Anda di halaman 1dari 42

BAB 3

PERENCANAAN

3.1 Definisi Perencanaan


Perencanaan adalah penyusun rangkaian tindakan secara berurut yang mengarah
kepada pencapaian tujuan (Peter Hall, 1992). Handoko (1999) menyatakan pada dasarnya
kegiatan perencanaan dilakukan melalui 4 tahapan sebagai berikut;
1. Menetapkan tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi semua kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Handoko (1999) juga menyatakan bahwa terdapat tujuan utama di adakannya
kegiatan perencanaan yaitu;
1. Mencapai “protective benefits” yang dihasilkan melalui pengurangan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya kesuksesan pencapian
tujuan organisasi
Louis A. Allen mengemukakan, “planning is the determination of the course of
action to achive a desired result.” artinya, perencanaan adalah penetapan serangkaian
tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi, 2005:2). George R. Terry
menyatakan, “Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of
assumptions regarding the future in the visualization and formulation of proposed activities
believed necessary to achive desired result”. Artinya, perencanaan adalah upaya untuk
memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenal masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi, 2005).
Hadari Nawawi dalam bukunya Perencanaan Sumber Daya Manusia, mendefinisikan
perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, strategi, metode, anggaran,
dan standar (tolak ukur) keberhasilan suatu kegiatan (Nawawi, 2003).
3.2 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam
menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun
struktur organisasi sebagai berikut:
3.2.1 Struktur organisasi umum
Ketua :
Wakil Ketua :
Sekretaris 1 :
Sekretaris 2 :
Bendahara :
Sarana dan prasarana :
Humas :
Dokumentasi :
PJ PKRS :
3.2.2 Struktur organisasi MAKP
M1 : Penanggung Jawab :
Anggota :
M2 : Penanggung Jawab :
Anggota :
M3 : Penanggung Jawab :
SO : Penanggung Jawab :
Anggota :
DP : Penanggung Jawab :
Anggota :
TT : Penanggung Jawab :
Anggota :
RK : Penanggung Jawab :
Anggota :
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan pengorganisasian
dalam pembagian peran sebagai berikut:
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional di ruangan.

3.3 Strategi Kegiatan


3.3.1 Penerapan MAKP
1. Penanggung Jawab : Ardhika Pramana Citra
2. Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan oleh
mahasiswa Ners STIKES Banyuwangi, Ruang MINA RSI Fatimah
Banyuwangi mampu menerapkan MAKP Modular secara baik.
3. Waktu : Minggu II-Minggu III
4. Rencana Strategi :
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan
Professional (MAKP) yang dilaksanakan yaitu model Modular.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
3) Melakukan pembagian peran perawat.
4) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
5) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
6) Menerapkan model MAKP yang direncanakan.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
a. Menentukan penanggung jawab MAKP.
b. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu modular.
c. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
d. Melakukan pembagian peran perawat.
e. Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
f. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2) Proses :
Menerapkan MAKP :
a. Tahap uji coba pada tanggal 16 Mei 2016.
b. Tahap aplikasi pada tanggal 23 Mei – 5 Juni 2016.
c. Hasil: Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka
kelompok Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang MINA
menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional Modular.
Model perawatan Modular merupakan bentuk variasi dari metode
keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-profesional
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu karena
dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
modifikasi primer , satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung
jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang.
Tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional. Perawat
professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih non
professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat
digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penerapan teori ini dimana
kelebihannya adalah : Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif
dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas, Memungkinkan
pencapaian proses keperawatan, Konflik atau perbedaan pendapat antar staf
dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar, Memberi
kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal, Memungkinkan
menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif, Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral, Model praktek
keperawatan professional dapat dilakukan atau  diterapkan, Memberikan
kepuasan kerja bagi perawat, Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga
yang menerima asuhan keperawatan, Lebih mencerminkan otonomi,
Menurunkan dana perawat. Sedangkan kekurangannya adalah: Beban kerja
tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan, Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab pasien bertugas, Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan
metode lain, Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/ kedokteran, Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan,
Masalah komunikasi.
Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Modular.

Karu

PJ Shift
PJ Shift PJ Shift

PP PP
PP
PP PP PP PP PP PP

TIM I TIM II TIM III

Gambar 3.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Modular.


Dalam penerapan MAKP model Modular terdapat beberapa kelebihan dan
kekukarangan.
Kelebihan :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan
pertanggung jawaban yang jelas.
2. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara
ini efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
5. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
6. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
7. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan.
8. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
9. Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
10. Lebih mencerminkan otonomi.
11. Menurunkan dana perawat.

Kekurangan :
1. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
2. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab pasien bertugas.
3. Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
4. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran.
5. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
6. Masalah komunikasi.
1. Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
(1) Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya
masing-masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu perawat
primer.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap klien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Membimbing penerapan proses keperawatan
c. Menilai asuhan keperawatan
d. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
e. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
(9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
(10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat ascociate secara
jelas.
(4) Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi dua
perawat primer dan perawat primer yang membawahi dua perawat
associate.
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik.
(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat kepala
perawat primer.
(9) Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
(10) Mengembangkan kemampuan anggota.
(11) Menyelenggarakan konferensi.
3) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
(2) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan
baik.
(3) Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep klien.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi.
4) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
(2) Melalui supervise
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b. Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
5) Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
(2) Audit keperawatan.
2. Tugas Perawat Primer
1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan lembaga
soisal di masyarakat.
8) Membuat jadwal perjanjian klinik
9) Mengadakan kunjungan rumah
3. Tugas Perawat Pelaksana
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dan kasih sayang :
(1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
(2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
(3) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
(4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
(1) Pemberian obat
(2) Pemeriksaan laboratorium
(3) Persiapan klien yang akan operasi
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan
spiritual
(1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
(2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman
dan ketenangan
(3) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif
(1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal
(2) Sensus harian atau formulir
(3) Rujukan harian atau formulir
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
berganti sesuai jadwal tugas
11) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
13) Membuat laporan harian klien.

3.3.2 Timbang Terima


1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan diharapkan
Ruang MINA RSI Fatimah mampu melaksanakan timbang terima dengan
baik.
3. Waktu : Oktober 2020
4. Rencana Strategi
1) Merevisi teknik timbang terima bersama-sama dengan staf perawatan di
ruang MINA RSI Fatimah Banyuwangi.
2) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
3) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan.
4) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift.
5) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab shift.
6) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas.
7) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis atau
menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan klien.
8) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan,
rencana keperawatan, tindakan dan perkembangan kesehatan klien.
9) Mendokumentasikan hasil timbang terima klien.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab timbang terima.
(2) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf
keperawatan.
(3) Menentukan materi timbang terima.
(4) Status pasien disiapkan.
(5) Persiapan buku laporan.
2) Proses :
(1) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan
staf keperawatan pada pergantian shift.
(2) Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai penanggung
jawab shift.
(3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas atau
akan berdinas.
3) Hasil :
(1) Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas,
diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan
belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif, rencana umum pasien).
(2) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
(3) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
(4) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar
perawat.
(5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan.
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011).
Alur timbang terima dapat dilihat pada Gambar 2.5.
1) Tujuan
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
(2) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
(3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
2) Metode Pelaporan
(1) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan
langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya dengan
membawa laporan timbang terima
(2) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat,
kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu-persatu
terutama pada klien-klien yang memiliki masalah khusus serta
memerlukan observasi lebih lanjut.
3) Prosedur Pelaksanaan
(1) Kedua kelompok siap.
(2) Prinsip timbang terima : semua pasien dilakukan timbang
terima, terutama pada klien yang memiliki permasalahan yang
belum teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
(3) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
(4) Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan kepada perawat
berikutnya.
(5) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah
:
a. Situation
Meliputi nama pasien, umur, dokter yang merawat,
diagnosa medis dan masalah keperawatan, lama hari
perawatan dan keluhan utama.
b. Background
Meliputi perkembangan pasien saat ini. Sebutkan riwayat
alergi, riwayat pembedahan, alat invasif yang terpasang dan
program cairan.
c. Assessment
Meliputi menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian
pasien terkini seperti keadaan umum, vital sign, tingkat
kesadaran pain score, braden score, status restrain, risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi serta
menjelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
d. Recommendation
Meliputi merekomendasikan intervensi keperawatan yang
perlu dilanjutkan (refer tonursing care plan) termasuk
discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-
terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
(7) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
(8) Lama timbang terima untuk setiap paien tidak lebih dari 3 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
(9) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan
melakukan validasi data tidak lebih dari 15 menit.
3.3.3 Ronde Keperawatan
1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan, diharapkan
Ruang Pandan I mampu melaksanakan ronde keperawatan dengan baik.
3. Waktu :
4. Rencana Strategi :
1) Menentukan pasien yang akan dijadikan subyek dalam ronde
keperawatan.
2) Menentukan kasus sulit dengan masalah keperawatan yang tidak
terselesaikan.
3) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.
4) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
5) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.
6) Membuat format pendokumentasian kegiatan ronde keperawatan.
7) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan staf
keperawatan.
8) Mendokumentasikan kegiatan ronde keperawatan sesuai dengan format
yang telah dibuat.
9) Mengevaluasi kegiatan ronde keperawatan yang telah dilakukan.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
(2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
(3) Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga.
2) Proses :
(1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Penanggung
Jawab Unit dan staf keperawatan.
(2) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi
yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah
pasien.
(3) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu
mengatasi masalah pasien tersebut.
3) Hasil :
(1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien.
(2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan pasienyang dilaksanakan disamping pasien, membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta melibatkan seluruh
anggota tim.
1. Kriteria pasien yang dilakukan ronde :
1) Pasien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka

2. Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3. Prosedur pelaksanaan ronde keperawatan
Prosdur pelaksanaan berdasarkan alur ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
1) Persiapan
(1) Penetapan kasus maksimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada pasien / keluarga.
2) Pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor / kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
akan yang akan ditetapkan.
3) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
3.3.4 Sentralisasi Obat
1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa dan perawat di Ruang MINA mampu menerapkan sentralisasi obat
yang benar.
3. Waktu :
4. Rencana Strategi :
1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat,
dokter, dan bagian farmasi.
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengolahan sentralisasi obat.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan Penanggung jawab sentralisasi obat.
(2) Menyiapkan format sentralisasi obat.
2) Proses :
(1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi
obat.
3) Hasil :
(1) Klien menerima sistem sentralisasi obat.
(2) Perawat mampu mengelola obat klien.
(3) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat
meningkat.
(4) Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara
hukum maupun secara moral.
(5) Pengelolaan obat efektif dan efisien.
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2011). Tujuan dari pengelolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.
1) Penerimaan obat :
(1) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menandatangani lembar serah
terima obat yang ada pada lembar kontrol obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomer register, jenis obat, jumlah
dan sediaan serta dosis obat dalam lembar serah terima obat dan
diketahui (tanda tangan) oleh keluarga.
(3) Klien/keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol
keberadaan obat pada lembar serah terima obat yang ada di sisi
klien (sisi bed klien).
(4) Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
(5) Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kotak obat.
2) Pembagian obat :
(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat oral/ injeksi.
(2) Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah
tercantum format pemberian obat oral/ injeksi.
(3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping kemudian memberi
kode dan tanda tangan setelah melakukan pemberian obat.
(4) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam
format pemberian obat oral/injeksi.
3) Penambahan obat baru
(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka
dokumentasi tetap di catat pada buku sentralisasi obat dan lembar
kontrol obat.
4) Obat khusus
(1) Obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat
yang dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan pada klien/keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian. Wadah obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada
klien atau keluarga.
5) Keuntungan Sentralisasi Obat
(1) Terjadi Terjadi interaksi intensif antara farmasi, dokter dan
perawat.
(2) Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker.
(3) Farmasi dapat membuat profil farmasi pasien dengan lengkap.
(4) Farmasi dapat melakukan terapi drugs monitor.
(5) Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam.
(6) Pasien hanya membayar obat yang dipakai.
(7) Efisiensi ruang perawatan dari penyimpangan obat.
(8) Mengurangi beban perawat.
(9) Menghindari penggunaan obat yang salah.
(10) Mengurangi kemungkinan kehilangan obat.
(11) Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga professional.
3.3.5 Supervisi Keperawatan
1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, diharapkan
Ruang MINA mampu menerapkan supervisi keperawatan dengan baik, dapat
memenuhi dan meningkatkan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus
pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas.
3. Waktu :
4. Rencana Kegiatan :
1) Membuat konsep supervisi keperawatan
2) Menentukan materi supervisi keperawatan
3) Membuat format, alat ukur atau instrument supervisi
4) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan
(2) Menyusun konsep supervisi keperawatan
(3) Menentukan materi supervisi
2) Proses :
(1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan
supervisor
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
3) Hasil :
(1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal
(2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi
(3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok
manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1)
Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi,
4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1. Langkah-langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
(1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
(2) Supervisor menetapkan tujuan supervisi
2) Supervisi
(1) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan
bersama-sama PP dan PA
(2) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien
(3) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan
(4) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan
(5) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada
(6) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA
3) Pasca Supervisi (Fair, Feed back, Follow up)
(1) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan
(2) Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada PP
dan PA
2. Prinsip Supervisi
1) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan sesuai
standar
4) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana
5) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas dan motivasi
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.
3. Fungsi dan Peran Supervisi
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran yang
tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
4. Tugas Supervisi
1) Mempertahankan standar praktek keperawatan
2) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan keperawatan,
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
4) Memantapkan kemampuan perawat
5) Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan
5. Teknik Supervisi
1) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berjalan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, memberikan reward
dan perbaikan.
Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi supervisor
(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan, reinforcement
dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi setelah
kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan cara yang
telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan reinforcement
positif dari supervisor.
2) Secara Tidak Langsug
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun maupun lisan.
Supervisor tidak terlibat atau melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis.
3.3.6 Penerimaan Pasien Baru
1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan semua
perawat di ruang MINA dan mahasiswa STIKes Banyuwangi mampu
melaksanakan penerimaan pasien baru dengan benar.
3. Waktu :
4. Rencana Strategi :
1) Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru
2) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan pasien baru
3) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
4) Melaksanakan penerimaan pasien baru
5. Kriteria Evaluasi :
1) Evaluasi Struktur
(1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar
penerimaan pasien baru, informed consent sentralisasi obat, format
pengkajian, nursing kit, rekam medis, lembar kuesioner tingkat
kepuasan pasien, dan lembar tata tertib pasien dan pengunjung
(2) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Kepala
Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Pelaksana. Sedangkan pada
shift sore dilaksanakan oleh PP dan PA
2) Evaluasi Proses
(1) Pasien baru disambut oleh Kepala Ruangan, PP dan PA
(2) PP melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu
oleh PA
(3) Pasien baru diberi penjelasan mengenai orientasi ruangan,
perawatan medis (termasuk sentralisasi obat), serta tata tertib
ruangan.
(4) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga
3) Evaluasi Hasil
(1) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar
(2) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis serta
tata tertib ruangan
(3) Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam, 2011).
1. Tujuan Penerimaan Pasien Baru
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS (Nursalam,
2011).
2. Tahapan Penerimaan Pasien Baru :
1) Tahap pra penerimaan pasien baru
(1) Menyiapkan fungsi administrasi
(2) Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan
(3) Menyiapkan peralatan khusus
(4) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/
perawat primer/ perawat yang diberi delegasi.
(2) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
(3) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.
(4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke
tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi
roda) dan berikan posisi yang nyaman.
(5) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
(6) Kaji keadaan umum klien.
(7) Perawat melakukan pengkajian data awal sesuai format.
(8) Barang-barang untuk pasien diinventaris, yang diletakkan di
almari pasien yang tidak diperlukan pasien dibawa pulang
oleh keluarganya.
(9) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan
perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang :
a. Letak ruang perawat, dokter, depo farmasi, kamar
mandi/WC dan dapur.
b. Jam berkunjung : Senin s/d Minggu pukul 16.00-17.00
WIB
c. Minggu dan Hari libur pukul 10.00 – 11.00 WIB
d. Persyaratan menunggu apabila diperlukan : penunggu
adalah keluarga yang terdekat dan masing-masing
pasien hanya boleh satu penunggu.
e. Administrasi ruangan yang perlu diketahui:
i) Sentralisasi obat
ii) Tata cara pembayaran jasa RS
f. Dokter, nama kepala ruangan, perawat penangggung
jawab pasien dan tenaga non keperawatan yang akan
berhubungan dengan pasien.
g. Tunjukkan alat-alat yang dapat digunakan klien (tempat
tidur, lampu, kipas angin, AC).
(10) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi
yang telah disampaikan.
(11) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent.
(12) Perawat mempersilahkan anggota keluarga yang lain untuk
keluar
3.3.7 Discharge Planning
1. Penanggung Jawab :
2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan, diharapkan semua
perawat di Ruang MINA dan mahasiswa STIKes Banyuwangi mampu
melaksanakan discharge planning dengan benar.
3. Waktu :
4. Rencana Strategi :
1) Menentukan penanggung jawab discharge planning.
2) Menentukan materi discharge planning.
3) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.
4) Menyiapkan peralatan, status, kartu discharge planning.
5) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
6) Melaksanakan discharge planning.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Evaluasi Struktur
(1) Persiapan pasien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
(2) Penyusunan struktur pelaksanaan discharge planning
2) Evaluasi Proses
(1) Discharge planning dilaksanakan pada semua pasien pulang.
(2) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Evaluasi Hasil
(1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
(2) Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah tentang:
aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang
harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang perlu di bawa saat
kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.
Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu dokumentasi
untuk menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi pasien yang akan pulang
dan asuhan keperawatan saat pasien di rumah.
1. Perencanaan pulang bertujuan (Nursalam, 2011)
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang baik
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
2. Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1) Pra-discharge planning
(1) Perawat primer mengidentifikasikan pasien yang
direncanakan untuk pulang.
(2) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien
yang akan pulang.
(3) Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang.
(4) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga.
2) Tahap pelaksanaan discharge planning
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan.
(2) Perawat primer dibantu perawat associate melakukan
pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.
(3) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang
perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan
khusus.
(4) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan
kesehatan yang telah diajarkan.
(5) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya bila belum mengerti.
3) Tahap post-discharge planning
(1) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang
(2) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada pasien
dan keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang
sudah dilaksanakan.
3.3.8 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.
1. Tujuan Utama Pendokumentasian
1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan,melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi tindakan.
2) Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.
2. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap,
jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan seperti perawat,
dokter, pasien atau keluarga pasien. Dalam hal ini perlu dicantumkan
waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan yang dapat
menimbulkan interpretasi yang salah.
2) Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan
perawat untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk mengetahui
sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat
untuk mengetahui adanya masalah baru secara dini.
3) Komunikasi
Dokumentasi merupakan alat perekam semua data yang berkaitan dengan
klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar tenaga
kesehatan
4) Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan biaya
perawatan klien. Semuanya telah tercantum dalam sistem komputerisasi
rumah sakit.
5) Pendidikan
Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa
atau profesi keperawatan.
6) Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk pengembangan
ilmu keperawatan.
7) Akreditasi
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (Potter dan Perry,
1984)
1) Jangan menghapus dengan tipe x atau menghapus tulisan yang salah.
Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah dengan 2
garis kemudian dituliskan kata salah dan diberi paraf, setelah itu
dituliskan catatan yang benar.
2) Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang dapat
digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang tidak
professional.
3) Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa datanya
akurat.
4) Catat hanya fakta, akurat, reliable.
5) Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong. Coret bagian sisa
yang kosong dan bubuhkan tanda tangan.
6) Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.
7) Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang
mengklarifikasi.
8) Tulis hanya untuk diri sendiri.
9) Hindari penulisan yang kurang spesifik.
10) Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda tangan.
Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditanda tangani.
4. Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang mengacu
pada model PIE.
Teknik pengisian lembar dokumentasi keperawatan :
1) Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian persistem.
2) Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
3) Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:
(1) Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomor register
klien.
(2) Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.
4) Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.
5) Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian
masalah ditandai dengan “I” (intervensi), nomor masalah dicatat dan
dibuat oleh PP.
6) Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasi dengan tanda “E” (evaluasi) dan nomor masalah,
berisi tentang jam dan paraf perawat.
7) Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam (setiap
pergantian jaga).
Keuntungan:
(1) Memungkinkan pengguanaan proses keperawatan.
(2) Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
(3) Memungkinkan pemberian asuhan keperwatan secara kontinyu.
(4) Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.
Kerugian:
(1) Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
(2) Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif
uuntuk beberapa situasi keperawatan.
5. Bagian dari dokumentasi keperawatan :
Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian persistem.
Lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi tentang:
1) Nama klien
2) Umur
3) No register
4) Diagnosis medis
5) Diagnosis keperawatan
6) Kolom tanggal dan jam
7) Kolom problem
8) Kolom intervensi
9) Evaluasi
10) Kolom tanda tangan
3.4 Rencana Strategi
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
I M1 – MAN Mengoptimalkan
- kinerja sumberdaya 1. Mendukung adanya Pemenuhan kebutuhan Minggu Eni
yang telah ada pelatihan dan seminar dasar pasien terpenuhi, 2-4 Muslihah,
untuk perawat baru, pasien menyatakan puas S.Kep.
secara bergantian
dengan pelayanan yang
2. Menerapkan MAKP
primer ada.

II M 2 – Material
- Menjaga 1. Membuat kembali 1. Sarana dan Minggu Dian
inventarisasi dan dokumentasi sarana prasarana terdata 2-4 Agustin,
mengoptimalkan dan prasarana. dengan baik. S.Kep.
2. Mengusulkan 2. Pendokumentasian
sarana dan
pembuatan format alat dan obat
prasarana yang ada, peminjaman alat dilakukan dengan
(buku peminjaman teratur dan disiplin
dan keluar masuk 3. Pasien dan keluarga
alat) sehingga menggunakan
pendokumentasiaanny wastafel dan atau
a terkoordinsi alkohol gliserin
3. Memanfaatkan sarana dengan efektif dan
kesehatan dasar yang efisian
masih minimal seperti 4. Peralatan kesehatan
wastafel dan alkohol bagi petugas
gliserin untuk kesehatan di Ruang
mengurangi risiko Pandan I memenuhi
penularan standard rumah sakit
nosokomial. dan atau
4. Mengusulkan Kepmenkes.
penambahan alkohol
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
gliserin untuk setiap
bed
5. Memberi usulan
untuk melengkapi alat
dan obat emergency
III M III – METHOD Mencoba 1. Mendiskusikan setiap
A. Penerapan Model MAKP menerapkan model hambatan yang ada
- MAKP primer dalam penerapan model Perawat menggunakan Minggu Setiawan
MAKP Primer
MAKP Primer di II-IV Arifin,
2. Membentuk rincian dan
pembagian tugas kerja ruangan dengan benar S.Kep.
yang jelas antara
masing-masing
perawat.
B. Timbang Terima
(1) Kegiatan timbang terima Timbang terima 1. Timbang terima dapat 1. Isi timbang Minggu Dian
pada shift siang, malam dapat dilakukan dilakukan secara lisan terima tentang II-IV Agustin.,
dan hari libur tidak selalu setiap pergantian dan tertulis dalam masalah keperawatan S.Kep.
dilakukan sesuai dengan buku operan. yang sudah dan
shift sesuai dengan
urutan acara timbang 2. Melaksanakan belum teratasi,
terima. format Timbang timbang terima terdokumenstasi
Terima yang telah bersama dengan dengan baik dan
ada kepala ruangan dan benar pada buku
staf keperawatan. laporan timbang
3. Dilaksanakan pada terima yang telah
setiap pergantian disediakan
shift. 2. Timbang terima
4. Dipimpin oleh dilakukan dengan
perawat primer melakukan validasi
sebagai penanggung kepada pasien
jawab shift. 3. Timbang terima
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
5. Diikuti perawat, dilaksanakan setiap
mahasiswa yang pergantian shift baik
berdinas atau akan dihari kerja ataupun
berdinas. sabtu minggu
6. Informasi yang
disampaikan harus
akurat, singkat,
sistematis yang
menggambarkan
kondisi saat ini
dengan tetap menjaga
kerahasiaan pasien.
7. Timbang terima
berorientasi pada
permasalahan
keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan
dan perkembangan
kesehatan pasien.
8. Mendokumentasikan
hasil timbang terima
pasien pada buku
operan.
C. Ronde Keperawatan Menerapkan
- Ronde keperawatan 1. Kegiatan: 1. Adanya format dan Minggu Trihaningsih,
agar terlaksana a. Menyusun dokumentasi ronde II-IV S.Kep.
secara rutin, proposal kegiatan keperawatan.
ronde keperawatan 2. Perawat mampu
terjadwal, sesuai
(strategi dan materi). menjelaskan dengan
dengan adanya b. Menyusun benar persiapan dan
kasus yang tidak materi sesuai dengan pelaksanaan ronde
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
dapat terselesaikan, kasus yang keperawatan.
serta dilakuksan ditemukan 2 hari 3. Ronde keperawatan
disamping pasien. sebelum kegiatan dilakukan sesuai
ronde keperwatan jadwal setiap ada
dilaksanakan. masalah
c. Melaksan keperawatan yang
akan ronde membutuhkan
keperawatan. dilakukannya ronde
d. Memotiva keperawatan.
si perawat agar
menerapkan ronde
keperawatan di ruang
Pandan I
2. Membuat jadwal
ronde keperawatan
dengan masalah yang
terjadi di ruangan
agar dapat dengan
cepat teratasi,
misalnya 1 kali dalam
sebulan, dilaksanakan
minimal 30 menit,
dihadiri oleh
multidisiplin dan
dipimpin oleh Kepala
ruangan
D. Sentralisasi Obat
- Mengoptimalkan 1. Membuat lembar 1. Adanya format Minggu Moh
sistem persetujuan pasien/ sentralisasi obat yang II-IV Syarifuddin,
desentralisasi obat keluarga pasien terdokumentasikan S.Kep.
terhadap rencana 2. Adanya kartu
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
dilakukannya salinan obat yang
sentralisasi obat. diterima pasien.
2. Membuat kartu
salinan obat yang
diterima oleh pasien.
E. Supervisi Keperawatan
- Mengoptimalkan 1. Memasukkan 1. Supervisi Minggu Yunita Sari,
sistem supervisi kegiatan supervisi dilakukan sesuai II-IV S.Kep.
yang telah ada (membuat jadwal) dengan jadwal,
dalam rencana minimal 1x dalam 1
kegiatan bulanan di bulan.
ruangan tersebut 2. Ada
a. Melaksanakan dokumentasi setiap
supervisi sesuai kegiatan supervisi
dengan format 3. Sosialisasi
yang telah ada dari supervisi
ruangan dilaksanakan
b. Menentukan
materi supervisi
keperawatan.
c. Menyiapkan
petunjuk teknis
pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
d. Melaksanakan
supervisi
keperawatan
bersama-sama
perawat ruangan.
e. Melakukan
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
evaluasi dari
kegiatan supervisi
yang telah
dilakukan
2. Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
3. Bekerja sama dengan
ruangan melakukan
sosialisasi tentang
supervisi
F. Penerimaaan Pasien
Baru Mengaplikasikan Merencanakan Mengaplikasikan peran Minggu Sutrisno,
(1) Kur peran perawat penerimaan pasien baru perawat dalam II-IV S.Kep.
ang optimalnya dalam penerimaan dengan perawat ruangan penerimaan pasien baru
penjelasan mengenai pasien baru dan membuat welcome sesuai standar di Ruang
orientasi lingkungan dan
book yang berisi tata Ruang Pandan I
fasilitas.
tertib penunggu pasien,
hak pasien dan keluarga,
denah ruangan, tarif
perawatan dll.
G. Discharge planning
(1) Discharge planning 1. Terlaksanannya 1. Menyusun 1. Perawat melakukan Minggu Farah
belum terlaksana secara discharge perencanaan tentang discharge planning II-IV Tsurayya,
optimal, diantaranya: planning sesuai pelaksanaan sesuai dengan S.Kep.
pemberian pendidikan dengan standar. discharge planning. standar
kesehatan hanya 2. Kemampuan 2. Membuat brosur/ 2. Pasien dan keluarga
dilakukan secara lisan perawat leaflet tentang mengerti dan
kepada pasien/keluarga, meningkat pengertian penyakit, memahami
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
tidak terdapat media dalam pencegahan, penjelasan tentang
yang disediakan untuk memberikan perawatan dirumah, penyakitnya
pasien. pendidikan nutrisi, aktivitas dan 3. Adanya brosur/
kesehatan istirahat sesuai leaflet tentang
kepada pasien. dengan kebutuhan penyakit yang paling
pasien. Dan membuat banyak ada diruang
leaflet dengan Pandan I RSUD Dr.
tindakan perawatan Soetomo Surabaya
dan kasus terbanyak 4. Adanya dokumentasi
diruangan. dari discharge
planning yang telah
dilakukan pada status
pasien.
5. Adanya kartu
discharge planning
yang dibawa pulang
pasien
H. Pendokumentasian
1) Pengisian format Mampu 1) Mendiskusikan a) Mahasis Minggu Vera Evelyn
dokumentasi menerapkan format pengkajian wa mampu II-IV J, S.Kep.
keperawatan belum pendokumentasian dan menerapkan
lengkap.. pendokumentasian pendokumentasian
keperawatan secara
asuhan keperawatan secara ringkas,
ringkas,baik dan sesuai dengan kasus baik dan benar.
benar. di Pandan I . b) Pendoku
2) Merevisi format mentasian
pengkajian, diagnosis dilakukan segera
keperawatan, setelah melakukan
perencanaan, tindakan
pelaksanaan dan keperawatan.
evaluasi asuhan c) Dokume
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
keperawatan. ntasi asuhan
3) Membuat format keperawatan pada
pendokumentasian status pasien
asuhan keperawatan lengkap dan benar.
PIE.
4) Membuat
petunjuk teknis
pendokumentasian
asuhan keperawatan
dengan menggunakan
model PIE.
5) Melaksanakan
pendokumentasian
asuhan keperawatan
bersama dengan
perawat ruangan.
6) Mengevaluasi
pelaksanaan sistem
dokumentasi asuhan
keperawatan yang
telah dilakukan.
IV M4 – Money
- Mengoptimalkan Memberikan pelayanan Pasien tidak Minggu Navira C,
sistem keuangan yang berkualitas pada mengeluhkan perawatan II-IV S.Kep.
yang telah ada pasien dirinya
V M5 – Mutu
1) Kurang optimalnya fungsi Mengembangkan 1. Memberikan 1. 80 % Pasien dan Minggu Vera Evelyn
tim PKRS atau mutu pelayanan penyuluhan tentang keluarga dapat 3-4 J, S.Kep.
penyuluhan di ruangan keperawatan dalam pentingnya cuci melakukan cuci
dengan baik dan terjadwal. tangan untuk tangan
hal patient safety.
Indikator Penanggung
No Problem Tujuan Kegiatan Waktu
Keberhasilan Jawab
mengendalikan 2. Dokumentasi
infeksi pada keluarga penilaian nyeri pada
pasien rekam medis pasien
2. Mengajak pasien dan terisi setiap harinya
keluarga untuk 3. Dokumentasi
melakukan cuci penilaian resiko
tangan bersama jatuh pada rekam
setelah validasi medis pasien terisi
pasien setiap hari setiap hari
3. Bekerjasama dengan
perawat ruangan
untuk mengkaji
penilaian nyeri pasien
setiap hari dan
mendokumentasikann
ya
4. Bekerjasama dengan
perawat ruangan
untuk mengkaji
penilaian resiko jatuh
pada pasien setiap
hari dan
mendokumentasikann
ya

Anda mungkin juga menyukai