net/publication/327097700
CITATIONS READS
0 1,646
1 author:
Hary Hermawan
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
52 PUBLICATIONS 108 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
GEOWISATA :SOLUSI PEMANFAATAN KEKAYAAN GEOLOGI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN View project
All content following this page was uploaded by Hary Hermawan on 18 August 2018.
Penulis
Hary Hermawan
Tahun 2018
Ilmu periwisata merupakan ilmu yang relatif baru di Indonesia. Oleh karena itu, studi
dan pengembangan ilmu pariwisata masih memiliki banyak keterbatasan, salah satunya
dalam hal ketersediaan literatur. Buku-buku yang membahas mengenai ilmu pariwisataan
masih sangat terbatas, khususnya buku metodologi riset untuk bidang kepariwisataan.
Fenomena pariwisata saat ini lebih sering dikaji dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif oleh para sarjana pariwisata, khususnya di kampus tempat penulis
mengajar. Pendekatan kualitatif memang sangat andal dalam menggali berbagai fenomena
terkait pariwisata, misalnya: Fenomena mengenai motivasi wisatawan, motivasi masyarakat
lokal mengembangkan pariwisata, menggali fenomena budaya dan nilai-nilai kearifan lokal
sebagai sebuah daya tarik wisata dan lain sebagainya.
Sebaliknya penggunaan metode penelitian kuantitatif masih cukup jarang digunakan
oleh para mahasiswa. Padahal sangat banyak hal yang bisa dikaji dengan menggunakan
metode kuantitatif, terutama terkait penelitian yang mengkaji hal-hal yang bersifat
manajerial. Sebagai contoh, penelitian untuk mengevaluasi “Apakah keputusan
meningkatkan kualitas daya tarik wisata akan berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan?”
Nyatanya dalam hal manajemen destinasi, mengkaji setiap upaya manajerial yang
berdampak langsung pada wisatawan sangat penting untuk dilakukan.
Minimnya buku metodologi penelitian kuantitatif yang dikhususkan untuk ilmu atau
bidang kepariwisataan menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa. Buku metodologi
penelitian kuantitatif yang beredar saat ini lebih banyak membahas kasus-kasus terkait
bidang ekonomi dan manajemen, sehingga mahasiswa ilmu pariwisata sering mengalami
kesulitan untuk mengadaptasikanya dalam penelitian pariwisata. Ditambah banyaknya
rumus-rumus statistik yang rumit namun kurang implementatif untuk dianalogikan dalam
kasus pariwisata menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa pariwisata untuk mempelajari
penelitian kuantitatif.
Oleh karena itu, penulis mempersembahkan buku dengan judul “Metode Kuantitatif
untuk Riset Bidang Kepariwisataan” menjawab berbagai persoalan diatas. Buku ini didesain
lengkap untuk belajar dasar-dasar penelitian kuantitatif namun dengan bahasa yang
sederhana disertai contoh kasus dalam bidang keparwisataan, sehingga sangat mudah untuk
dipahami. Selain itu, rumusan-rumusan masalah khas penelitian kuantitatif seperti rumusan
masalah deskriptif, komparatif, korelatif, asosiatif serta analisis jalur akan dibahas dengan
menggunakan sofware statistik yang sudah umum digunakan seperti sofware SPSS dan
Partial Least Square (PLS) untuk memudahkan proses pengolahan dan analisis data
statistik.
Melalui buku ini, kami berusaha membantu memberikan pencerahan kepada pembaca
bahwa penelitian kuantitatif itu mudah. Selanjutnya, penulis sangat menyadari bahwa buku
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik serta saran yang membangun dapat
disampaikan melalui website penulis di www.indonesiacultureandtourism.com atau melalui
email di haryhermawan8@gmail.com. Akhir kata, semuga kesuksesan selalu menyertai kita
semua. Amin.
Hary Hermawan
Daftar Isi
Pokok Bahasan
1. Riset dalam bidang kepariwisataan
2. Pengertian metode penelitian
3. Jenis-jenis metode penelitian yang sering dipakai dalam penelitian pariwisata
4. Perbedaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
5. Penggunaan metode penelitian kuantitatif dalam penelitian pariwisata
Tujuan Pembelajaran
Materi pada bab 1 ini ditujukan sebagai landasan dalam memahami penelitian
kuantitatif, kompetensi yang diharapkan setelah pembaca mempelajari bab 1
meliputi :
1. Pembaca memahami apa itu penelitian, baik secara definitif maupun
konseptual
2. Pembaca mengetahui jenis-jenis penelitian dipakai dalam penelitian bidang
ilmu pariwisata
3. Pembaca memahami dengan baik perbedaan mendasar penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif
4. Pembaca dapat memahami alasan penggunaan metode penelitian kuantitatif
dalam penelitian pariwisata
Riset dalam Bidang Kepariwisataan
Pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi
menjadi faktor pemicu trend pertumbuhan permintaan pariwisata global.
Pertumbuhan permintaan pariwisata seharusnya merupakan peluang yang sangat
potensial bagi pengembangan pariwisata Negara kita. Masalahnya, pada sisi yang
lain pariwisata kita justru seringkali salah kelola.
Sangat banyak pengembangan daya tarik wisata di berbagai yang hanya
sekedar mengikuti trend foto, saat ini banyak sekali dibuat beraneka macam wahana
foto di destinasi yang hanya di buat secara “asal laku” mengukuti trend upload foto
di media sosial, tanpa mempedulikan aspek budaya, alam, dan nilai-nilai lokal.
Contoh, pembuatan miniatur ikon negara lain pada salah satu destinasi di
Yogyakarta. Dampaknya, destinasi tersebut laku keras “booming” dalam beberapa
waktu, kemudian surut secara cepat lalu ditinggalkan. Spot foto yang sudah tidak
laku menjadi sebuah polusi lansekap pemandangan karena tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya lokal. Ada lagi kasus pembangunan icon negara asing yang
digadang-gadang laku keras, namun nyatanya justru mengundang banyak protes
keras dari berbagai aktifis lingkungan.
Penulis sangat setuju bahwa destinasi wisata yang dikelola masyarakat lokal
sangat bermanfaat bagi perkembangan sosio-ekonomi masyarakat. Akan tetapi,
pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat terkadang tidak lepas dari berbagai
masalah. Masyarakat lokal yang masih minim pengetahuan tentang pengelolaan
destinasi, terkadang salah kaprah dalam membangun sarana prasarana wisata yang
sebenarnya tidak dibutuhkan wisatawan. Parahnya, konsep pembangunan yang
asal-asalan tersebut seringkali didukung kucuran dana yang melimpah dari
pemodal. Destinasi wisata alam yang seharusnya menonjolkan sisi-sisi eksotisme,
keunikan, kealamiahnya, serta medan perjalananya yang menantang, justru
seringkali hilang karena pembangunan sarana wisata yang berlebihan.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan berbagai alasan yang ditujukan
untuk menambah kemudahan, kenyamanan, dan kepuasan wisatawan. Padahal
kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, seringkali wisatawan berkualitas justru
tidak berminat dengan destinasi wisata alam yang telah kehilangan sisi-sisi
kealamiahanya.
Pariwisata sebagai bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan
seringkali disertai berbagai masalah yang cukup kompleks. Mengatasi
kompleksitas masalah dalam pembanguanan pariwisata dibutuhkan pendekatan
dari berbagai disiplin ilmu untuk mengatasinya, baik itu ilmu alam maupun ilmu
sosial. Sedangkan manajemen pariwisata yang baik adalah manajemen berbasis
riset.
Manajemen berbasis riset berarti segala kebijakan manajerial yang diambil
bukan hasil dari praduga, felling, atau manajemen kira-kira saja. Melainkan harus
berdasar pada hasil riset, dengan pendekatan yang ilmiah, bersandar pada nilai-nilai
rasional, empiris, dan juga sistematis.
Rasional berarti peneltian telah dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal,
dengan data berupa fakta-fakta yang terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati dengan indera manusia, sehingga
orang lain juga dapat turut serta mengamati cara-cara yang digunkan. Sistematis,
berarti riset dilakukan dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Bisnis pariwisata sebagai bisnis berskala global juga membawa berbagai
tantangan sosial-budaya yang harus segara dijawab oleh peneliti, praktisi, ataupun
para mahasiswa pariwisata melalui riset-risetnya yang mutakhir, agar segera dapat
diimplementasikan secara manajerial, baik dalam tata kelola skala makro maupun
mikro.
Implementasi manajerial di lapangan, pengelolaan pariwisata seringkali
membutuhkan pendekatan riset kualitatif untuk mengupas berbagai permasalahan
manajerial. Oleh karena itu, pembahasan dalam buku ini difokuskan untuk
mengenalkan metode kuantitatif untuk riset kepariwisataan kepada para peneliti
pemula dan mahasiswa untuk menambah perbendaharaan metode serta tehnik-
tehnik risetnya agar diperoleh hasil penelitian baru yang lebih mutakhir, tepat guna,
serta mampu memenuhi tuntutan industri pariwisata yang semakin beragam dan
kompleks permasalahanya. Perlu ditekankan bahwa tidak ada suatu negara yang
maju tanpa melibatkan banyak daya serta dukungan dana untuk kegiatan penelitian.
Mau atau tidak mau, riset harus menjadi ujung tombak suatu Negara guna
menjawab tantangan zaman.
Pengertian Metode Penelitian
Riset atau penelitian merupakan suatu kegitan yang ditujukan untuk
menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari, beserta konsekuensi-
konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus, bisa sebuah feomena atau variabel
(Nazir, 2003). Oleh karena itu, metode peneltian dapat dimaknai secara sederhana
sebagai sebuah cara untuk melakukan riset atau penelitian.
Lebih lanjut, Sugiyono (2011) menjelaskan metode penelitian sebagai sebuah
cara ilmiah dalam mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan empat kata kunci yaitu : cara
ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.
Cara ilmiah, berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan secara ilmiah,
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
berarti peneltian telah dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, disertai
perolehan data berupa fakta-fakta yang terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati dengan indera manusia, sehingga
orang lain juga dapat turut serta mengamati cara-cara yang digunkan. Sistematis,
berarti riset dilakukan dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Data yang diperoleh dalam penelitian ilmiah merupakan data yang empiris,
yaitu data yang dapat diamati, tentu wajib memiliki tingkat kevalidan yang tinggi.
Valid secara sederhana dapat dimaknai sebagai derajad ketepatan, sehingga data
yang dikumpulkan peneliti betul sesungguhnya terjadi di objek penelitian.
“Misalkan dalam suatu hari terdapat 1000 kunjungan wisatawan asing dan 500
kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur, maka peneliti dalam
laporanya juga melaporkan bahwa sejumlah 1000 kunjungan wisatwan asing dan
500 kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur. Sehingga data hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan valid.”
Contoh pada kasus yang berbeda, “Manajer pemasaran hotel ABC
melakukan survei kepuasan pelanggan terhadap para tamunya untuk kepentingan
rapat koordinasi pemasaran, hasil menujukan bahwa 60 persen tamu hotel tidak
puas terhadap pelayanan hotel ABC, akan tetapi dalam rapat kerja manajer
tersebut melaporkan bahwa mayoritas tamu merasa puas terhadap pelayanan hotel
ABC.” Hasil yang dilaporkan manajer pemasaran hotel ABC dalam rapat kerja
tersebut tentu bukanlah data yang valid. Untuk mendapatkan data yang valid,
dibutuhkan intrumen yang baik, intrumen yang baik adalah intrumen yang telah
teruji kevalidan dan realibilitasnya.
Suatu riset dilakukan tentu memiliki tujuan dan kegunaan tertentu, secara
umum tujuan penelitian terdiri dari tiga macam tujuan yang meliputi :
1. Tujuan eksploratif atau penemuan, yaitu riset yang bertujuan untuk
menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu. Dalam bidang
pariwisata, penelitian eksploratif ini dapat digunakan untuk mengetahui
potensi daya tarik wisata yang ada dalam sebuah kawasan cagar alam
tertentu, kawasan yang belum pernah dilakukan pendataan atau dieksplorasi
oleh peneliti sebelumnya. Riset eksploratif juga dapat digunakan untuk
mengupas fenomena tertentu, untuk menggali pola hubungan suatu
fenomena, hingga akhirnya menemukan suatu teori baru.
2. Tujuan verifikatif atau pembuktian, yaitu sebuah riset yang diadakan untuk
menguji kebenaran konsep atau teori yang telah ada dalam suatu bidang atau
ilmu terntentu. Data yang diperoleh bisa juga digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi, atau pengetahuan
tertentu. Sebagai contoh, dalam teori kepariwisataan disebutkan bahwa
sarana prasarana wisata merupakan unsur penunjang kepuasan wisatawan.
Oleh karena itu, seorang peneliti berniat untuk menguji kebenaran dari teori
tersebut.
3. Tujuan developmental atau pengembangan, yaitu riset yang bertujuan untuk
mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada. Riset jenis ini dapat
juga digunakan untuk memperdalam atau memperluas pengetahuan yang
telah ada. Misalnya pengembangan atau rekayasa jalur untuk penunjang
aksebilitas di suatu destinasi wisata.
Penelitian memiliki peran penting dalam mendukung segala bentuk kegiatan
manusia, diantara peranan penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian sebagai pemecah masalah, meningkatkan kemampuan manusia
dalam menginterprestasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang
kompleks dan saling terkait. Contohnya adalah rantai suport dalam industri
pariwisata.
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, serta
meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan
fenomena-fenomena dari masalah tersebut.
3. Memberikan pengetahuan atau ilmu baru, meskipun hasil penelitian
terkadang tidak dapat langsung digunakan.
Jenis-jenis Metode Penelitian yang Sering Dipakai
dalam Penelitian Pariwisata
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa pariwisata sebagai
bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan seringkali disertai
berbagai masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu, pendekatan dalam riset
kepariwisataan juga dapat beraneka ragam.
Secara umum, jenis-jenis penelitian dalam bidang kepariwisataan dapat
diklasifikasikan menurut tujuan dan tingkat kealamiahanya atau sering disebut
natural setting. Bedasarkan tujuanya, metode penelitian dapat diklasifikasikan
metode penelitian dasar (basic research), metode penelitian terapan (applied
research), dan penelitian pengembangan (research and development) (Sugiyono,
2011).
Membedakan penelitian berdasarkan tujuanya, sangat sulit memisahkan
mana penelitian dasar dan mana yang termasuk jenis penelitian terapan secara
terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Jika penelitian dasar
berkaitan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut
digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi
penelitian terapan (Gay, 1977).
Berbeda dengan pendapat, Suriasuantri (1985) dalam bukunya yang berjudul
filsafat ilmu memaknai penelitian dasar (murni) sebagai penelitian yang bertujuan
untuk menemukan pengetahuan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui, sedangkan penelitian terapan dimaknai sebagai penelitian yang ditujukan
untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Sedangkan penelitian pengembangan dapat dimaknai sebagai kegiatan
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-
produk yang digunakan dalam pembelajaran. Penelitian dan pengembangan bisa
dikatakan sebagai jembatan yang mempertemukan penelitian dasar dan penelitian
terapan. Penelitian dasar untuk menemukan pengetahuan baru dan penelitian
terapan sebagai media untuk menemukan pengetahuan yang secara praktik dapat
diaplikasikan.
Membedakan metode penelitian menurut tingkat kealamiahan seringkali
dibagi kedalam dua bentuk, yaitu penelitian natularlistik dan penelitian perlakuan
(experiment). Metode penelitian naturalistik digunakan untuk meneliti pada latar
alamiah, seringkali merupakan penelitian kualitatif, dalam penelitian naturalistik
peneliti tidak membuat perlakuan pada objek atau subjek penelitian, peneliti dalam
mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasar pada pandangan data, bukan
pandangan peneliti. Sedangkan penelitian perlakuan dapat dikatakan sebagai
peneltian yang sangat tidak alamiah, biasa dilakukan pada penelitian eksperimen,
penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari atau melihat
efek atau pengaruh dari treatment atau perlakuan tertentu (Sugiyono, 2011).
Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif
Secara garis besar penelitian terbagi menjadi dua jenis metode, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian kualitatif, merupakan sebuah penelitian yang memiliki
dasar diskriptif untuk mengungkapkan atau memahami fenomena-fenomena
dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai
panduan dalam memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna-
makna yang terdapat dalam fenomena tersebut. Misalnya, untuk mengetahui
makna-makna dibalik motivasi masyarakat adat tertentu. Sebagai contoh,
masyarakat yang masih melestarikan tradisi tinggal di pedalaman hutan dan
menolak modereniasi, maka untuk menjawab kedua fenomena ini lebih tepat jika
peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena akan diperoleh data-
data yang lebih mendalam. Misalnya data tentang makna-makna ritual dan nilai-
nilai hidup yang dianut, motivasi, atau kepercayaan tertentu dan lain sebagainya.
Berbeda dengan penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif justru lebih
condong digunakan untuk pembuktian suatu fenomena (hipotesis). Analsis
kuantitiatif menggunakan data berupa angka-angka hasil perhitungan dan
pengukuran, yang diolah dan dianalisis dengan kriteria-ktiteria statistik tertentu.
Sebagai contoh, dalam mengetahui pengaruh daya tarik wisata terhadap loyalitas
wisatawan, peneliti mau tidak mau harus membuat instrumen untuk perhitungan
dan pengukuran, kemudian mencari seberapa besar pengaruhnya (terukur) dengan
analisis regresi, sehingga dihasilkan sebuah gambaran fenomena yang kongrit yang
mampu diinterprestasikan, apakah menerima atau menolak hipotesis yang
sebelumnya diajukan.
Sugiyono (2011) menjelaskan perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
secara lebih rinci. Dijelaskan bahwa perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif
terdapat pada tiga hal, yaitu perbedaan dalam hal aksioma, proses, dan karakteristik
penelitian itu sendiri.
1. Perbedaan Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif pada Aksioma
Aksioma adalah pandangan dasar, meliputi: aksioma tentang realitas,
hubungan peneliti dengan subjek yang diteliti, hubungan variabel,
kemungkinan generaliasasi dan peranan nilai.
a. Realitas
Dalam penelitian kuantitatif yang berpangkal pada falsafah
positifisme, kebenaran atau realitas dipandang sebagai sesuatu yang
kongrit, dapat diamati dengan panca indera, serta dapat dikategorikan
: menurut jenis, bentuk, warna dan perilaku. Realitas adalah hal yang
tidak berubah, dapat diukur, dan diverifikasi.
Sedangkan dalam susut pandang penelitian kualitatif yang berpangkal
pada falsafah post positifisme atau paradigma interpretive, realitas
dipandang sebagai sesuatu yang tidak dapat dilihat secara parsial
kemudian dipecah kedalam beberapa variabel.
Penelitian kualitatif memandang objek atau subjek penelitian sebagai
suatu hal yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi
terhadap fenomena yang diamati, dan bersifat utuh (holistik), setiap
aspek dari subjek dan objek penelitian adalah satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan.
Ibarat seorang melihat seorang gadis, peneliti kualitatif akan melihat
kecantikan seorang gadis secara utuh (holistik), cantik ya keindahan
fisik (outer beauty) maupun perilakunya atau ahklaknya
(innerbeauty). Pola berfikir kualitatif memandang bahwa “Akan
percuma jika cantik hanya fisiknya saja, tetapi tidak mencerminkan
adab yang baik dalam berperilaku”.
Jadi, realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya melihat sisi yang
tampak dan teramati (contohnya: fisik), tetapi juga dibalik hal-hal
yang tampak tersebut, bisa nilai-nilai atau makna dibaliknya,
pandangan budaya, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, dalam sudut pandang penelitian kuantitatif, kecantikan
dapat dikaji hanya dengan melihat kriteria kecantikanya dari satu
sisinya saja. Misalnya pada variabel fisiknya saja seperti: tingkat putih
kulitnya saja, langsingya saja, atau keindahan rambutnya, atau bisa
tatapan matanya. Namun demikian, penelitian kuantitatif mampu
memberikan hasil yang terukur dan jelas.
b. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
Dalam penelitian kualitatif, semakin banyak kontak antara peneliti
dan responden akan semakin bagus, karena penelitian kualitatif
bersifat partisipatif, pencarian data dalam peneltian kualitatif dengan
in depth interview, dan human instrument menuntut tingkat interaksi
yang tinggi. Dan peneliti harus mengenal betul siapa key personya
atau orang yang memberikan data.
Sedangkan, dalam peneltian kuantitatif kebenaran terletak diluar
kuasa peneliti, dan penelitian harus objektif, sehingga seringkali
penelti menjaga jarak dengan subjek yang diteliti dengan tunjuan
untuk mendapatkan tingkat independensi hasil penelitian. Seringkali,
pencarian data dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan kuisionair, sehingga peneliti sangat sedikit terlibat
kontak dengan subjek penelitian. Peneliti bisa jadi tidak kenal dengan
responden dan sebaliknya. Penelitian kuantitatif disini memiliki
kelebihan dalam hal pencarian data dengan tingkat objektifitas yang
tinggi.
c. Hubungan Antar Variabel
Seringkali dalam penelitian kualitatif, hubungan antar variabel
bersifat holistik, atau interaktif, saling mempengaruhi.
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif, hubungan antar variabel
bersifat kausal (sebab-akibat).
d. Peranan Nilai
Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sering
menimbulkan tingkat interaksi yang intensif antara peneliti dengan
responden. Dalam suatu interaksi antar manusia tentu latar belakang,
pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi akan
berbeda-beda. Sehingga dalam pengumpulan data dan analisis,
bahkan dalam pembuatan laporan masih akan terikat oleh nilai yang
dianut masing-masing.
Berbeda dengan penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif lebih
minim kontak karena peneliti ingin mengutamakan independensi
penelitian. Sehingga penelitian kuantitatif biasanya terbebas dari
nilai-nilai subjektif yang dianut, baik dari peneliti maupaun
responden.
2. Perbedaan Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif berdasarkan Karakteristik
Penelitian
Perbedaan karakteristik penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai
berikut :
a. Penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang alamiah. Alamiah
yang dimaksudkan adalah tidak adanya seting dan perlakuan
(treatment) terhadap objek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif
berpegang pada falsafah naturalism fenomenalogis.
b. Sedangkan, dalam peneltian kuantitatif dapat dilaksanakan dengan
setting alamiah seperti dalam penelitian survei, maupun dengan
perlakuan (treatment) dalam penelitian eksperimen. Penelitian
kuantatif berpegang pada falsafah positivisme.
c. Penelitian kualitatif cenderung merupakan bentuk penelitian
deskriptif. Deskriptif berarti hanya melukiskan dan menjelaskan
sebuah fenomena yang ada. Data dalam penelitian kualitatif sering
berbentuk gambar, simbol simbol, dan narasi (kata-kata), sehingga
sering tidak membutuhkan perhitungan angka-angka untuk
mengambil sebuah kesimpulan penelitian.
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif bisa terjadi penelitian
diskriptif, korelatif, komparatif, maupun asosiatif.
d. Fokus penelitian kualitatif lebih berorientasi ke prosesnya, dari pada
hasil. Sebaliknya, penelitian kuantitatif berorientasi pada hasil,
“Untuk menjawab atau menolak hipotesis.”
e. Penelitian kualitatif dapat menggali suatu fenomena secara lebih
dalam hingga ke tingkat makna-makna. Sedangkan penelitian
kuantitatif digunakan untuk menguji kebenaran fenomena dengan
mengukur atau menghitung variabel.
Jika penelitian kuantitatif menunjukan data seringnya mahasiswa
pecinta alam mendaki puncak gunung. Pada penelitian kualitatif lebih
jauh dari itu, penelitian kualitatif melihatnya sampai pada tahap
“kenapa,” apa motivasi yang mendasari kegiatan itu dan lain
sebagainya.
f. Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif. Hal ini
berarti, peneliti tidak mengetahui gambaran fenomena (atau masih
samar), bisa juga peneliti belum memiliki suatu dugaan sebelum
peneltian dilakukan dan diperoleh data jenuh untuk ditarik
kesimpulan.
Sedangkan penelitian kuantitatif biasanya menganut paradigma
deduktif. Berarti peneliti telah memiliki suatu dugaan atau kesimpulan
sementara (hipotesis) yang diperoleh dari kajian literatur, fenomena-
fenomena yang telah terjadi, maupun dari hasil-hasil penelitian
sebelumnya. Jadi, peneliti hanya ingin menguji apakah hal yang ia
duga (hipotesis) itu benar atau tidak.
3. Perbedaan Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif pada Proses Penelitian
Masing-masing metode penelitian memiliki ciri, peran, dan fungsi
tersendiri dalam mengungkap sebuah fenomena atau rumusan masalah
penelitian. Untuk memperjelas, perbedaan paling mendasar dari kedua
penelitian ini terletak pada alur teori dan datanya yang dijelaskan sebagai
berikut :
a. Penelitian kantitatif bermula dari teori kemudian dibuktikan di
lapangan (hasil data lapangan) sedangan penelitian kualitatif berlaku
sebaliknya. Penelitian kuantitatif memiliki keunggulan dalam
memberikan interprestasi data yang akurat dan terukur, serta mudah
dipahami. Karena penelitian kuantitatif bermula dari data berupa
angka, proses analisis maupun penarikan kesimpulan dilakukan
berdasarakan hasil perhitungan dan pengukuran, dengan kriteria dan
aturan statistika yang berlaku universal. Contoh jika peelitian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel “X” ke “Y”, pasti akan
didapat data “pengaruh” berupa angka 0% sampai dengan 100%.
b. Penelitian kualitatif berangkat dari data lapangan, menggunakan teori
yang sudah ada sebagai pendukung, kemudian hasilnya akan
memunculkan teori baru dari data tersebut. Penelitian kualitatif
memiliki keunggulan dalam menginterprestasikan makna-makna
yang jauh lebih dalam dari sebuah fenomena atau data empiris di
lapangan. Penelitian kualitatif memiliki spesialis tersendiri, seringkali
makna-makna dan nilai filosofis dari suatu fenomena budaya sulit
diungkap dengan menggunakan metode riset kuantitatif. Namun
dengan riset kualitatif, keterbatasan tersebut dapat diatasi.
Penggunaan Metode Penelitian Kuantitatif dalam
Penelitian Pariwisata
Pariwisata merupakan ilmu terapan, sehingga pada praktiknya ilmu
merupakan kombinasi dari ilmu sosial budaya, ilmu alam, atapun ilmu-ilmu teknik,
sehingga kasus-kasus dalam pengelolaan pariwisata seringkali tidak bisa
diselesaikan hanya dengan satu disiplin ilmu saja, melainkan butuh kombinasi
berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) untuk menyelesaikanya. Begitu juga
pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut.
Pada kasus tertentu dalam bidang pariwisata perlu dikaji dengan pendekatan
ilmu alam dan ilmu teknik. Misalnya dalam menguji kelayakan lahan untuk
bangunan atau wahana pariwisata, maka dalam kasus ini, tehnik sipil akan sangat
perlu digunakan. Kasus berbeda saat akan merumuskan daya tarik wisata budaya,
seringkali kita harus mengatahui terlebih dahulu nilai-nilai sosial budaya lokal yang
ada agar diperoleh rumusan daya tarik wisata budaya yang layak dan pro terhadap
nilai-nilai lokal yang ada. Pada kasus kedua, pendekatan ilmu sosial-budaya dengan
metode penelitian kualitatif akan lebih berguna. Tetapi dalam pemecahan kegiatan
pariwisata lainya, seringkali lebih diperlukan pendekatan secara manajerial,
keputusan-keputusan berdasarkan data yang akurat dan terukur, sehingga perlu
sekali penelitian-penelitian yang dilakukan dengan pendekatan atau metode
penelitian kuantitatif.
Kaitanya dengan riset pariwisata, pemilihan metode kualitatif dan kuantitatif
tidak perlu dipertentangkan. Akan tetapi, ilmu pariwisata sebagai multidisiplin ilmu
disertai berbagai macam kasusnya yang cukup kompleks tetap saja memunculkan
sebuah pertanyaan, “Kapan dan dalam kondisi bagaimana penelitian kuantitatif
dapat dipilih dan digunakan?”
Sugiyono (2009) memberikan saran yang cukup lengkap dalam memilih
metodologi kuantitatif untuk penelitian, diantaranya :
1. Metode penelitian kuantitataif dapat dipilih jika masalah yang menjadi titik
tolak riset sudah cukup jelas. Masalah adalah suatu gap, gap adalah
penyimpangan yang terjadi dash sein dan dash sollen. Bentuk-bentuk
penyimpangan antara dapat berupa : kesejangan atau penyimpangan antara
teori dan kenyataan (praktik) yang terjadi di lapangan, kesenjangan antara
aturan yang seharusnya dengan pelaksanaan, adanya penyipangan antara
rencana dengan pelaksanaan.
2. Peneltian kuantitatif dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas
(tetapi bisa jadi tidak membutuhkan kedalaman). Namun jika populasi terlalu
luas dapat menggunakan metode sampling, sample yang diambil adalah
sebagian dari populasi tersebut.
3. Penelitian kuantitatif dapat dipilih jika peneliti akan mengadakan suatu
perlakuan (treatment). Biasanya dilakukan pada bentuk penelitin eksperimen,
misalnya peneliti ingin membandingkan kinerja guiding kepada dua kelompok
guide di Candi Prambanan. Yang satu kelompok diberikan pelatihan tertentu
(kelompok treatment) dan satu kelompok lain tidak diberikan pelatihan
sebelumnya (kelompok kontrol). Kemudian kedua kelompok sama-sama diuji
untuk guiding kepada tamu yang sama, kemudian data yang telah diperoleh
dibandingkan, apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang
telah dilatih dan yang tidak.
4. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika peneliti memiliki sebuah
hipotesis, baik hipotesis deskriptif, komparatif, maupun asosiatif yang akan
diujikan melalui sebuah penelitian.
5. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan bila peneliti ingin memperoleh
data yang akurat berdasarkan fenomena empiris yang dapat dihitung dan
diukur.
6. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika menemui keragu-raguan
terhedap kebenaran suatu teori, pengetahuan, atau produk tertentu. misalnya
dalam ilmu pariwisata disebutkan bahwa daya tarik wisata merupakan faktor
yang menentukan kepuasan wisatawan terhadap suatu destinasi. Maka
penelitian dengan menguji pengaruh daya tarik wisata terhadap kepuasan dapat
dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF
Pokok Bahasan
1. Metode penelitian kuantitatif
2. Perumusan masalah penelitian dalam bidang pariwisata
3. Variabel penelitian
4. Paradigma penelitian
5. Data dalam penelitian kuantitatif
6. Skala
Tujuan Pembelajaran
Materi pada bab mengajak pembaca untuk dapat
1. Mememahami secara lebih dalam tentang apa itu penelitian kuantitatif,
beserta bagaimana aplikasinya dalam penellitian pariwisata.
2. Pembaca mengetahui dan mampu membuat berbagai bentuk rumusan
masalah untuk penelitian kuantitatif
3. Pembaca memiliki pengetahuan medalam tentang macam-macam variabel
beserta peran dan kedudukanya dalam riset dan bagaimana menetapkan
variabel penelitian
4. Pembaca memahami berbagai bentuk paradigma penelitian dan memiliki
kemampuan untuk menentukan dan membuat paradigma penelitianya
sendiri
5. Pembaca memahami berbagai jenis data yang digunakan dalam analisis
kuantitatif
6. Pembaca mengetahui dan memahami berbagai jenis skala yang digunakan
penelitian kuantitatif serta memiliki kemampuan membuat instrumen guna
mencari data-data dalam penelitian kuantitatif
Metode Penelitian Kuantitatif
Setiap kegiatan penelitian selalu berangkat dari masalah. Namun ada sedikit
perbedan karakteristik masalah yang diangkat baik itu dalam penelitian kuantitatif
maupun kualitatif. Masalah dalam penelitian kuantitatif sudah harus benar-benar
jelas sebelum penelitian dilakasanakan, karena penelitian kuantitatif menganut
paradigma deduktif (pembuktian). Sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneltian
sudah dapat dilaksanakan walaupun masalah yang diangkat masih belum begitu
jelas atau masih nampak samar-samar.
Proses perumusan masalah penelitian diawali dengan identifikasi masalah.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengkaji fenomena dilapangan atau
perkembangan kasus tertentu, kajian literatur, atau dari penelititan-penelitian
terdahulu. Setelah diidentifikasi, dan dibatasi, masalah tersebut dapat dirumuskan
umumnya di tegaskan dengan kalimat tanya atau dapat juga sebuah pernyataan.
Contoh rumusan masalah : Dengan Kalimat tanya “Apakah ada perbedaan kinerja
yang cukup signifikan antara karyawan front ofice laki-laki dan perempuan?”
Rumusan masalah juga dapat dibuat pernyataan seperti berikut “Ada perbedaan
kinerja yang cukup signifikan antara karyawan front ofice laki-laki dan
perempuan.”
Berdasarkan rumusan masalah seperti contoh diatas, kemudian peneliti dapat
menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya. Jika rumusan masalahnya
“Apakah ada perbedaan kinerja yang cukup signifikan antara karyawan front ofice
laki-laki dan perempuan?” Maka setidaknya kajian teori yang dilakukan meliputi :
teori gender, teori kinerja, front ofice, hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan, dan lain sebagainya.
Teori dalam penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang baru saja di tetapkan seperti diatas. Jawaban terhadap rumusan
masalah yang digali dari sebuah teori adalah sebuah kesimpulan sementara
(hipotesis). Maka hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2011).
Tugas peneliti selanjutnya, setelah menetapkan hipotesis adalah mengujinya,
atau membuktikan kebenaranya secara empiris. Untuk kepentingan pengujian
hipotesis tersebut, maka peneliti harus melakukan pengumpulan data lapangan
(empiris) di suatu wilayah atau populasi. Jika populasi terlalu luas, maka
mempertimbangkan waktu, dana, dan upaya, peneliti dapat melakukan sampling
(mengambil sebagian data dari populasi). Tentu pengambilan sampel harus
representatif jika peneliti ingin mengambil suatu generalisasi dari hasil penelitian.
Sesuai namanya, meneliti adalah kegiatan mencari data yang harus dilakukan
dengan teliti atau akurat. Ketelitian dan kesahihan data dapat diusahkan dengan
meningkatkan kualitas instrumen (alat pencarian datanya). Oleh karena itu, sebelum
melakukan pencarian data, peneliti wajib menguji kehandalan instrumenya, dalam
penelitian kuantitatif instrumen utamanya adalah kiesionair atau angket. Uji
kehandal instrumen dapat dilakukan dengan melakuan uji validitas dan
reabilitasnya. Hanya intrumen yang telah teruji kehandalanya yang dapat digunakan
untuk mengukur variabel.
Data yang telah terkumpul kemudian dapat diolah dan dianalisis. Dalam
penelitian kuantitatif, analisi dapat menggunakan metode-metode statistika yang
dapat disesuaikan dengan jenis rumusan masalah dan hipotesisnya. Metode statistik
yang dapat digunakan diantaranya statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik inferensial masih dapat dibagi kedalam dua golongan, yaitu statistik
inferensial parametrik dan non parametrik. Apapun metode statistiknya, langkah
analisis ditujukan untuk menjawab hipotesis.
Data hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk, bagan, grafik, atau bisa juga
bentuk tabel. Dipilih yang paling mudah untuk kepentingan interprestasi data
dengan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam.
Setelah pembahasan dilakukan, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan
penarikan kesimpulan. Banyaknya kesimpulan menyesuaikan jumlah rumusan
masalah yang diajukan. Jika rumusan masalahnya “Apakah pengaruh gaji terhadap
kinerja pegawai hotel?” Maka akan melahirkan setidaknya 3 kesimpulan, yaitu 2
kesimpulan diskriptif (diskripsi tentang gaji dan pegawai) dan 1 kesimpulan
asisiatif (apakah menerima atau menolak hipotesis penelitian).
Setelah penarikan kesimpulan dilakukan, pada penelitian aplikatif dapat
diteruskan dengan memberi rekomendasi-rekomendasi manajerial yang kongrit
mengacu pada kesimpulan atau hasil penelitian. Rekomendasi yang dimaksud
adalah langkah-langkah mengatasi masalah secara manajerial. Secara lengkap,
proses penelitian kuantitatif digambarakan dalam bagan berikut :
1. Paradigma sederhana
Jika digambarkan, paradigma sederhana gambarnya sebagai berikut :
4. Paradigma jalur
Penelitian dengan paradigma jalur ditujukan untuk menguji pengaruh
variabel, dengan satu atau lebih variabel independent (X) terhadap variabel
dependent (Z), melalui variabel intervening (Y). Sebagai contoh adalah
paradigma jalur berikut :
Gambar Paradigma Jalur
Sumber: (Hermawan, 2017)
Berdasarkan paradigma diatas setidaknya akan menghasilkan lima rumusan
masalah deskriptif, tujuh rumusan masalah asosiatif dan dua rumusan
masalah asosiatif secara simultan.
Rumusan masalah deskriptif :
d. Bagaimanakah kualitas daya tarik wisata di destinasi wisata ...?
e. Bagaimanakah kualitas sarana wisata di destinasi wisata ...?
f. Bagaimanakah upaya keselamatan di destinasi wisata ...?
g. Bagaimanakah tingkat kepuasan wisatawan di destinasi wisata ...?
h. Bagaimanakah loyalitas wisatawan di destinasi wisata ...?
Beberapa peneliti tidak menuliskan rumusan masalah deskriptif dalam
laporanya, akan tetapi dalam pembahasan hasil penelitian deskriptif tetap
dibahas untuk mengetahui gambaran objek penelitian (variabel).
Rumuasan masalah asosiatif secara parsial :
a. Apakah daya tarik wisata berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan?
b. Apakah keselamatan berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan?
c. Apakah sarana wisata berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan?
d. Apakah kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan?
e. apakah daya tarik wisata berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan?
f. Keselamatan berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan?
g. Apakah sarana wisata dengan berpengaruh terhadap loyalitas
wisatawan?
Rumusan masalah asosiatif secara simultan :
a. Apakah pengembangan daya tarik wisata, keselamatan dan sarana
wisata berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan wisatawan ?
b. Apakah daya tarik wisata, keselamatan, sarana wisata, dan kepuasan
berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas wisatawan?
enelitian menggunakan paradigma analisis jalur seperti diatas hendaknya
juga harus menjawab permasalahan tentang variabel independent (X)
manakah yang paling dominan mempengaruhi variabel dependent (Z).
Selain itu juga analisis jalurnya, apakah variabel intervening (Y) memiliki
peran yang signifikan dalam meningkatkan pengaruh variabel independent
(X) terhadap variabel dependent (Z).
Sebenarnya masih sangat banyak lagi variasi dalam paradigma penelitian,
akan tetapi dalam buku ini hanya dicontohkan sedikit saja. Untuk mengetahui dan
mengembangkan paradigma peneltian, dapat melihat hasil-hasil peneltian para
peneliti terdahulu yang banyak tersedia di situs-situs penyedia jurnal akademik
online seperti: www.schoolar.google.co.id, www.doaj.org, www.academia.edu,
www.researchgate.net, www.csa.com, www.apa.org,
www.isiwebofknowledge.com, http://proquest.com, www.indexcopernicus.com,
serta masih banyak lagi situs-situs penyedia jurnal akademik bagus lainya yang
dapat digunakan sebagai rujukan dalam mencari pustaka penelitian.
Tidak lupa juga, pembaca dapat melengkapi kajian pustaka dengan mencari
buku-buku online (ebook) yang dapat di download di situs www.pdfdrive.net. Situs
terakhir www.pdfdrive.net menyediakan ribuan ebook dari berbagai disiplin ilmu
yang dapat di download secara gratis. Kemudian, sebagai tambahan wawasan
tentang pariwisata, situs www.indonesiacultureandtourism.com dikembangkan
penulis untuk dapat melengkapi khasanah penelitian dengan berita dan kasus-kasus
pariwisata terbaru yang ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan up to date.
Data dalam Penelitian Kuantitatif
Setiap bentuk peneltian data menjadi kunci dalam memecahkan masalah.
Tanpa sebuah data persoalan penelitian menjadi tidak berarti, karena hasil
penelitian menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya (Santoso,
2016).
Sangat banyak jenis data yang dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif,
yang diiliustrasikan seperti pada gambar berikut :
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa ketegori data paling awal terbagi
menjadi dua macam data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitataif merupakan data yang tidak dapat diukur dengan skala
numerik, contohnya : data berupa gambar-gambar, simbol, bahasa tubuh, kode-
kode, kata atau kalimat dan lain sebagainya. Meskipun bukan berupa data numerik,
data kualitatif dapat digunakan untuk analsiis dalam penelitian kuantitatif.
Sebelumnya data kualitatif harus dirubah menjadi bentuk numerik
(dikuantitatifkan), misalnya data kualiatatif tingkat persetujuan : Sangat setuju (SS),
setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) dapat
dibahasakan dalam angka menggunakan skala likert menjadi Sangat setuju (SS)
menjadi angka 5, setuju (S) menjadi angka 4, netral (N) menjadi angka 3, tidak
setuju (TS) menjadi angka 2 dan sangat tidak setuju (STS) menjadi angka 1.
Data kuantitatif merupakan jenis data berbentuk numerik hasil perhitungan
atau membilang (data diskrit) atau data dari hasil pengukuran terhadap variabel
penelitian (data kontinum). Data kuantitatif juga dapat berupa hasil kuantitatifikasi
data yang sebelumnya berupa data-data kualitatif, seperti telah dicontohkan dalam
paragraf sebelumnya. Secara lebih rinci dijelaskan jenis-jenis data kuantitatif
seperti berikut:
1. Data diskrit, adalah jenis data yang juga sering disebut data nominal. Data
diskrit merupakan data berupa angka-angka hasil dari menghitung,
mencacah, atau membilang. Misalnya jumlah wisatawan laki-laki dan
perempuan, jumlah komputer dan meja kerja di kantor dinas dan lain
sebagainya. Data diskrit atau nomminal juga dinyatakan dalam bentuk
kategori.
2. Data kontinum, adalah jenis data kuantitatif yang berasal dari hasil
mengukur suatu gejala, misalnya suhu, jarak, berat dan lain sebagainya.
Selanjutnya data kontinum masih dapat dipecah lagi kedalam 3 kategori
yaitu data ordinal, data interval dan data rasio.
a. Data ordinal, adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kategori
namun posisi data tidak sama derajatnya. Data ordinal berasal dari
proses perangkingan suatu kategori. Sebagai contoh misalnya peringkat
kesukaan musik pengunjung Kafe Amanda dan Kafe Tiga Ceret sebagai
berikut:
Tabel 1
Contoh Bentuk, dan Penggunaan Skala Ordinal
Kafe Amanda Kafe Tiga Ceret
Jenis musik Peringkat Jenis musik Peringkat
kesukaan kesukaan
Pop 1 Pop 3
Jaz 2 Jaz 5
Rock 3 Rock 4
Campursari 4 Campursari 1
Dangdut 5 Dangdut 2
Pokok Bahasan
1. Pengertian teori
2. Tingkatan dan fokus teori
3. Kegunaan teori dalam penelitian
4. Kerangka berfikir
5. Hipotesis
Tujuan Pembelajaran
Pembaca memahami apa itu teori, tingkatan teori dan fokus teori. Mampu
menyusun sebuah kerangka pemikiran riset, serta mampu menentukan hipotesis
peneltian.
Pengertian Teori
Kerlinger (1981) mendefinisikan teori sebagai seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat digunakan
untuk menjelaskan dan meramal fenomena. “Theory is a set of interrelated
construct (conscepts), definitions, and proposition that present a systematic view
phenomena by specifying relations amog variables, with purpose of explaining and
predicting the phenomena.”
Teori adalah generalisasi, atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan
untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (Wiliam, 1986).
Sugiyono (2011) dalam bukunya yang berjudul metode penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan R&D menjelaskan teori dalam tiga sudut pandang, yaitu :
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukum hukum tersebut biasanya bersifat hubungan deduktif.
Menunjukan variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramalkan.
2. Suatu teori dapat juga berupa suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang
tertentu.
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerankan yang
menggeneralisasi, terdapat hubungan yang fungsional antara data dan
pendapat teoritis.
Sedangkan Hoy & Miskel (2001) mengemukakan beberapa fungsi teori
sebagai berikut :
1. Sebagai konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis
2. Sebagai pengungkap, penjelas, dan untuk meprediksi perilaku yang
memiliki keteraturan
3. Sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan
Setiap penelitian yang dikerjakan selalu menggunakan teori (Neuman, 2003),
kemudian setiap teori harus dapat diuji kebenaranya, oleh kerana itu riset dan teori
adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Rumusan teori dalam penelitian kuantitatif
lebih banyak mengandalkan berbagai sumber yang sudah memaparkan berbagai
teori keilmuan. Menurut Santosa (2017), ada tiga hal pokok yang diungkap dalam
definisi teori, yaitu :
1. Elemen teori terdiri atas konstruk, konsep, definisi dan proposisi
2. Elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena
melalui penentuan atas variabel
3. Tujuan teori untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi.
Mencari dan menyusun teori merupakan hal yang harus segera dilaksanakan
setelah peneltiti selesai menemukan rumusan masalah dalam proyek penelitianya.
Teori-teori yang digunkan adalah teori-teori yang relevan dengan tema dan
rumusan masalah penelitian, jika temanya adalah “Pengaruh pelayanan terhadap
kepuasan pelanggan di Restoran Murah Meriah” setidaknya teori yang digunakan
adalah teori tentang pelayanan prima, kepuasan, dan penjelasan umum tentang
restoran, serta didukung dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan
dengan judul penelitian tersebut, baik hasil riset yang positif, maupun negatif riset
untuk mendukung perumusan kerangka pemkiran dan juga digunakan sebagai dalih
dalam pembahasan yang akan mendukung hasil peneltian.
Landasan teori perlu ditegakan agar penelitian yang dilakukan mempunyai
dasar yang kokoh, bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and eror). Landasan
teoritis juga berfungsi sebagai ciri bahwa suatu peneltian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2011).
Konsep, Konstruk, dan Definisi Operasional
Konsep pada dasaranya merupakan objek penelititan, kejadian atau atribut
yang sifatnya masih sangat umum (abkstrak). Sebuah konsep atau kepustakaan
yang dipilih hendaknya mengacu pada problematika dan tujuan penelitian. Hal ini
dimaksudkan agar dalam perumusan hipotesis nantinya tidak keliru. Konsep yang
dipilih juga harus memiliki relevansi dengan definisi-definisi operasional yang
terdapat dalam judul penelitian. Konsep dalam penelitian memiliki peran penting
diantaranya : 1) Konsep membantu mempermudah dan memperjelas perumusan
hipotesis; dan 2) konsep mempermudah pembentukan variabel penelitian. Jika
penelitian ditujukan untuk menguji “Pengaruh pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan di restoran Murah Meriah,” maka agar rumusan masalah mudah
dimengerti dan tidak ambigu, maka sebelum mengajukan sebuah hipotesis perlu
dikaji kejelasan terhadap istilah-istilah yang ingin diuji, apakah yang dimaksud
dengan pelayanan, apa yang dimaksud kepuasan? Pertanyaan pertanyaan tersebut
berkaitan dengan konsep dan konstruk dalam penelitian.
Konstruk merupakan abstraksi yang lebih jelas daripada sebuah konsep.
Kontruk adalah konsep yang telah memiliki makna tambahan. Sebagai contoh,
misal “kepuasan konsumen,” kepuasan konsumen dijelaskan (diabstraksikan)
sebagai perasaan psikologis seseorang atau sekelompok orang sebagai pembeli atau
sekelompok pembeli yang menikmati produk atau jasa tertentu. dimensi seseorang
atau sekelompok orang terhadap pelayanan, rasa, harga dan lain sebagainya.
Kesimpulanya, konstruk yang baik adalah konstruk yang mampu menemukan atau
mencerminkan variabel penelitian. Variabel penelitian sendiri juga dapat dimaknai
sebagai sebuah konstruk yang diukur dengan berbagai macam nilai, sehingga
mampu memberikan gambaran yang lebih nyata terhadap sebuah atau beberapa
fenomena dalam penelitian.
Definisi operasional merupakan sebuah konstruk yang diubah menjadi
sebuah variabel yang lebih jelas, memiliki kejelasan ukuran, dan indikatornya.
Contoh, kepuasan konsumen terhadap produk jasa. Puas terhadap pelayanan
tercermin (indikator) dari ketepatan waktu, ketepatan ukuran, ketepatan
penampilan. Contoh lain pada definisi operasional loyalitas, loyalitas tercermin
dari (indikatornya) keseringan atau frekuensi beli, tingkat frekuensi
merekomendasikan kepada orang lain. Dengan kata lain, definisi operassional
merupakan variabel yang sudah dapat teramati (observed variable).
Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Dalam penelitian kuantitiatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai
dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi dalam menyusun
instrumen penelitian (Sugiyono, 2011).
Teori yang digunakan dalam sebuah riset kuantitatif memiliki beberapa
fungsi. Fungsi teori yang pertama adalah untuk memperjelas dan memepertajam
ruang lingkup atau konstruk variabel yang akan diteliti. Berikut merupakan contoh
penyususnan konstruk dari variabel penelitian yaitu “daya tarik wisata” sebagai
berikut.
“Pengelolaan keselamatan wisata akan selalu terkait dengan upaya-upaya
meminalkan risiko dan kecelakaan. Risiko didefinisikan sebagai sumber-sumber
yang mengandung unsur perusak yang potensial bagi wisatawan, operator atau
destinasi, dan komunitas. Elemen-elemen risiko dilihat dari siapa atau apa yang
terkena dampak, atau apa yang mengalami kerugian dari setiap keadaan yang
mengandung bahaya. Elemen-elemen tersebut termasuk : manusia, lingkungan,
fasilitas, infrastruktur, sarana umum, dan ekonomi (AICST, 2006). Risiko secara
umum adalah segala sesuatu yang dapat terjadi pada diri manusia yang tidak
diharapkan muncul. Semua kegiatan manusia pada dasarnya akan memiliki risiko
meskipun kegiatan tersebut bertujuan untuk mencapai kesenangan saja (Yudistira
& Susanto, 2012). Sedangkan kecelakaan didefinisikan sebagai kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan cidera, kematian, kerugian, dan kerusakan
pada property. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi simultan dari faktor
manusia, faktor lingkungan, dan faktor alam sendiri (AICST, 2006). Dalam
Guidelines for safe recreational water (2003) disebutkan bahwa pencegahan resiko
kecelakaan dapat dilakukan dengan peningkatan keselamatan. Peningkatan
keselamatan tersebut dapat diintervensi dengan 5 pendekatan yaitu : 1. Pekerjaan/
perekayasaan (engineering); 2.Memperkuat (enforment); 3. Pendidikan
(education); 4. Tindakan untuk memberanikan (encouragement); dan 5. Kesiapan
bahaya (emergency preparadness). Pengelola destinasi wisata yang mengandung
risiko tinggi wajib memperhatikan keselamatan pengunjung dengan perencanaan
dan pengendalian risiko, seperti diamanahkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 10 Tahun, 2009 Pasal 26. Desa Wisata Nglanggeran merupakan desa
wisata yang mengadalkan wisata alam Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran
serta aktifitas petualangan pendakian sebagai daya tarik wisata utamanya.
Petualangan merupakan kegiatan yang sengaja mencari risiko dan ketidakpastian
hasil. Dalam wisata petualangan komersial, risiko dan ketidakpastian harus
dikelola erat jika tidak dapat dihilangkan (Ewert dkk dalam Entwistle, 1923).”
Penggalan artikel diatas menunjukan adanya fungsi teori yang pertama, yaitu
untuk memperjelas dan memepertajam ruang lingkup atau konstruk variabel
yang akan diteliti.
Fungsi kedua dari teori berguna untuk prediksi dan membantu peneliti
menemukan fakta, merumuskan hipotesis, dan menyusun instrumen peneltian.
Perhatikan contoh berupa kaitan teori dan hipotesis riset berikut
“Hasil dari penelitian terdahulu menunjukan bahwa daya tarik wisata terbukti
secara empiris sebagai faktor yang menentukan kepuasan wisatawan terhadap
sebuah destinasi (Naidoo dkk., 2011; Adom, Jussem, Pudun, & Azizan, 2012;
Basiya & Rozak, 2012; Soebiyantoro, 2009; dan Darsono, 2015). Berdasarkan
hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam peneltian ini adalah : (1)
Ha: Daya tarik wisata berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan.”
Penggalan paragraf dalam riset seperti diatas menunjukan pola keterkaitan antara
teori-teori ahli dengan perumusan sebuah hipotesis penelitian. Penggalan hasil riset
diatas sekaligus menunjukan fungsi teori sebagai alat prediksi, membantu peneliti
menemukan fakta, serta merumuskan hipotesis penelitian (Ha).
Fungsi teori yang ketiga adalah untuk membahas hasil peneltian, mendukung
hasil analisis penelitian, dan memecahkan masalah. Lihatlah contoh penggalan
artikel dari pembahasan hasil peneltian dengan rumusan masalah “Pengaruh daya
tarik wisata terhadap kepuasan wisatawan” berikut :
“Daya tarik wisata terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
wisatawan di Gunung Api Purba Nglanggeran. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel
5 nilai P value 0.000, jauh lebih kecil dari nilai alpha 0.05 pada taraf kepercayaan
95%. Hasil penelitian ini mendukung penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh
Naidoo dkk (2011) yang menemukan bahwa daya tarik wisata berbasis alam
berkontribusi dalam mempengaruhi kepuasan. Demikian juga dengan penelitian
lain yang menyatakan bahwa daya tarik wisata berkontribusi positif dalam
mempengaruhi kepuasan berwisata (Lesmana & Brahmanto, 2016; Rajesh, 2013;
Naidoo dkk., 2011; Adom et al., 2012; Basiya & Rozak, 2012; dan Darsono,
2015).”
6. Sintesa kesimpulan
Setelah melakukan tahap analsis komparatif peneliti selanjutnya
melakukan sintesa kesimpulan. Sintesa kesimpulan merupakan proses
analisis terhadap teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan
dengan variabel yang sedang diteliti. Selanjutnya perpaduan sintesa
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain akan mengasilkan
kerangka berfikir yang selanjutnya dapa digunakan untuk merumuskan
hipotesis.
7. Kerangka berfikir
Kerangka pemikiran meupakan hasil dari sintesa antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain, setidaknya sintesa dari dua variabel atau lebih
yang kemudian disusun menjadi sebuah kerangka berfikir yang dapat
memiliki pola asosiatif (hubungan atau pengaruh) dan juga komparatif
(perbandingan variabel atau lebih).
Sekaran (1984) memberikan gambaran tentang sebuah kerangka berfikir
yang baik. Kerangka berfikir yang baik setidaknya memuat hal-hal
berikut:
a. Kerangka berfikir yang baik harus menjelaskan variabel-variabel
yang diteliti, termasuk peran variabel peneltiian sebagai variabel
independent atau dependent dalam penelitian kausal.
b. Diskusi kerangka berfikir harus menjelaskan pertautan hubungan
antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
c. Diskusi kerangka berfikir harus dapat menunjukan apakah hubungan
antar variabel yang diteliti itu positif atau negatif, berbentuk simetris,
kausal atau interaktif.
d. Kerangka berfikir dapat dinyatakan, atau dikuatkan dalam bentuk
diagram atau gambar (paradigma penelitian), sehingga pembaca atau
pihak lain bisa lebih mudah memahami.
Untuk lebih mudah memahami alur dalam menyususn kerangka berfikir,
maka penulis memberikan contoh dari penggelan salah satu riset sebagai
berikut.
“Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, daya tarik wisata terbukti
memiliki pengaruh dalam membentuk kepuasan wisatawan di destinasi
wisata (Naidoo dkk., 2011; Adom, Jussem, Pudun, & Azizan, 2012;
Basiya & Rozak, 2012; Soebiyantoro, 2009; dan Darsono, 2015).
Berdasarkan hasil-hasil dari penelitian terdahulu, maka dalam penelitian
ini dikembangkan sebuah paradigma unntuk menguji sejauh mana daya
tarik wisata sebagai variabel independent berpengaruh dalam menentukan
variabel dependent yaitu kepuasan wisatawan, sehingga paradigma
penelitian digambarkan sebagai berikut :”
Gamabar Alur Pemikiran Dalam Riset (Paradigma) yang Dibangun Berdasarkan Hasil
Kajian Teoritis atau Kepustakaan
8. Menyusun hipotesis
Hipotesis penelitian disusun setelah proses penyusunan kerangka berfikir
selesai. Hipotesis hanya dapat disusun jika gambaran kerangka berfikir
sudah mampu menunjukan kecenderungan pola, baik itu pola asosiatif
(hubungan atau pengaruh), maupun pola komparatif (perbandingan
variabel atau lebih). Contoh, melalui kerangka berfikir yang disusun
berdasarkan fenomena di lapangan, teori, dan riset-riset terdahulu
diketahui kecenderungan pola bahwa jika kualitas daya tarik wisata
semakin ditingkatkan maka kepuasan wisatawan semakin meningkat.
Bedasarkan pola itu, peneliti dapat mengajukan sebuah hipotesis alternatif
(Ha), yaitu : “Ada pengaruh kualitas daya tarik wisata terhadap
kepuasan wisatawan di destinasi wisata.”
Hipotesis Penelitian
Secara asal bahasa, kata hipotesis berasal dari gabungan dua kata, yaitu hypo
(sementara atau dibawah) dan thesa (dugaan atau kebenaran). Kedua kata gabungan
atau hypothesa tersebut melahiran arti baru yang bermakna dugaan sementara.
Hipotesis dalam suatu riset sering ditegaskan dengan sebuah kalimat
pernyataan (statement) yang mendukung atau menolak hasil penelitian atau
permasalahan yang sebelumnya telah dirumuskan. Hipotesis memiliki
kemungkinan pembenaran, artinya hypothesa atau hipotesis dapat berubah menjadi
thesa yaitu kebenaran, atau antithesa tidak benar.
Oleh karena itu dalam dunia riset terdapat dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis
alternatif atau hipotesis kerja yang sering disebut Ha, dan hipotesis nol yang sering
disebut Ho.
Hipotesis alternatif (Ha) dalam riset sering ditegaskan dengan statement
atau kalimat positif yang menyatakan adanya hubungan atau perbedaan dari dua
variabel atau lebih. Berikut beberapa contoh rumusan hipotesis alternatif yang
ditegaskan dengan statement atau kalimat posistif:
1. Ada pengaruh kualitas daya tarik wisata terhadap kepuasan wisatawan di
destinasi wisata (Ha)
2. Ada perbedaan berat badan yang signifikan antara anak yang sering
minum susu dan anak yang tidak pernah minum susu (Ha)
Hipotesis nol (Ho) dalam riset sering ditegaskan dengan statement atau
kalimat negatif yang menyatakan tidak adanya hubungan atau tidak ada perbedaan
dari dua variabel atau lebih. Berikut beberapa contoh rumusan hipotesis alternatif
yang ditegaskan dengan statement atau kalimat posistif:
1. Tidak ada pengaruh kualitas daya tarik wisata terhadap kepuasan
wisatawan di destinasi wisata (Ho)
2. Tidak ada perbedaan berat badan yang signifikan antara anak yang sering
minum susu dan anak yang tidak pernah minum susu (Ho)
Dalam pengujian hipotesis statistik, hipotesis alternatif (Ha) diterima jika
hasil uji statsitik menunjukan nilai uji probabilitas atau nilai signifikansi dibawah
5% (sig = <0,05) pada taraf kepercayaan 95%. Atau dapat dengan kriteria nilai T
statistik hitung lebih besar dari T tabel (T hitung > T tabel). Sedangkan pada
pendekatan uji hipotesis nol (Ho), Ho diterima jika diterima jika hasil uji statsitik
menunjukan nilai uji probabilitas atau nilai signifikansi lebih besar dari 5% (sig =
>0,05) pada taraf kepercayaan 95%. Atau dapat dengan kriteria nilai T statistik
hitung lebih kecil dari nilai T tabel (T hitung < T tabel).
Hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) merupakan dua buah sisi
yang berbeda, seperti peluang mata uang, satu sisi muncul (sisi gambar) satu lagi
akan tenggelam (sisi angka). Dalam praktiknya ketika hasil penelitian menunjukan
penerimaan hipotesis alternatif (ha) otomatis akan menolak hipotesis nol.
Sebaliknya, ketika hasil penelitian menunjukan penerimaan hipotesis nol (Ho)
otomatis akan menolak hipotesis alternatifnya (Ha).
Dari jenisnya hipotesis dapat dibedakan menjadi tiga jenis hipotesis, beberapa
jenis hipotesis diantaranya :
Pokok Bahasan
1. Populasi
2. Sampel
3. Macam tehnik sampling
4. Menentukan ukuran sampling berdasarkan karakteristik populasi
Tujuan Pembelajaran
Setalah mempelajari bab iv pembaca diharapkan memiliki kompetensi sebagai
berikut :
1. Pembaca memiliki pemahaman mendalam tentang populasi beserta
berbagai karakteristik dan persoalanya dalam riset kepariwisataan
2. Pembaca memiliki pemahaman mendalam tentang sampel penelitian
3. Pembaca mengetahui secara mendalam tentang berbagai macam variasi
teknik sampling
4. Pembaca mampu memilih tehnik sampling yang tepat dalam penelitianya
berdasarkan ukuran dan karakteristik populasi dalam riset kepariwisataan
5. Pembaca mampu menentukan ukuran sampel penelitian dengan
menggunakan berbagai metode penentuan ukuran sampel
Populasi Penelitian
Secara sederhana populasi dapat dimaknai sebagai wilayah generalisasi suatu
penelitian. Wilayah generaliasasi bisa terdiri dari objek atau subjek penelitian, jadi
populasi tidak hanya kumpulan orang-orang (komunitas), tetapi populasi bisa
berupa materi atau benda-benda alam yang lainya. Populasi bukan sekedar jumlah
tetapi juga termasuk seluruh sifat atau karakteristik di dalamnya (Sugiyono, 2011).
Ilustrasi tentang Berbagai Karakteristik Anggota Populasi dalam Penelitian Ilmu Pariwisata
Sumber : www.pixabay.com, diakses 09 Maret 2018
Ilustrasi Sampling
Sumber: Dimas Steyo Nugroho, melalui aplikasi whats app 24 Februari 2018
Berdasarkan contoh diatas, sebanyak 30% (150 orang) yang diambi dari total
500 penduduk, merupakan sampel penelitian. Sedangkan komposisi 90 penduduk
laki-laki dan 60 penduduk perempuan merupakan kompisisi yang dipilih agar
sampel mampu merepresentasikan karakteristik populasinya karena syarat
sampel yang baik untuk digunakan dalam penelitian haruslah sampel yang
representatif. Reprensentatif berarti benar-benar sesuai dengan karakteristik
populasinya sehingga data penelitian yang dihasilkan menjadi valid.
Seringkali dalam riset ilmu alam, sampel materi yang diambil telah
memenuhi kriteria representatif karena materi penyusun objek datau benda-benda
di dunia ini cenderung homogen, meskipun tidak semuanya begitu. Misalnya
sampel penelitian untuk mengetahui kondisi air kolam, penelti cukup diambil
beberapa bagian saja dari air kolam tersebut untuk diteliti, karena air tersebut setiap
mililiternya sudah cenderung homogen. Meneliti kandungan kesuburan tanah di
suatu wilayah juga begitu.
Pendekatan sampling dalam ilmu sosial khususnya pariwisata tentu sangat
berbeda dengan ilmu alam. Karena, pada penelitian pariwisata yang termasuk
rumpun ilmu sosial, subjek yang diamati adalah manusia, makluk hidup yang sangat
kompleks, yang memiliki berbagai macam sifat, kepribadian, dan karakterisik yang
berbeda-beda. Tentu teknik sampel dalam penelitian sosial juga
mempertimbangkan perbedaan karakteristik-karakteristik subjek seperti diatas
untuk mampu memenuhi kriteria representatif.
Macam-Macam Teknik Sampling
Teknik penentuan sampel merupakan cara dalam pengambilan sampel.
Teknik pengambilan sampel terdiri dari berbagai macam variasi yang secara garis
besar akan dibagi menjadi 2 macam gologan yaitu sampling acak (probability
sampling) dan sampling tidak acak (non probability sampling). Berikut merupakan
gambar yang menjelaskan skema dan macam-macam teknik sampling yang sering
digunakan dalam penelitian.
1. Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama terhadap setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel penelitian (Sugiyono, 2011).
Teknik sampel ini meliputi: simpel random sampling, proportionate
stratified random, disproportionate stratified random, dan sampel cluster
random (sampel area).
Teknik ini dapat digunakan dengan syarat bahwa setiap anggota populasi
memiliki hak jawab, wawasan, dan kemampuan memberikan data yang
setara. Sebagai contoh, dalam peneltian yang ditujukan untuk mengukur
kepuasan wisatawan, maka setiap wisatawan memiliki hak yang jawab yang
sama untuk dapat digunkan sebagai sampel.
Teknik ini juga dapat digunakan dengan mempertimbangkan desain
penelitian yang pakai peneliti.
a. Simpel Random Sampling
Simple random adalah cara sampling sederhana, yaitu hanya mengambil
langsung secara acak dari beberapa orang (populasi) untuk menjadi
sampling dengan jumlah yang ditentukan. Penggunaan teknik simple
random sampling dapat dilakukan jika karakteristik populasi homogen
(cenderung sama), atau dapat dilakukan jika perbedaan karakteristik
populasi tidak akan menimbulkan bias pada data penelitian.
Contohnya, dalam suatu populasi terdiri dari 100 orang, yang semuanya
diberikan nomor urut, dari nomor 1 sampai nomor 100. Akan tetapi,
peneliti dapat mengambil sampel misalnya dipilih yang nomornya ganjil
saja, berarti anggota populasi yang berhak diambil sebagai sampel
adalah nomor urut 1,3,5,7,9,11, ... dan seterusnya sampai terakhir nomor
urut 99.
Sampel bisa juga hanya diambil pada kelipatan tertentu saja, misal
diambil kelipatan 3, berarti anggota populasi yang berhak diambil
sebagai sampel adalah nomor urut 3,6,9,12,15,18 dan seterusnya.
b. Sampel Kuota
Sampling kuota digunakan untuk mengambil sampel dari anggota yang
populassi yang memiliki ciri-ciri tertentu atau memiliki kriteria khusus
saja yang dapa digunakan sebagai sampel sampai memenuhi kuota
tertentu.
Misalnya penelitian tentang “Preferensi wisatawan usia lanjut (diatas 60
tahun) dalam memilih destinasi wisata” dan ditentukan bahwa sampel
yang digunakan sebesar 100 wisatawan usia lanjut. Maka sampling
kuota dapat diselesaikan jika peneliti telah mendapatkan sejumlah 100
wisatawan lanjut usia.
c. Sampel Icidential
Sampling icidential adalah cara pengambilan sampel yang diambil
secara kebetulan terhadap siapa saja yang ditemui peneliti di lokasi
penelitian saat pencarian data dilakukan jika dipandang bahwa setiap
orang yang ditemui itu cocok menjadi sampel.
d. Purposive Sampling
Purposive sampling merupakan tehnik penentuan sampel dengan
memilih-milih calon sampel, dengan memandang bahwa seseorang
yang layak dijadikan sampel adalah orang-orang yang telah memiliki
pengetahuan, pengalaman, dan skill yang telah teruji dibidang yang
sedang diteliti.
Dari ilustrasi diatas, terlihat bahwa data “A” merupakan data yang
berkembang seiring dengan semakin banyaknya responden sehingga
data menjadi cukup jenuh untuk ditarik kesimpulan.
Contoh lainya, dalam suatu penelitian peneliti memilih 3 orang sebagai
sampel, tetapi karena dari 3 orang sampel data yang dibutuhkan belum
lengkap, atau mungkin masih variatif, maka peneliti mencari orang
berikutnya, kemudian orang-orang berikutnya lagi hingga data yang
dibutuhkan peneliti cukup lengkap, cukup homogen atau tidak
ditemukan data-data dengan variasi baru, sehingga dapat dikatakan
bahwa data yang diperoleh peneliti sudah jenuh sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan.
Cara Menentukan Ukuran Sampel
Hasil penelitian kuantitatif dapat dikatakan akurat jika 100% mampu
mewakili anggota populasi (Sugiyono, 2011), untuk menghasilkan kondisi yang
demikian maka dibutuhkan partisipasi seluruh (100%) dari anggota populasi
tersebut atau disebut sampel jenuh. Misal jika anggota populasi sebanyak 100.000
orang, untuk menghasilkan hasil penelitian dengan generalisisr yang akurat maka
seluruh anggota populasi (100.000 orang) hendaknya dijadikan sampel semua.
Akan tetapi, metode sampel jenuh atau mengambil seluruh anggota populasi
sebagai sampel seringkali menjadi sangat tidak praktis bagi peneliti, terutama pada
kasus-kasus dengan jumlah anggota populasi yang sangat besar. Dalam penelitian,
seorang peneliti seringkali juga terkendala batasan waktu, tenaga dan biaya yang
tidak banyak, termasuk juga alat analisisnya yang munkin tidak dapat digunakan
untuk sampel yang terlalu besar. Untuk itu, pengambilan jumlah sampel dalam
batas tertentu menjadi alternatif yang sangat bijaksana.
Besarnya jumlah sampel sangat ditentukan oleh tingkat ketelitian dan tingkat
kesalahan yang dinginginkan peneliti sendiri. Prinsipnya, semakin besar sampel
maka ketelitian hasil penelitian akan semakin baik. Sebaliknya, semakin kecil
sampel maka ketelitian hasil penelitian akan lebih buruk. Namun kembali kepada
keterbatasan peneliti, tingkat ketelitian yang dikehendaki seringkali tergantung
pada dana, waktu, dan tenaga yang tersedia.
Oleh karena itu, para ahli telah memberikan beberapa rambu-rambu unutk
menentukan besar sampel yang dapat menjadi pedoman untuk peneliti, dan dapat
dipilih metode penentuan besar sampel yang paling praktis. Berikut panduan
penentuan besar sampel oleh para ahli :
3. Metode Slovin
Rumus Slovin juga dapat digunakan jika besarnya populasi penelitian
sudah diketahui. Slovin mengajukan cara pengambilan sampel dengan
rumus sebagai berikut (Sulaiman & Kusherdyana, 2012) :
=
+( . )
Keterangan :
s = Jumlah sampel
N = Besar populasi
e = Eror, dalam ilmu sosial sering diguakan 5% atau 0,05 dalam bentuk
desimal
Contoh :
Jumlah populasi suatu penelitian pariwisata sebesar 200 orang, peneliti
menghendaki tingkat kepercayaan sebesar 95% peluang kesalahan 5%.
Maka untuk mencari besar sampel dengan rumus Slovin sebagai berikut
:
=
+( , )
S = 133 orang
Dengan rumus slovin ditemukan besar sampel yang sebaiknya diambil
adalah 133 orang.
Pokok Bahasan
1. Macam-macam skala pengukuran
2. Instrumen penelitian
3. Cara menyusun instrumen penelitian
4. Cotoh judul penelitian pariwisata dan instrumen yang digunakan
5. Validitas dan reabilitas instrumen
Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran pada bab vi ini ditujukan agar pembaca memiliki kompetensi
sebagai berikut:
1. Memahami macam-macam skala pengukuran dalam penelitian kuantitatif
dan memiliki kemampuan dalam pengaplikasinya
2. Mampu membuat instrumen penelitian dengan baik dan benar
3. Mampu menghasilkan intrumen penelitian kuantitatif yang baik, yang
telah teruji validitas dan realibilitasnya.
Macam-Macam Skala Pengukuran
Pada bahasan sebelumnya telah dipelajari tentang variabel, indikator beserta
macam-macam data dalam penelitian kuantitatif. Data kuantitatif, selain hasil
penghitungan, dapat juga diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran
terlebih dahulu.
Untuk dapat mengukur data kuantitatif, sebelumnya peneliti harus membuat
instrumen dengan skala ukur yang tepat. Sebelum mampu menghasilkan intrumen
penelitian yang baik, seorang peneliti kuantitatif sebelumnya wajib mengetahui dan
memahami macam-macam jenis skala pengukuran agar istrumen yang dihasilkan
benar-benar merupakan instrumen penelitian yang mampu mengukur apa yang
hendak diukur dan bisa dipercaya (valid), serta memiliki konsistensi (reliabel)
terhadap permasalahan instrumen penelitian (Riduawan, 2005).
Skala pengukuran dimaksudkan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan
diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah
penelitian (Riduawan & Sunarto, 2009). Dalam segi jenis, skala pengukuran dapat
berupa : skala gutman, skala likert, skala diferensial semantik, rating scale, dan
skala thurstone.
Dalam penelitian bidang ilmu pariwisata yang merupakan rumpun ilmu
sosial, tidak jarang penelitian kuantitatif digunakan untuk mengukur hal-hal atau
data-data yang sebenarnya bersifat kualitatif, akan tetapi data kualitatif ini juga
dapat dikuantitatifkan. Misalnya dalam mengukur sikap wisatawan, mengukur
sikap dapat menggunakan skala interval dan rasio. Disebutkan dalam buku karya
Riduawan & Sunarto (2009) bahwa para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala
pengukuran menurut gejala sosialnya, yaitu :
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian.
Termasuk tipe ini adalah : skala sikap, skala moral, test karakter, skala
partisipasi sosial.
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya dan
lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah : skala untuk mengukur status
sosial dan ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
kemasyarakatan, kondisi rumah tangga dan lain sebagainya.
Dari berbagai golongan skala ukur tersebut, dalam buku ini hanya dikemukakan
skala pengukuran untuk mengukur sikap. Skala untuk mengukur sikap dalam
penelitian kuantitatif terdiri dari lima macam, yaitu : 1) Skala Likert, 2) Sakala
Guttman, 3) Skala Semantik Diferesial, 4) Skala Rating, dan 5) Skala Thurstone.
Tetapi dalam buku ini hanya akan dijelaskan 4 jenis skala yaitu :
1. Skala Likert
Skala likert pada umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang terhadap suatu kejadian atau gejala sosial.
Dalam penelitian, gejala sosial yang dimaksud sudah ditetapkan oleh
peneliti sebelumnya, yaitu sebagai sebuah variabel penelitian.
Pada saat penggunaan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, sub
variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur
untuk dapat digunakan sebagai titik tolak dalam membuat instrumen
penelitian, berupa pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh
responden.
Setiap jawaban berisi pernyataan, atau sikap dukungan, berupa kata-kata
yang selanjutnya diterjemahkan menjadi angka-angka.
Tabel 1
Contoh Skala Likert yang Menyatakan Tingkat Persetujuan
Jika pernyataan/ pertanyaan Skor Jika pernyataan/ Skor
positif (+) pertanyaan negatif (-)
Sangat setuju (SS) 5 Sangat setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Netral (N) 3 Netral (N) 3
Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 4
Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 5
Skala likert juga bisa berupa pendapat seperti berikut :
Tabel 2
Contoh Skala Likert yang Menyatakan Pendapat Seseorang
Pendapat Responden Skor Pendapat Responden Skor
Sangat Penting (SP) 5 Sangat Baik (SB) 5
Penting (P) 4 Baik (B) 4
Cukup Penting (CP) 3 Sedang (S) 3
Kurang Penting (KP) 2 Kurang Baik (KB) 2
Sangat Tidak Penting (STP) 1 Sangat Tidak Baik (STB) 1
Jika skala Likert diaplikasikan dalam bentuk angket atau kuesioner, maka
skor atau rating berupa angka boleh tidak dicantumkan, maka akan menjadi
seperti berikut :
Tabel 3
Contohkuesionerdengan Skala Likert
Penelitian Mengenai Variabel Daya Tarik Wisata
Berikan persetujuan anda atas penyataan yang kami sampaikan berikut sesuai dengan apa
yang Anda rasakan
Dengan jawaban : Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Netral/tidak tahu (N),
Setuju (S), Sangat tidak setuju (STS)
Keunikan STS TS N S SS
Di Gunung Api Purba Nglanggeran, saya
menemukan pemandangan alam yang
1.1.1 berbeda dari tempat lain
Pemandangan alam disini tidak pernah saya
1.1.2 jumpai di tempat lain
Pemandangan alam disini yang tidak sama
1.1.3 dengan tempat wisata lain
Keindahan STS TS N S SS
Pemandangan alam Kawasan Gunung Api
1.2.1 Purba Nglanggeran sangat indah.
Pemandangan alam Nglanggeran sangat
1.2.3 membuat saya terpesona.
Pemandangan alam Nglanggeran sangat
1.2.3 membuat saya kagum.
Keaslian STS TS N S SS
Gunung Api Purba Nglanggeran benar
1.3.1 masih alami
Gunung Api Purba Nglanggeran selaras
1.3.2 dengan alam sekitar
Gunung Api Nglanggeran bukan hasil
1.3.3 rakayasa manusia
Gunung Api Nglanggeran terbentuk oleh
1.3.4 fenomena alam pada zaman dahulu
Nilai STS TS N S SS
Pengalaman yang didapat di Gunung Api
Purba Nglanggeran sebanding dengan
1.4.1 biaya yang saya keluarkan.
Pengalaman berwisata di Nglanggeran
sebanding dengan waktu libur yang saya
1.4.2 korbankan untuk berkunjung.
Pengalaman berwisata di Nglanggeran
sebanding dengan tenaga yang saya
1.4.3 korbankan untuk berkunjung.
2. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif yang hanya memberi alternatif
dua jawaban, dapat berupa jawaban “Ya dan tidak”, “Benar dan salah”,
“Yakin dan tidak yakin”, “Pernah dan belum pernah”, “Positif atau negatif”
dan lain sebagainya.
Skala Guttman digunakan jika peneliti ingin memperoleh suatu jawaban
yang tegas dan jelas. Skoring dalam skala Guttman dapat menggunakan dua
simbol angka, 1 untuk jawaban positif (satu sisi) dan 0 untuk jawaban
negatif (sisi lainya).
Berikut merupakan contoh kuisioneir dengan skala Guttman
a. Apakah Anda pernah berwisata ke Pulau Bali?
Alternatif jawaban :
1) Pernah (1)
2) Belum Pernah (0)
b. Apakah Anda bersedia membayar lebih untuk membantu konservasi di
destinasi wisata alam?
Alternatif jawaban :
1) Ya (1)
2) Tidak (2)
c. Apakah Anda sudah menikah?
Alternatif jawaban :
3) Sudah (1)
4) Belum (2)
d. Pernahkah Anda menggunakan bus kota untuk berwisata?
Alternatif jawaban :
5) Pernah (1)
6) Belum Pernah (2)
e. Apakah Anda yakin bahwa promosi yang dilakukan menteri pariwisata
di luar negeri mampu meningkatkan target kunjungan wisatawan?
Alternatif jawaban :
7) Yakin (1)
8) Tidak (2)
4. Skala Rating
Keiga skala yang telah dibahas sebelumnya : 1) Skala Likert, 2) Sakala
Guttman, 3) Skala Semantik Diferesial, menghasilkan data kualitatif yang
dikuantitatifkan.
Sedangkan skala rating merupakan skala yang menghasilkan data mentah
yang dapat berupa angka, kemudian ditafsirkan ke dalam pengertian atau
makna-makna kualitatif.
Dalam model sakala rating, responden tidak akan menjawab melalui data
kualitatif, tetapi menjawab salah satu alternatif jawaban kuantitatif yang
telah disediakan.
Penyususnan instrumen dengan skala rating harus mampu mengartikan
setiap skor yang diberikan kedalam alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Misalnya Rudi memilih jawaban angka 4, tetapi persepsi Fitri,
Ani, Siti belum tentu sama maknanya walaupun sama-sama menjawab
angka 4.
Instrumen Penelitian
Intrumen dalam penelitian kuantitatif pada dasarnya merupakan sebuah alat
ukur yang digunakan untuk meneliti fenomena sosial atau alam. Karena pada
prinsipnya penelitian kuantitatif adalah kegiatan pengukuran, oleh karena itu untuk
dapat mencapai hasil penelitian yang terbaik juga dibutuhkan alat ukur (instrumen)
yang terbaik.
Istrumen penelitian secara definitif adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam dan sosial yang teramati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel (Sugiyono, 2011).
Instrumen peneltian sebagai alat ukur yang baik adalah instrumen yang telah
memenuhi kriteria validitas dan realibilitasnya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ilmu alam, untuk mengukur gejala-gejala (variabel) alam biasanya semua
sudah tersedia dan sudah teruji validitas dan realibilitasnya. Seperti penggaris
(mistar atau meteran) yang digunkan untuk mengukur jarak, dimanapun negara
penciptanya, setiap satu 1 cm panjangnya mampu mengukur panjang yang sama
yaitu 1 cm, sehingga penggaris dapat dikatakan sebagai instrumen yang valid. Jika
penggaris digunakan untuk mengukur lebih dari satu kali, bahkan mungkin sampai
1.000 kali, dan dilakukan dimana saja, penggaris dalam satuan 1 cm tetap akan
mampu mengukur panjang yang jaraknya 1 cm, sehingga penggaris sebagai
isnturmen pengukur gejala alam juga dapat dikatakan reliabel.
Permasalahanya, dalam ilmu sosial sangat jarang sekali ditemukan instrumen
pengukur gejala sosial yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Mungkin
beberapa memang telah ada instrumen pengukur gejala sosial yang memenuhi
kriteria validitas dan reliabilitas yang sudah dibakukan seperti instrumen untuk
mengukur motif berprestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, instrumen pengukur
intelegent question (IQ), istrumen pengukur bakat dan lain sebagainya. Akan tetapi
instrumen pengukur gejala sosial yang belum teruji ada jauh lebih banyak, lebih
lagi dalam ilmu pariwisata yang masih tergolong ilmu baru. Hal ini memang
dimungkinkan karena gejala sosial biasanya tidak mampu belaku universal, masing
masing komunitas sosial memiliki padangan-pandangan dan nilai-nilai sosial yang
unik dan berbeda, meskipun terhadap satu fenomena yang sama. Bahkan teori-teori
kepariwisataan yang tercipta dari Budaya Barat belum tentu mampu di aplikasikan
di negara kita Indonesia yang menganut nilai-nilai budaya Ketimuran. Teori
perencanaan pariwisata budaya dari Amerika belum tentu dapat diaplikasikan di
Indonesia. Tetapi itulah kenyataanya, ilmu pariwisata memang memiliki ciri dan
keunikan tersendiri sebagai rumpun ilmu sosial.
Berdasarkan problematika diatas, solusi dalam penelitian sosial pada kasus-
kasus atau fenomena tertentu membutuhkan instrumen yang harus dibuat sendiri
oleh peneliti. Akan tetapi intrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti tersebut juga
tetap harus memenuhi kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu, sebelum
instrumen dapat digunakan dalam pencarian data, sebelumnya harus diuji validitas
dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Jika penelitian ditujukan untuk menguji
"Pengaruh daya tarik wisata alam terhadap kepuasan wisatawan” maka intrumen
yang harus dibuat ada 2, yaitu intrumen untuk mengukur variabel daya tarik wisata
alam dan intrumen untuk mengukur variabel kepuasan wisatawan.
Cara Menyusun Instrumen Penelitian
Titik tolak dari penyusunan intrumen adalah variabel-variabel yang
ditetapkan peneliti. Seperti pada petunjuk diatas, jika penelitian ditujukan untuk
menguji "Pengaruh daya tarik wisata alam terhadap kepuasan wisatawan” maka
intrumen yang harus dibuat ada 2, yaitu intrumen untuk mengukur variabel daya
tarik wisata alam dan intrumen untuk mengukur variabel kepuasan wisatawan.
Kemudian dari variabel, variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya,
dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator kemudian
dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaanya, atau bisa juga butir-butir pernyataan.
Untuk mempermudah dalam pengembangan instrumen penelitian, Sugiyono
(2011) menyarankan penggunaan matrik “pengembangan instrumen” atau “kisi-
kisi instrumen.” Sebagai contoh jika variabel penelitian adalah daya tarik wisata
alam mengacu pada Undang-Undang No 10 Tahun 2009, maka indikatornya adalah
: segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, keaslian dan nilai berupa
keanekaragaman alam hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Maka intrumen
penelitian beserta butir pertanayaan untuk setiap indikator dapat dikembangkan
sebagai beikut :
Tabel
Pengembangan Istrumen dari Setiap Indikator beserta Butir-butir
Pertanyaanya
Keunikan
Berwisata di Gunung Api Purba Nglanggeran, saya menemukan
1.1.1 pemandangan alam yang berbeda dari tempat lain
1.1.2 Pemandangan alam disini tidak pernah saya jumpai di tempat lain
1.1.3 Pemandangan alam disini yang tidak sama dengan tempat wisata lain
Keindahan
1.2.1 Pemandangan alam Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran sangat indah.
1.2.3 Pemandangan alam Nglanggeran sangat membuat saya terpesona.
1.2.3 Pemandangan alam Nglanggeran sangat membuat saya kagum.
Keaslian
1.3.1 Gunung Api Purba Nglanggeran benar masih alami
1.3.2 Gunung Api Purba Nglanggeran selaras dengan alam sekitar
1.3.3 Gunung Api Nglanggeran bukan hasil rakayasa manusia
1.3.4 Gunung Api Nglanggeran terbentuk oleh fenomena alam pada zaman dahulu
Nilai
Pengalaman yang didapat di Gunung Api Purba Nglanggeran sebanding
1.4.1 dengan biaya yang saya keluarkan.
Pengalaman berwisata di Nglanggeran sebanding dengan waktu libur yang
1.4.2 saya korbankan untuk berkunjung.
Pengalaman berwisata di Nglanggeran sebanding dengan tenaga yang saya
1.4.3 korbankan untuk berkunjung.
Uji validitas dan reliabilitas akan diterangkan dalam penjelasan yang lebih rinci
sebagai berikut :
=
( )+( )
Keterangan :
r xy = Nilai korelasi (r hitung)
x = Butir pertanyaan yang diusulkan
y = Jumlah seluruh nilai dalam butir pertanyaan (konstruk)
Intrumen yang valid pada suatu waktu, belum tentu konsisten dalam
menghasilkan data penelitian (reliabel) untuk itu intrumen juga perlu diuji
reliabilitasnya.
Pokok Bahasan
1. Teknik pengumpulan data
2. Teknik pengumpulan data dengan Kusisionair
3. Teknik pengumpulan data dengan Wawancara
4. Teknik pengumpulan data dengan Observasi
Tujuan Pembelajaran
Bab ini ditujukan agar pembaca mamahami berbagai teknik penccarian data,
sehingga mampu memilih dan menggunakan jenis teknik pencarian data dalam
penelitianya.
Teknik Pengumpulan Data
Selain intrumen yang baik, kualitas penelitian juga sangat ditentukan atau
sangat tergantung oleh kualitas pengumpulan datanya. Jika kualitas instrumen
terkait dengan tingkat validitas dan reliabilitasnya, maka kualitas pengumpulan data
akan tergantung oleh bagaimana cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan
data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai macam setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2011). Setting dalam penelitian terdiri dari
dua macam setting, setting natural dan setting experiment. Sedangkan jika dilihat
berdasarkan sumber datanya, pengumpulan data dapat dibagi menjadi menjadi dua
jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari lapangan melalui
pengumpulan data, (hasil perhitungan atau pengukuran). Sedangkan sumber data
sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, atau
melalui sumber kedua. Sumber kedua yang dimaksud dapat berupa hasil penelitian
orang lain, buku, laporan atau dokumentasi.
Kemudian jika dilihat dari teknik pengumpulan datanya, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan melaui metode interview (wawancara),
kuesionair (angket), observasi (pengamatan), dan dapat juga gabungan ketiganya.
Secara lebih lanjut teknik pengumpulan data akan dijelaskan dalam penjelasan
berikutnya.
Teknik Pengumpulan Data dengan Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
(Sugiyono, 2011). Kuesioner terdiri dari dua jenis, yaitu kuesioner terbuka
dankuesioner tertutup.
Dalam penelitian kuantitatif, biasanyakuesionermenjadi menjadi teknik
pencaian data utama karena tingkat efisiensi dan kepraktisanya apabila peneliti
ingin tahu secara pasti variabel yang akan diukur. Kuesioner cocok digunakan
dalam penelitian kuantitatif karena karakter penelitian kuantitatif cenderung
mengukur variabel yang sedikit dengan responden yang besar, atau meluas.
Untuk dapat membuat kuesionair yang baik maka dapat mengikuti pedoman-
pedoman berikut :
1. Isi dan tujuan pertanyaan, jika pertanyaan ditujukan untuk melakukan
pengukuran maka dalam membuat pertanyaan atau pernyataan harus
teliti, setiap pertanyaan memiliki skala ukur dan jumlah item yang
mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh responden
Perhatikan baik-baik siapa calon responden kita! Berikut tingkat
pendidikan, bahasa yang digunakan sehari-hari, dan sebagainya. Istilah-
istilah akademis dirubah ke dalam bahasa rakyat yang mudah dimengerti
calon responden, namun tetap memperhatikan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) dalam penulisan kalimat. Contoh istilah
“unik” dapat dirubah menjadi kalimat “tidak mudah ditemukan di tempat
lain” dan seterusnya
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, peneliti dapat menggunakan pertanyaan
terbuka jika peneliti ingin mendapatkan jawaban atau deskripsi fenomena
diamati yang lebih lengkap dengan banyak alternatif jawaban. Sedangkan
pertanyaan tertutup dipertimbangkan agar responden dapat menjawab
dengan cepat dan analisis dapat dilakukan dengan mudah dan praktis.
Bentuk pertanyaan atau pernyataan juga dapat dibuat dengan pernyataan
positif maupuan negatif agar responden lebih serius dalam menjawab.
Tentang pembuatan instrumen dengan pertanyaan positif ataupun negatif
telah dijelaskan dalam bab sebelumnya.
4. Membuat pertanyaan atau penyataan yang tidak mendua.
Penyataan yang tidak mendua berarti satu subjek atau objek pengamatan
untuk setiap butir pernyataan agar tidak terjadi kalimat yang ambigu. Jika
fenomena atau objek pengamatan dalam satu indikator cukup banyak
dapat dijadikan lebih dari satu butir pernyataan. Cotoh kalimat ambigu
(salah) : “Apakah anda setuju bahwa kursi dan meja yang disediakan
pengelola destinasi sudah cukup nyaman?” Kalimat ini akan sangat
membingungkan responden, mau jawab apa? jika benar kursinya nyaman
tetapi mejanya tidak nyaman digunakan.
Sebaiknya kalimat diatas dapat dipecah menjadi 2 pertanyaan, seperti
berikut : 1) Apakah anda setuju bahwa kursi yang disediakan pengelola
destinasi sudah cukup nyaman? 2) Apakah anda setuju bahwa meja yang
disediakan pengelola destinasi sudah cukup nyaman?
5. Tidak menanyakan petanyaan terhadap suatu kejadian atau fenomena
yang waktu terjadinya sudah terlalu lama, dan mungkin telah dilupakan.
6. Pertanyaan dan pernyataan sebaiknya tidak menggiring opini responden.
Contoh pertanyaan menggiring, “Apakah anda setuju jika gaji karyawan
dinaikan? Tentu semua responden akan menjawab setuju.”
7. Jangan membuat kalimat pertanyaan atau pernyataan yang terlalu panjang
untuk dijawab, karena para ahli telah menyarankan agar penelitian
empirik terdiri dari 20 sampai dengan 30 pertanyaan atau pernyataan
(Sugiyono, 2011).
8. Kuisionair yang digunakan untuk pengukuran variabel sebelumnya telah
teruji validitas dan reliabilitasnya agar hasil riset memperoleh data dan
kesimpulan yang terpercaya.
9. Buatlah angket semenarik mungkin yang mampu menimbulkan minat
bagi responden, namun perhatikan pula biaya cetaknya.
Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih dengan maksud untuk
menggali informasi baik berupa fakta atau pendapat seseorang untuk tujuan tertentu
(“Pengertian Wawancara,” 2013). Secara lebih lengkap, wawancara atau interview
dijelaskan oleh Hadi (2016) sebagai sebuah proses tanya-jawab lisan, antara dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik, saling bertatap muka dan mendengarkan
dengan telinganya sendiri suaranya (kata-kata yang diutarakan responden).
Sehingga dalam wawancara (interview) selalu terdapat dua pihak, masing masing
pihak berkedudukan memiliki kedudukan yang berbeda. Pihak yang satu
berkedudukan sebagai pencari informasi (interviewer), dan pihak satunya lagi
berkedudukan sebagai pemberi informasi (informan), atau sering disebut
narasumber.
Fungsi wawancara sebagai cara pengumpulan data berbeda-beda, dapat
digolongkan menjadi : (1) Sebegai metode primer, bila interview dijadikan satu-
satunya metode pengumpulan data, biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif;
(2) Sebagai metode pelengkap, jika data tidak dapat diperoleh dengan cara lain; dan
(3) Sebagai kriteria, yaitu interview digunakan dalam menguji kebenaran atau
kemantapan suatu dantum yang telah diperoleh dengan cara lain, misalnya melalui
kuesioner dalam penelitian kuantitatif atau penelitian campuran (mixed method).
Sehingga fungsi interview adalah sebagai pengukur kebenaran atau kriteria.
Dari segi jenis, teknik wawancara dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstuktur
digunakan peneliti apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti terhadap
informasi yang ingin diperoleh. Alur dalam teknik wawancara terstruktur yaitu
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, menggunakan pedoman wawancara,
kemudian pengumpul data mencatat data atau merekamnya. Sedangkan wawancara
tidak tersetruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti bertanya dengan beban
tanpa ada instrumen panduan wawancara yang tersusun secara sistematis
sebelumnya. Namun peneliti dapat berpedoman pada garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan, misalnya “Peneliti ingin mengetahui pendapat petani
terhadap dampak kegiatan agrowisata di daerahnya.”
Teknik wawancara mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri (self
report) pada pengetahuan atau keyakinan pribadi (Sugiyono). Pedoman yang perlu
dipegang peneliti dalam menggunkan metode interview dan juga kuesioner adalah:
1. Subjek atau responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri
2. Apa yang dikatakan responden (subjek) kepada peneliti adalah benar
3. Interprestasi subjek tentang pertanyaan yang diajukan peneliti adalah
sama dengan yang dimaksud peneliti (Hadi, 2016).
Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yang umumnya digunakan
dalam penelitian kualitatif, yaitu memiliki karakter dalam menggali fenomena
secara holistik (menyeluruh) dengan banyak variabel, dan mendalam, akan tetapi
dengan responden yang cukup kecil. Akan tetapi, wawancara memiliki
kemungkinan digunakan untuk penelitian kuantitatif dalam studi pendahuluan atau
menyusun latar belakang.
Wawancara dalam penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk pengumpulan
data apabila peneliti ingin menemukan permasalahan riset dilapangan yang lebih
tajam dan lebih nyata, melalui studi pendahuluan. Dalam penelitian pariwisata, agar
latar belakang riset kuantitatif tentang permasalahan pengelolaan destinasi wisata
menjadi lebih tajam sebelumnya peneliti dapat membuat studi pendahuluan di
lapangan dengan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan
destinasi wisata, bagimana cara pengelolaan selama ini dan apa saja permassalahan
yang ditemui dilapangan.
Teknik Pengumpulan Data dengan Observasi
Teknik observasi secara sederhana sering dimaknai para peneliti sebagai
kegiatan pengamatan. Tetapi makna yang lebih tepat menurut penulis adalah
penginderaan, karena dalam kegiatan observasi bisa jadi tidak hanya mata saja yang
dominan untuk digunakan dalam mencari data, tapi juga bisa pendengaran untuk
mendengar kemeriahan admosfer suatu pesta, kulit untuk merasakan suhu pada
ruang tertentu, lidah untuk mengecap rasa, dan lain sebagainya.
Observasi dipakai dalam metode pencarian data karena pengamatan dapat
lebih menceritakan apa yang dilakukan orang – orang kepada pengamat atau
peneliti (Moleong, 2004). Pengamatan dalam kegiatan penelitian pariwisata dapat
dimaksudkan untuk memperoleh data-data non verbal dan tidak tertulis berupa
kebiasaan kerja, perilaku wisatawan, dan lain sebagainya.
Observasi dapat dibagi menjadi tiga macam teknik, yaitu: observasi
partisipan, observasi non partisipan, obeservasi terstruktur, observassi tidak
terstruktur. Dalam observasi partisipan peneliti berperan atau terlibat langsung
dalam kejadian yang diamati. Sebagai contoh, penelitian tentang budaya berburu,
maka peneliti dapat juga turut berpartisipasi dalam kegiatan berburu agar dapat
memperloeh data yang lebih dalam, tidak hanya tentang teknik berburu, tetapi
peneliti mampu mendeskripsikan perasaanya saat terlibat langsung dalam kegiatan
berburu, dan mampu menghayati makna-makna filosofinya dengan lebih baik.
Sedangkan dalam observasi non partisipan, dapat digunakan jika peneliti
ingin bertindak secara independent. Sehingga peneliti mengambil jarak terhadap
objek atau fenomena yang diamati, atau tidak terlibat dalam suatu peristiwa
melainkan hanya bertindak sebagai pengamat.
Observasi terstruktur merupakan observasi yang telah dirancang secara
sitematis. Tantang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Sebaliknya
observasi non struktur merupakan bentuk observasi dengan peneliti tidak
mempersiapkan kegiatanya secara sistematis.
Observasi dalam penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk pengumpulan
data apabila peneliti ingin menemukan permasalahan riset dilapangan yang lebih
tajam dan lebih nyata, melalui studi pendahuluan.
BAB VIII
STATISTIK UNTUK ANALISIS DATA KUANTITATIF
Pokok Bahasan
1. Memahami statistik
2. Statistik deskriptif
3. Satatistik inverensial
4. Konsep dasar dalam uji hipotesis
Tujuan Pembelajaran
Memahami Statistik
Statistika dapat dipahami sebagai pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan data, pengolahan data, penyajian, penganalisaan, serta
pembuatan keputusan yang berdasar pada data atau fakta dan penganalisaan yang
telah dilakukan(Sulaiman & Kusherdyana, 2012). Sedangkan statistik dipakai
untuk menyatakan kumpulan fakta, yang pada umumnya berbentuk angka-angka
yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan
suatu persoalan (Sudjana 2004 dalam Riduawan & Sunarto, 2009).
Statistika dapat dianggap sebagai sebuah bahasa. Statistika adalah bahasa
yang khusus untuk berkomunikasi. Dengan sebuah tabel, diagram, atau grafik, dan
angka-angka, seorang peneliti dapat menginformasikan hasil penelitianya kepada
orang lain dengan cepat dan mudah dipahami, contohnya pada diagram berikut :
30%
70%
Berdasarkan diagram pie sederhana seperti diatas, pembaca sudah dapat memahami
bahwa wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta masih
didominasi oleh wisatawan Nusantara dengan proporsi 70%, sedangkan wisatawan
mancanegara 30%. Diagram diatas merupakan sebuah contoh bahwa statistik dapat
menjadi sebuah bahasa yang mampu menyampaikan atau mendiskripsikan sebuah
informasi atau pesan penting dari pengguna statistik (informan) kepada para
pembaca (receiver).
Statistika sangat efektif sebagai bahasa dan media untuk menyampaikan
informasi sehingga dapat diambil sebuah keputusan berdasssarkan informasi
statistik tersebut. Walaupu begitu, sebagai sebuah bahasa atau media, statistika juga
memiliki aturan-aturan main sebagaimana bahasa lainya, termasuk kata-kata dan
gramatikalnya.
Statistika merupakan bahasa yang terbatas penggunaanya, statsitika hanya
mampu membicarakan tentang ciri-ciri atau karakteristik dari berbagai hal (benda
atau sifat) dari variabel yang diamati (Riduawan & Sunarto, 2009). Sebelum
statistika dapat berfungsi sebagai sebuah bahasa komunikasi yang baik, statsitika
harus diberikan masukan terlebih dahulu berupa data mentah hasil proses
pengumpulan data (Suwarno, 2005). Data mentah yang dimaksud merupakan data
kuantitatif atau angka-angka serti berat, harga, panjang, luas bidang, suhu dan
sebagainya. Atau bisa juga data kualitatif yang telah ditransformasikan menjadi
data kuantitatif (dikuantitatifkan), seperti tingkat persetujuan yang dikuantitatifkan
sebagai berikut : Sangat setuju ( dikuantitatifkan dengan angka 5); Setuju (
dikuantitatifkan dengan angka 4); Netral ( dikuantitatifkan dengan angka 3);
Kurang setuju ( dikuantitatifkan dengan angka 2); dan Sangat tidak setuju (
dikuantitatifkan dengan angka 1).
Statistik bekerja berdasarkan tiga ciri pokok, dianataranya :
1. Statistik hanya dapat bekerja dengan angka-angka.
Angka yang dimaksud diantaranya : (a) Angka jumlah atau frekuensi hasil
menghitung (data diskrit); (b) Angka berupa nilai, ukuran, atau harga
(data kontinum); dan terakhir (c) Data yang menyimbolkan atau mewakili
suatu kualitas, misalnya kecerdasan, nilai sekolah, atau harga kebijakan.
2. Statistik bersifat objektif.
Dalam praktiknya, penggunaan statistik memang dapat dimanipulasi
untuk tujuan tertentu, misalnya diupayakan untuk menerima atau menolah
ho. Akan tetapi hal itu merupakan tindakan sangat tidak etis yang tidak
boleh dilakukan seorang peneliti. Namun statistik tetaplah hanya sebuah
alat yang objektif, sedangkan jika ada kecurangan hasil itu adalah
persoalan moral penggunanya.
3. Statistik bersifat universal dalam penggunaanya
Bersifat universal artinya dapat digunakan dalam semua bidang
penyelidikan, baik ilmu alam, biologi, sosial-kebudayaan, maupun ilmu
pariwisata.
Peranan Statistik dalam Penelitian Kuantitatif
Statistik dan metodologi penelitian kuantitatif merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan, seperti halnya gula dan rasa manis. Mengutip dari Hadi (2016)
dalam bukunya metodologi riset, bahwa kebanyakan dari manusia mempunyai
kesimpulan terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, kesimpulan itu dianggap
berlaku sempurna untuk kejadian yang sejenis. Perkiraan itu sama sekali tidak benar
dan sangat menyesatkan. Tata penyelidikan ilmiah menghasilkan konklusi-konklusi
yang selalu bertentangan dengan perkiraan tersebut.
Hampir semua penyelidikan ilmiah dilakukan dengan menggunakan sampel
kejadian. Namun, sampel tidak pernah dapat sempurna mewakili populasinya,
akibatnya semua generalisasi yang didasarkan atas sampling besar atau kecil pasti
memiliki kesalahan, kecuali jika keadaan, atau gejalanya homogen. Kenyataan
tersebut sering dikenal sebagai kesalahan generalisasi.
Jika suatu generalisasi pasti mengalami kesalahan, maka timbul suatu
pertanyaan, yaitu bagaimana memperhitungkan besar atau kecilnya kesalahan
tersebut? Menyelesaikan persoalan inilah yang menjadi salah satu tugas paling
penting dari statistik, lebih tepatnya memperhitungkan kesalahan generalisasi.
Sampai saat ini belum ada metode pengganti statistik yang mampu
memperhitungkan kesalahan generalisasi.
Ilmu pengetahuan memiliki tiga tugas penting, yaitu: (1) Menerangkan gejala;
(2) Meramalkan kejadian; dan (3) Mengontrol Kejadian. Metode-metode statistik
dapat digunakan menyelesaikan ketiga tugas tersebut. Untuk menerangkan gejala
disediakan metode statistik deskriptif. Sedangkan, untuk meramalkan dan
mengontrol kejadian telah terdapat statistik inferensial untuk mengatasinya.
Kesimpulan atau hasil penelitian dalam metode penelitian kuantitatif akan
sangat tergantung pada kerja metode-metode statistik seperti diatas. Oleh karena
itu, dalam buku ini akan dibahas mengenai kedua metode statistik diatas, yaitu
metode deskriptif dan metode inferensial. Dalam buku ini penyelesaian kedua
metode tersebut tidak akan dipelajari secara detail dari rumus-rumus dasarnya,
karena hal ini telah dibahas dalam buku dan mata kuliah statistika. Akan tetapi,
proses pengolahan data akan dengan dibantu penggunaan sofware microsof excel,
SPSS, dan PLS untuk mempermudah proses perhitungan. Kemudian pembaca akan
diajak untuk mendalami proses-proses, analogi, dan interprestasi data secara lebih
mendalam.
Statistik Deskriptif
Statsitik deskriptif merupakan bagian dari ilmu statistika yang memperlajari
hanya mengenai teknik pengumpulan data, pengolahan, penyajian, analisis dan
interprestasi data, selama tidak menyangkut penarikan kesimpulan yang berlaku
umum (Sulaiman & Kusherdyana, 2012).
Analisis deskirptif merupakan analisis yang ditujukan untuk menggambarkan
suatu data yang akan dibuat, baik data tunggal maupun data berkelompok. Tujuan
dari analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang
faktual dan akurat terkait fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti
(Riduawan & Sunarto, 2009).
Dalam praktiknya, statistik deskriptif hanya diguakan apabila peneliti hanya
ingin menganalisis atau menarik kesimpulan tentang karakteristik sampel yang
diamati.
Pendekatan yang sering digunakan dalam penyajian data pada analisis
deskriptif sering menggunakan ukuran gejala pusat data yaitu : mean, median, dan
mode. Selain itu untuk lebih memantapkan, dengan mengetahui tingkat
homogenitas sampel atau populasi digunakan perhitungan dispersi data seperti
penggunaan mean deviasi, variance, ataupun standart deviasi.
Satatistik Induktif (Inverensial)
Statistik induktif (inverensial) merupakan bagian dari ilmu statistik yang
memperlajari segala aturan dan cara yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencoba
menarik kesimpulan yang berlaku umum atau sering disebut generalisasi (Sulaiman
& Kusherdyana, 2012).
Jika statistik deskriptif hanya diguakan apabila peneliti hanya ingin
menganalisis atau menarik kesimpulan tentang karakteristik sampel yang diamati.
Maka statsitik induktif dapat digunakan lebih lanjut apabila peneliti ingin
mengetahui atau mencoba menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi
berdasarkan hasil analisis sampel yang diamati.
Pembahasan mengenai tata cara analisis inferensial beserta interprestasi
datanya akan dilanjutkan pada bahasan selanjutnya, dalam panduan analsis dan
interprestasi data dalam riset kuantitatif.
Konsep Dasar dalam Uji Hipotesis
Peran metode statistik dalam riset kuantitatif yaitu untuk menarik sebuah
kesimpulan dan pengambilan keputusan (Santoso, 2016). Kesimpulan diambil
didasarkan atas dugaan yang telah dirumuskan peneliti sebelumnya, atau dikenal
dengan hipotesis penelitian. Hiipotesis sebelumnya telah ditentukan dan ditegaskan
dengan sebuah pernyataan, bisa pernyataan positif (Ha), maupun pernyataan negatif
(Ho). Untuk mengingat kembali, perhatikan pola perumusan hipotesis berikut :
1. Hipotesis asosiatif
Ha : Ada pengaruh daya tarik wisata (x) terhadap kepuasan (y)
Ho : Tidak ada pengaruh daya tarik wisata (x) terhadap kepuasan (y)
2. Hipotesis korelatif
Ha : Ada perbedaan besar biaya berwisata antara wisatawan laki-laki
: dan wisatawan perempuan
Ho : Tidak ada perbedaan besar biaya berwisata antara wisatawan
: laki-laki dan wisatawan perempuan
Kesimpulan penelitian kuantitatif pada dasarnya diambil dari hasil pengujian
hipotesis dari sebuah sampel penelitian yang dapat berlaku untuk keseluruhan
populasi.
Dalam statistik, kedua hipotesis yaitu hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis
nol (Ho), sifatnya saling bertentangan. Hal ini berarti jika hasil analisis menujukan
penerimaan hipotesis alternatif (Ha) maka hipoptesis nol (Ho) otomatis harus
ditolak. Hal ini berlaku sebaliknya, jika hipotesis nol (Ho) diterima maka hipoptesis
alternatif (Ha) harus ditolak.
Untuk lebih jelasnya, pengujian hipotesis dua sisi akan berlaku ketentuan bila
nilai t hitung, lebih kecil (<) dari t tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
(misalnya 95%) maka Ho diterima. Sebaliknya, apabila nilai t hitung, lebih besar
(>) dari t tabel pada tingkat kepercayaan tertentu (misalnya 95%) maka Ha
diterima.
Uji hipotesis juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitasnya
melalui output analisis menggunakan sofware SPSS, dengan ketentuan Ho ditolak
apabilai nilai siginfikansi (nilai sig) kurang dari < 0,05. Ho dapat diterima bila
nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan ≥ 0,05.
BAB IX
PANDUAN ANALSIS DAN INTERPRESTASI DATA
DALAM RISET KUANTITATIF
Pokok Bahasan
1. Tabulasi data dengan sofware microsof excel dan spss
2. Analisis deskriptif kuantitatif dengan microsof excel
3. Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov menggunakan sofware spss
4. Uji linearitas data menggunakan sofware spss
5. Analisis korelasional Pearson Product Moment menggunakan sofware spss
6. Analisis komparasi menggunakan sofware spss
7. Analisis regresi menggunakan sofware spss
8. Analisis jalur menggunakan sofware spss
9. Analsisi jalur menggunakan sofware partial least square (pls)
Tujuan Pembelajaran
Setalah mempelajari bab ix diharapkan pembaca mampu melakukan berbagai
proses analisis kuantitatif dengan baik dan benar, mengetahui bagaimana
interprestasi data statistik, serta mampu membuat kesimpulan penelitian
berdasarkan hasil uji statistik.
Tabulasi Data dengan Sofware Microsof Excel dan
SPSS
Tabulasi data adalah langkah yang harus dilakukan setelah proses pencarian
data selesai dilakukan. Tabulasi dibuat untuk memudahkan manajemen data dan
proses analisis kuantitatif selanjutnya.
Tabulasi data dibuat dengan berpedoman pada intrumen (angket atau
kuesionair) yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Misalnya kuesionair untuk
mengukur variabel daya tarik wisata beserta 4 indikatornya sebagai berikut :
3. Setelah itu klik data view pada tampilan kiri bawah, masukan data variabel
“daya tarik (X)” dan “kepuasan (Y)”. Dapat mengkopi dari tabulasi data di
dalam microsof excel. Pastikan data sudah terkopi semua (30 data).
4. Langkah berikutnya lakukan pengolahan data dengan mengklik menu
analize, kemudian klik regression, dan pilih linear.
Yang digunakan untuk analisis korelasi dengan SPSS adalah nilai jumlah
total, bukan nilai hasil pengukuran masing masing indikator atau
instrumen.
2. Setelah tabulasi selesai bukalah program SPSS, kemudian klik variabel
view, dibagian pojok kiri bawah dari tampilan SPSS.
Selanjutnya pada bagian name tuliskan “DT” dan bagian labelnya diisi
dengan “daya tarik wisata”. Begitu juga variabel kedua, pada bagian name
bisa ditulis “Kep” dan bagian labelnya bisa diisi dengan “kepuasan
wisatawan.” kemudian pada bagian decimal dapat dikosongkan atau nol
(0). Pada kolom measure atau pengukuran, pastikan pada default “scale.”
3. Setelah itu klik data view pada tampilan kiri bawah, masukan data
variabel “daya tarik (X)” dan “kepuasan (Y)”. Dapat mengkopi dari
tabulasi data di dalam microsof excel. Pastikan data sudah terkopi semua
(30 data).
4. Klik analyze, dan klik correlate (bivariate)
a. Convergent Validity
Convergent Validity diukur dari korelasi antara skor indikator dengan
konstruknya. Indikator individu dianggap valid jika memiliki nilai korelasi
di atas 0,50. Apabila ada indikator yang tidak memenuhi syarat ini maka
harus dibuang.
b. Discriminant Validity
Discriminant Validity yang diukur dari cross loading antara indikator
dengan konstruknya. Indikator dinyatakan valid jika hubungan indikator
dengan konstruknya lebih tinggi dibandingkan dengan hubungannya dengan
konstruk yang lain.
c. Composite Reliability
Konstruk dinyatakan reliabel apabila composite reliability memiliki nilai
diatas 0,70.
2. Uji Hipotesis
Inner Model atau structural model sebenarnya merupakan uji hipotesis,
menggambarkan hubungan dan pengaruh antar variabel laten berdasarkan
pada substantive theory. Model persamaannya dapat dituliskan seperti
dibawah ini.
η = β0 + βη + гξ + ζ
Dimana:
η = vector endogen (dependen) variabel laten
ξ = vector exogen (independen) variabel laten
ζ = vector residual
Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar
variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
ηj = Σiβji ηi + Σi γjbξb + ζj
Dimana:
βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungan predictor endogen
dan variabel laten exogen ξb dan ηi sepanjang range indeks I dan b.
Sedangkan ζj adalah inner residual variabel. Inner model merupakan
pengujian terhadap model structural dilakukan dengan melihat nilai R-
square sebagai uji goodness of fit model. Selain itu juga dilakukan uji
signifikansi pengaruh antar konstruk dengan melihat nilai koefisien
parameter dan nilai signifikansi t-statistiknya.
Model path analisis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Model path analisis adalah pola hubungan sebab akibat atau “a set of
hypothesized causal asymmetric relation among the variabels” (Riduawan &
Sunarto, 2009). Penggunaan model path analisis dalam penelitian ditujukan untuk
menjelaskan hal berikut:
1. Untuk menjelaskan (explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau
permasalahan yang diteliti.
2. Untuk memprediksi nilai variabel terikat (y), berdasarkan nilai variabel bebas
(x), yang bersifat kualitatif.
3. Untuk menentukan faktor determinan atau variabel bebas (x) mana yang
berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (y), serta menelusuri
mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat
(y).
Analisis jalur pada prinsipnya adalah melakukan analisis terhadap model jalur
dari suatu diagram yang menghubungkan antara variabel independen (eksogen),
intervening (eksogen/endogen), dan dependent (endogen). Pola hubungan
ditunjukkan dengan menggunakan anak panah dari variabel eksogen ke variabel
endogen (Gendro, 2011). Menurut Sarwono (2007) analisis jalur dapat dilakukan
dengan menghitung pengaruh langsung (Direct Effect), pengaruh tidak langsung
(Indirect Effect), dan pengaruh total (Total Effect), dengan formula sebagai berikut:
1. Pengaruh Langsung
Xn → Y1 = sebesar koefisien parameter sesuai output (a)
Xn → Y2 = sebesar koefisien parameter sesuai output (b)
Y1 → Y2 = sebesar koefisien parameter sesuai output (c)
2. Pengaruh Tidak Langsung
Xn → Y1 → Y2 = sebesar a x c (d)
3. Pengaruh Total
Xn → Y1 → Y2 = sebesar a + d
BAB X
PENGARSIPAN PROYEK PENELITIAN SECARA ONLINE
Pokok Bahasan
1. Pengenalan Open Sciene Framwork (OSF)
2. Fungsi dan manfaat Open Sciene Framwork (OSF) dalam penyusunan dan
Pengarsipan laporan penelitian
3. Panduan penggunaan server osf (www.osf.io)
Tujuan Pembelajaran
Pengarsipan file secara online atau daring pada saat ini merupakan kebutuhan yang
cukup peting bagi civitas akademik atau peneliti, mengingat besarnya manfaat yang
diperoleh. Pada bab ini, pembaca diharapkan dapat menggunakan server pengarsipan
online Open Sciene Framwork (OSF) melalui www.osf.io sebagai media
penyimpanan data atau proyek penelitian.
Pengenalan Open Sciene Framwork (OSF)
Open Sciene Framwork (www.osf.io) adalah suatu server pengarsipan digital,
yang dapat menampung hasil peneltian di berbagai bidang ilmu dan yang pasti server
ini dapat diakses dan digunakan secara gratis. Untuk penggunaan server pengarsipan
digital Indonesia disarankan melalui INArxiv (https://osf.io/preprints/inarxiv).
Adapun dokumen yang dapat di upload melalui INArxiv dapat berupa artikel, makalah
lengkap, essay, abstrak panjang, dan lain sebagainya. Selain itu karya ilmiah dapat
dengan dilengkapi lampiran pendukung yang juga dapat diupload seperti: data, peta,
foto, video, dan lain sebagainya .
Dalam praktik, banyak peneliti pemula merasa khawatir menggunakan manfaat
layanan pengarsipan digital (preprint server). Kekhawatir tersebut muncul karena
pengarsipan digital tersebut nanti akan dianggap sebagai tindakan plagiat oleh para
pengelola jurnal ilmiah ilmiah. Padahal nyatanya pengarsipan digital bukan termasuk
tindakan plagiat, selama peneliti mengetahui dan memahami dengan pasti peraturan-
peraturan yang ditentukan pengelola jurnal sebelum melakukan proses submit junal.
Open Sciene Framwork, INArxiv, dan preprint server lainnya merupakan sebuah
layanan pengarsipan, bukan sebuah jurnal. Jadi meng-upload preprint (artikel versi
penulis) bukan merupakan tindakan duplikasi. Lagi pula, hak cipta sebuah artikel
sepenuhnya masih ada pada penulis, jadi penulis masih bebas untuk mengarsipkan
karyanya secara daring (online) atau luring (offline) di mana pun.
Seluruh pihak pengelola jurnal di Indonesia sebaiknya juga perlu memahami
konsep self archiving ini, mengingat fenomena di lapangan masih banyak ditemukan
kesalahpahaman antara konsep penerbitan ulang artikel di jurnal lain (plagiat), dengan
konsep self archiving.
Menurut pandangan umum, menerbitkan kembali artikel yang sudah terbit secara
resmi dalam jurnal ilmiah, kemudian diterbitkan lagi dalam jurnal lain memang
merupakan tindakan plagiat. Namun, self archiving merupakan kegiatan yang berbeda.
Self archiving tidak dapat disebut sebagai sebuah publikasi formal, sehingga bukan
termasuk tindakan plagiat, atau duplikasi, maupun fabrifikasi karya. Hal ini dapat
dipahami sebagai salah satu upaya atau langkah disemenasi hasil riset, atau penyebaran
hasil penelitian, gagasan, maupun ilmu pengetahuan.
Dalam hal publikasi internasional dikenal dua penerbit besar yang sering jadi
rujukan para pengelola jurnal dan penulis Indonesia, misal Elsevier dan Springer
Nature. Nyatanya, kedua penerbit besar tersebut mempunyai kebijakan untuk
membolehkan peneliti meng-upload karyanya yang belum terbit dalam bentuk
preprinting, atau self archiving. Menang ada pengecualian untuk satu dua jurnal yang
mereka terbitkan, namun jauh lebih banyak yang membolehkan selfarchiving yang
totalnya dapat mencapai ratusan jurnal yang diterbitkanya (Irawan, 2018b).
b. Klik my project, kemudian klik judul artikel yang ingin kita edit
c. Klik edit paper
g. Setelah semua langkah selesai, maka artikel Anda telah memiliki versi
baru (versi2) yang lebih baik, lengkap dari artikel sebelumnya (versi 1)
dan dapat dikutip. Selamat mencoba ...
BAB XI
SITASI PENELITIAN DENGAN MENDELEY REFERENCE MANAGER
Poko Bahasan
1. Pengenalan Sofware Mendeley
2. Panduan Penginstalan Sofware Mendeley
3. Panduan Penggunaan Sofware Mendeley untuk Sitasi yang Lebih Baik
Tujuan Pembelajaran
Sofware sitasi atau dikenal dengan reference manajer, dalam bab tambahan ini akan
dijelaskan adalah Mendeley Reference Manager. Reference manajer sangat penting
digunakan dalam penulisan ilmiah untuk kepraktisan membuat daftar pustaka dan
ketepatan pengutipan. Dengan memperlajari reference manajer diharapkan kualitas
tulisan ilmiah akan semakin berkualitas.
Pengenalan Sofware Mendeley
Penulisan kutipan dan daftar pustaka merupakan salah satu indikator kualitas
dari suatu karya tulis ilmiah, baik itu berupa jurnal, skripsi, tesis, maupuan desertasi.
Teknik penulisan pengutipan yang baik dan benar mencerminakan kualitas suatu karya
tulis yang baik. Sedangkan penulisan sitasi atau kutipan yang buruk, juga merupakan
cerminan buruknya tulisan suatu karya tulis.
Berdasarkan pentauan penulis, kalangan akademik masih banyak yang belum
paham mengenai bagaimana cara mengutip dengan baik dan benar, baik itu seorang
mahasiswa, maupun seorang dosen senior. Oleh karena itu, penggunaan sofware
pengutipan sangat direkomendasikan .
Kutipan yang baik dan benar adalah kutipan yang sesuai dengan gaya
pengutipan yang telah ditetapkan penerbit (buku maupuan jurnal), atau gaya
pengutipan yang telah disyaratkan suatau lembaga tertentu dalam penulisan karya
ilmiah, misalnya kebijakan penulisan di kampus.
Secara umum, gaya pengutipan yang sering dipakai dalam jurnal pariwisata
adalah APA style, atau Harvad style. Tetapi tidak menutup kemungkinan memakai
gaya yang lain dari dua yang telah disebutkan diatas, seperti pada draf usulan
penelitian melalui Simlibtabnas Ristek DIKTI yang mewajibkan pengutipan dengan
sistem nomor.
Mengganti gaya kutipan diluar dari kebiasaan seseorang dalam menulis, juga
merupakan hal yang tidak mudah bagi seorang penulis. Oleh karena itu, sofware sitasi
manajer Mendeley menawarkan penggantian gaya pengutipan dengan cepat hanya
dalam satu kali klik. Sehingga peneliti atau penulis dapat fokus pada pembahasan
risetnya, tidak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkan atau memperbaiki sitasi.
Selain menyesuaikan gaya pengutipan, fungsi Mendeley juga masih banyak lagi,
diantaranya otomatisasi pengutipan, menyimpan file jurnal secara daring, mengecek
similiarity artikel, dan lain sebagainya, namun dalam buku ini hanya akan difokuskan
pada penggunaan Mendeley untuk sitasi.
Panduan Penginstalan Sofware Mendeley
Master sofware Mendeley terbaru dapat anda dapatkan di situs resminya
(www.mendeley.com), dengan cara mengunduhnya. Mendeley dapat diunduh secara
gratis dari situs resminya. Pastikan apllikasi yang diunduh sesuai dengan spesifikasi
komputer dengan milihat bitnya. Komputer dengan spesifikasi 32 bit, sebaiknya
memilih aplikasi yang spesifikasinya 32 bit. Demikian juga untuk komputer dengan
spesifikasi 64 bit, sebaiknya memilih aplikasi yang spesifikasinya 64 bit.
Sambil menunggu unduhan selesai, daftarkan acount mendeley anda dengan
menklik register atau sig-up. Kemudian isi formulir pendaftaran meliputi nama,
nikname (alias), email dan pasword. Account mendeley sangat penting sebagai data
diri pengguna, karena untuk dapat menjalankan sofware mendeley anda diwajibkan
sudah memiliki account tersebut.
Kemudian, setelah selesai mengunduh dan mendaftar account buka komputer
pada file download. Maka akan ditemukan file master Mendeley berwarna merah
seperti gambar sebelah kanan berikut :
Pilih reffman pada tanda gambar diatas, maka selanjutnya file akan terdonload,
kemudia buka (open) file hasil donload maka secara otomatis masuk ke dalam
database mendeley, sehingga sudah dapat digunakan sebagai salah satu referensi
kutipan.
Cara ketiga adalah cara otomatis, setelah tool web importer terpasang (lihat
panduan penginstalan. Maka secara otomatis setiap judul artikel atau buku dalam
format pdf yang anda baca melalui situs online akan masuk ke dalam database
mendeley, dan sudah dapat digunakan sebagai sumber rujukan judul atau sitasi.
Panduan Penggunaan Sofware Mendeley untuk Sitasi
yang Lebih Baik
Setelah penginstalan dilakukan kemudian diiukti dengan pengisian database
diatas, maka sesungguhnya persiapan sudah selesai. Cara mengutip dengan
menggunakan mendeley, selanjutnya dapat dilakukan secara otomatis bersamaan
dengan proses penulisan. Sebagai contoh adalah pengutipan pengertian pariwisata
pada kalimat dibawah ini.
“Pariwisata adalah .... (nama penulis, tahun).”
Penulisan rujukan (nama penulis, tahun) adalah penulisan kutipan dengan gaya
American Psychologcal Association atau dikenal dengan istilah APA Style. Penulisan
rujukan diatas akan dilakukan secara otomatis dengan sofware mendeley, dengan cara
bersamaan dengan proses penulisan sebagai berikut:
1. Klik reference, pada bagian atas microsof word Anda
4. Klik insert bibliography, maka daftar pustaka Anda sudah selesai. Dengan
gaya APA Style maka hasilnya seperti daftar pustaka pada buku ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., & Azizan, Y. (2012). Factors that Influence
Visitor’s Satisfaction Toward Kuching Waterfront. Journal for the
Advancement of Scient & Art, 45.
AICST, A. (2006). Plan of Action for Sustainable Tourism Management in Asia and
the Pacific. Phase Ⅱ (2006-2012).
Ainurrahman. (2010). Wisata Berbasis Komunitas. Karsa, 18(2), 136–146.
Augusty, F. (2002). Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 143.
Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat
Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah
Dinamika Kepariwisataan, 11(2).
Belajar Statsitik: Cara Menentukan Ukuran Sampel. (2017). Retrieved March 27,
2018, from http://www.datakampus.com
Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif
dan Campuran. (A. Fawaid & Rianayati Kusmini Pancasari, Eds.) (4th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Daya Tarik Wisata terhadap Tingkat
Kepuasan Wisatawan, Studi Kasus di Waduk Jatiluhur-Kabupaten Purwakarta.
JURNAL NASIONAL PARIWISATA, 5(1), 14–22.
Entwistle, W. J. (1923). The Adventure of" Le Cerf au Pied Blanc" in Spanish and
Elsewhere. The Modern Language Review, 18(4), 435–448.
Gendro, W. (2011). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0
dan Smart PLS 2.0. Yogyakarta: Percetakan STIM YKPM.
Guidelines for Safe Recreational Water. Volume 1, Coastal and Fresh Waters.
(2003). Risk Management (Vol. 1).
Hadi, S. (2016). Metodologi Riset (2015th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hair Jr, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & William, C. (1995). Black (1995),
Multivariate Data Analysis. New York: Macmillan. Hambrick, Donald C.
1983a." An Empirical Typology of Mature Industrial-Product Environments."
Academy of Management Journal, 26(2), 213–230.
Hatch, E., & Farhady, H. (1981). Research and Statistics. Tehran: Rahnama
Publications.
Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan dan Sarana
Wisata Terhadap Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan :
Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran. Wahana
Informasi Pariwisata : Media Wisata, 15(1), 562–577.
Hermawan, H., Brahmanto, E., Priyanto, R., Musafa, & Suryana. (2018). Upaya
Mewujudkan Wisata Edukasi di Kampung Tulip Bandung. JURNAL ABDIMAS
BSI : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 53–62.
Hoy, W. K., & Miskel. (2001). Educational Administration. Mc Graw Hill
Companies.
Irawan, D. E. (2018a). FAQ tentang INArxiv. Retrieved April 19, 2018, from
https://medium.com/open-science-indonesia/faq-tentang-inarxiv-85d2ba736424
Irawan, D. E. (2018b). Preprint Bukan Duplikasi. Retrieved April 19, 2018, from
https://medium.com/open-science-indonesia/preprint-bukan-duplikasi-
e15f3af2d8f0
Kerlinger, F. N. (1981). Foundation of Behavioral Research. Holt, Rinehart and
Winston.
Kho, D. (2018). Cara Menentukan Jumlah Sampel dengan Rumus Slovin. Retrieved
March 27, 2018, from https://teknikelektronika.com
Lesmana, A. A., & Brahmanto, E. (2016). Pengaruh Atraksi Wisata Terhadap
Kepuasan Pengunjung Primata Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
Jurnal PARIWISATA, 2(2), 121–128.
Moleong, L. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., & Seegoolam, P. (2011). An Assessment of
Visitor Satisfaction with Nature-Based Tourism Attractions.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Neuman, W. L. (2003). Sosial Research Methods, Qualitative and Quantitative
Approach. New York: AB Boston.
Pengertian Lengkap Populasi dan Sampel serta Teknik Sampling. (n.d.). Retrieved
March 27, 2018, from https://gamepos.id/pengertian-lengkap-populasi-dan-
sampel-serta-teknik-sampling
Pengertian Populasi dan Sampel serta Teknik Sampling Menurut Para Ahli. (2017).
Retrieved March 27, 2018, from http://gurupengertian.co
Pengertian Wawancara. (2013). Retrieved April 24, 2013, from
http://matakristal.com/tag/pengertian-wawancara
Rajesh, R. (2013). Impact of Tourist Perceptions, Destination Image and Tourist
Satisfaction on Destination Loyalty: A Conceptual Model. Revista de Turismo y
Patrimonio Cultural, 11(3), 67–78.
Riduawan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: CV Alfabeta.
Riduawan, & Sunarto, H. (2009). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Risky. (2016). Metode Atau Teknik Pengambilan Sampel Penelitian. Retrieved
March 27, 2018, from https://pastiguna.com/teknik-pengambilan-sampel
Santosa. (2017). Diktat Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif: Jenjang Studi
Diploma IV Jurusan Administrasi Hotel dan MBP. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Santoso. (2016). Statistika Hospitalitas. Yogyakarta: Deepublish.
Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS.
Sekaran, U. (1984). Research Method for Business. Southem Illinois University at
Cabondale.
Soebiyantoro, U. (2009). Pengaruh ketersediaan sarana prasarana, sarana transportasi
terhadap kepuasan wisatawan. Jurnal Manajemen Pemasaran, 4, pp.16-22.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.4.1.pp. 16-22
Solimun. (2002). Multivariate Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel
dan Amos. Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (14th ed.).
Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, S., & Kusherdyana. (2012). Statsitika Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
Suriasuantri, J. (1985). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Sinar Harapan.
Suwarno, B. (2005). Pengantar aplikasi Statistika dalam Penelitian Pendidikan.
Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
Wiliam, W. (1986). Research Methods in Education: An Introduction (Forth Edit).
Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn and Bacon Inc.
Wiradiputra, F. A., & Brahmanto, E. (2016). Analisis Persepsi Wisatawan Mengenai
Penurunan Kualitas Daya Tarik Wisata terhadap Minat Berkunjung. Jurnal
Pariwisata, 3(2), 129–137.
Yudistira, I. G. A. A., & Susanto, A. (2012). Keselamatan Pengunjung Tempat
Wisata. WIDYA, 29(320).
Zen, I. (2013). Teknik Sampling. Retrieved March 27, 2018, from
https://freelearningji.wordpress.com
PROFIL PENULIS
Saat ini penulis bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Daerah
Istimewa Yogyakarta, sekaligus aktif melakukan riset terkait bidang kepariwisataan.
Selain seorang akademisi, penulis juga seorang praktisi pariwisata. Selama masa
kuliah S1 sampai lulus penulis juga bekerja paruh waktu di hotel. Penulis juga pernah
bekerja sebagai koordinator food and beverage di Jogja Expo Center selama 2 tahun.
Bersama itu, juga merangkap koordinator dan pendiri salah satu Event Organizer yang
telah beberapa kali sukses mengelola event kecil-kecilan di Kota Yogyakarta,
diantaranya: lomba burung berkicau JEC jogja, food festival, band, bazar ramadhan
dan lain sebagainya.
Buku lain yang pernah ditulis berjudul “Geowisata : Perencanaan Pariwisata Berbasis
Konservasi” dan “Pengantar Manajemen Hospitality” diterbitkan oleh PT. Nasya
Expanding Management (Penerbit NEM).
KARYA LAIN PENULIS