Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL RISET

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

INSTAGRAM DENGAN KESEHATAN MENTAL DI SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Proposal Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep)

DISUSUN OLEH :

SITI ARFAH ARRAHMAH


NPM 09170000008

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Internet adalah jaringan komunikasi global yang menghubungkan

seluruh komputer didunia meskipun berbeda sistem operasi dan mesin (Ahmad

& Hermawan, 2013). Teknologi informasi di era globalisasi berkembang

sangat pesat di dalam kehidupan masyarakat (Juwita, 2015). Berikut internet,

segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi seperti kebutuhan bersosialisasi,

mengakses informasi dan kebutuhan hiburan seperti media sosial (Solihat,

2015).

Menurut data dari Hidayat (2014), jumlah pengguna internet global kini

menyentuh angka 3,8 miliar dengan presentasi 51 persen dari total populasi

dunia, peningkatan ini juga di klaim naik 0,2 persen sejak april 2017. Data

terbaru menyatakan bahwa indonesia yang total populasinya 265,4 juta

memiliki 50% pengguna internet dan Indonesia menempati posisi keenam

pengguna internet terbanyak di dunia ia pun menjelaskan bahwa angka tersebut

mendudukkan indonesia diperingkat ke-6 terbesar diantara sekitar 3,8 miliar

jumlah pengakses internet dunia. Dan salah satu yang sering diakses oleh

pengguna internet ialah media sosial.

Menurut Kaplan & Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial

sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar

ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran

2
3

user-generated content. Para pengguna media sosial atau bisa disebut juga user

ini bisa melakukan komunikasi atau interaksi, berkirim pesan, baik pesan teks,

gambar, audio hingga video, saling berbagi atau sharing, dan juga membangun

jaringan networking. Namun secara umum definisi media sosial adalah media

online dimana para penggunanya bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi.

Menurut data dari Lestari (2019), menjelaskan bahwa 7,676 milyar dari total

populasi (jumlah penduduk) didunia, 3,484 milyarnya pengguna media sosial

aktif (naik 15-20% dari tahun 2018). Pengguna paling banyak menggunakan

media sosial ialah remaja awal usia 12-16 tahun sampai dewasa awal usia 26-

35 tahun. (Depkes RI, 2009). Macamnya media sosial sangat banyak dan

bervariasi dan yang banyak diminati adalah, Twitter, Whatsapp dan Instagram.

(Abadi, 2013). Salah satu media sosial yang paling diminati oleh pengguna

media sosial ialah Instagram.

Banyak pengguna Instagram yang bertujuan untuk mengekspresikan

kepribadian masing-masing, salah satunya adalah untuk memenuhi kesenangan

dan kepuasan dirinya melalui uplodan foto yang mereka lakukan, Paul (2019)

mengatakan terdapat 61 juta pengguna asal indonesia yang bergabung di

komunitas instagram dan 89% pengguna layanan Instagram berasal dari

kalangan usia 18-34 tahun yang mengakses Instagram setidaknya seminggu

sekali. Perempuan mendominasi dengan porsi 63%. Penggunaan Instagram

terus meningkat pesat untuk provinsi jawa barat sendiri mencapai 16,4 juta

pengguna media sosial instagram. Tidak hanya itu, penelitian yang dilakukan

Melati (2015) menjelaskan media sosial yang paling banyak diminati oleh
4

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Riau adalah

Instagram, Dibuktikan dengan sebanyak 37 orang responden (43,5%) dalam

penelitian ini lebih memilih untuk menggunakan media sosial Instagram.

Dengan banyaknya fitur-fitur menarik yang disediakan oleh instagram

itu sendiri membuat semakin intens dalam menggunakan media sosial

instagram, menurut Chaplin (2008), Intensitas adalah suatu kekuatan tingkah

laku atau pengalaman individu. Rahmayani (2011), menegaskan bahwa

intensitas adalah suatu perasaan senang terhadap kegiatan yang dapat

mendorong orang bersangkutan untuk melalukan kegiatan tersebut secara

berulang-ulang. Menurut Yanuar & Nurwidawati (2013) Intensitas merupakan

tingkat keseringan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang

didasarkan rasa senang terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Jika

dikaitkan dengan Instagram maka intensitas penggunaan Instagram adalah

suatu perasaan senang yang dapat mendorong individu menggunakan

Instagram secara berulang-ulang. Dengan kata lain , Intensitas penggunaan

Instagram adalah studi untuk mengetahui seberapa lama dan seringkah

seseorang menggunakan Instagram. Sukamaraga (2018), telah melakukan

penelitian dan diperoleh hasil pengguna Instagram pada usia 14-28 tahun

memiliki frekuensi dan durasi yang cenderung tinggi dalam menggunakan

Instagram. Tingginya intensitas penggunaan Instagram di kalangan remaja

maupun dewasa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental secara tidak

langsung.
5

Kesehatan jiwa atau yang saat ini dikenal dengan kesehatan mental

menurut WHO (2017) adalah keadaan baik dimana seseorang dapat menyadari

kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat

bekerja secara produktif dan dapat memberikan kontribusi pada komunitasnya.

Menurut Kartono & Andari (1989), terdapat 3 prinsip pokok secara umum

untuk mendapatkan kesehatan mental yaitu, memenuhi kebutuhan pokok,

kepuasan, posisi atau status sosial.

Mental tidak sehat atau gangguan mental ialah sindrom atau pola

perilaku, atau psikolog seseorang, yang secara klinis cukup bermakna dan

secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya

(impairment/disability) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

manusia (PPDGJ-III 1998).

Berdasarkan fenomen yang terjadi saat ini, yang didapat dari data

Taqwa (2018), durasi penggunaan Instagram lampau dibawah snapchat. Saat

ini pengguna dibawah 25 tahun rata-rata menghabiskan waktu 32 menit per

hari di Instagram. Instagram didefinisikan sebagai bentuk komunikasi

elektronik yang memungkinkan pengguna membuat komunitas online untuk

berbagi informasi, gagasan, pesan pribadi, dan konten lainnya seperti foto dan

video. Iskander & Akin (2011), menjelaskan gejala-gejala yang muncul dalam

penggunaan Instagram yang berlebihan antara lain, kesulitan mengatur waktu

online, kebosanan ketika offline dan berkurangnya interaksi sosial secara

langsung, seseorang dengan kepercayaan diri tinggi cenderung menggunakan


6

Instagram dengan intensitas rendah. Seseorang dengan kepercayaan diri rendah

cenderung menggunakan Instagram dengan intensitas tinggi.

Menurut Haniza (2019) ada beberapa alasan mengapa Intensitas

penggunaan Instagram berkaitan dengan kesehatan mental, penggunaan

Instagram yang berlebih akan berdampak langsung pada kesehatan fisik

sebelum akhirnya ke kesehatan mental salah satunya adalah terganggunya

kualitas tidur seseorang, selain itu posisi duduk yang terlalu lama, mata yang

selalu menatap kelayar komputer atau telepon genggam, melewatkan waktu

makan dan minum dan diam tak bergerak adalah faktor risiko datangnya

penyakit fisik dan mental.

Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (2018), jumlah orang yang

menderita gangguan kesehatan mental diindonesia terus meningkat, sekitar

14.000.000 orang indonesia usia mulai dari 15 tahun ke atas menderita

gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Seseorang dengan

intensitas penggunaan Instagram yang tinggi, interaksi sosialnya menjadi

bersifat tak langsung yaitu sosiabilitasnya cendrung rendah dan kepekaan

sosialnya cenderung rendah disebut dengan sikap apatis (Efendi, 2017). Selain

itu juga berdampak buruk bagi kesehatan mental secara tidak langsung seperti

munculnya sikap antisosial atau biasa disebut dengan sikap apatis. (Taqwa,

2018).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Azizan (2016), ditemukan responden

yang memiliki kepercayaan diri tinggi sebanyak 48%, dan kategori sedang
7

sebanyak 52%. Terdapat responden yang memiliki ketergantungan Instagram

dengan kategori 15%, kategori sedang sebanyak 69%, dan kategori rendah

sebanyak 16% sehingga dapat ditemukan pengaruh yang sangat signifikan

antara kepercayaan diri dengan ketergantungan media Instagram. Sehingga

dapat diartikan kepercayaan diri memprediksikan ketergantungan Instagram

sebesar 22%. Banyaknya intensitas penggunaan Instagram memeliki beberapa

dampak, Adapun dampak positif dan negatif dari pengunaan Instagram. Taqwa

(2018) menyatakan bahwa dampak positif penggunaan Instagram digunakan

untuk berteman dengan orang-orang baru, meningkatkan harga diri, dan

mencari dukungan sosial secara online. Dan dampak negatif dari penggunaan

Instagram ialah munculnya kecanduan dan beresiko memiliki kognitif yang

rendah disertai gangguan kesehatan mental, penggunaan media sosial pada

malam hari menyebabkan gangguan mood berupa depresi hingga bunuh diri.

Media elektronik yang di gunakan untuk mengakses Instagram juga dapat

menyebabkan menurunnya kualitas dan waktu tidur. Instagram sendiri dinilai

sebagai aplikasi yang memiliki efek negatif yang paling banyak, hanya saja

disisilainnya instagram juga memiliki sisi baiknya, Instagram dianggap punya

pengaruh baik untuk ekspresi diri, identitas diri, dan meningkatkan komunitas

(Azizan, 2019).

Dari hasil penelitian Budury (2019), menunjukan bahwa mayoritas

pengguna Instagram adalah medium user, yaitu responden yang menggunakan

Instagram dengan intensitas 2-4 jam/hari, kondisi ini memicu terjadinya

masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan dan stress. dalam


8

penelitian yang dilakukan pada 2000 responden di india dengan rentang usia

15-25 tahun, terbukti bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa

kecanduan penggunaan Instagram telah membuat mereka mengalami insomnia,

depresi, dan hubungan personal yang buruk dengan rekan-rekan mereka

didunia nyata. (Firman & Ngasis, 2012).

Penggunaan Instagram yang tinggi dapat menyebabkan kecanduan.

Menurut Kumorotomo (2010), kecanduan Instagram dapat menyebabkan

timbulnya masalah psikis. Orang akan menjadi sangat tergantung sehingga

akan merasa hidupnya tidak lengkap jika sehari saja tidak membuka akun

Instagram. Hoskin (2010), menyebutkan tujuh akibat jika seseorang sudah

kecanduan Instagram yaitu rasa malas bekerja, sifat rakus, iri, dengki, takabur,

pemarah, dan mengada-ada. Efek psikis lainnya adalah seseorang menjadi

malas mengerjakan hal-hal yang produktif, angkuh, dan narsis.

Dikutip dari Anggraeni (2017), bahwa pertanyaan survei tentang

penggunaan Instagram yang dilakukan di Inggris terkait dengan sejumlah

faktor seperti citra tubuh, kurang tidur, bully, dan kecemasan. Penelitian yang

dilakukan oleh Davila (2012), juga mengeksplorasi dampak negatif Instagram

terhadap kesehatan mental. Dia memeriksa perilaku pengguna Instagram dari

334 mahasiswa dan menemukan bahwa interaksi yang lebih negatif dan kurang

positif di situs Instagram dikaitkan dengan gejala depresi yang lebih besar.

Penelitian yang mendukung lainnya yang dilakukan oleh Woods & Scoott

(2016), menyatakan bahwa pengguna Instagram yang aktif pada malam hari
9

berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk, tingkat kecemasan, dan depresi

yang tinggi.

Berdasarkan fenomena diatas dan dari data yang saya dapatkan pada

studi pendahuluan dengan jumlah responden 12 orang dengan usia kisaran 17-

25 tahun pada beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

indonesia maju didapatkan, 100% memiliki akun instagram aktif, dengan

didominasi gender perempuan sebanyak 75% dan laki-laki 25%, dengan

kecenderungan menggunakan instagram setiap hari dengan jumlah 58,3%,

mengakses instagram cukup tinggi ≥3 jam/hari sebanyak 83,3% dan

munculnya berbagai kesehatan mental yang terganggu contohnya

ketergantungan saat menggunakan media sosial instagram sebanyak 41,7%,

frekuensi penggunaan intagram ≥4x/hari sebanyak 41,7%, merasa tidak

percaya diri saat melihat pengguna lainnya memposting kehidupan finansial,

bentuk tubuh, dan pencapaian hidup lainnya sebanyak 58%, memposting hal-

hal kemarahan seperti menyindir dan berkata kasar, sebanyak 33%,

memposting hal-hal kesedihan, lelah dan kecewa sebanyak 41,7%,

menggunakan Instagram saat tidak bisa tidur atau insomnia sebanyak 41,7 % .

dari data tersebut intensitas penggunaan Instagram harus segera diatasi karena

timbulnya masalah-masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan,

antisosial, hingga insomnia. Dan dalam hal ini saya tertarik untuk meneliti

tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram Dengan

Kesehatan Mental Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia maju.


10

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah yang timbul

dari intensitas Penggunaan Instagram cukup mengkhawatirkan karena cukup

berdampak buruk bagi kesehatan mental, dan Intensitas penggunaan instagram

itu sendiri dapat memunculkan kesehatan mental yang terganggu seperti

depresi, kecemasan, ketergantungan, antisosial dan insomnia. Maka dari itu

saya akan merumuskan masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu

”Bagaimana Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram Dengan

Kesehatan Mental Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia maju?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1). Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah Hubungan Intensitas

Penggunaan Media Sosial Instagram Dengan Kesehatan Mental Di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia maju.

2). Tujuan Khusus

a. Diketahuinya jumlah intensitas pengguna media sosial instagram pada

mahasiswa Sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju.


11

b. Diketahuinya kejadian kesehatan mental yang terganggu berhubungan

dengan intensitas penggunaan media sosial instagram pada mahasiswa

sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju.

c. Diketahuinya apakah ada hubungan intensitas penggunaan media sosial

instagram dengan kesehatan mental pada mahasiswa sekolah tinggi

ilmu kesehatan indonesia maju.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Aplikatif

a. Perawat

Sebagai informasi yang bermanfaat dan dapat memberikan masukan,

solusi dan pengetahuan dalam hubungan intensitas penggunaan media

sosial instagram dengan kesehatan mental bagi ilmu keperawatan.

b. Mahasiswa

Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada para mahasiswa

khususnya fakultas ilmu keperawatan mengenai hubungan intensitas


12

penggunaan media sosial instagram dengan kesehatan mental dan agar

mampu menggunakan media sosial instagram dengan cara yang benar

dengan kesehatan mental yang tidak terganggu.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

sekolah untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan media sosial

instagram dengan kesehatan mental.

2. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan baru khusunya terkait intensitas

penggunaan media sosial instagram dan kesehatan mental.

b. Memberikan pengetahuan yang bermanfaat terhadap pengembangan ilmu

keperawatan khususnya pada keperawatan jiwa.

c. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan bisa membantu proses

pembelajaran.

3. Manfaat Metodologis

a. Memberikan referensi dan acuan untuk masalah yang terkait pada

penelitian di masa mendatang bagi ilmu keperawatan terkini.

b. Memberikan data tambahan bagi penelitian yang terkait di masa

mendatang bagi ilmu keperawatan terkini .


13

Anda mungkin juga menyukai