Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Lipid

(Pembuatan Sabun dari Lipid)

Della Mariam Yolanda1*


1
Study Prgramme of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Padjadjaran University

Jl. Raya Bandung-Sumedang, KM 21 Jatinangor, Sumedang,West Java 45363, Indonesia


*
Corresponding author: della19001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Lemak atau lipid juga disebut sebagai senyawa orgaik heterogen yang bersifat tidak larut dalam air
tetapi dapat larut dalam pelarut nonpolar atau pelarut organik seperti alkohol. Lemak sendiri
berdasarkan jenis ikatannya dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Dimana lemak
jenuh merupakan lemak yang memiliki ikatan rangkap, sedangkan lemak tak jenuh merupakan
lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Komponen penyusun lemak terdiri atas atas asam
lemak, dimana ketika asam lemak bereaksi dengan basa atau senyawa alkil maka akan
menghasilkan sabun (proses saponifikasi). Sabun ini termasuk kedalam kebutuhan manusia yang
biasa digunakan untuk membersihkan sesuatu dengan prinsip sabun akan mengangkat kotoran
karena adanya sifat hidrofilik dan hidrofobik. Sifat ini diturunkan melalui komponen penyusun
sabun sendiri yaitu asam lemak, aquadest, dan basa. Selain itu sabun yang sudah terbentuk dari
proses saponifikasi asam lemak ternyata dapat kembali menjadi asam lemak dengan penambahan
senyawa asam. Prinsip yang digunakan untuk mengembalikan asam lemak dari sabun sendiri yaitu
dengan menerapkan prinsip netralisasi. Oleh karena itu untuk membuktikannya maka dilakukan
praktikum ini dengan yang pertama dilakukan adalah melakukan proses saponifikasi lalu setelah
dihasilkan produk maka direaksikan kembali dengan asam.

Kata kunci : lemak, saponifikasi, asam lemak, netralisasi

ABSTRACT
Fats or lipids are also referred to as heterogeneous organic compounds which are insoluble in
water but can dissolve in nonpolar solvents or organic solvents such as alcohol. Fat itself based on
the type of bond is divided into saturated fat and unsaturated fat. Where saturated fat is fat that has
double bonds, while unsaturated fat is fat that does not have double bonds. The constituent
components of fat consist of fatty acids, where when fatty acids react with bases or alkyl
compounds it will produce soap (saponification process). This soap is included in human needs
which are usually used to clean something with the principle that soap will remove dirt because of
its hydrophilic and hydrophobic properties. This property is derived through the components of the
soap itself, namely fatty acids, aquadest, and bases. In addition, soap that has been formed from
the saponification process of fatty acids can turn back into fatty acids with the addition of acid
compounds. The principle used to restore fatty acids from soap itself is to apply the principle of
neutralization. Therefore, to prove it, this practicum is carried out with the first thing to do is to
carry out the saponification process and then after the product is produced, it is reacted again with
acid.
Keywords : Lipids, oil, saponification, soap
1. Pendahuluan ditemukan di alam (Sartika, 2008).
Lemak atau lipid merupakan Lemak atau lipid juga disebut
senyawa lipida yang dapat sebagai senyawa orgaik heterogen

1
yang bersifat tidak larut dalam air mengalami hidrolisis menjadi
tetapi dapat larut dalam pelarut keton, alkanal, atau hidrokarbon,
nonpolar atau pelarut organik serta ada sedikit apokasi dan
contohnya alkohol (Hartono A, alkohol yang bersifat volatile
2006). Lemak memiliki komponen sehingga menghasilkan bau tengik
dasar yaitu asam lemak dan gliserol (Christine F. Mamuaja, 2017).
yang diperoleh dari hidrolisis Asam lemak memiliki struktur
lemak, minyak, atau senyawa lipid dimana kepalanya bersifat
lainnya (Sartika, 2008). Selain hidrofobik (anti air) dan pada
lemak dan minyak ada contoh lipid ekornya bersifat hidrofili (suka air),
lain yaitu wax (malam) yang mana sehingga lemak dapat dikatakan
merupakan lipid dari ester asam memiliki sifat amfipatik (O’keefe,
lemak dengan alkohol monohidrat 2002)
yang berat molekulnya tinggi Sabun merupakan senyawa
(Christine F. Mamuaja, 2017). natrium atau kalium yang berasal
Terdapat beberapa jenis-jenis lipid, dari proses hidrolisis minyak
yaitu triasilgliserol, fosfolipid, menjadi asam lemak lalu
kolesterol, sphingolipids, sterol mengalami proses saponifikasi
lipid, prenol lpid, dalam kondisi basa (Pratiwi &
saccharolipids,poliketida, dan asam Setyaningsih, 2013). Lemak dan
lemak (Setyandharni & Anggraini, minyak yang biasanya digunakan
2017). Lemak dan minyak sama- dalam pemuatan sabun yaitu
sama senyawa lipida tetapi golongan triasilgliserol .
memiliki perbedaan konsistensi Pengkondisian asam lemak menjadi
pada suhu kamar, yaitu jika lemak basa dilakukan dengan penambahan
akan berbentuk padat sementara larutan basa sepeti KOH dan NaOH
minyak berbentuk cair (Sartika, (S.Kateren, 1986). Prinsipnya jika
terdapat reaksi antara asam lemak
2008). Perbedaan titik cair ini
dengan alkali atau basa maka akan
disebabkan karena adanya
menghasilkan sabun. Sabun
perbedaan jumlah ikatan rangkap,
bersifat surfaktan yang mana
panjang rantai karbon, serta bentuk
memiliki gugus bipolar yang pada
struktur (cis atau trans) yang
bagian kepalanya bersifat hidrofilik
terkandung dalam asam lemak itu
dan pada bagian ekorya bersifat
sendiri (Sartika, 2008). hidrofobik (Levenspiel, 1972), hal
Asam lemak merupakan ini yang membuat sabun dapat
penyusun dari lipid, asam lemak ini mengangkat kotoran.
dibedakan menjadi 2 menurut jenis
ikatannya yaitu ada asam lemak tak 2. Metodelogi
jenuh dan asam lemak jenuh
2.1 Metode
(Christine F. Mamuaja, 2017).
Dalam asam lemak jenuh ikatan Metode yang digunakan dalam
karbonnya memiliki ikatan rangkap praktikum lipid ini yaitu dengan
(contohnya minyak kelapa), pembuatan sabun dari lipid
sedangkan asam lemak tak jenuh (saponifikasi). Dengan lemak yang
berasal dari lemak jenuk dan tidak
ikatan karbonnya tidak memiliki
jenuh. Prinsip kerjanya yaitu lemak
rangkap (contohnya minyak zaitun)
akan bereaksi dengan alkil sehingga
(Sartika, 2008) . Lemak dapat menghasilkan sabun lalu direaksikan
mudah mengalami reaksi oksidasi kembali dengan larutan asam untuk
sehingga asam lemak yang berada melihat apakah asam lemak dapat
dalam suhu ruangan akan terbentuk kembali.

2
goreng yang akan diuji
2.2 Waktu dan Tempat 2 Minyak zaitun Sebagai sampel
Praktikum kali ini dilakukan yang akan diuji
pada hari Rabu, 14 Oktober 2020 3 KOH Sebagai
secara daring dengan menggunakan pereaksi basa
platform google classroom dan lemah
google meet. Praktikum dilakukan 4 NaOH sebagai peraksi
dengan cara melihat video demo basa kuat
praktikum oleh asisten laboratorium 5 CH3COOH sebagai peraksi
lalu setelah itu dilanjutkan dengan
sesi diskusi melalui google meet. asam lemah
6 H2SO4 Sebagai
2.3 Alat dan Bahan pereaksi asam
Adapun alat yang digunakan dalam kuat
praktikum ini yaitu dapat dilihat pada 8 Aquadest Sebagai media
tabel 1.
ketika sampel
Tabel 1 Alat praktikum dan fungsinya dipanaskan
No Nama Alat Fungsi
1. Hotplate Sumber panas
saat pemanasan 2.4 Prosedur
2. Beaker glass Untuk 2.4.1 Dimasukan 5 tetes minyak zaitun
menyimpan ke dalam tabung reaksi 1 dan 3
larutan yang
dan 5 tetes minyak goreng pada
dipanaskan dan
tabung reaksi 2 dan 4.
tabung reaksi
yang dipanaskan 2.4.2 Ditambahkan aquadest sebanyak
3. Penjepit Menjeput 3ml kedalam masing-masing
tabung tabung reaksi tabung.
reaksi yang berisi 2.4.3 Dimasukan 1ml KOH kedalam
sampel saat tabung 1 dan 2.
proses 2.4.4 Dimasukan 1ml NaOH kedalam
pemanasan tabung 3 dan 4.
4. Tabung Menyimpan 2.4.5 Dipanaskan campuran hingga
reaksi tabung reaksi mendidih (1-2 menit) di atas
5. Rak tabung Tempat hotplate.
mereaksikan zat 2.4.6 Dikocok dan diperhatikan
6. Pipet tetes Memipet/memin pembentukan busa.
dahkan zat yang 2.4.7 Ditambahkan pereaksi asam
berbentuk cair
CH3COOH pada tabung ke 1 dan
(telur dan
4.
pereaksi).
2.4.8 Ditambahkan pereaksi asam
Sementara itu untuk bahan yang H2SO4 pada tabung ke 2 dan 3.
digunakan dapat dilihat pada tabel 2. 2.4.9 Diamati setiap perlakuan dan
dicatat dalam tabel pengamatan

3. Hasil Dan Pembahasan

Tabel 2 Bahan praktikum dan fungsinya 3.1 Hasil


No Nama Fungsi Hasil praktikum yang telah
Bahan
dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.
1 Minyak Sebagai sampel

3
Tabel 3 Hasil praktikum Berdasarkan percobaan yang
sudah dilakukan bahwa dihasilkan
N Tab Perla Penga sabun kalium dan sabun natrium
Sampel
o ung kuan matan yang berasal dari minyak zaitun
Busa serta minyak goreng. Dimana sabun
lebih kalium berasal dari pereaksian
Diberi
1 sedikit
KOH KOH dengan minyak sementara
dari
NaOH sabun natrium berasal dari pereaksi
Minyak
1 NaOH.
zaitun Busa
lebih Sebelum proses saponifkasi,
Diberi dilakukan proses hidrolisis lemak
3 banyak
NaOH dengan mencampurkannya dengan
dari
KOH aquadest. Agar lemak dapat
Busa bereaksi dengan air maka campuran
lebih minyak dan air dipanaskan lalu
Diberi
2 sedikit dikocok. Pemanasan dan
KOH
dari pengocokan dilakukan untuk
Minyak NaOH mempercepat reaksi hidrolisis.
2
goreng Busa Dengan proses ini maka akan
lebih terjadi pelepasan atau dihasilkan
Diberi
4 banyak
NaOH asam lemak bebas dan gliserin.
dari
Adapun reaksi kimia yang terjadi
KOH
Terbent dapat dilihat pada gambar 1.
uk 2 Hidrolisis lemak ini dilakukan
lapisan agar lemak menghasilkan asam
Diberi tebal lemak yang dapat bereaksi dengan
KOH+ sedikit basa sehingga menghasilkan sabun.
1
CH3C lebih
OOH kuning
Minyak dari
3
zaitun tabung
3
Terbent
Diberi uk 2
NaOH lapisan
3
+H2S tebal Gambar 1 Reaksi Hidrolisis Lemak (Sumber:(Pratiwi &
O4 sedikit Setyaningsih, 2013)
kuning
Terbent Selanjutnya asam lemak
uk 2 direaksikan dengan basa atau alkali
Diberi
lapisan agar dapat menghasilkan sabun.
2 KOH+
dengan Pada asam lemak yang
H2SO4
warna dicampurkan dengan NaOH
Minyak
4 bening dihasilkan sabun natrium (garam
goreng
Diberi Terben stearat). Adapun busa yang
NaOH uk 2 dihasilkan oleh NaOH yaitu lebih
4 +CH3 lapisan banyak daripada KOH.
COO tipis
Lalu pada asam lemak yang
H bening
dicampurkan dengan KOH
3.2 Pembahasan dihasilkan sabun kalium (kalium
stearat). Adapun busa yang

4
dihasilkan oleh KOH lebih sedikit lalu pada sabun lemak dan air
dibandingkan dengan NaOH. berpisah karena ditambahkan asam
Dari kedua reaksi dihasilkan yang membuat suasana larutan atau
jumlah sabun yang berbeda karena sabun menjadi netral kembali (reaksi
nilai kereaktifan NaOH lebih tinggi netralisasi) sehingga lemak dan air
daripada KOH sehingga asam tidak lagi melakukan proses
lemak yang bereaksi dengan NaOH saponifikasi. Disisi lain lemak dan air
pun lebih banyak (Mulana, 2011). memiliki massa jenis yang berbeda,
Adapun reaksi kimia yang terjadi dimana lemak memiliki massa jenis
pada saat saponifikasi dapat dilihat yang lebih kecil dibandingkan air.
pada gambar 2. Berdasarkan hukum archimedes dan
konsep gaya apung maka jika
terdapat suatu zat dalam air yang
massa jenisnya lebih kecil dari air
maka akan terapung atau berada di
atasnya (Ningrum & Linuwih, 2015).
Sementara itu pada
Gambar 2 Reaksi Saponifikasi (Sumber: Pratiwi & Setyaningsih, penambahan asam kuat dan asam
2013)) lemah maka terdapat perbedaan
Dalam praktikum ini warna lapisan. Dimana pada tabung
digunakan 2 jenis lemak, dimana yang ditambahkan asam kuat
minyak goreng merupakan lemak dihasilkan 2 lapisan yang sama-sama
jenuh sementara minyak zaitun berwarna bening, sementara pada
tabung yang ditambahkan asam
merupakan lemak tak jenuh (Sartika,
lemah dihasilkan 2 lapisan yang
2008). Dalam praktikum antara
bening dan kuning.
lemak jenuh ataupun tak jenuh sama- Lapisan bening pada kondisi
sama menghasilkan sabun (terjadi satu merupakan air dan lemak dimana
proses saponifikasi). Hal ini terjadi lapisan atas merupakan lemak dan
karena antara lemak jenuh dan tak lapisan bawah merupakan air. Warna
jenuh keduanya jika dihidrolisis akan bening pada kondisi ini menunjukan
menghasilkan asam lemak, sehingga bahwa reaksi netralisasi berjalan
walaupun jenis ikatannya berbeda dengan baik dan sempurna, karena
namun tetap bisa menghasilkan pada saat proses saponifikasi
sabun. ditambahkan basa kuat sehingga
Selanjutnya setelah sabun ketika kita akan melakukan
didapat maka direaksikan dengan netralisasi agar didapatkan titip yang
asam lemah dan asam kuat. Hal ini seimbang maka harus ditambahkan
dilakukan untuk melihat akankah asam kuat juga. Lalu pada kondisi
asam lemak dapat terbentuk kembali dua itu terjadi warna lapisan yang
setelah dilakukan reaksi saponifikasi berbeda karena reaksi netralisasi
atau tidak. tidak berjalan dengan baik karena
Berdasarkan hasil yang ditambahkan asam lemah yang tidak
didapat bahwa asam lemak dapat bisa mencapai titip netral yang paling
terbentuk kembali. Hal ini ditandai seimbang. Oleh karena itu warna
dengan adanya 2 lapisan yang terlihat larutannya berbeda.
pada tabung reaksi. Dimana lapisan
itu merupakan air dan lemak yang 4. Kesimpulan
sudah tidak bersatu lagi. Pada
prinsipnya sabun berada pada kondisi Berdasarkan praktikum yang
sudah dilakukan dapat disimpulkan
basa (Pratiwi & Setyaningsih, 2013),
bahwa lemak (jenuh dan tak jenuh)

5
dapat mengalami reaksi dengan air Pratiwi, P., & Setyaningsih, R.
namun dengan beberapa bantuan (2013). Pembuatan Sabun Cair
seperti pemanasan dan pengocokan Dari Minyak Goreng Bekas
(Sartika, 2008). Hal ini dinamakan (Jelantah). Journal of
dengan reaksi hidrolisis. Lalu salah Chemical Information and
satu hasil dari reaksi hidrolisis yaitu Modeling, 53(9), 1689–1699.
asam lemak dimana asam lemak Sartika, R. A. D. (2008). Pengaruh
ketika ditambahkan basa maka akan Asam Lemak Jenuh, Tidak
melakukan reaksi saponifikasi Jenuh dan Asam Lemak Trans
sehingga membentuk sabun. Adapun terhadap Kesehatan. Kesmas:
setiap basa yang ditambahkan akan National Public Health
menghasilkan banyaknya sabun Journal, 2(4), 154.
yang berbeda-beda tergantung https://doi.org/10.21109/kesm
kepada nilai kereaktifannya. Dimana as.v2i4.258
semakin tinggi nilai kereaktifannya Setyandharni, E., & Anggraini, H.
maka akan semakin banyak sabun (2017). Perbandingan Kadar
yang dihasilkan (Estiasih & Trigliserida Menggunakan
Sampel Serum , Plasma Edta
Sunarharum, 2011).
Da Plasma Heparin the
Lalu sabun hasil dari
Comparison of Trigliserida
saponifikasi dapat dipisahkan
Level Using Sample Serum ,
kembali menjadi asam lemak dan air
Edta Plasma and Heparin
dengan ditambahkannya asam.
Plasma. 05, 1–5.
Proses ini dinamakan dengan reaksi
netralisasi. Dimana asam lemak dan
air dapat diketahui dengan melihat
adanya lapisan yang mana lapisan
atas merupakan asam lemak dan
lapisan bawah merupakan air.

5. References
Christine F. Mamuaja. (2017).
Lipida. In Unsrat Press.
Estiasih, T., & Sunarharum, W. B.
(2011). Saponifikasi dan
Ekstraksi Satu Tahap untuk
Ekstraksi Minyak Tinggi
Linoleat dan Linolenat dari
Kedelai Varietas Lokal One
Step Saponification and
Extraction for Extracting
High Linoleic and Linolenic
Oil from Local Soybean.
31(1).
Mulana, F. (2011). Penggunaan
Katalis NaOH dalam Proses
Transesterifikasi Minyak
Kemiri menjadi Biodiesel.
Jurnal Rekayasa Kimia &
Lingkungan, 8(2), 73–78.
Ningrum, F. S., & Linuwih, S.
(2015). Unnes Physics
Education Journal. Unnes
Physics Education Journal,
4(1), 2–5.

6
LAMPIRAN

Gambar 3 (kiri) Hasil reaksi minyak goreng+NaOH, Gambar 4 (kiri) Hasil reaksi minyak zaitun+KOH+
(Kanan) Hasil reaksi minyak goreng+KOH , (Kanan) Hasil reaksi minyak zaitun+NaOH

Gambar 5 Hasil reaksi pemberian asam pada sabun

Anda mungkin juga menyukai