausaha yang
memiliki leadership ability akan mampu menggunakan pengaruh tanpa
kekuatan (power) dan mengutamakan strategi mediator dan negosiator
dibandingkan cara-cara dictator.
9. Memiliki Kemampuan Manajerial
Memiliki kemampuan manajerial merupakan salah satu aspek yang
harus ada pada setiap wirausaha. Kemampuan manajerial merupakan
kemampuan untuk mengambil keputusan usaha dan melaksanakan seluruh
fungsi manajemen, yaitu membuat rencana usaha, mengorganisasikan usaha,
mengelola usaha (termasuk mengelola sumber daya manusia), melakukan
publikasi/promosi hasil usaha dan mengontrol pelaksanaan usaha. Seluruh
kemampuan manajerial harus dilakukan secara konsisten dan terintegrasi
sehingga seluruh aspek manajerial tersebut tidak saling kontra produktif
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan manajerial seorang
wirausahawan harus mampu membuat organisasi menjadi “fit” dengan
lingkungannya. Suatu organisasi (khususnya organisasi bisnis) harus dinamis
dan fleksibel, dikelola oleh manajer yang bervisi ke depan dan mempunyai
lingkungan kerja yang kondusif.
10. Memiliki Ketrampilan Personal
Memiliki ketrampilan personal diartikan sebagai wirausaha andal.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Gerakan
Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan menyebutkan
adanya 8 (delapan) ciri wirausaha andal, yaitu:

27
a. Percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan.
b. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang
menguntungkan serta melakukan apa saja yang perlu untuk
memanfaatkannya.
c. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun dalam menghasilkan
barang dan jasa, serta mencoba cara kerja yang lebih tepat dan
efisien.
d. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan
usaha terutama para pembeli / pelanggan (memiliki kemampuan
salesmanship).
e. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,
hemat dan disiplin.
f. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya serta lugas dan
tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.
g. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatlkan dan memotivasi orang lain
(Leadership/Managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
h. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta
menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

28
BAB 3
PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yanga diharapkan
dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang atau
jasa. Dalam menjalankan suatu usaha (wirausaha) seorang pelaku usaha harus
memiliki skill (kemampuan), tekad (kemauan), modal, dan tempat. Kita harus
mengetahui apa saja faktor yang akan mendukung usaha kita semakin maju,
kemudian bagaimana agar kita memiliki modal yang setimpal dengan usaha kite
serta apa saja kiat-kiat untuk menjadi seorang usahawan yang cerdas dalam
membangun usaha.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ardiprawiro. 2015. Modal dan Jenis Modal. Universitas Gunadarma.


Fibrian, dkk. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Berwirausaha. Jurnal
Riset Inspirasi Manajemen dan Kewirausahaan Volume 3 No. 2 Edisi September 2019
Karanganyar, D. I. K. (2019). KAJIAN SOSIAL PADA WIRAUSAHA CERDAS DAMPAK
PEMBANGUNAN FLYOVER. November, 335–341.
Kemampuan, T. (2018). PERSPEKTIF TINGKAT KEMAMPUAN DAN TRANSFORMASI
BERWIRAUSAHA Tedy Ardiansyah Universitas Indraprasta PGRI , Indonesia Email :
tedy.ardiansyah@unindra.ac.id. 10(2), 165–178.
Safanah, E. (2018). SUMBER MODAL PADA USAHA KECIL MAKANAN RINGAN
DESA KELANGONAN GRESIK. Jurnal Riset Entrepreneurship, 1(2), 64-76.

30
Suharyono. (2014). Sikap Dan Perilaku Wirausahawan. Jurnal Ekonomi MODERNISASI,
10(1), 38. https://doi.org/10.21067/jem.v10i1.774

Tedy Ardiansyah,2018. Perspektif Tingkat Kemampuan Dan Transformasi Wirausahawan


Merubah Risiko Menjadi Sukses Berwirausaha. Jurnal Volume 10, No. 2, Agustus 2018,
pp. 165-178

31

Anda mungkin juga menyukai