Disusun Oleh :
Kelompok 3B
1
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................................................6
2.1 Transformasi Kewirausahaan..............................................................................6
2.2 Faktor yang Mendukung Kewirausahaan.........................................................10
2.3 Modal dan Jenis-jenisnya....................................................................................17
2.4 Menjadi Wirausaha yang Cerdas.......................................................................20
2.4.1 Latar Belakang Wirausaha..................................................................20
2.4.2 Kendala dalam Mengelola Usaha........................................................21
2.4.3 Karakteristik Cerdas Seorang Wirausaha.........................................22
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya yang telah diberikanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini.
Materi yang kami bahas dalam diskusi ini adalah “Transformasi Kewirausahaan”.
Makalah yang kami susun ini terambil dari beberapa referensi, baik dari jurnal yang
berhubungan mata kuliah, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi ini.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekelompok.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari sepenuhnnya banyak sekali
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah. Maka kami sangat membutuhkan
kerjasama dengan memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
bagi tenaga keperawatan khususnya.
Kelompok 3B
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Apa yang dimaksud dengan modal?
3. Bagaimana cara agar menjadi wirausaha yang cerdas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjdadi faktor untuk mendukung
kewirausahaan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan modal
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menjadi wirausaha yang cerdas
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
6
Lima alasan orang tidak ingin menjadi wirausahawan :
1. Tidak mempunyai pengalaman.
2. Tidak mempunyai modal.
3. Tidak mempunyai keberanian untuk memutuskan.
4. Tidak ada orang yang menuntun untuk menjadi wirausahawan.
5. Takut keluar dari “zona nyaman”.
Tingkatan kemampuan kewirausahaan seseorang dibagi menjadi 5 tingkat, yaitu:
1. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut kecil sekali, orang
menyebutnya risk averter. Ciri-cirinya adalah:
a. Senang mempertahankan rasa kenyamanan.
b. Selalu melihat kesulitan didepan mata bukan kemampuannya.
c. Melihat risiko dengan rasa takut atau bersifat risk phobia.
d. Pemalas dan enggan bekerja keras.
e. Berusaha menutupi rasa takutnya.
Orang tipe risk averter ini lebih senang memilih situasi yang menganggur, tidak ada
pekerjaan yang berat, bekerja dengan hasil yang instan, tidak mau menggunakan pengetahuan
dan keterampilannya untuk meraih hasil yang lebih baik.
7
yang ada tunjangan pensiunnya, walau dimasa mendatang nilainya sudah tidak berarti lagi
untuk kehidupannya, berpikir ‘cukup’ (menerima apa adanya) tetapi tidak ada kemampuan
berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik.
8
d. Naluri (instinct) bisnisnya kuat dengan didukung oleh kekuatan intuisi
yang diambil berdasarkan pengalaman yang ia miliki, informasi,
kejadian sebelumnya, pengetahuan yang ia punyai, visualisasi dan
imajinasinya yang begitu kuat sekali.
e. Kesempurnaan adalah target utamanya.
f. Tidak suka menyerah dan berpuas diri.
9
2. Level 1—employee (little risk): Mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan
meningkatkan level entrepreneur-nya ke level di atasnya, yaitu self-employee.
3. Level 2—self-business (self-employee): seorang pengusaha memiliki visi yang
tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri, dan seorang high achiever.
4. Level 3—businessman (business owner): Pada level ini, bisnisman sedikit
memiliki jiwa challenging” yang kuat, sehingga dia ingin benar-benar menjadi bos
dari sebuah tim atau sistem. Ia lebih komplet dan mendekati perfect organization
leader dari suatu unit usaha.
5. Level 4—investor (truly speculative businessman): pada level ini, faktor kalkulasi
yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan perhitungan
(professional) atau menjurus ke gambling (gambler).
Tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh orang yang telah sukses menjadi seorang
wirausahawan adalah sebagai berikut:
a. Tahapan tingkat pertama: proses mengenal, memahami dan mengerti
kewirausahaan
b. Yaitu untuk mengetahui tujuan, maksud, dan manfaatnya bagi individu,
lingkungan, dan negara, berorientasi pada pola pikir orang yang sukses dalam
bisnis, belajar lebih dalam tentang kewirausahaan.
c. Tahapan tingkat kedua: Mempersiapkan Diri dan Merencanakan Bisnis
d. Tahapan ini merupakan sebuah tahapan di mana seseorang sudah mempunyai
kunci kewirausahaan, membuka pintu kewirausahan, dan masuk ke dalam dunia
kewirausahaan yang semuanya baru, berisiko, dan tidaklah mudah. Tahap
mempersiapkan diri menjadi seorang wirausahawan ini mencakup 4 tahapan
penting, yaitu:
1) Tahap mengenal diri, untuk menemukan asal peluang bisnis.
2) Mempelajari teori peluang, dengan cara berpikir kreatif untuk menemukan
inspirasi bisnis.
3) Menganalisa dan memanfaatkan inspirasi bisnis, untuk dijadikan alternatif-
alternatif peluang bisnis.
4) Mengubah dan menentukan alternatif–alternatif peluang menjadi sebuah
bisnis.
10
2.2 Faktor yang Mendukung Kewirausahaan
2. Tingkat kemampuan dalam menghadapi rasa takut ada dan ia selalu menggunakan
pengetahuannya untuk bekerja lebih baik lagi. Tingkat ini disebut comfort risk
calculation taker (orang yang menghitung risiko yang terjadi harus lebih kecil dari
keuntungan yang ia peroleh). Oleh sebab itu, orang pada tingkatan ini berorientasi
hanya mencari pekerjaan yang nyaman, aman dari PHK atau biasa-biasa saja.
Ciri-cirinya adalah:
a. Senang bekerja tetapi nyaman dan aman.
b. Mengedepankan keuntungan terlebih dahulu daripada kerugian. Padahal
belum tentu demikian.
c. Tidak berpandangan jauh dan melihat masa lalu sebagai acuan untuk berpikir
saat ini (past oriented).
d. Berpikir selalu realistis (kenyataan), bukan futuristis (masa depan), sehingga
bukan tipe orang yang visioner. Orang tipe ini lebih senang: Mencari kerja
yang terkadang mempunyai risiko di PHK tetapi ia berkata lebih aman
11
bekerja daripada berwirausaha, mencari kerja sebagai pegawai yang ada
tunjangan pensiunnya, walaupun dimasa mendatang nilainya sudah tidak
berarti lagi untuk kehidupannya dan berpikir cukup (menerima apa adanya)
tetapi tidak ada kemampuan berpikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik
lagi.
12
b. Ada unsur visioner, yang sering tidak terlihat dari keputusan yang ia ambil,
sehingga cenderung berkata itu keputusan nekat.
c. Mempunyai mimpi dan orientasi bisnis berskala besar atau skala industry
13
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner)
menjadi manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial
organization) yang professional. Menjadi entrepreneur yang berpikir sebagai
pemilik, pendiri, dan penggagas sebuah bisnis itu berbeda dengan intrapreneur
yang bertindak sebagai pengelola, manajer, pemimpin dan pelaksana strategi
yang bertujuan untuk mewujdukan visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir sebagai investor. Setelah seorang
pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin menjadi seorang investor
untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi bisnis, membeli bisnis,
franchise bisnis, dan meningkatkan nilai-nilai perusahaan hingga mengarah
pada peningkatan nilai asset riil yang tinggi secara tangible dan itangible
sehingga sebuah perusahaan tidak dinilai dari asset riil tetapi telah berubah
menjadi sebuath asset yang tidak ternilai harganya.
Faktor internal berwirausaha seperti penghasilan, harga diri, perasaan senang
sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi minat berwirausaha seperti lingkungan
pendidikan, keluarga, dan lingkungan masyarakat (suhartini.2011).
Suryana (2009: 67) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan seorang
wirausaha, antara lain:
1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak
memiliki kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki
kemampuan, keduanya tidak akan menjadi seorang wirausaha yang sukses.
Misalnya seseorang yang memiliki kemauan untuk membuka toko tapi tidak
memiliki kemampuan untuk mengelolanya, maka lama kelamaan tokonya akan
tutup. Begitu juga dengan orang yang memiliki kemampuan mengelola usaha
tetapi tidak memiliki kemauan untuk membuka usaha, maka selamanya orang
tersebut tidak pernah memiliki usaha.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad kuat tetapi
mau bekerja keras dan orang yang tidak mau bekerja keras tetapi memiliki tekad
yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang Mengenal peluang yang ada dan berusaha
meraihnya ketika ada kesempatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan seorang wirausaha. Selain keberhasilan, seorang
wirausaha juga selalu dibayangi kegagalan dalam berwirausaha, karena
kegagalan maupun keberhasilan wirausaha tergantung pada kemampuan yang
14
dimiliki wirausaha tersebut dalam memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat
beberapa persyaratan untuk mencapai keberhasilan wirausaha (Astamoen, 2005:
255), diantaranya:
a. Mandiri tetapi bisa bekerja sama dengan orang lain dan mampu
berinteraksi dengan prinsip.
b. Mempunyai cita-cita, impian, visi, harapan, ambisi tapi bukan ambisius,
obsesi, tantangan dianggap sebagai titik awal untuk mencapai tujuan
dalam meraih kesuksesan.
c. Selain bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarganya, tetapi juga
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.
d. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat negatif ketika
memandang dan memperlakukan orang lain.
e. Selalu berpandangan dan bersikap positif terhadap orang lain.
f. Berpikir sebagai wirausaha yang sukses, karena wirausaha yang sukses
harus berpikir seperti seorang wirausaha yang sukses dan bukan berpikir
selayaknya orang yang gagal.
g. Merubah kebiasaan, sifat, dan pola pikir sebagai pribadi yang unggul.
Menurut Hendro, seorang wirausaha yang sukses pasti cerdas. Adapun faktor-faktor
keberhasilan usaha yaitu:
1. Faktor peluang Banyak peluang emas tetapi belum tentu tepat untuk seorang
wirausaha, karena peluang yang tepat mengandung keselarasan, keserasian, dan
keharmonisan antara bisnis yang dijalankan, kondisi, situasi, keadaan pasar,
sehingga dapat diketahui peluang tersebut. Peluang emas seringkali hanya
berjangka waktu pendek atau hanya sekedar momentum. Hal ini yang membuat
bisnis hanya mempunyai usia yang singkat karena peluang emas yang bersifat
momentum saja. Peluang yang tepat dan berhasil adalah peluang yang berskala
industry dan bisa tumbuh besar.
2. Faktor Manusia (SDM) Terdapat 5 faktor yang menjadi kesuksesan dalam
operasional, yaitu :
a. SDM yang berkualitas, hal ini penting karena SDM atau manusia yang
merencanakan.
15
b. Melakukan pelaksanaan yang sesuai dan tepat dengan perencanaan serta
kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM yang handal
sebagai manager yang hebat.
c. Mengawasi suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan dan target yang
dibutuhkan. Controller yang hebat mencakup quality control, financial
control, serta supervisor.
d. Mengembangkan suatu usaha membutuhkan orang yang hebat dalam
memasarkan dan menjual, yaitu marketer dan seller.
e. Faktor kepemimpinan atau leadership. Jika tidak ada leader, maka tidak
ada pengikut, begitu sebaliknya. Faktor SDM menjadi sangat penting.
Tidak aka nada kesuksesan bila tidak mempunyai pemimpin yang hebat.
Dapat disimpulkan dari 5 faktor di atas SDM merupakan faktor penentu
kesuksesan sebuah usaha.
3. Faktor Keuangan Arus kas merupakan hal yang penting. Sebab, bila arus khas
tidak mengalir maka bisnis akan berhenti dan mati. Faktor biaya juga sangat
penting dalam kelangsungan usaha, contohnya:
a. Pengendalian biaya dan anggaran
b. Pencairan dan modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.
c. Perencanaan dan penetapan harga produk biaya (perinciannya), rugi, laba,
dan sebagainya. planner.
d. Perhitungan rasio keuangan sehingga risiko keuangan bisa dikendalikan
dengan baik, seperti rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio hutang
vs modal, dan lain-lain.
e. Struktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding
penjualan biaya berbanding penjualan, dan lainnya Oleh sebab itu, perlu
dibuat dan diterapkan:
Semua data dicatat dalam pembukuan
Pisahkan antara harta pribadi dan keuangan usaha.
Catat semua uang masuk dan uang keluar
Periksa keabsahan buktu-bukti pengeluaran dan
pemasukan uang.
Buat break down gaji yang baik (beserta pemiliknya)
16
Buatlah anggaran dsri semua aspek keuangan dan
bandingkan dengan realisasinya
4. Faktor Organisasi Organisasi usaha mempunyai sifat tidak statis tetapi dinamis,
kreatif, dan berwawasann ke depan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan sebagai
karyawan, meliputi:
a. Jenis pekerjaan yang dilakukan
b. Batasan uraian tugas
c. Hubungan pekerjaan dan teman-temannya
d. Batasan yang jelas antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang
lain.
5. Faktor Perencanaan Bekerja tanpa adanya rencana seperti berjalan tanpa adanya
tujuan. Sehingga faktor perencanaan merupakan faktor penting, contohnya ialah:
a. Perencanaan visi, misi, strategi jangka panjang, dan strategi jangka
pendek.
b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran
c. Perencanaan produk
d. Perencanaan informasi teknologi
e. Perencanaan pendistribusian produk
f. Perencanaan jumlah produk yang akan dijual
6. Faktor Pengelolaan Usaha Keberhasilan dalam usaha juga dibutuhkan dalam hal
tindakan.
Modal ialah suatu alat yang berguna untuk proses selanjutnya ( Alma 2015: 22).
Pengertian modal usaha menurut kamus bersar bahasa indonesia dalam (Nugraha 2011: 9) “
modal usaha adalah uang yang di pakain sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas
uang, dan sebagainya (uang,barang dan sebagainya) yang dapat di gunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal merupakan hal yang utama dalam
menjalankan suatu usaha, termasuk perdagangan, modal yang di gunakan dapat bersumber
dari modal sendiri, namun bila ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah
dengan modal pinjaman jadi, secara umum jenis modal yang dapat diperoleh untuk
17
memenuhi kebutuhan modalnya terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman
(Prawirosentono, 2001: 118). Jenis modal antara lain, yaitu :
1. Modal sendiri
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil
penjualan sahamnya “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan
tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu
bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu
pemegang saham dapat menjual sahamnya. Adapun jenis-jenis dari
modal saham adalah saham biasa (common stock), saham preferen
(preferred stock), dan saham kumulatif preferen (cummulative
preferred stock).
b. Cadangan
Cadangan di sini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk
dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa
waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are
surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal
sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah antara lain
:
1) Cadangan ekspansi
2) Cadangan modal kerja
3) Cadangan selisih kurs
4) Cadangan yang menampung hal-hal atau kejadian-kejadian
yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum).
c. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu,
maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila
perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan
18
keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan
“keuntungan yang ditahan” (retained earning).
2. Modal Asing Atau Utang Jangka Pendek (Short Term Debt)
a. Kredit Rekening Koran
Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan oleh bank
kepada perusahaan dengan batas plafon tertentu di mana
perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian
demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang
dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun
sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah
tersebut.Perusahaan hanya akan mengambil kredit rekening koran
dalam hal-hal yang perlu saja, misalnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan akan modal perusahaan atau modal kerja
pada top fluktuasi sebagai akibat dari gelombang konjungtur atau
musim. Apabila uang ini sudah tidak dibutuhkan lagi, maka disetor
kembali kepada bank untuk kemudian diambil lagi kalau
membutuhkan lagi dikemudian hari. Dengan demikian bentuk
kredit ini adalah elastis sekali, tetapi bunganya adalah relatif tinggi
(kredit pendek tangan kedua).
b. Kredit Dari Penjual
Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade credit) dan
kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit.
apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual
baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijualnya
beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan. Selama ini
pembeli atau langganan dapat dikatakan menerima “kredit penjual”
dari penjual atau produsen. Selama waktu itupun berarti
penjual/produsen memberikan “kredit penjual” kepada pembeli
atau langganan.
c. Kredit Dari Pembeli
Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan
sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya
atau barang-barang lainnya. Di sini pembeli membayar harga
barang yang dibelinya lebih dahulu, dan setelah beberapa waktu
19
barulah pembeli menerima barang yang dibelinya. Selama waktu
itu dapat dikatakan bahwa pembeli memberikan “kredit pembeli”
kepada penjual/pemasok bahan mentah atau barang dagangan.
d. Kredit Wesel
Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan
“surat pengakuan utang” yang berisikan kesanggupan untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada
saat tertentu (surat promes/notes payables), dan setelah
ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada
bank. Daripadanya diperoleh uang sebesar apa yang tercantum
dalam surat utang tersebut dikurangi dengan bunga sampai hari
jatuhnya.
3. Modal Asing Atau Utang Jangka Menengah (Intermediate Term Debt)
a. Term Loan
Term loan” adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu
tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar
kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu
(amortization payments), misalkan pembayaran angsuran dilakukan
setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun. Term loan ini
biasanya diberikan oleh bank dagang, perusahaan asuransi, supplier
atau manufaktur.
b. Leasing
Apabila kita tidak ingin memiliki suatu aktiva, tetapi hanya
menginginkan “service” dari aktiva tersebut, kita dapat
memperoleh “hak penggunaan” atas suatu aktiva itu tanpa disertai
dengan hak milik dengan cara mengadakan kontrak “leasing” untuk
aktiva tersebut.
4. Modal asing Atau Utang Jangka Pangjang (Long Term Debt)
a. Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu
yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat
pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu.
b. Pinjaman Hipotik
20
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang
tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi
kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan
tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
21
Kebanyakan kasus “ikut-ikutan” ini adalah terjadi pada Mahasiswa
yang masih mempunyai jiwa semangat untuk berbisnis. Dan pada umumnya
suka mengikuti trend yang sedang berkembang. Ketika trend sudah mulai
pudar maka akan mencoba fokus untuk bisnis lainnya. Menjalankan sebuah
bisnis tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Harus fokus dan totalitas.
3. Mudah menyerah
Memulai sebuah usaha atau bisnis, sepertinya tidak akan langsung bisa
sukses. Jatuh bangun diawal merintis sebuah usaha sudah pasti ada. Jadi
jangan mudah menyerah, terus belajar dari kesalahan yang ada. Meskipun
usaha Anda sudah bisa berjalan sempurna, saya yakin pasti Anda akan tetap
menemukan hambatan.
4. Salah perhitungan biaya orperasional di awal
Saat kita memulai sebuah bisnis baru, biasanya yang sering terjadi
adalah membelanjakan modal untuk membeli berbagai macam biaya
operasional ataupun perlengkapan usaha yang sekiranya bisa jadi belum
terlalu dibutuhkan. Atau bisa jadi Anda melakukan belanja promosi untuk
usaha Anda. Tanpa disadari terlalu banyak melakukan promosi
dibandingkan produksi ujung-ujungnya nanti orang akan banyak yang tahu
tentang produk Anda, namun produk yang Anda miliki stock nya limit
(Bukalapak, 2014).
Tingkat kemampuan Berwirausaha tentu juga harus dilandasi dengan proses transformasi
dalam melakukan kewirausahaan, ada 4 (empat) jenis tahapan proses transformasi dalam
entrepreneurship (Hendro, 2011) yaitu:
1. Transformasi pola pikir (mindset) dan paradigm (paradigma)
Yaitu sebuah transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan
karakter yang lama untuk berubah menjadi seorang yang berpikiran sama
dengan seorang entrepreneur yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama
Untuk berubah dari kebiasaan yang selalu menggunakan logika ke pola
pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan peluang bisnis. Cara
berpikir yang perlu ditransformasi adalah menghindari jebakan logika,
berpikir berbeda dengan orang(umum), menjadikan pengetahuan sebagai
22
‘perkakas’ dalam menemukan inspirasi melalui pola pikir yang kreatif dan
inovatif serta berpikir visioner.
3. Transformasi entrepreneurial
Dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi manajer pengelola
bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial organization) yang professional.
Menjadi entrepreneur yang berpikir sebagai pemilik, pendiri, dan penggagas
sebuah bisnis itu berbeda dengan intrapreneur yang bertindak sebagai
pengelola, manajer, pemimpin dan pelaksana strategi yang bertujuan untuk
mewujdukan visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir sebagai investor
Setelah seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin
menjadi seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi
bisnis, membeli bisnis, franchise bisnis, dan meningkatkan nilai-nilai
perusahaan hingga mengarah pada peningkatan nilai asset riil yang tinggi
secara tangible dan itangible sehingga sebuah perusahaan tidak dinilai dari
asset riil tetapi telah berubah menjadi sebuath asset yang tidak ternilai
harganya.
2.4.3 Karakteristik Cerdas Seorang Wirausaha
1. Motivasi untuk berprestasi
Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu,
yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi merupakan
nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi (Gede A.S dalam Suryana, 2003). Faktor
dasar yang melandasi motivasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Maslow (1934) menjelaskan teori motivasi dengan menjelaskan tingkatan
kebutuhan sebagai landasan yang melatar belakangi lahirnya motivasi bagi
seseorang, yaitu (1) kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan
keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs) dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). Faktor yang
mempengaruhi timbulnya motivasi terdiri atas faktor pendorong dan faktor
pemelihara (Herzberg). Faktor pendorong timbulnya motivasi terdiri atas
kebersihan, pengakuan, kreativitas dan tanggung jawab, sedangkan faktor
pemelihara motivasi meliputi lingkungan kerja, insentif kerja, hubungan kerja
dan keselamatan kerja.
23
2. Selalu perspektif
Selalu prespektif mencerminkan bahwa seorang wirausahawan harus
berfikir, berusaha dan memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan
untuk meraih masa depannya secara optimis. Untuk mencapai masa dengan
yang optimis, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada (ability
to create the new and different). Orang yang selalu memandang masa depan
secara optimis, akan mempunyai dorongan untuk berkarsa dan berkarya dalam
menyongsong masa depannya. Itulah sebabnya Drucker (1959) menekankan
pada ability to create the new and different sebagai kunci utamanya. Masa
depan adalah suatu kejadian (event) yang mengandung ketidak pastian
(uncertainty). Maka dalam menyongsong masa depan tersebut seorang
wirausaha harus mampu memperhitungkan resiko yang timbul dan dengan
cerdas dan tabah menghadapi tantangan akibat pilihan yang diambilnya. Pada
akhirnya, dapat dinyatakan bahwa seorang wirausaha yang berjiwa
kewirausahaan selalu tidak akan puas dengan hasil yang dicapainya dan akan
terus mencari peluang baru untuk memperbaiki dan mengembangkan
kehidupan usahanya agar lebih baik dibandingkan yang sudah dicapainya.
3. Memiliki kreativitas (daya cipta) tinggi
Memiliki kreativitas tinggi berarti mempunyai kemampuan untuk
berfikir yang baru dan berbeda (thinking new thing and different). Namun
demikian untuk berfikir yang baru dapat bersumber dari sesuatu yang lama
Dengan demikian kreativitas (daya cipta) mengandung beberapa aspek
penting, antara lain :
a. Menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada (generating something
from nothing
b. Muncul ketika melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
baru dan berbeda (arise when look at something old and think
something new and different)
c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih
baik (change something with something more simple and better).
Dengan demikian rahasia kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah barang dan jasa dengan menerapkan kreativitas dan inovasi
24
untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap
hari tanpa menunggu perintah (berinisiatif sendiri).
Zimmerer (1996) menyebutkan adanya 7 (tujuh) tahap dalam proses berfikir kreatif
dalam kewirausahaan, yaitu :
25
dengan usaha dan hasil usahanya. Dalam pengertian bisnis modern, tanggung
jawab tersebut ditunjukkan dengan adanya tanggung jawab sosial (social
responsibility) antara lain dengan melindungi stakeholder dan lingkungannya
dari adanya kerugian moril maupun material atas keberadaan perusahaan dan
hasil produksinya. Mengenai etos kerja Max Weber menyatakan bahwa etos
kerja orang Jerman adalah rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi
pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan
dan investasi. Sementara itu orang Jepang menghayati “bushido” yang
merupakan etos para samurai sebagai perpaduan dari Shintoisme dan Zen
Budhism sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang” (Sinamo H.J,
1999).
6. Berani Menghadapi Resiko
Berani mengambil resiko tidak sama dengan spekulasi. Artinya resiko
yang ditanggung oleh seorang wirausahawan adalah resiko yang sudah
diperhitungkan secara matang. Richard Cantillon adalah orang yang pertama
menggunakan istilah entrepreneur dan mengatakan bahwa entrepreneur adalah
seseorang yang berani menanggung resiko. Keberanian menanggung resiko
yang disertai perhitungan yang mapan merupakan karakteristik wirausaha
yang unggul. Keberanian untuk menangung resiko juga merupakan peubah
pertama yang mendorong timbulnya inisiatif dan mendorong sifat untuk
menyukai usaha-usaha yang lebih menantang. Namun, resiko yang menjadi
nilai dalam kewirausahaan adalah resiko yang sudah diperhitungkan dan
penuh realistis
7. Selalu mencari peluang
Selalu mencari peluang dimaknakan bahwa seorang wirausaha yang
mempunyai jiwa kewirausahaan harus memberikan tanggapan positif terhadap
peluang yang ada dalam kaitannya dengan mendapatkan keuntungan untuk
usahanya (organisasi bisnis) atau memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat (organisasi nirlaba). Pakerti (1997), mengartikan
kewirausahaan sebagai tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap
dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha
yang melembaga, produktif dan inovatif.
8. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
26
Jiwa kepemimpinan, keteladanan dan kepeloporan selalu dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sukses. Seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan
pada umumnya ingin tampil berbeda, lebih dahulu (lebih cepat) dan lebih
menonjol. Hal inilah yang melandasi mengapa seorang wirausaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan akan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasinya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan lebih cepat dipasarkan
dan berbeda dari pesaingnya. Wirausaha seperti inilah yang menganggap
perbedaan sebagai suatu peluang untuk menambah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan, sehingga ia akan menjadi leader, baik dalam bidang produksi
maupun pemasaran. Seorang wirausaha yang memiliki jiwa kepemimpinan
selalu ingin mencari peluang, terbuka menerima kritik dan menjadikan saran
sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan. Seorang wirausaha yang
memiliki leadership ability akan mampu menggunakan pengaruh tanpa
kekuatan (power) dan mengutamakan strategi mediator dan negosiator
dibandingkan cara-cara dictator.
9. Memiliki Kemampuan Manajerial
Memiliki kemampuan manajerial merupakan salah satu aspek yang
harus ada pada setiap wirausaha. Kemampuan manajerial merupakan
kemampuan untuk mengambil keputusan usaha dan melaksanakan seluruh
fungsi manajemen, yaitu membuat rencana usaha, mengorganisasikan usaha,
mengelola usaha (termasuk mengelola sumber daya manusia), melakukan
publikasi/promosi hasil usaha dan mengontrol pelaksanaan usaha. Seluruh
kemampuan manajerial harus dilakukan secara konsisten dan terintegrasi
sehingga seluruh aspek manajerial tersebut tidak saling kontra produktif
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan manajerial seorang
wirausahawan harus mampu membuat organisasi menjadi “fit” dengan
lingkungannya. Suatu organisasi (khususnya organisasi bisnis) harus dinamis
dan fleksibel, dikelola oleh manajer yang bervisi ke depan dan mempunyai
lingkungan kerja yang kondusif.
10. Memiliki Ketrampilan Personal
Memiliki ketrampilan personal diartikan sebagai wirausaha andal.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Gerakan
Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan menyebutkan
adanya 8 (delapan) ciri wirausaha andal, yaitu:
27
a. Percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan.
b. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang
menguntungkan serta melakukan apa saja yang perlu untuk
memanfaatkannya.
c. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun dalam menghasilkan
barang dan jasa, serta mencoba cara kerja yang lebih tepat dan
efisien.
d. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan
usaha terutama para pembeli / pelanggan (memiliki kemampuan
salesmanship).
e. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,
hemat dan disiplin.
f. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya serta lugas dan
tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.
g. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatlkan dan memotivasi orang lain
(Leadership/Managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
h. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta
menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
28
BAB 3
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yanga diharapkan
dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang atau
jasa. Dalam menjalankan suatu usaha (wirausaha) seorang pelaku usaha harus
memiliki skill (kemampuan), tekad (kemauan), modal, dan tempat. Kita harus
mengetahui apa saja faktor yang akan mendukung usaha kita semakin maju,
kemudian bagaimana agar kita memiliki modal yang setimpal dengan usaha kite
serta apa saja kiat-kiat untuk menjadi seorang usahawan yang cerdas dalam
membangun usaha.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Suharyono. (2014). Sikap Dan Perilaku Wirausahawan. Jurnal Ekonomi MODERNISASI,
10(1), 38. https://doi.org/10.21067/jem.v10i1.774
31