Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH 2

SURVEI DAN PEMETAAN TOPOGRAFI

Disusun Oleh :
Kelompok : 3
Kelas : 1C
1. Alvet Bachtiar Lutvi (1731310057)
2. Fikri Fiddin Jazuli (1731310069)
3. Krisdianti (1731310136)
4. Nadiyah Rahmawati (1731310096)
5. Widyadhana Giantama S (1731310036)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum Ilmu


Ukur Tanah 2 tentang pengukuran detail untuk Pemetaaan Topografi, berlokasi di
kampus Politeknik Negeri Malang.

Kelompok :3
Kelas : 1C
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 21 s/d 25 Mei 2018
Nama Anggota Kelompok :
1. Alvet Bachtiar Lutvi (1731310057)
2. Fikri Fiddin Jazuli (1731310069)
3. Krisdianti (1731310136)
4. Nadiyah Rahmawati (1731310096)
5. Widyadhana Giantama S (1731310036)

Malang,25 Juli 2018


Dosen Pembimbing

Ir. Rinto Sasongko, MT


NIP 1958011511988031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Ilmu Ukur Tanah 2 tepat waktu
dan dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini ditujukan guna
memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 2. Laporan ini diambil
dari berbagai sumber atau refrensi yang terkait dan disusun sesederhana mungkin
untuk dapat cepat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan
laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya :

1. Tuhan yang maha ESA.


2. Bpk. Ir. Rinto Sasongko, MT selaku dosen pembimbing llmu Ukur Tanah 2.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam proses uji bahan
dan penyusunan laporan sehingga selesai dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak.

Malang, 12 Juli 2018

Tim Penyusun

iii
DAFTAR IS

LAPORAN PRAKTIKUM.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................3
2.1 Pengukuran Poligon..................................................................................3
2.2 Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Waterpass.................................7
2.3 Teknik Pemetaan Detail..........................................................................18
2.4 Penggambaran Detail dan Kontur...........................................................22
BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN......................................................25
3.1 Peralatan..................................................................................................25
3.2 Lokasi dan Waktu....................................................................................31
3.3 Tahapan Pengukuran Poligon..................................................................32
3.4 Tahapan pengukuran Beda Tinggi..........................................................34
3.5 Tahapan Pengukuran Detail....................................................................35
BAB IV PROSES DATA.....................................................................................37
4.1 Proses Data Poligon................................................................................37
4.2 Proses Data Waterpass............................................................................48
BAB V PENUTUP................................................................................................71
5.1 Kesimpulan..............................................................................................71
5.2 Saran........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................72
LAMPIRAN...........................................................................................................73

iv
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan
posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relative suatu daerah. Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi
atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan
kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini
digunakan dalam pengukuran daerah yang luas.
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan
bumi dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini
digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan
bidang hitung yaitu bidang datar.
Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang
meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang
permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai
bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari
titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dapat diterapkan di lapangan.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan
pemetaan situasi . Mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk
berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang
menggunakan peta sebagai acuan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai


berikut :
1. Bagaimana cara mengoprasikan Total Station?
2. Bagaimana cara mengolah data hasil pengukuran menggunakan Total
Station, baik horizontal maupun vertikal?
3. Bagaimana cara mengoprasikan Waterpass?
4. Bagaimana cara mengolah data hasil pengukuran menggunakan
Waterpass?
5. Bagaimana cara mengolah data hasil pengukuran detail?
6. Bagiamana prosedur penggambaran kontur?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakan praktek ini


sebagai berikut :
1. Dapat mengoprasikan Total Station dengan benar dan lancar.
2. Mengetahui cara mengolah data hasil pengukuran menggunakan Total
Station dengan benar, baik horizontal maupun vertikal.
3. Dapat mengoprasikan Waterpass dengan benar dan lancar.
4. Dapat mengolah data hasil pengukuran dengan menggunakan
Waterpass.
5. Dapat mengolah data hasil pengukuran detail.
6. Dapat mengetahui prosedur penggambaran kontur.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas manfaat yang diperoleh setelah praktek sebagai


berikut :
1. Mengerti serta paham bagaimanacara mengoprasikan Total Station
dengan benar dan lancar.
2. Paham dan dapat mengolah data hasil pengukuran menggunakan Total
Station.

2
3. Mengerti serta paham bagaimana cara mengoprasikan Waterpass
dengan benar dan lancar.

BAB II
DASAR TEORI

1.5 Pengukuran Poligon

1.1.1 Total Station


Total station adalah instrument optis/elektronik yang digunakan dalam
pemetaan dan konstruksi bangunan. Total Station merupakan theodolite
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (electronc distance meter
/ EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan dari instrument ke titik tertentu.
1.1.2 Posisi Horizontal
1) Arti Posisi Horisontal Titik
Yang dimaksud posisi horisontal adalah kedudukan geometris suatu titik
atau obyek di permukaan bumi dalam arah mendatar yang dinyatakan dalam suatu
sistem koordinat tertentu.
Ada dua sistem koordinat yang dapat digunakan untuk menyatakan posisi
horisontal suatu titik, yaitu:
(1) Sistem Koordinat Kartesian
(2) Sistem Koordinat Geografi
Sistem Koordinat Kartesian yaitu suatu sitem koordinat yang menyatakan
posisi suatu titik atau obyek dengan besaran Absis (X) dan Ordinat (Y) dalam
acuan / referensi tertentu.
Dimana sumbu Y positif ditetapkn sebagai pedoman arah yang
disejajarkan dengan arah Utara peta. Dengan demikian, arah sumbu X positif
sejajar dengan arah timur, sumbu Y negatif sejajar arah selatan dan sumbu X
negatif sejajar arah barat.
Pada sistem koordinat kartesian yang digunakan untuk menyatakan posisi
horisontal suatu titik dalam kaitannya dengan Ukur Tanah ditetapkan pembagian
kuadran dengan batasan sebagai berikut:
 Kuadran I : dibatasi oleh sumbu Y positif dan sumbu X positif

3
 Kuadran II : dibatasi oleh sumbu X positif dan sumbu Y negatif
 Kuadran III : dibatasi oleh sumbu X negatif dan sumbu Y negatif
 Kuadran IV : dibatasi oleh sumbu X negatif dan sumbu Y positif

2) Tujuan Penentuan Posisi Horisontal


Tujuan penentuan posisi horisontal yaitu untuk mengetahui posisi
planimetris suatu titik atau obyek di permukaan bumi yang dinyatakan dalam
sistem tertentu.
Untuk mengetahui posisi horisontal suatu titik, dapat diperoleh dengan
menggunakan pengukuran di lapangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung berdasarkan titik yang telah ada(diketahui koordinatnya).
Titik – titik dasar yang digunakan sebagai acuan tersebut merupakan titik
– titik kerangka dasar horisontal yang telah diketahui koordinatnya dan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan koordinat titik – titik lain atau titik – titik baru
yang belum diketahui koordinatnya.

3) Metode Penentuan Posisi Horizontal


Menentukan posisi horisontal titik – titik atau obyek di permukaan bumi,
ada beberapa metoda yang dapat digunakan, antara lain:
(1) Metoda Polar atau Rectangular
(2) Metoda Inersection (Perpotongan Ke Muka atau Pengikat Ke Muka)
(3) Metoda Resection (Perpotongan Ke Belakang atau Pengikat Ke
Belakang)
(4) Metoda Poligon
(5) Metoda Triangulasi
(6) Metoda Trilaterasi
(7) Metoda Triangulasi Udara (Fotogrammetri)
(8) Metoda Astronomi Geodesi
(9) Metoda Global Positioning System atau GPS
Metoda yang paling sering digunakan dalam Ukur Tanah yaitu, Metoda
Polar, Perpotongan Ke Muka dan Poligon.

4
4) Metode Poligon Terutup

Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke


titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi
besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. Dengan peryataan tersebut, maka
secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai sebagai berikut:
1. Koordinat awal = Koordinat akhir
2. Azimuth awal = Azimuth akhir
Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam
2. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar

Syarat geometris tertutup:

(∑β) – n . 180o = 0

∑( d . sin α ) = 0

∑( d . cos α ) = 0

Dalam hal ini:

( ∑β ) = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup

n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai

∑ ( d . sin α ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sin α

∑ ( d . cos α ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cos α

5
Perlu diketahui, dalam proses hitungan poligon tertutup bahwa :

a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai n = N + 2
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N – 2

Langkah penyelesaian :

1. Perhatikan skets gambar poligon


2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran tau clossing error polygon (fβ)
fβ = {(∑β) – n . 180o}
3. Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sdut terkoreksi

Nilai koreksi total = - fβ

Besarnya koreksi setiap sudut ukuran (∆β) = -fβ / N

Dalam hal ini, notasi n = banyaknya sudut poligon yang diukur

Nilai sudut terkoreksi : β = βu + ∆β

4. Menghitung azimuth/ sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan:

αBC = αAB + β2 – 180o

αCD = αBC + β3 – 180o

αDE = αCD + β4 – 180o

αEA = αDE + β5 – 180o

5. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah absis (fx) dan ordinat (fy)
6. Menghitung nilai koreksi jarak

Nilai koreksi jarak total arah X (absis) = - fx

Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X :

6
δx = (d / ∑d) . (-fx)

Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = -fy

Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y :

δy = (d / ∑d) . (-fy)

7. Menghitung koordinat titik B, C, D, dan E


XB = XA + dAB sin αAB + δx1
XC = XB + dBC sin αBC + δx2
XD = XC + dCD sin αCD + δx3
XE = XD + dDE sin αDE + δx4
XA = XE + dEA sin αEA + δx5

YB = YA + dAB cos αAB + δy1


YC = YB + dBC cos αBC + δy2
YD = YC + dCD cos αCD + δy3
YE = YD + dDE cos αDE + δy4
YA = YE + dEA cos αEA + δy5

1.6 Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Waterpass

1.1.3 Waterpass
Waterpass merupakan alat pengukur beda ketinggian dari satu titik acuan
ke titik acuan lainnya. Waterpass dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengetahui apakah waterpass sudah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca yang berbentuk bulat. Jika gelembung tepat
berada di tengah, itu artinya waterpass sudah terpasang dengan benar. Pada
waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda
panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan
terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian didapatkan
dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan.
Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa

7
okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan
berapa banyak tanah yang diperlukan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini
sangat sensitif terhadap sinar matahari, sehingga membutuhkan payung untuk
menghindari terkenanya cahaya matahari.
1) Kegunaan Waterpass
Mendapatkan pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama
tinggi, sehingga titik – titik yang tepat pada garis bidikan mempunyai ketinggian
yang sama.
Dengan pandangan mendatar tersebut akan diketahui jarak dari garis bidik
yang dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka
akan diketahui atau didapatkan beda ketinggian dari titik-titik tersebut.

2) Bagian-bagian Waterpass
Alat ukur Penyipat Datar ini atau yang dikenal dengan istilah Waterpass
dan mistar yang digunakan yaitu rambu ukur mempunyai bagian-bagian sebagai
berikut:
(1) Lingkaran horizontal berskala
(2) Skala pada lingkaran horizontal
(3) Okuler teropong
(4) Alat bidik dengan celah penjera
(5) Sekrup penyetel focus
(6) Sekrup penggerak horizontal
(7) Sekrup pengungkit
(8) Sekrup pendatar
(9) Obyektif teropong
(10) Nivo tabung
(11) Nivo kotak
(12) Kepala kaki tiga
Alat penyipat datar yang sederhana (waterpass) terdiri dari sebuah
teropong dengan garis bidiknya dapat dibuat horizontal dengan nivo tabung.
Untuk mencari sasaran sembarang sekeliling alat penyipat datar, maka teropong
dan tabung nivo dapat diputar pada sumbu pertama yang dapat diatur dengan tiga

8
sekrup mendatar. Dengan sekrup penyetel focus bayangan rambu ukur dapat
disetel tajam. Dengan sekrup penggerak horizontal bayangan dapat ditepatkan
pada benang silang diafragma. Dengan cermin pada nivo tabung kita dapat
menyetel keseimbangan waterpass.
3) Syarat Pengukuran Waterpass
Syarat alat ukur Waterpass untuk pengukuran sipat datar, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur secara benar.
(1) Garis bidik sejajar garis arah nivo
(2) Garis arah nivo tegak lurus sumbu 1 (satu)
(3) Benang diafragma tegak lurus sumbu 1 (satu)

Ada beberapa ketentuan/persyaratn dalam melakukan pengukuran beda


ketinggian dengan metode sipat datar, yaitu:

(1) Sebelum melakukan pengukuran perlu pengecekan garis bidik dari


alat sipat datar yang digunakan, dan dicek kembali setelah selesai
pengukuran.
(2) Penempatan alat sipat datar harus dipasang pada tanah keras dan
cukup stabil.
(3) Pembacaan selalu didahulukan ke rambu belakang baru kemudian
rambu muka
(4) Saat pembidikan, yang dibaca angka rambu tepat pada ketiga benang
diafragma lensa okuler, yaitu:
BA (Batas Atas),
BT (Batas Tengah) dan
BB (Batas Bawah).
(5) Sebaiknya rambu dilengkapi dengan nivo kotak dan dipasang
tegak/stabil (tidak goyah) dan juga pemasangan rambu di atas tatakan
rambu.
1.1.4 Macam Cara Pengukuran Beda Tinggi
Dalam pelaksanaannya, pengukuran beda tinggi dengan alat penyipat
datar atau waterpass ada 3 macam cara, yaitu :

9
1) Alat sipat datar ditempatkan pada titik yang diketahui
ketinggiannya
Dengan cara ini maka perlu mengukur tinggi alat, untuk
mendapatkan nilai tinggi garis bidik. Apabila pembacaan rambu di titik
lain diketahui, maka tinggi titik yang ditempati rambu tersebut dapat
dihitung elevasinya.
Untuk menghitung tinggi stasion B digunakan rumus sebagai berikut :
∆ hAB = TA – BT = TA – b
HB = TGB – b
HB = HA + TA – b
HB = HA + ∆ hAB
Keterangan :
TA = tinggi alat waterpass di A
TGB = tinggi garis bidik
HA = elevasi / tinggi stasion A
HB = elevasi / tinggi stasion B
b = bacaan Benang Tengah (BT) rambu di B
∆ hAB = beda tinggi dari A ke B
2) Alat sipat datar ditempatkan di antara dua stasion (tidak harus
segaris)
Dengan cara ini maka tidak perlu mengukur alat tinggi. Rambu
ukur ditegakkan pada titik-titik yang akan diukur beda tingginya dan alat
waterpass dipasang di antara kedua rambu tersebut. Posisi alat tidak
harus tepat di tengah maupun segaris dengan kedua rambu, yang
terpenting dapat dilakukan pembacaan angka rambu dari posisi alat
tersebut, sehingga dapat dihitung beda tingginya dan dapat pula dihitung
elevasi, jika salah satu titik itu sudah diketahui elevasinya.
∆ hAB = BTA – BTB = a - b
∆ hBA = BTB – BTA = b – a

10
Bila tinggi stasion A adalah HA, maka tinggi stasion B adalah :
HB = HA + ∆ hAB = HA + a – b = TGB – b
Bila tinggi stasion B adalah HB, maka tinggi stasion A adalah :
HA = HB + ∆ hBA = HB + b – a = TGB – a
3) Alat sipat datar ditempatkan pada salah satu titik yang diukur
Dengan cara ini alat ukur tidak ditempatkan pada ataupun di antara
titik/stasion dan tidak perlu mengukur tinggia alat. Rambu ukur
ditegakkan pada titik-titik yang akan diukur beda tingginya dan alat
waterpass dipasang pada salah satu sisi titiknya, yang terpenting dapat
dilakukan pembacaan angka rambu dari posisi alat tersebut, sehingga
dapat dihitung beda tingginya dan dapat pula dihitung elevasi, jika salah
satu titik itu sudah diketahui elevasinya.

1.1.5 Macam Pengukuran dengan Waterpass


Ada beberapa macam pengukuran dengan menggunakan alat
waterpass (penyipat datar) tergantung dari tujuannya pengukuran tersebut.
1) Pengukuran Sipat Datar Memanjang (Differential Leveling)
Digunakan apabila jarak antara dua stasion yang akan ditentukan beda
tingginya sangat berjauhan (di luar jangkauan jarak pandang), jarak
antara kedua stasion tersebut dibagi dalam jarak pendek yang disebut
seksi atau slag. Jumlah aljabar beda tinggi tiap seksi akan menghasilkan
bead tinggi antar kedua stasion tersebut.
2) Pengukuran Profil Memanjang (Profile Levelling / Longitudinal
Section)
Digunakan untuk menentukan ketinggian titik-titik sepanjang garis
tertentu atau garis proyek, misalnya profil lapangan sepanjang garis
rencana jalan, rencana saluran irigasi, jalur pipa, dan lain-lain.
3) Pengukuran Profil Melintang (Cross Section)
Digunakan untuk menentukan ketinggian titik-titik sepanjang garis tegak
lurus garis proyek.
4) Pengukuran Sipat Datar Luas

11
Digunakan untuk menentukan ketinggian titik-titik yang menyebar
dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis ketinggian
(kontur).

5) Pengukuran Sipat Datar Resipokal (Reciprocal Levelling)


Adalah pengukuran sipat datar di mana alat penyipat datar
(waterpass) tidak dapat ditempatkan antara dua stasion. Misalnya
pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
6) Pengukuran Sipat Datar Teliti (Precise Levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan
sipat datar teliti.

1.1.6 Pengukuran Sipat Datar Memanjang (Differential Levelling)


Misalkan titik A dan B akan ditentukan beda tingginya. Jarak antar titik A
dan B cukup jauh, misalkan 2 km. Dengan metoda ini,sepanjang jalur antara titik
A dan B dibagi dalam beberapa slag/titik, jarak setiap slagnya sekitar 100 meter.
Kemudian setriap slag diukur beda tingginya, dengan cara melakukan pembacaan
BA, BT, dan BB pada rambu belakang maupun rambu muka.
Prinsip hitungannya, bahwa jumlah beda tinggi setiap bagian atau slag dari
titik A hingga B akan memberikan nilai beda tinggi antara A dan B.
Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Beda tinggi tiap slag/bagian : ∆hi = bi – mi

Beda tinggi antara A dan B :

n n n n
∆ hAB =∑ ∆ h i=∑ (bi−mi)=∑ bi-∑ mi
i=1 i=1 i=1 i=1

Elevasi titik B dapat dihitung dengan rumus dasar : HB = HA +∆ hAB

Untuk control pembacaan rambu : ½ (BB-BA)

Jarak mendatar optis antara posisi alat dan rambu: D=100 (BB-BA)

12
Dalam pelaksanaan pengukuran sipat datar memanjang, ditinjau dari jalurnya
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Jalur Pengukuran Sipat Datar Tidak Terikat

Jika dalam suatu jalur pengukuran sipat datar diketahui elevasi salah satu
titiknya, maka elevasi titik-titik yang lain dapat dihitung apabila telah dilakukan
pengukuran beda tinggi antara titik yang berurutan pada jalur tersebut.

Misalnya pada suatu jalur pengukuran sipat datar seperti pada sket dibaeah
ini (tampak atas), titik A telah diketahui elevasinya yaitu H A, selanjutnya diukur
beda tinggi dari titik A sampai titik 4 dengan melalui titik 1,2, dan 3. Elevasi titik-
titik yang dialui jalur tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

Gambar : Sket Jalur Pengukuran Sipat Datar Tidak Terikat

H1 = HA + ∆hA1 Keterangan : ∆hA1 : beda tinggi A-1

H2 = H1 + ∆h12 ∆h12: beda tinggi 1-2

H3 = H2 + ∆h23 ∆h23: beda tinggi 2-3

H4 = H3 + ∆h34 ∆h34: beda tinggi 3-4

2) Jalur pengukuran Sipat Datar Terikat

Jika dalam suatu jalur pengukuran sipat datar terbuka, diketahui elevasi
kedua titik ujungnya, maka elevasi titik-titik yang lain pada jalur tersebut dapat
dihitung apabila telah dilakukan pengukuran beda tinggi.

Sket jalur pengukuran sipat datar.

13
Gambar : Sket Jalur Pengukuran Sipat Datar Terikat

Tinggi titik A diketahui = HA (titik ujung awal)

Tinggi titik B diketahui = HB (titik ujung akhir)

Hasil pengukuran beda tinggi sepanjang jalur dari A sampai B yang


melewati titik 1,2, dan 3 adalah sebagai berikut : ∆hA1, ∆h12, ∆h23, ∆h3B,

Syarat yang harus dipenuhi pada suatu jalur sipat datar terikat :

H (akhir) – H (awal) = ∑∆h (ukuran)

Dalam contoh ini, HB – HA = ∆hA1 + ∆h12 + ∆h23 + ∆h3B

Adanya kesalahan pengukuran beda tinggi dapat diketahui vesarnya dengan


berpedoman persyaratan tersebut di atas.

Formula untuk mengetahui besarnya kesalahan beda tinggi hasil ukuran


sebagai berikut :

Fh = {∑∆h (ukuran)} – {H (akhir) – H (awal)}

Dengan adanya kesalahan tersebut, perlu dilakukan koreksi terhadap data


ukuran beda tinggi. Nilai koreksinya (ᵟh) secara teoritis berbanding lurus dengan
jarak antara dua titik terukur dan dapat diformulasikan sebagai berikut :

d
ᵟh = (-fh)
∑d

Selanjutnya dapat dihitung elevasi titik sepanjang jalur pengukuran


tersebut dengan nilai koreksi masing-masing beda tingginya. Secara umum,
hitungan elevasi titik dapat dirumuskan sebagai berikut :

H (titik) = H (titik sebelumnya) + beda tinggi + koreksinya

14
Elevasi titik 1,2,3 dalam contoh ini dapat dihitung sebagai berikut :

H1 = HA + ∆hA1 + ᵟhA1

H2 = H1 + ∆h12 + ᵟh12

H3 = H2 + ∆h23 + ᵟh23

HB = H3 + ∆h3B + ᵟh3B

Elevasi titik B perlu dihitung juga sebagai control hitungan yang nilainya
harus sama dengan titik B pada data yang diketahui.

3) Jalur Pengukuran Sipat Datar Tertutup

Pada prinsipnya jalur sipat datar tertutup merupakan suatu bentuk jalur
sipat datar terikat, namun dalam hal ini titik awal dan titik akhir berada pada
posisi yang sama (berimpit), artinya H (awal) = H (akhir).

Dengan demikian persyaratan geometri yang harus dipenuhi dalam proses


data untuk jalur sipat datar tertutup adalah sebagai berikut:

∑∆h (ukuran) = 0

Misalnya pada suatu jalur pengukuran sipat datar tertutup ABCDA seperti
pada sket di bawah ini (tampak atas), titik A telah diketahui elevasinya yaitu H A,
selanjutnya diukur beda tinggi antar titiknya (sesuai arah panah).

Gambar : Sket Jalur Pengukuran Sipat Datar Tertutup

15
Sistematika penyelesaian hitungan dan cara pemberian koreksi terhadap
beda tinggi hasil ukuran sama dengan formula sipat datar terikat. Angka kesalahan
pengukuran beda tinggi (closing error) dapat diketahui besarnya dengan
berpedoman persyaratan tersebut dan diformulasikan sebagai berikut :
Fh = {∑∆h (ukuran)}

Nilai koreksinya (ᵟh atau kh) terhadap data ukuran beda tinggi secara
teoritis berbanding lurus dengan jarak antara kedua titik terukur dan dapat
diformulasikan sebagai berikut :
d
ᵟh = (-fh)
∑d
Selanjutnya dapat dihitung elevasi titik sepanjang jalur pengukuran
tersebut dengan memasukkan nilai koreksi masing-masing beda tingginya. Secara
umum hitungan elevasi titik dapat dirumuskan sebagai berikut :
H (titik) = H (titik sebelumnya) + beda tinggi + koreksinya

Dengan menggunakan contoh pada sket jalur tersebut titik B, C, dan D


dapat dihitung sebagai berikut :
HB = HA + ∆hAB + ᵟhAB

HC = HB + ∆hBC + ᵟhBC

HD = HC + ∆hCD + ᵟhCD

HA = HD + ∆hDA + ᵟhDA

Elevasi titik A perlu dihitung juga sebagai control hitungan yang nilainya
harus sama dengan titik A pada data yang diketahui.

1.1.7 Posisi Vertikal


1) Pengertian Dasar
Posisi vertikal adalah kedudukan suatu titik atau obyek di permukaan bumi
dalam arah vertikal dan dihitung terhadap bidang referensi tertentu. Untuk
menentukan posisi vertikal diperlukan kerangka vertikal yaitu rangkaian titik-titik
dasar yang telah mempunyai system dan referensi tertentu, tersebar membentuk

16
jaringan di permukaan bumi yang dapat digunakan sebagai titik ikat dan titik
kontrol dalam penentuan posisi vertikal obyek atau titik-titik baru.
Penentuan posisi vertikal adalah untuk mengetahui ketinggian (elevasi)
titik di lapangan dalam system tertentu sebagai dasar keperluan pemetaan maupun
keperluan teknis. Sedangkan maksud penentuan dimensi ketinggian di permukaan
bumi adalah menentukan beda tinggi antara titik-titik (obyek) di permukaan bumi
serta menentukan ketinggian (elevasinya) terhadap bidang reverensi. Ketinggian
atau elevasi suatu titik adalah jarak vertical suatu titik atau obyek yang diukur atau
dihitung terhadap bidang referensi/acuan tertentu, baik si bawah, di atas ataupun
pada bidang referensi tertentu.

2) Beda tinggi
Pengertian beda tinggi antara 2 titik di permukaan bumi adalah jarak
terpendek antara 2 bidang nivo yang melintasi kedua titik tersebut. Bidang nivo
adalah suatu bidang di mana pada tiap titiknya dilalui garis yang tegak lurus
terhadap arah gaya berat.
Bidang referensi atau bidang DATUM adalah suatu bidang nivo tertentu di
mana ketinggian/elevasi titik-titik mulai dihitung atau sebagai bidang awal dengan
ketinggian NOL.

3) Konsep Dasar Penentuan Tinggi Suatu Titik


Misalkan, antara dua titik A dan B diketahui (diukur) beda tingginya
sebesar ∆h sedangkan tinggi A telah diketahui elevasinya yaitu HA, maka
elevasi/tinggi titik B dapat dihitung dengan rumus dasar sebagai berikut :
HB = HA + ∆h
Apabila nilai ∆h > 0, maka tinggi B lebih tinggi daripada titik A
Apabila nilai ∆h < 0, maka tinggi B lebih rendah daripada titik A
Apabila nilai ∆h = 0, maka tinggi B sama tinggi dengan titik A

4) Prinsip Penentuan Beda Tinggi


Pernyataan bumi dianggap datar diartikan bahwa perubahan penyedanaan
bidang nivo, dari bentuk melengkung menjadi datar.

17
B B
BIDANGNIVO B

A BIDANGNIVO A A

Gambar : Penyederhanaan Bidang Nivo


Titik A dan B pada permukaan bumi yang dianggap datar (artinya
kelengkungan bumi diabaikan). Jika dibuat bidang mendatar melalui titik A dan
B, maka jarak vertical terpendek dari 2 bidang tersebut merupakan beda tinggi
antara A dan B. apabila ditempatkan rambu ukur/mistar berskala di titik A dan B
secara tegak, kemudian ditarik garis sejajar bidang nivo dan memotong rambu
ukur di A (pada skala bacaan a), dan juga memotong rambu ukur di B (pada skala
bacaan b), maka beda tinggi antara A dan B dapat ditentukan dengan formula
sebagai berikut:
∆hAB = a – b
Dengan catatan bahwa garis awal skala kedua rambu tersebut mempunyai
angka bacaan yang sama danm satuan skalanya pun juga sama. Garis mendatar
tersebut, dalam praktiknya merupakan garis bidik dari suatu alat teropong alat
ukur tanah dan diposisikan mendatar. Dengan bantuan garis bidik inilah dapat
ditentukan angka pembacaan a dan b pada mistar/rambu.

1.7 Teknik Pemetaan Detail

Maksud dari pengukuran dan pemetaan detail/ situasi yaitu: menyajikan/


membuat gambaran unsur-unsur yang ada disuatu lokasi yang dipetakan secara
lengkap (termasuk penggambaran kontur) pada bidang datar dengan skala tertentu
dan sistem proyeksi tertentu (Orthogonal) sebagai dasar perencanaan maupun
keperluan teknis lainnya.
Unsur-unsur yang digambarkan harus diliput dalam suatu data hasil
pengukuran dan diproses terlebih dahulu shingga setiap obyek dalam kawasan
yang dipetakan mempunyai kedudukan/ posisi tertentu, baik dalam arah horisontal
maupun arah vertikal.

18
Unsur-unsur tersebut meliputi unsur-unsur alam maupun buatan manusia,
sebagai contoh antara lain:
1) Sungai, saluran
2) Bukit, lembah
3) Bangunan-bangunan gedung, rumah
4) Jalan dan jembatan
5) Pagar/ batas pemilikan tanah/ lahan
6) Sawah, lading, kebun, taman
7) Keadaan relief tanah
8) Detail-detail lain yang memungkinkan untuk digambar/ disajikan
sebagai data dan informasi yang diperlukan
Salah satu metode yang praktis dalam hal pengukuran dan pemetaan detail/
situasi ini adalah metode Tacheometery. Istilah Tacheometry sendiri beralasal dari
bahasa Yunani, yaitu Tacheos yang berarti cepat dan Metron yang berarti
pengukuran.
Secara keseluruhan diartikan sebagai metode pengukuran jarak (tidak
langsung) tanpa menggunakan pita ukur (pengukuran jarak langsung), baik jarak
horizontal maupun vertikal, keduanya diukur bersamaan/ simultan.

1.1.8 PenentuanPosisi Horizontal Titik Detail/Objek


Prinsip penentuan posisi horizontal dari obyek yang akan dipetakan yaitu
dengan menggunakan metode polar. Data yang diprelukan untuk menyatakan
posisi horizontal suatu obyek tersebut adalah sudut mendatar dan jarak mendatar
dari posisi alat ke obyek yang dimaksud.
Dalam hal ini ada 2 (dua) macam pelaksanaan, khususnya mengenai
pengukuran sudut mendatar yaitu :
1) Sudut mendatar dengan pedoman arah sisi poligon.
2) Sudut mendatar dengan pedoman arah utara (kompas)
Sudut Berpedoman Arah Sisi Poligon
Posisi horizontal titik detail / obyek yang dinyatakan oleh sudut mendatar yang
berpedoman pada posisi poligon dan jarak mendatar antar posisi alat dan titik
obyek, dapat digambarkan sebagai berikut :

19
Keterangan :
A, B, C,. . . . dst : titik-titik poligon yang telah diketahui /
dihitung koordinatnya
a, b, c,. . . . . dst : titik-titik detail / obyek yang akan dipetakan.
B1, B2, . . . .dst : sudut mendatar terhadap titik BA
Ba, Bb, . . . .dst : jarak mendatar dari alat ke obyek.
Dengan data-data tersebut (sudut mendatar dan jarak mendatar) posisi
titik-titik detail dapat ditentukan dan dipetakan. Pernyataan posisi horizontal dapat
ditulis sebagai berikut :
a (α1 , Bb)
b (α2 , Be)
c (α3 , Bf). . . . .dst

1.1.9 Penentuan Posisi Vertikal Obyek


Pengukuran posisi vertikal suatu obyek maupun titik-titik tinggi di
lapangan secara umum digunakan untuk penggambaran relief ( tinggi – rendahnya
) permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Penggambaran topografi atau rupa bumi tersebut menggunakan garis-garis
ketinggian yang biasa disebut dengan kontur. Penarikan garis kontur pada
umumnya dilakukan dengan metode interpolasi dengan memanfaatkan data titik-
titik tinggi di lapangan maupun elevasi obyek yang tercover dalam areal
pemetaan. Untuk keperluan tersebut, diperlukan data beda tinggi antara titik yang
telah diketahui elevasinya dengan obyek yang dipetakan.

20
Sesuai dengan keperluannya ketepatan data titik-titik tinggi diupayakan
seoptimal mungkin ( dalam jumlah terntentu yang tidak terlalu banya dan tidak
terlalu sedikit) Sehingga memudahkan dalam penarikan garis kontur secara
interpolasi.

1.1.10 Pemetaan Detail Metode Tacheometry


Utuk keperluan penentuan posisi horisontal dan vertikal titik detail
dengan metode tachemetry digunakan peralatan utama :
1) Theodolite atau Total Stations dan Statif
2) Rambu ukur 2 buah atau target bidik
3) Roll meter atau pita ukur
4) Alat hitung / kalkulator

Pada prinsipnya penggunaan metode tacheometry untuk mendapatkan


beda tinggi dan jarak suatu objek secara simultan. Dalam hal ini data yang
diperlukan pada saat pengukuran meliputi :

BA: bacaan benang atas pada rambu ukur

BT: bacaan benang tengah pada rambu ukur

BB: bacaan benang bawah pada rambu ukur

M: bacaan sudut miring pada alat ukur

Z: bacaan sudut zenith pada alat ukur, tergantung jenis alat

B: besarnya sudut mendatar dihitung dari referensi salah satu sisi poligon, atau ∝
(azimuth magnetis)

TA: tinggi instrumen / alat ukur terhadap titik / patok / pilar

1.1.11 Perhitungan Metode Tacheometry


Metode ini serig dilakukan dalam kegiatan pengukuran praktris karena
dengan metode ini dapat dihitung langsung jarak mendatar dan beda tinggi antara
dua tempat (posisi alat dan posisi target)
Rumus praktis penentuan jarak mendatar dan beda tinggi

21
JARAK MENDATAR = D= 100 (BA-BB) sin2 Z
BEDA TINGGI : ∆h = 100 (BA-BB) sin Z . cos Z + (TA – BT)
∆h = 50 (BA – BB) sin 2 Z + (TA-BT)

1.8 Penggambaran Detail dan Kontur

1.1.12 Teknik Penggambaran Kontur


Pemilihan titik-titik tinggi pada lokasi yang akan diukur ditur dan
diperkirakan kerapatannya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan relief (tinggi
rendahnya) lokasi/daerah yang diukur.
Secara umum, semakin rapat atausemakin banyak titik tinggi yang diukur,
akan dapat memberikan gambaran permukaan tanah yang lebih baik dan jelas;
artinya penyajian gambar garis kontur pada peta dapat mendekati atau sesuai
dengan keadaan topografi yang sebenarnya.
Bentuk permukaan tanah itu akan dapat dilukiskan oleh garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang (idealnya) mempunyai ketinggian sama, sehingga
diperoleh suatu peta kontur dengan skala tertentu.
Ditinjau dari prosesnya, ada 2 cara untuk pembuatan garis ketinggian
(Contur Lines), yaitu:
1. Cara langsung (Metode Garis Telusur)
2. Cara tidak langsung (Metode Titik Ikat)

1) Penentuan Kontur Cara Tidak Langsung


Dalam penentuan letak/posisi garis ketinggian (kontur) dengan cara tidak
langsung atau metode titik ikat ini ada 2 macam yang dapat dilakukan, yaitu:
(1) Pola Petak Bujur Sangkar
Dengan sistem ini, pada dasarnya juga menggunakan TGB untuk
pengukuran titik-titiknya, sedangkan letak/posisi titik tersebut terletak pada setiap

22
sudut petak bujur sangkar yang direncanakan. Penggunaan sistem ini pada
umumnya untuk daerah-daerah yang relatif datar.
Prosedur pengukurannya sebagai berikut:
a) Penentuan GRID (Petak Bujur Sangkar)
Dibuat rencana petak-petak grid dengan ukuran tertentu, bebas
tetapi pada umumnya bergantung/disesuaikan dengan interval
kontur yang akan digambarkan dan luas daerahnya
b) Penentuan Titik Tinggi GRID
Dalam pelaksanaannya, setiap titik-titik grid diukur tingginya
dengan metode TGB menggunakan referensi titik ikat yang ada
pada lokasi pemetaan atau memanfaatkan salah satu titik grid
sebagai titik acuan/ referensi lokal.
(2) Pola Persebaran Titik
Pengukuran titik-titik tinggi dengan pola ini lebih bebas dan leluasa
dalam memilih detail atau tempat-tempat yang akan diukur tingginya. Oleh karena
itu untuk pola persebaran titik (arah radial) ini dapat digunakan untuk pengukuran
daerah yang datar maupun terjal/ bervariasi ketinggiannya. Metode
pengukurannya disamping menggunakan TGB, dapat juga digunakan metode lain
yaitu Tacheometry, konsep sebaran titik atau arah radial ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

U 14
8

2 12 18
3
1
4
13
7

199
9 15
6
5
17
16
111
9
20

23
Prosedur pengukuran:

Pada dasarnya prosedur pengukuran dan penggambarannya sama.


Dengan pola petak bujur sangkar, yaitu terlebih dahulu menentukan tempat yang
akan diukur ketinggiannya. Apabila menggunakan metode TGB, maka harus
ditentukan dulu besarnya nilai TGB pada suatu kedudukan alat. Jarak titik-titik
tinggi terhadap alat pada umumnya diukur secara optis.
1.1.13 Penggambaran Detail Obyek
1) Gambar disesuaikan dengan bentuk detail atau obyek, antara lain
batas-batas kampung, swah, ladang atau ounggungan, selanjutnya titik-
titik yang telah diplot dapat dihubungkan sesuai skets yang ergambar
pada buku ukur lapangan (pinggir jalan, pinggir sungai, dan obyek
lainnya)
2) Setelah tergambar jelas tentang detail atau obyeknya, berikan
keterangan (legenda/simbol) menuru ketentuan atau simbol-simbol
yang berlaku pada topografi. (lihat standard simbol peta topografi)
3) Catumkan nama-nama kampung , sungai dan bukit dititik/daerah yang
diukur. Perlu diperhatikan bagaimana bentuk dan ukuran tulisan untuk
nama-nama kapung, sungai, bukit, gunung dan detail lainnya.
4) Penggambaran garis ketinggian atau kontur sesuai interval tertentu,
yang bentuknya harus sesuai dengan yang tergambar pada sket buku
ukur. Bentuk kontur pada umumnya untuk skala kecil dan skala besar
akan ada perbedaan pada penggambaran daerah campuran maupun
lembahnya. Untuk skala kecil (lebih kecil dari 1:10.000) bentuk curam
seperti huruf V kelihatan runcing sedang untuk skala besar (lebih besar
dari 1:10000) bentuk curam seperti V tidak begitu runcing. Untuk
skala lebih besar dari 1:1000, bentuk curamnya tidak lagi seperti huruf
V, melainkan berbentuk busur yang lonjong.
5) Pada garis-garis kontur yang mempunyai kelipatan 0 dari intervalnya
harus digambar tebal dan diberi angka harga ketinggiannya yang
berdiri kearah kontur naik.

24
Pada umumnya interval kontur ditentukan berdasarkan skala peta.
1
Interval kontur = x bilangan skala.
2000

25
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN

1.9 Peralatan

2.1.1 Peralatan Pengukuran Poligon


Peralatan yang digunakan dalam pengukuran poligon adalh sebagai
berikut:
1) Total Station
Total station adalah pengukur sudut alat yang sudah dilengkapi
dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau
degan kata lain total station adalah theodolite yang telah dilengkapi dengan
EDM (Electric Distance Meter).

Gambar 3.1Total Station

2) Prisma
Prisma adalah alat yang digunakan untuk pembacaan koordinat utama.
Alat ini diletakkan di atas statif yang berada pada forside atau backside.

26
Gambar 3.2Prisma
3) Statif
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu
berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.3Statif

4) Patok
Berfungsi sebagai tanda titik-titik yang akan dilakukan pengukuran.

2.1.2 Peralatan Pengukuran Beda Tinggi


Peralatan yang digunakan dalam pengukuran beda tinggi menggunakan
waterpass adalah sebagai berikut:
3.3.1 Waterpass

27
Gambar 3.6Waterpass
Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Lingkaran horizontal berskala,


2. Skala pada lingkaran horizontal,
3. Okuler teropong,
4. Alat bidik dengan celah penjara,
5. Cermin nivo,
6. Sekrup penyetel fokus,
7. Sekrup penggerak horizontal,
8. Sekrup pengungkit,
9. Sekrup pendatar,
10. Obyektif teropong,
11. Nivo tabung
12. Nivo kotak

2) Statif / kaki tiga


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.
Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

28
Gambar 3.7 Statif

3) Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang
berukuran  ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang
panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi.
Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan  ukuran milimeter dan diberi
tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi
cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh
tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran
tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar 3.8 Rambu Ukur


4) Paku Payung
Digunakan untuk menandai titik yang akan diukur
5) Palu
Digunakan untuk menancapkan paku payung pada titik yang akan diukur
6) Meteran

29
Alat untuk mengukur panjang jarak yang diukur

7) Alat Tulis
Alat tulis seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya, yang dipakai
untuk memperlancar jalannya praktikum.

2.1.3 Peralatan Pengukuran Detail


Peralatan yang digunakan pada saat pengukuran detail adalah
sebagai berikut:

1) Total Station
Total station adalah pengukur sudut alat yang sudah dilengkapi
dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau
degan kata lain total station adalah theodolite yang telah dilengkapi dengan
EDM (Electric Distance Meter).

Gambar 3.10Total Station

2) Prisma
Prisma adalah alat yang digunakan untuk pembacaan koordinat utama.
Alat ini diletakkan di atas statif yang berada pada forside atau backside.

30
Gambar 3.11Prisma

3) Jalon
Alat ini berwarna merah-putih dari bahan kayu atau alumunium.yang
dibulatkan dan biasanya berukuran panjang 160-200 cm. Fungsi dari
tongkat ini dalah untuk pelurusan. Tongkat ini terdiri atas 4 bagian: 2
merah, 2 putih berselang seling dan setiap bagian 50 cm. Setiap ujung
tongkat kayu ini dipasang besi yang lancip agar mudah ditancapkan
kedalam tanah. Apabila tongkat tersebut tidak dapat ditancapkan, misalnya
pada jalan aspal, maka dapat digunakan bantuan tripot (standar kakitiga)
untuk menegakkannya ataupun bisa juga dipegangi.

Gambar 3.12 Jalon

4) Statif
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan
ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-
masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif
ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat
itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

31
Gambar 3.13Statif

5) Roll meter
Roll meter digunakan untuk mengukur tinggi alat (Total Station)

Gambar 3.14 Roll meter

6) Patok
Berfungsi sebagai tanda titik-titik yang akan dilakukan pengukuran.

1.10 Lokasi dan Waktu

Pengukuran poligon dilaksanakan pada hari pertama pengukuran, yaitu hari


Senin, 21 Mei 2018. Lokasi pengukuran poligon di sekitar pintu masuk
POLINEMA (pos pamdal), lurus hingga sekitar lapangan, kemudian gedung AA,
lurus hingga grapol dan pintu keluar POLINEMA.
Pengukuran beda tinggi menggunakan waterpass dilaksanakan 24 Mei 2018.
Dengan lokasi yang sama pada saat pengukuran poligon.

32
1.11 Tahapan Pengukuran Poligon

3.3.1 Mengatur sentering alat


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak
adalah sebagai berikut:
1) Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup
kaki statif.
2) Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup
kaki statif secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.
3) Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar
theodolit 90º, tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya
memutar skrup kaki statif yang ketiga
4) Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif
1 dan 2).
5) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada
ditengah.
6) Kemudian putar theodolit 180º, sehingga nivo berputar mengelilingi
sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki
kiap 1 dan 2.
7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung
nivo akan tetap berada ditengah.

3.3.2 Penyetelan Alat Total Station, langkah-langkahnya adalah


sebagai berikut:
1) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2) Pasang Total Station diatas kepala statif dengan mengikatkan
landasan Total Station dan sekrup pengunci di kepala statif.

33
3) Stel nivo kotak dengan cara:.
a) Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B
b) Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,
hingga gelembung nivo bergeser ke tengah
c) Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C
d) Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah.
e) Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo
tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila
ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa
kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya.
penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak
dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong
diputar ke segala arah.
3.3.3 Langkah Pengukuran
1) Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang
akan diukur.
2) Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3) Dirikan total station di atas titik A dan lakukan penyetelan alat
sampai didapat kedataran.
4) Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal
dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5) Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan
catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth.
Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6) Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan
teropong ke titik P2.
7) Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan
luar biasa untuk bacaan muka.

34
8) Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa.
Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
9) Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga kembali lagi ke titik P1.
10) Lakukan pembacaan vd, hd, ha dan va.
11) Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan
koordinat masing-masing titik.
12) Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

1.12 Tahapan pengukuran Beda Tinggi

1) Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam
Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki
tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah
memasang alat ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan
dianggap sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup
yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam
pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain :
(1) Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga
harus pas, sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki
tiga.
(2) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh
karena itu sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur
tepat di bentuk segi tiga tersebut.
(3) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup
kuat agar tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup
penghubung kaki tiga dan alat terlepas.
2) Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur
yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan
siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:

35
(1) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh
kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
(2) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah
3) Membidikan Alat, membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai
dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik,
memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan
bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan
benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran
yang diinginkan.
4) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada
rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar
dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang
diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT),
sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas
(BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan
Bawah (BB). Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
(1) Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi
antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik
atau diantara rambu-rambu ukur yang dibidik.
(2) Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak
antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam
keadaan tegak dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya
dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm).

1.13 Tahapan Pengukuran Detail

Tahapan pengukuran detail menggunakan Total Station adalah sebagai


berikut:
1) Menyiapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi yang akan
dibuat situasi .

36
2) Mendirikan Total Station di atas titik A dan stel Total Station tersebut
tepat diatas titik sampai datar .
3) Mengarahkan Total Station ke titik sebelum A dan nolkan piringan
sudut horisontal serta kunci kembali dengan memutar skrup piringan
bawah. Melakukan pembacaan HA, VA, HD, VD.
4) Menentukan titik-titik situasi yang akan dibidik.
5) Memutar Total Station searah jarum jam dan arahkan pada tiap-tiap titik
detail satu persatu. Melakukan pembacaan HA, VA, VD dan HD.
6) Memasukkan data situasi pada daftar pengukuran situasi.
7) Memindahkan Total Station ke titik B dan stel Total Station tersebut
tepat di atas titik sampai datar.
8) Mengarahkan total station ke titik A(titik sebelum B). Melakukan
pembacaan HA, VA, HD, VD.
9) Dengan cara yang sama dilakukan pembidikan ke titik-titik detail yang
dianggap perlu hingga selesai.
10) Gambar hasil pengukuran.

37
4.1.1
DATA HASIL PENGUKURAN VERTIKAL
Dosen Pembimbing : Ir. Rinto Sasongko Alat :
Tanggal Pelaksanaan : 21 MEI 2018 Cuaca : CERAH
Pelaksanaan : KELOMPOK 3 Lokasi : Politeknik Negeri Malang

PEMBACAAN RINGAN Beda Elevasi


Koreksi Jarak Jarak Tinggi Tinggi Beda Tinggi VD BEDA Kesalahan
T.PSWT TARGET BIASA LUAR BIASA Zenith Kesalahan Zenith Z Terkoreksi Tinggi Koreksi Titik
Zenith Rata2 Alat(m) Target(m) (HITUNGAN) TINGGI Beda Tinggi
o ' '' DEG o ' '' DEG B LB BIASA LB Rata2 Poligon
4.1 Proses Data Poligon

f 90 20 11 90.33639 269 49 56 269.8322 360.1686 0.168611111 -0.08431 90.25208333 61.748 61.750 1.500 1.44 -0.21167345 -0.362 -0.181 -0.2115
A
b 91 48 40 91.81111 268 21 26 268.3572 360.1683 0.168333333 -0.08417 91.72694444 57.8930 57.897 1.500 1.28 -1.525473791 -1.83 -1.66 -1.525
57.87875 -1.4845 -0.01200 0.001673 75.00
a 88 24 11 88.40306 271 44 13 271.7369 360.14 0.140000000 -0.07 88.33305556 57.8650 57.860 1.270 1.51 1.443980314 1.613 1.755 1.444
B
c 90 7 45 90.12917 270 0 50 270.0139 360.1431 0.143055556 -0.07153 90.05763889 34.3820 34.384 1.270 1.42 -0.184587904 -0.077 -0.008 -0.1925
34.38225 -0.17625 -0.01200 0.000994 73.51717
b 90 1 4 90.01778 270 8 52 270.1478 360.1656 0.165555556 -0.08278 89.935 34.3810 34.382 1.410 1.3 0.149004024 0.011 0.089 0.16
C
d 93 0 32 93.00889 267 8 10 267.1361 360.145 0.145000000 -0.0725 92.93638889 52.8150 52.823 1.410 1.66 -2.959122765 -2.776 -2.642 -2.959
52.801 -2.93475 -0.01200 0.001527 73.34192
c 87 7 30 87.125 273 1 34 273.0261 360.1511 0.151111111 -0.07556 87.04944444 52.7860 52.780 1.600 1.41 2.91072133 2.651 2.79 2.9105
D
e 360.1514 0.151388889 -0.07569 88.54930556 95.0900 95.083 1.600 1.5 2.508135841 2.283 2.534 2.5085

38
88 37 30 88.625 271 31 35 271.5264 95.092 2.566 -0.01200 0.002749 70.40869
d 91 35 35 91.59306 268 34 14 268.5706 360.1636 0.163611111 -0.08181 91.51125 95.0940 95.101 1.490 1.605 -2.623808588 -2.644 -2.373 -2.6235
E
BAB IV

f 89 11 48 89.19667 270 56 58 270.9494 360.1461 0.146111111 -0.07306 89.12361111 112.9670 112.964 1.490 1.406 1.812063502 1.585 1.873 1.813
112.9688 1.822 -0.01200 0.003266 72.97744
e 90 57 56 90.96556 269 10 42 269.1783 360.1439 0.143888889 -0.07194 90.89361111 112.9700 112.974 1.410 1.48 -1.832074525 -1.903 -1.619 -1.831
F
PROSES DATA

a 89 51 4 89.85111 270 17 34 270.2928 360.1439 0.143888889 -0.07194 89.77916667 62.0740 62.074 61.9115 1.410 1.47 0.179251064 0.162 0.317 0.1795 0.1955 -0.01200 0.00179 74.80271
fh -0.01200
JUMLAH 415.0343 0.012 75.000
KOREKSI 0.012
Zenith

σ
ZAF

ZAB
=-
Perhitungan

-0°5’3.5”

360°10’6”
360°10’7”

terkoreksi
Elevasi Poligon

kesalahan
kesalahan

90°15’6.5”
(-0°5’3.5”)=
(0°10’7”/2)=

268°21’36” =
269°49’56” =

= 360°10’6” -
= 360°10’7” -

360° = 0°10’6”
360° = 0°10’7”

= 91°48’40” +
= 90°20’11” +
= 90°20’11” +
FORMULIR PERHITUNGAN POLIGON

: 1C LOKASI : POLITEKNIK NEGERI MALANG

σ
σ
σ
σ
σ
σ
σ

: 21 MEI 2018 CUACA : CERAH


ZBA

ZED
ZBC

ZDE
ZCB

ZDC
ZCD
:3 TIPE ALAT : TOTAL STATION

PEMBACAAN PIRINGAN HORISONTAL KOREKSI SUDUT


SUDUT HORISONTAL AZIMUTH JARAK JARAK Koreksi Terkoreksi Koordinat

terkoreksi
terkoreksi
terkoreksi
terkoreksi
terkoreksi
terkoreksi
terkoreksi

kesalahan
kesalahan
kesalahan
kesalahan
kesalahan
kesalahan
kesalahan

BIASA (B) LUAR BIASA (LB) SUDUT HRZ ∆x (d. Sin) ∆y (d. Cos)
RATA2

Target
T.Target
⁰ ′ " DEG ⁰ ′ " DEG B LB rata2 HRZ TERKOREKSI α B LB δx δy ∆x ∆y X Y
U 9 14 40 9.24444
F 1.435 43 18 32 43.3089 223 18 52 223.314 61.748 61.750 50.000 100.000
91.020556 91.021944 91.0213 -0.103333333 90.91791667 125.085
B 1.280 134 19 46 134.329 314 20 11 314.336 57.893 57.897
57.879 47.362194 -33.268187 0.02353145 0.04441813 47.385726 -33.22377 97.386 66.776
A 1.505 224 24 30 224.408 44 24 59 44.4164 57.865 57.860
260.91194 260.90806 260.910 -0.103333333 260.8066667 205.891667
C 1.420 125 19 13 125.32 305 19 28 305.324 34.382 34.384
34.382 -15.01373 -30.9310044 0.0139786 0.02638611 -14.999751 -30.90462 82.386 35.872
B 1.295 44 31 42 44.5283 224 31 58 224.533 34.381 34.382
99.995556 99.998889 99.99722 -0.103333333 99.89388889 125.785556
D 1.655 144 31 26 144.524 324 31 54 324.532 52.815 52.823
52.801 42.832969 -30.8756991 0.02146712 0.04052148 42.854436 -30.83518 125.240 5.036
C 1.405 329 31 38 329.527 149 27 14 149.454 52.787 52.780
86.863611 86.941389 86.9025 -0.103333333 86.79916667 32.5847222
E 1.500 56 23 27 56.3908 236 23 43 236.395 95.090 95.083
95.092 51.211428 80.12414159 0.03866103 0.07297685 51.250089 80.197118 176.490 85.234

39
D 1.605 234 35 7 234.585 54 35 49 54.5969 95.094 95.101
93.0975 93.091944 93.09472 -0.103333333 92.99138889 305.576111
F 1.406 327 40 58 327.683 147 41 20 147.689 112.969 112.964
= -(0°10’6”/2)= -0°5’3”

112.969 -91.882794 65.72369147 0.04592929 0.08669646 -91.836865 65.810388 84.654 151.044


E 1.480 147 47 33 147.793 327 47 53 327.798 112.970 112.974
= -(0°8’24”/2)= -0°4’12”

= -(0°8’42”/ 2)= -0°4’21”


88.695278 88.693333 88.69431 -0.103333333 88.59097222 214.167083
A 1.470 236 29 16 236.488 56 29 29 56.4914 62.074 62.074 61.749 -34.67874 -51.0913299 0.02510495 0.04738829 -34.653635 -51.04394 50.000 100.000

= -(0°9’3.6”/2)= -0°4’31.8”
= -(0°9’3.6”/2)= -0°4’31.8”
JUMLAH 720.584 720.656 720.620 -0.62000 720.0000 414.8725 -0.1686724 -0.31838734 0.16867244 0.31838734

= 360°8’42”- 360° = 0°8’42”


= -(0°9’57.6”/ 2)= -0°4’58.8”
= -(0°8’34.8” /2)= -0°4’17.4”
= 360°8’24” - 360° = 0°8’24”

= 360°9’3.6” - 360° = 0°9’3.6”


= 360°9’3.6” - 360° = 0°9’3.6”
fß = 0.62
125.085

= 360°9’50.4” - 360° = 0°9’50.4”


= 360°9’57.6” - 360° = 0°9’57.6”
= 360°8’34.8” - 360° = 0°8’34.8”
= 91°48’40” + (-0°5’3”)= 91°43’37”

= 90°1’4.08” + (-0°4’58.8”)= 89°56’6”


= 88°24’11” + 271°44’24” = 360°8’24”

= 87°7’30” + 273°1’33.6” = 360°9’3.6”

= 87°7’30” + (-0°4’31.8”)= 87°2’57.84”


= 93°0’32.04” + 267°8’9.6” = 360°8’42”

= 93°0’32.04” + (-0°4’21”)= 89°59’20,5”

= 88°37’30” + 271°31’33.6” = 360°9’3.6”

= 88°37’30” + (-0°4’31.8”)= 88°32’57.48”


= 88°24’10.8” + (-0°4’12”)= 88°19’59.02”

= 90°1’4.08” + 270°8’52.8” = 360°9’57.6”


= 90°7’45.12” + (-0°4’17.4”)= 90°3’27.36”
= 90°7’45.12” + 270°0’50.4” = 360°8’34.8”

= 91°35’35.16” + 268°34’15.6” = 360°9’50.4”


KELO
DIUK
TAN
Titik

F
σ = -(0°9’50.4”/2)= -0°4’55.2”
terkoreksi = 91°35’35.16” + (-0°4’55.2”)= 91°30’40.68”

ZEF = 89°11’48” + 270°56’58” = 360°8’24”


kesalahan = 360°8’24” - 360° = 0°8’24”
σ = -(0°8’24”/ 2)= -0°4’12”
terkoreksi = 89°11’48” + (-0°4’12”)= 89°7’12”

ZFE = 90°57’56” + 269°10’42” = 360°8’24”


kesalahan = 360°8’24” - 360° = 0°8’24”
σ = -(0°8’24”/ 2)= -0°4’12”
terkoreksi = 90°57’56” + (-0°4’12”)= 90°53’24”

ZFA =89°51’4” + 270°17’34” = 360°8’24”


kesalahan = 360°8’24” - 360° = 0°8’24”
σ = -(0°8’24”/ 2)= -0°4’12”
terkoreksi = 89°51’4” + (-0°4’12”)= 89°46’12”

 Beda Tinggi
h
Δ AF = dAF / tg terkoreksi + (TAA – TTF) =61.75/tg 90°15’7”+ (1,5–1,44)
= -0,212
h
Δ AB = dAB / tg terkoreksi + (TAA – TTB) =57.89/tg 91°43’37”+ (1,5–1,28)
= -1,525
h
Δ BA = dBA / tg terkoreksi + (TAB – TTA) =57.86/tg 88°19’60”+ (1,27–1,51)
= 1,444
h
Δ BC = dBC / tg terkoreksi + (TAB – TTC)=34.38/tg 90°3’27.36”+ (1,27–1,42)
= -0,185
h
Δ CB = dCB / tg terkoreksi + (TAC – TTB) =34.38/tg 89°56’6”+ (1,41–1,3)
= 0,149
h
Δ CD = dCD / tg terkoreksi + (TAC – TTD) =52.81/tg 89°59’20,5” + (1,41–1,66)
= -2,959
h
Δ DC = dDC / tg terkoreksi + (TAD – TTC) =52.78/tg 87°2’57.84”+ (1,6–1,41)
= 2,911
h
Δ DE = dDE / tg terkoreksi + (TAD – TTE) =95.09/tg 88°32’57.48”+ (1,6–1,5)

40
= 2,508
h
Δ ED = dED / tg terkoreksi + (TAE – TTD) =95.09/tg 91°30’40.68”+ (1,49–
1,605)
= -2,624
h
Δ EF = dEF/ tg terkoreksi + (TAE – TTF) =112.96/tg 89°7’12”+ (1,49–1,406)
= 1,812
h
Δ FE = dFE / tg terkoreksi + (TAF – TTE) =112.97/tg 90°53’24”+ (1,41–1,48)
= -1,832
h
Δ FA = dFA / tg terkoreksi + (TAF – TTG) =62.07/tg 89°46’12”+ (1,41–1,47)
= 0,179
 Rerata Beda Tinggi

ΣΔh1 = (ΔhAB- ΔhBA) / 2 = (-1,525)- 1,444)/2 = -1,485

ΣΔh2 = (ΔhBC- ΔhCB) / 2 = (-0,185-0,149)/2 = -0,167

ΣΔh3 = (ΔhCD- ΔhDC) / 2 = (-2,959-2,911)/2 = -2,935

ΣΔh4 = (ΔhDE- ΔhED) / 2 = (2,508-(-2,624))/2 = 2,566

ΣΔh5 = (ΔhEF- ΔhFE) / 2 = (1,812-(-1,832))/2 = 1,822

ΣΔh6 = (ΔhFA- ΔhAF) / 2 = (0,179-(-0,212))/2 = -0,195

Jumlah beda tinggi dari titik 1 – titik 6 :


Σ Δh = Δh1 + Δh2+ Δh3+ Δh4+ Δh5+ Δh6
= (-1,485)+( -0,167)+ (-2,935)+ 2,566+ 1,822+ (-0,195)

= -0,012

Kesalahan beda tinggi


fh = -0,012
 Koreksi
δh1 = d/ Σd . (-fh) = 57,878/415,0343.(0,012) = 0,076165
δh2 = d/ Σd . (-fh) = 34,381/415,0343.(0,012) = 0,045244

41
δh3 = d/ Σd . (-fh) = 52,801/415,0343.(0,012) = 0,069483
δh4 = d/ Σd . (-fh) = 95,092/415,0343.(0,012) = 0,125136
δh5 = d/ Σd . (-fh) = 112,969/415,0343.(0,012) = 0,148662
δh6 = d/ Σd . (-fh) = 61,911/415,0343.(0,012) = 0,081472
 Elevasi Titik Poligon
h2 = h1 + Δh1 + δh1 = 75,000 +(-1,485)+0,076165= 73,51717
h3 = h2 + Δh2 + δh2 = 73,51717+(-0,167)+0,045244= 73,34195
h4 = h3 + Δh3 + δh3 = 73,34195+(-2,935)+0,069483= 70,40869
h5 = h4 + Δh4 + δh4 = 70,40869+ 2,566+0,125136= 72,97744
h6 = h5 + Δh5 + δh5 = 72,97744+ 1,822+0,148662= 74,80271
h1 = h6 + Δh6 + δh6 = 74,80271+ (-0,195)+0,081472= 75,000

4.1.2 Hasil Perhitungan Horisontal Poligon

1. Menghitung kesalahan total sudut


Fβ = { ( Σβ )−n .180˚ }
Fβ = { ( Σβ )−n .180˚ }
= { ( β 1+ β 2+ β 3+ β 4 + β 5+ β 6+ β 7+ β 8+ β 9+ β 10 ) −( 6+2 ) .180 ˚ }
= {(91,0231 + 260,910 + 99,9971 + 86,9025 +93,0947 + 88,6943) –
(4 x 180º)}
= 0,62 m
2. Besarnya koreksi setiap sudut ukuran

42
∆β= -Fβ / N
∆β = -Fβ/ N
= (-0,62) / 6
= -0,1033 m
3. Nilai sudut terkoreksi
β = β u +∆ β

β1 = β u1 +∆ β = 91,0213+(−0,1033)= 90,9179m

β2 = β u2 +∆ β = 260,910+(−0,1033)= 205,891m

β3 = β u3 +∆ β = 99,997+(−0,1033)= 125,785m

β4 = β u4 + ∆ β= 86,9025+(−0,1033)= 32,584m

β5 = β u5 +∆ β= 93,094 +(−0,1033) = 305,576m

β6 = β u6 +∆ β= 88,694+(−0,1033)= 214,167m

4. Menghitung azimuth

α 12 = bacaan kanan – utara = 134,329 – 9,244 = 125,085 m

α 23=α 12 + β 2−180= 125,085 + 260,891 - 180 = 205,891 m

α 34=α 23 + β 3−180=205,891 + 99, 893 - 180 = 125,785 m

α 45=α 34 + β 4 −180=125,785+ 86,799 – 180 = 32,584 m

α 56=α 45 + β 5−180 =32,584+ 92,991– 180 + 360 = 305,576 m

α 67=α 56 + β 6−180 = 305,567+ 214,167 – 180 = 214,167 m

43
5. Menghitung jarak
∑d = d 1 + d2 + d 3 + d4 + d 5 + d6
=57,879 + 34,382 + 52,801 + 95,092 + 112.969 + 61,749 =
414,875
6. Menghitung ∆x dan ∆y
∆x = (d . Sinα)
∆y = (d . Cosα)
Perhitungan ∆x
∆x1 = (d . Sinα) = 57,879 x sin 125,085 = 47,362 m
∆x2= (d . Sinα) = 34,382 x sin 205,891 = -15,013 m
∆x3 = (d . Sinα) = 52,801 x sin 125,785 = 42,832 m
∆x4 = (d . Sinα) = 95,092 x sin 32,584 = 51,211 m
∆x5 = (d . Sinα) = 112,969 x sin 305,576 = -91,882 m
∆x6 = (d . Sinα) = 61,749 x sin 214,167 = -34,678 m
fx = 47,362 + (-15,013) + 42,832 + 51,211 + (-91,882) + (-34,678) =
-0,168 m

Perhitungan ∆y
∆y1 = (d . cosα) = 57,879 x cos 125,085 = -33,268 m
∆y2= (d . cosα)= 34,382 x cos 205,891 = -30,931 m
∆y3 = (d . cosα)= 52,801 x cos 125,785 = -30,875 m
∆y4 = (d . cosα)= 95,092 x cos 32,584 = 80,124 m
∆y5 = (d . cosα)= 112,969 x cos 305,576 = 65,723 m
∆y6 = (d . cosα)= 61,749 x cos 214,167 = -51,091 m
fy = (-33,268) + (-30,931) + (-30,875) + 80,124 + 65,723 +(-51,091) =
-0,318 m

44
7. Menghitung nilai koreksi setiap jarak ukuran
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: δx = (d/Σd).(-fx)

δx1 = ¿ ¿Σd) . (-fx) δx4 = ¿ ¿Σd) . (-fx)


= (57,879/ 414,8725) . = (95,092/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0235 m = 0,0386 m
δx2 = ¿ ¿Σd) . (-fx) δx5 = ¿ ¿Σd) . (-fx)
= (34,382/ 414,8725) . = (112,969/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0139 m = 0,0459 m
δx3 = ¿ ¿Σd) . (-fx) δx6 = ¿ ¿Σd) . (-fx)
= (52,801 / 414,8725) . = (61,749/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0214 m = 0,00409m

Besarnya koreksi setiap jarak dalam arah Y: δy = (d/Σd).(-fy)

δy1 = ¿ ¿Σd) . (-fy) δy2 = ¿ ¿Σd) . (-fy)

=(57,879/414,8725) . =(34,382/414,8725) .
(0,318)
(0,318)
= 0,0263 m
= 0,0444 m
δy3 = ¿ ¿Σd) . (-fy)

45
=(52,801 /414,8725) . =(112,969/414,8725)
(0,318) (0,318)

= 0,0405 m = 0,0866 m

δy4 = ¿ ¿Σd) . (-fy) δy6 = ¿ ¿Σd) . (-fy)

=(95,092/414,8725) . =(61,749/414,8725) .
(0,318) (0,318)

= 0,0729 m = 0,0473 m

δy5 = ¿ ¿Σd) .(-fy)

8. Terkoreksi (∆x dan ∆y)


Arah X :
∆x1 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0235 + 47,362 = 47,385 m
∆x2 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0139 + (-15,013) = -14,999 m
∆x3 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0214 + 42,832 = 42,854 m
∆x4 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0386 + 51,211 = 51,250 m
∆x5 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0459 + (-91,882) = -91,836 m
∆x6 = δx + ∆x (d. Sin) = 0,0251 + (-34,678) = -34,653 m
Arah Y
∆y1 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0444 + (-33,268) = -33,223 m
∆y2 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0263 + (-30,931) = -30.904 m
∆y3 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0405 + (-30,875) = -30,835 m
∆y4 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0729 + 80,124 = 80,197 m
∆y5 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0866 + 65,810 = 65,810 m
∆y6 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0473 + (-51,091) = -51,043 m
9. Menghitung koordinat titik X
X1 = 50 m

X2 = X1 + ∆x1 = 50 + 47.385 = 97,386


X3 = X2 + ∆x2 = 97,386 + (-14,999) = 82,386 m
X4 = X3 + ∆x3 = 82,386 + 42,854 = 125,240 m
X5 = X4 + ∆x4 = 125,240 + 51,250 = 176,240 m

46
X6 = X5 + ∆x5 = 176,240 + (-91,836) = 84,654 m
X7 = X6 + ∆x6 = 84,654 + (-34,654) = 50 m
10. Menghitung koordinat titik Y

Y1 = 100
Y2 = Y1 + ∆y1 = 100 + (-33,233) = 66,776 m

Y3 = Y2 + ∆y2 = 66,776 + (-30,904) = 35,872 m


Y4 = Y3 + ∆y3 = 35,872 + (-30,835) = 5,036 m
Y5 = Y4 + ∆y4 = 5,036 + 80,197 = 85,234 m
Y6 = Y5 + ∆y5 = 85,234 + 65,810 = 151,044 m
Y7 = Y6 + ∆y6 = 151,044 + (-51,044) = 1

47
HASIL PENGUKURAN DOUBLE STAND
Dosen Pembimbing : Ir.Rinto Sasongko Alat : Waterpass
Tanggal Pelaksanaan : KAMIS ,24 MEI 2018 Cuaca : MENDUNG
Pelaksana : Kelompok 3(D-III T.S 1-C) Lokasi : Politeknik Negeri Malang
4.2 Proses Data Waterpass

RAMBU BELAKANG RAMBU MUKA


NO TITIK STAND JARAK NO TITIK STAND JARAK ∆h(m)∆h rata-rata d(m)
rata rata δh(m) H (m)
BA BT BB BA BT BB
1 7.90 7.00 6.10 180 1 24.82 22.34 19.87 495 -1.534
A B -1.5115
2 7.79 6.91 6.03 176 2 23.85 21.80 19.78 407 -1.489 57.879 0.002176 75.000
1 16.5 15.57 14.64 186 1 18.10 17.20 16.30 180 -0.163

48
B C -0.1600
2 16.46 15.67 14.88 158 2 18.24 17.24 16.24 200 -0.157 34.382 0.001293 73.491
1 5.19 4.05 2.91 228 1 34.85 33.35 31.85 300 -2.930
C D -2.9285
2 4.65 3.43 2.21 244 2 34.20 32.70 31.20 300 -2.927 52.801 0.001985 73.332
1 35.00 32.50 30.00 500 1 9.60 7.40 5.20 440 2.510
D E 2.5084
2 33.67 32.87 32.07 160 2 9.95 7.802 5.654 429.6 2.507 95.092 0.003576 70.405
1 24.77 22.87 21.97 280 1 8.06 4.30 0.54 752 1.857
E F 1.8615
2 25.16 23.01 20.86 430 2 7.90 4.35 0.80 710 1.866 112.969 0.004248 72.917
1 17.70 16.20 14.70 300 1 15.66 14.06 12.46 320 0.214
F A 0.2145
2 18.15 16.55 14.95 320 2 15.91 14.40 12.89 302 0.215 61.749 0.002322 74.783
Total -0.0156 414.872 0.0156 75.000
HASIL PENGUKURAN WATERPASS
1. Beda Tinggi (∆H)
∆H = BT BELAKANG – BT MUKA

∆HF1 = (16,20 – 14,01)/10 = 0,214 ∆H C1 = (4,05 – 33,35)/10 = -2,92


m m

∆H F2 = (16,55 – 14,40)/10 = 0,213 ∆H C2 = (3,43 – 32,70)/10 = -2,927


m m

∆H A1 = (79,00 – 22,34)/10 = ∆H D1 = (32,50 – 7,407)/10 = 2,509


-1,534 m m

∆H A2 = (6,91 – 21,80)/10 = -1,489 ∆H D2 = (32,87 – 7,802)/10 = 2,507


m m

∆H B1= (15,57 – 17,20)/10 = ∆H E1 = (22,87 – 4,30)/10 = 1,857


-0,163 m m

∆H B2 = (15,67 – 17,24)/10 = ∆H E2 = (23,01 – 4,35)/10 = 1,866


-0,157 m m

2. ∆H Rata-Rata
∆ H 1+ ∆ H 2
∆H RATA –RATA =
2

∆HF = (0,214+0,213)/2 = 0.2145 m

∆HA = (-1,534+-1,489)/2 = -1,5115 m

∆HB = (-0,163+ -0,157)/2 = -0,1600 m

∆HC = (-2,92+-2,927)/2 = -2,9285 m

∆HD = (2,509 + 2,507)/2 = 2,5085 m

∆HE = (1,857+1.866)/2 = 1,861 m

49
∑∆H = 0,2145 +(-1,5115) + (-0.16) + (-2,9285) + 2.5080 + 1,8615 = -0.0159m

3. Hitung Jarak (d)


Jarak ( d ) = (Batas Atas – Batas Bawah) x 100

Jarak Rambu belakang :

Df1 = (17,70 – 14,70)x100 = 300m DC1 = (5,19 – 2,91) x100 = 228m

Df2 = (18,15 – 14,95) x100 = 320m DC2 = (4,65 – 2,21) x100 = 244m

DA1 = (7,90 – 6,10) x100 = 180m DD1 = (35,00- 30,00) x100 = 500m

DA2 = (7,79 – 6,03) x100 = 176m DD2 = (33,67 – 32,07) x100 = 160m

DB1= (16,5 – 14,64) x100 = 186m DE3 = (24,77 – 21,97) x100 = 280m

DB2 = (16,46-14,88) x100 = 158m DE4 = (23,16 – 20,86) x100 = 430m

Jarak Rambu Muka :

DF1 = (15,66 - 12,46)x100 =320 m DE3 = (8,06 – 0,54) x100 = 752 m

DF2 = (15,91 – 12,89) x100 = 302 m DE4 = (7,90 – 0,80) x100 = 710 m

DA1 = (24,82 – 19,87) x100 = 495 m

DA2 = (23,85 – 19,78) x100 = 407 m

DB1= (18,10 – 16,30) x100 = 180 m

DB2 = (18,24 – 16,24) x100 = 200 m

DC1 = (34,85 – 31,85) x100 = 300 m

DC2 = (34,20 – 31,20) x100 = 300 m

DD1 = (9,607-5,207) x100 =440 m

DD2 = (9,95 – 5,654) x100 =429,6 m

50
4. Jarak pada Theodolit
DF = 61,749m
DA = 57,879m
DB= 34,382m
DC= 52,801m
DD= 95,092m
DE= 112,969m
∑D= 61,749 + 57,879 +34,382 + 52,801 +95,092 + 112,969 = 414,872m

5. Koreksi ∆H
Jumlah Jarak rata−rata
Koreksi ∆ H = x (-∑∆Hrata-rata)
∑ jumlahjarakrata−rata

61,749
Koreksi ∆ HFA = x−0,0159=0,00237 3977
414,872

57,879
Koreksi ∆ HAB = x−0,0159=0,002225192
414,872

34,382
Koreksi ∆ HBC = x−0,0159=0,001321836
414,872

52,801
Koreksi ∆ HCD = x−0,0159=0,002029966
414,872

95.092
Koreksi ∆ HDE = x−0,0159=0,003655868
414,872

112,969
Koreksi ∆ HEF = x−0,0159=0,00434316
414,872

6. Hitung Elevasi Titik


Elevasi = Elevasi (Sebelumnya) + ∆ H rata rata + Beda Tinggi
Terkoreksi
HFA = 100m
HAB = 100 + 0,2145 + 0.002373997 = 100,217m
HBC = 100,217 + (-1,5115) + 0,002225192 = 98,708m
HCD = 98,708 + (-0,16) +0.001321836 = 98.549m

51
HDE = 98,549 + (-2,9285) + 0,002029966 = 95,622m
HEF = 95,622 + 2,508 + 0.003655868 = 98.134m
KONTROL : 98,134 + 1,8615 + 0,00434316 = 100m

4.3 Proses Data Titik Detail

52
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
50.000 100.000 75
A
B 162 9 11 162.153 91 6 14 91.10388889 57.846 -1.114 1.53 2 125.085 47.39844 -33.205 97,398 66,795 -1.525 73.5175
1 332 51 48 332.863 92 51 3 92.85083333 15.390 -0.77 1.53 2 170.71 295.795 -13.86 6.70 36.14 106.70 -1.24 73.76
2 333 59 25 333.990 90 29 12 90.48666667 15.911 -0.14 1.53 2 171.84 296.922 -14.19 7.20 35.81 107.20 -0.61 74.40
3 291 55 38 291.927 92 15 49 92.26361111 24.110 -0.95 1.53 2 129.77 254.859 -23.27 -6.30 26.73 93.70 -1.42 73.58
4 293 25 53 293.431 90 57 39 90.96083333 24.333 -0.41 1.53 2 131.28 256.363 -23.65 -5.74 26.35 94.26 -0.88 74.12
5 270 20 43 270.345 91 12 11 91.20305556 51.121 -1.07 1.53 2 108.19 233.277 -40.98 -30.57 9.02 69.43 -1.54 73.46
6 180 13 46 180.229 91 9 51 91.16416667 60.459 -1.23 1.53 2 18.08 143.161 36.25 -48.39 86.25 51.61 -1.70 73.30
7 203 20 55 203.349 91 11 83 91.20638889 74.986 -1.55 1.53 2 41.20 166.281 17.78 -72.85 67.78 27.15 -2.02 72.98
8 230 0 41 230.011 91 28 20 91.47222222 52.275 -1.34 1.53 2 67.86 192.943 -11.71 -50.95 38.29 49.05 -1.81 73.19
9 216 58 23 216.973 92 15 33 92.25916667 31.682 -1.28 1.53 2 54.82 179.905 0.05 -31.68 50.05 68.32 -1.75 73.25
10 167 47 30 167.792 94 4 37 94.07694444 17.004 -1.21 1.53 2 5.64 130.724 12.89 -11.09 62.89 88.91 -1.68 73.32
11 160 22 13 160.370 91 5 49 91.09694444 16.669 -0.32 1.53 2 358.22 123.302 13.93 -9.15 63.93 90.85 -0.79 74.21
12 161 26 46 161.446 92 46 43 92.77861111 6.252 -0.30 1.53 2 359.29 124.378 5.16 -3.53 55.16 96.47 -0.77 74.23
13 119 41 36 119.693 91 59 31 91.99194444 9.359 -0.32 1.53 2 317.54 82.625 9.28 1.20 59.28 101.20 -0.79 74.21
14 25 35 44 25.596 88 18 45 88.31250000 18.144 0.54 1.53 2 223.44 348.528 -3.61 17.78 46.39 117.78 0.07 75.07
15 36 24 16 36.404 88 18 13 88.30361111 14.114 0.42 1.53 2 234.25 359.336 -0.16 14.11 49.84 114.11 -0.05 74.95
16 57 0 37 57.010 89 19 41 89.32805556 24.574 0.29 1.53 2 254.86 19.942 8.38 23.10 58.38 123.10 -0.18 74.82
17 75 46 30 75.775 89 43 32 89.72555556 23.166 0.11 1.53 2 273.62 38.707 14.49 18.08 64.49 118.08 -0.36 74.64
18 83 30 41 83.511 89 49 23 89.82305556 20.893 0.07 1.53 2 281.36 46.443 15.14 14.40 65.14 114.40 -0.41 74.60
19 101 10 4 101.168 90 24 57 90.41583333 23.496 -0.17 1.53 2 299.01 64.100 21.14 10.26 71.14 110.26 -0.64 74.36
20 92 46 13 92.770 90 0 57 90.01583333 32.953 -0.01 1.53 2 290.62 55.702 27.22 18.57 77.22 118.57 -0.48 74.52
21 115 11 2 115.184 90 54 47 90.91305556 28.695 -0.55 1.53 2 313.03 78.116 28.08 5.91 78.08 105.91 -1.02 73.98
22 101 38 2 101.634 90 48 48 90.81333333 43.607 -0.619 1.53 2 299.48 64.566 39.38 18.73 89.38 118.73 -1.09 73.91
23 95 56 28 95.941 89 5 32 89.09222222 11.927 0.189 1.53 2 293.79 58.873 10.21 6.17 60.21 106.17 -0.28 74.72
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
97.398 66.795 73.517
B C 109 12 53 109.215 89 34 16 89.57111111 34.319 0.257 1.47 2 205.89167 -14.992 -30.893 82.406 35.901 -2.93475 73.342
1 94 57 58 94.966 89 35 2 89.58388889 37.18 0.27 1.47 2 345.75 191.64 -7.50 -36.41 89.89 30.38 -0.26 73.257
2 88 53 11 88.886 88 55 23 88.92305556 23.927 0.45 1.47 2 339.67 185.56 -2.32 -23.81 95.08 42.98 -0.08 73.437
3 78 54 25 78.907 86 55 58 86.93277778 11.222 0.601 1.47 2 329.69 175.58 0.86 -11.19 98.26 55.61 0.07 73.588
4 34 44 38 34.744 84 57 28 84.95777778 7.093 0.626 1.47 2 285.53 131.42 5.32 -4.69 102.72 62.10 0.10 73.613
5 326 6 5 326.101 87 22 6 87.36833333 13.939 0.641 1.47 2 216.89 422.78 12.40 6.38 109.79 73.17 0.11 73.628
6 298 3 58 298.066 87 6 1 87.10027778 12.615 0.639 1.47 2 188.85 394.74 7.19 10.37 104.59 77.16 0.11 73.626
7 54 8 21 54.139 88 25 51 88.43083333 21.589 0.591 1.47 2 304.92 150.82 10.53 -18.85 107.93 47.95 0.06 73.578

53
8 303 36 42 303.612 88 40 37 88.67694444 22.422 0.518 1.47 2 194.40 400.29 14.50 17.10 111.90 83.90 -0.01 73.505
9 352 29 30 352.492 89 4 13 89.07027778 21.367 0.347 1.47 2 243.28 89.17 21.36 0.31 118.76 67.11 -0.18 73.334
10 351 36 39 351.611 90 0 49 90.01361111 39.787 -0.009 1.47 2 242.40 88.29 39.77 1.19 137.17 67.98 -0.54 72.978
11 250 21 19 250.355 88 46 36 88.77666667 33.113 0.707 1.47 2 141.14 347.03 -7.43 32.27 89.97 99.06 0.18 73.694
12 308 29 13 308.487 89 22 12 89.37 43.311 0.476 1.47 2 199.27 405.16 30.71 30.54 128.11 97.33 -0.05 73.463
13 266 48 29 266.808 88 48 16 88.80444444 44.327 0.925 1.47 2 157.59 363.49 2.69 44.25 100.09 111.04 0.40 73.912
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
82.406 35.901 73.3419
C B 268 21 0 268.350 88 58 16 88.97111111 34.322 0.616 1.465 2 25.89167 47.398 -33.205 97.398 66.795 -0.17625 73.5172
1 322 56 5 322.935 88 33 35 88.55972222 26.805 0.674 1.465 2 54.58 80.48 26.44 4.43 108.84 40.34 0.14 73.48
2 344 20 32 344.342 88 6 54 88.115 19.997 0.658 1.465 2 75.99 101.88 19.57 -4.12 101.97 31.78 0.12 73.46
3 356 31 25 356.524 91 33 17 91.55472222 25.313 -0.687 1.465 2 88.17 114.07 23.11 -10.32 105.52 25.58 -1.22 72.12
4 9 25 56 9.432 41 47 1 41.78361111 23.431 -0.73 1.465 2 101.08 126.97 18.72 -14.09 101.13 21.81 -1.27 72.08
5 52 20 54 52.348 93 12 15 93.20416667 37.036 -2.073 1.465 2 144.00 169.89 6.50 -36.46 88.91 -0.56 -2.61 70.73
6 50 38 14 50.637 95 30 52 95.51444444 25.352 -2.448 1.465 2 142.29 168.18 5.19 -24.81 87.60 11.09 -2.98 70.36
7 54 30 20 54.506 99 7 1 99.11694444 14.636 -2.349 1.465 2 146.16 172.05 2.02 -14.50 84.43 21.41 -2.88 70.46
8 7 41 12 7.687 92 23 14 92.38722222 39.067 -1.629 1.465 2 99.34 125.23 31.91 -22.54 114.32 13.37 -2.16 71.18
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
125.272 5.083 70.4087
D C 271 27 8 271.452 86 26 41 86.44472222 52.765 3.279 1.530 2 305.78556 -14.9922 -30.8935 82.406 35.901 -2.93475 73.3419
1 180 32 21 180.539 89 41 3 89.68416667 24.529 0.135 1.530 2 269.09 214.87 -14.02 -20.12 111.25 -15.04 -0.34 70.07
2 177 5 43 177.095 90 33 41 90.56138889 24.665 -0.242 1.530 2 265.64 211.43 -12.86 -21.05 112.41 -15.96 -0.71 72.63
3 155 3 35 155.060 90 26 47 90.44638889 26.558 -0.207 1.530 2 243.61 189.39 -4.33 -26.20 120.94 -21.12 -0.68 69.40
4 131 48 37 131.810 89 43 19 89.72194444 14.942 0.072 1.530 2 220.36 526.14 3.58 -14.51 128.85 -9.42 -0.40 72.23
5 356 27 41 356.461 84 55 1 84.91694444 9.713 0.864 1.530 2 85.01 390.79 4.97 8.34 130.24 13.43 0.39 69.79
6 359 54 36 359.910 87 24 3 87.40083333 25.193 1.144 1.530 2 88.46 394.24 14.18 20.83 139.45 25.91 0.67 72.91
7 359 24 15 359.404 87 53 59 87.89972222 50.277 1.844 1.530 2 87.95 393.74 27.92 41.81 153.20 46.89 1.37 71.16
8 42 16 34 42.276 87 53 29 87.89138889 16.24 0.598 1.530 2 130.82 436.61 15.80 3.76 141.07 8.84 0.13 73.03
9 20 13 14 20.221 88 19 52 88.33111111 31.932 0.93 1.530 2 108.77 414.55 26.01 18.52 151.29 23.60 0.46 71.62
10 12 33 15 12.554 88 24 20 88.40555556 50.927 1.418 1.530 2 101.10 406.89 37.18 34.81 162.45 39.89 0.95 73.98
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
176.543 85.311 72.9774
E D 11 24 6 11.402 91 20 14 91.33722222 95.115 -2.22 1.530 2 212.584722 42.86604 -30.8181 125.272 5.083 2.566 70.4087
1 8 56 19 8.939 90 54 12 90.90333333 33.252 -0.524 1.530 2 357.54 210.12 -16.69 -28.76 159.86 56.55 -0.99 71.98
2 15 34 41 15.578 89 47 40 89.79444444 26.144 0.094 1.530 2 4.18 216.76 -15.65 -20.94 160.90 64.37 -0.38 72.60
3 60 15 10 60.253 88 31 31 88.52527778 10.511 0.271 1.530 2 48.85 261.44 -10.39 -1.57 166.15 83.75 -0.20 72.78
4 0 59 54 0.998 90 19 31 90.32527778 9.443 -0.054 1.530 2 349.60 202.18 -3.57 -8.74 172.98 76.57 -0.52 72.45
5 331 38 43 331.645 91 5 16 91.08777778 20.106 -0.382 1.530 2 320.24 532.83 2.51 -19.95 179.05 65.36 -0.85 72.13
6 289 30 36 289.510 89 46 34 89.77611111 12.818 0.05 1.530 2 278.11 490.69 9.72 -8.36 186.26 76.95 -0.42 72.56
7 229 50 34 229.843 88 39 34 88.65944444 20.239 0.474 1.530 2 218.44 431.03 19.14 6.58 195.68 91.89 0.00 72.98
8 203 33 0 203.550 85 50 23 85.83972222 7.785 0.566 1.530 2 192.15 404.73 5.48 5.53 182.02 90.84 0.10 73.07
9 97 21 45 97.363 88 1 43 88.02861111 30.533 1.051 1.530 2 85.96 298.55 -26.82 14.59 149.72 99.90 0.58 73.56
10 113 56 49 113.947 87 35 20 87.58888889 31.594 1.331 1.530 2 102.55 315.13 -22.29 22.39 154.25 107.70 0.86 73.84
11 130 9 42 130.162 87 49 54 87.83166667 35.45 1.342 1.530 2 118.76 331.34 -17.00 31.11 159.54 116.42 0.87 73.85
12 143 11 36 143.193 87 25 41 87.42805556 23.181 1.041 1.530 2 131.79 344.38 -6.24 22.32 170.30 107.64 0.57 73.55
13 128 29 40 128.494 86 26 10 86.43611111 19.699 1.227 1.530 2 117.09 329.68 -9.95 17.00 166.60 102.32 0.76 73.73
14 164 23 58 164.399 81 24 52 81.41444444 9.179 1.386 1.530 2 153.00 365.58 0.89 9.14 177.44 94.45 0.92 73.89
15 170 29 53 170.498 84 13 42 84.22833333 13.688 1.384 1.530 2 159.10 371.68 2.77 13.40 179.31 98.72 0.91 73.89
16 144 51 28 144.858 83 34 39 83.5775 12.194 1.373 1.530 2 133.46 346.04 -2.94 11.83 173.60 97.14 0.90 73.88
17 72 59 10 72.986 86 18 42 86.31166667 15.651 1.000 1.530 2 61.58 274.17 -15.61 1.14 160.93 86.45 0.53 73.51
18 53 56 14 53.937 87 21 42 87.36166667 21.178 0.976 1.530 2 42.54 255.12 -20.47 -5.44 156.08 79.87 0.51 73.48

54
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
84.731 151.158 74.8027
F A 224 20 1 224.334 89 32 11 89.53639 62.118 0.503 1.55 2 214.1670833 -34.7312 -51.1582 50 100 -1.4845 75
1 133 34 37 133.577 90 48 46 90.81278 53.521 -0.759 1.55 2 269.24 123.41 44.68 -29.47 129.41 121.69 -1.21 73.59
2 141 44 45 141.746 90 54 4 90.90111 55.428 -0.872 1.55 2 277.41 131.58 41.46 -36.79 126.19 114.37 -1.32 73.48
3 154 27 27 154.458 90 25 28 90.42444 30.592 -0.227 1.55 2 290.12 144.29 17.86 -24.84 102.59 126.32 -0.68 74.13
4 167 27 46 167.463 90 30 31 90.50861 21.978 -0.195 1.55 2 303.13 157.30 8.48 -20.27 93.21 130.88 -0.65 74.16
5 202 31 3 202.518 88 35 44 88.59556 10.723 0.263 1.55 2 338.18 192.35 -2.29 -10.47 82.44 140.68 -0.19 74.62
6 222 43 9 222.719 88 57 39 88.96083 29.033 0.527 1.55 2 358.39 212.55 -15.62 -24.47 69.11 126.69 0.08 74.88
7 234 36 47 234.613 88 57 61 88.96694 29.607 0.543 1.55 2 10.28 224.45 -20.73 -21.14 64.00 130.02 0.09 74.90
8 263 21 57 263.366 87 19 37 87.32694 10.998 0.513 1.55 2 39.03 253.20 -10.53 -3.18 74.20 147.98 0.06 74.87
9 293 40 28 293.674 87 19 39 87.32750 23.374 1.091 1.55 2 69.34 283.51 -22.73 5.46 62.00 156.62 0.64 75.44
10 307 42 16 307.704 88 20 11 88.33639 36.919 1.072 1.55 2 83.37 297.54 -32.74 17.07 51.99 168.23 0.62 75.42
11 319 44 1 319.734 88 18 53 88.31472 37.341 1.099 1.55 2 95.40 309.57 -28.79 23.79 55.95 174.94 0.65 75.45
12 319 51 9 319.853 87 39 4 87.65111 26.271 1.078 1.55 2 95.52 309.69 -20.22 16.78 64.51 167.93 0.63 75.43
13 328 55 9 328.919 85 16 57 85.28250 11.32 0.934 1.55 2 104.59 318.75 -7.46 8.51 77.27 159.67 0.48 75.29
14 5 17 29 5.291 86 56 14 86.93722 12.512 0.669 1.55 2 140.96 355.12 -1.06 12.47 83.67 163.62 0.22 75.02
15 19 40 41 19.678 87 41 58 87.69944 24.717 0.993 1.55 2 155.34 369.51 4.08 24.38 88.82 175.54 0.54 75.35
16 135 31 14 135.521 90 25 24 90.42333 25.035 -0.185 1.55 2 271.19 125.35 20.42 -14.49 105.15 136.67 -0.64 74.17
Perhitungan data dari beberapa titik detail

[Perhitungan β]

βA1 = αA1 - αAB = 332°51’48”– 162°9’11” = 170°42’37”

βA2 = αA2 - αAB = 333°59’25”– 162°9’11” = 171°50’14”

βA3 = αA3 - αAB = 291°55’38”– 162°9’11” = 129°46’27”

βA4 = αA4 - αAB = 293°25’53”– 162°9’11” = 131°16’42”

βA5 = αA5 - αAB = 270°20’43”– 162°9’11” = 108°11’32”

βB1 = αB1 - αBC1 = 94°57’58”– 109°12’53” = -14°14’55” + 360° = 345°45’5”

βB2 = αB2 - αBC1 = 88°53’11”– 109°12’53” = -20°19’42” + 360°0’0”= 339°40’18”

βB3 = αB3 - αBC1 = 78°54’25”– 109°12’53” =- 30°18’28” + 360°0’0”= 329°41’32”

βB4 = αB4 - αBC1= 34°44’38”– 109°12’53” = -74°28’15” + 360°0’0”= 285°31’45”

βB5 = αB5 - αBC1 = 326°6’5”– 109°12’53” = 216°53’12”

βC1 = αC1 - αCB = 322°56’5”– 268°21’0” = 54°35’5”

βC2 = αC2 - αCB = 344°20’32”– 268°21’0” = 75°59’30”

βC3 = αC3 - αCB = 356°31’25”– 268°21’0” = 88°10’25”

βC4 = αC4 - αCB = 9°25’56”– 268°21’0” = -258°55’4” + 360° = 101°4’56”

βC5 = αC5 - αCB = 52°20’54”– 268°21’0” = -216°0’6” + 360° = 143°59’54”

55
βD1 = αD1 - αDC = 180°32’21”– 271°27’8” = -90°54’47” ” + 360° = 269°5’13”

βD2 = αD2 - αDC = 177°5’43”– 271°27’8” = -94°21’25” ” + 360°= 265°38’35”

βD3 = αD3 - αDC = 155°3’35”– 271°27’8” = -116°23’33” ” + 360° = 243°36’27”

βD4 = αD4 - αDC = 131°48’37”– 271°27’8” = - 139°38’31” ” + 360° = 220°21’29”

βD5 = αD5 - αDC = 356°27’41”– 271°27’8” = 85°0’33”

βE1 = αE1 - αED1 = 8°56’19”– 11°24’6” = -2°27’47” + 360° = 357°32’13”

βE2 = αE2 - αED1 = 15°34’41”– 11°24’6” = 4°10’35”

βE3 = αE3 - αED1 = 60°15’10”– 11°24’6” = 49°51’4”

βE4 = αE4 - αED1= 0°59’54”– 11°24’6” = -10°24’12” + 360° = 349°35’48”

βE5 = αE5 - αED1 = 331°38’43”– 11°24’6” = 320°14’37”

βF1 = αF1 - αFA = 133°34’37”– 224°20’1” = -90°45’24” + 360° = 269°14’36”

βF2 = αF2 - αFA = 141°44’45”– 224°20’1” = 277°24’44”

βF3 = αF3 - αFA = 154°27’27”– 224°20’1” = 290°7’26”

βF4 = αF4 - αFA = 167°27’46”– 224°20’1” = 303°7’45”

βF5 = αF5 - αFA = 202°31’3”– 224°20’1” = 338°11’2”

56
AZIMUTH

αAB = 134°19’46”– 9°14’40” = 125°5’6”

αA1 = αAB + βA1 = 125°5’6”+ 170°42’37”= 123°50’58”

αA2 = αAB + βA2 = 125°5’6”+ 171°50’14”= 184°22’58”

αA3 = αAB + βA3 = 125°5’6”+ 129°46’27”= 216°19’1”

αA4 = αAB + βA4 = 125°5’6”+ 131°16’42”= 224°22’52”

αA5 = αAB + βA5 = 125°5’6”+ 108°11’32”= 176°26’19”

αBC = 205°53’31.2”

αB1 = αBC1 + βB1 = 205°53’31.2”+ 345°45’5” = 133°56’16,7”

αB2 = αBC1 + βB2 = 205°53’31.2”+ 339°40’18” = 147°33’43,7”

αB3 = αBC1 + βB3 = 205°53’31.2”+ 329°41’32” = 154°24’13,7”

αB4 = αBC1 + βB4 = 205°53’31.2”+ 285°31’45” = 179°27’26,7”

αB5 = αBC1 + βB5 = 205°53’31.2”+ 216°53’12” = 192°25’6,7”

αCD = 25°53’30,01”

αC1 = αCD + βC1 = 25°53’30,01”+54°35’5” = 80°28’35,01”

αC2 = αCD + βC2 = 25°53’30,01” + 75°59’30” = 101°53’0,01”

αC3 = αCD + βC3 = 25°53’30,01”+88°10’25” = 114°3’55,01”

57
αC4 = αCD + βC4 = 25°53’30,01”+ 101°4’56” = 126°58’26,01”

αC5 = αCD + βC5 = 25°53’30,01”+ 143°59’54” = 169°53’24,01”

αDC = 305°47’6”

αD1 = αDC + βD1 = 305°47’6”+ 269°5’24” - 360° = 214°52’12”

αD2 = αDC + βD2 = 305°47’6”+ 265°38’24” - 360° = 211°25’48”

αD3 = αDC + βD3 = 305°47’6”+ 243°36’36” - 360° = 189°23’24”

αD4 = αDC + βD4 = 305°47’6”+ 220°21’36” - 360° = 126°58’12”

αD5 = αDC + βD5 = 305°47’6”+ 85°0’36” - 360° = 30°46’48”

αED = 212°34’48”

αE1 = αED + βE1 = 212°34’48”+ 357°32’24” – 360° = 210°7’12”

αE2 = αED + βE2 = 212°34’48”+ 4°10’48” = 216°45’36”

αE3 = αED + βE3 = 212°34’48”+ 48°51’0” = 261°26’24”

αE4 = αED + βE4 = 212°34’48”+ 349°36’0” = 202°10’48”

αE5 = αED + βE5 = 212°34’48”+ 320°14’24” = 172°49’48”

αFA= 214°9’36”

αF1 = αFA + βC1 = 214°9’36”+ 269°14’24” – 360° = 123°24’36”

58
αF2 = αFA + βF2 = 214°9’36”” + 277°24’36” – 360° = 131°34’48”

αF3 = αFA + βF3 = 214°9’36”+ 290°7’12” – 360° = 144°7’12”

αF4 = αFA + βF4 = 214°9’36” + 303°7’48” – 360° = 157°18’0”

αF5 = αFA + βF5 = 214°9’36” + 338°10’48” – 360° = 192°21’0”

ΔX

ΔXAB = 47.39844

ΔXA1 = HDA1 sinαA1 = 15,390 sin 123°50’58” = -13,86

ΔXA2 = HDA2 sinαA2 = 15,911 sin 184°22’58” = -14,19

ΔXA3 = HDA3 sinαA3 = 24,110 sin 216°19’1” = -23,27

ΔXA4 = HDA4 sinαA4 = 24,333sin 224°22’52” = -23,65

ΔXA5 = HDA5 sinαA5 = 51,121 sin 176°26’19” = -40,98

ΔXBC = -14,992

ΔXB1 = HDB1 sinαB1 = 37,18 sin 133°56’16,7” = -7,50

ΔXB2 = HDB2 sinαB2 = 23,927 sin 147°33’43,7” = - 2,32

ΔXB3 = HDB3 sinαB3 = 11,222 sin 154°24’13,7” = 0,86

ΔXB4 = HDB4 sinαB4 = 7,093 sin 179°27’26,7” = 5,32

ΔXB5 = HDB5 sinαB5 = 13,939 sin 192°25’6,7” = 12,40

59
ΔXCD = 47,398

ΔXC1 = HDC1 sinαC1 = 26,805 sin 80°28’35,01” = 26,44

ΔXC2 = HDC2 sinαC2 = 19,997 sin 101°53’0,1” = 19,57

ΔXC3 = HDC3 sinαC3 = 25,313 sin 114°5’55,01” = 23,11

ΔXC4 = HDC4 sinαC4 = 23,431 sin 126°58’26,01” = 18,72

ΔXC5 = HDC5 sinαC5 = 37,036 sin 169°53’24,01” = 6,50

ΔXDC = -14,9922

ΔXD1 = HDD1 sinαD1 = 24,529 sin 214°52’12” = -14,0245

ΔXD2 = HDD2 sinαD2 = 24,665 sin 211°25’48” = -12,8612

ΔXD3 = HDD3 sinαD3 = 26,558 sin 189°23’24” = -4,3344

ΔXD4 = HDD4 sinαD4 = 14,942 sin 126°58’12” = 3,5784

ΔXD5 = HDD5 sinαD5 =9,713 sin30°46’49” = 4,9727

ΔXED = 42,86604

ΔXE1 = HDE1 sinαE1 = 33,252 sin 210°7’12” = -16,6871

ΔXE2 = HDE2 sinαE2 = 26,144 sin 216°45’36” = -15,6467

ΔXE3 = HDE3 sinαE3 = 10,511 sin 261°26’24” = -10,3938

ΔXE4 = HDE4 sinαE4 = 9,443 sin 202°10’48” = -3,5651

ΔXE5 = HDE5 sinαE5 = 20,106 sin 172°49’48” = 2,5101

60
ΔXFA = -34,7312

ΔXF1 = HDF1 sinαF1 = 53,521 sin 123°24’36” = 44,68

ΔXF2 = HDF2 sinαF2 = 55,428 sin 131°34’48” = 41,46

ΔXF3 = HDF3 sinαF3 = 30,592 sin 144°7’12” = 17,86

ΔXF4 = HDF4 sinαF4 = 21,978 sin 157°18’0” = 8,48

ΔXF5 = HDF5 sinαF5 = 10,723 sin 192°21’0” = -2,29

ΔY

ΔYAB = -33.205

ΔYA1 = HDA1 cosαA1 = 15,390 cos 123°50’58” = 6,70

ΔYA2 = HDA2 cosαA2 = 15,911 cos 184°22’58” = 7,20

ΔYA3 = HDA3 cosαA3 = 24,110 cos 216°19’1” = -6,30

ΔYA4 = HDA4 cosαA4 = 24,333 cos224°22’52” = -5,74

ΔYA5 = HDA5 cosαA5 = 51,121 cos 176°26’19” = -30,57

ΔYBC = -30,893

ΔYB1 = HDB1 cosαB1 = 37,18 cos 133°56’16,7” = -36,41

ΔYB2 = HDB2 cosαB2 = 23,927 cos 147°33’43,7” = - 23,81

ΔYB3 = HDB3 cosαB3 = 11,222 cos 154°24’13,7” = -11,19

ΔYB4 = HDB4 cosαB4 = 7,093 cos 179°27’26,7” = -4,69

61
ΔYB5 = HDB5 cosαB5 = 13,939 cos 192°25’6,7” = 6,38

ΔYCD = -33,205

ΔYC1 = HDC1 cosαC1 = 26,805 cos80°28’35,01” = 4,43

ΔYC2 = HDC2 cosαC2 = 19,997 cos101°53’0,1” = -4,12

ΔYC3 = HDC3 cosαC3 = 25,313 cos114°5’55,01” = -10,32

ΔYC4 = HDC4 cosαC4 = 23,431 cos126°58’26,01” = -14,09

ΔYC5 = HDC5 cosαC5 = 37,036 cos 169°53’24,01” = -36,46

ΔYDC = -30,8935

ΔYD1 = HDD1 cosαD1 = 24,529 cos 214°52’12” = -20,12

ΔYD2 = HDD2 cosαD2 = 24,665 cos211°25’48” = -21,05

ΔYD3 = HDD3 cosαD3 = 26,558 cos189°23’24” = -26,20

ΔYD4 = HDD4 cosαD4 = 14,942 cos126°58’12” = -14,51

ΔYD5 = HDD5 cosαD5 =9,713 cos 30°46’49” = 8,34

ΔYED = -30,8181

ΔYE1 = HDE1 cosαE1 = 33,252 cos210°7’12” = -28,76

ΔYE2 = HDE2 cosαE2 = 26,144 cos216°45’36” = -20,94

ΔYE3 = HDE3 cosαE3 = 10,511 cos 261°26’24” = -1,57

ΔYE4 = HDE4 cosαE4 = 9,443 cos 202°10’48” = -8,74

ΔYE5 = HDE5 cosαE5 = 20,106 cos172°49’48” = -19,95

62
ΔYFA = -51,158

ΔYF1 = HDF1 cosαF1 = 53,521 cos123°24’36” = -29,47

ΔYF2 = HDF2 cosαF2 = 55,428 cos131°34’48” = -36,79

ΔYF3 = HDF3 cosαF3 = 30,592 cos144°7’12” = -24,84

ΔYF4 = HDF4 cosαF4 = 21,978 cos157°18’0” = -20,27

ΔYF5 = HDF5 cosαF5 = 10,723 cos 192°21’0” = -10,47

KOORDINAT TITK X

XA = 50

XB = 97,398

XA1 = XA + ΔXA1 = 50 + (-13,86) = 36,14

XA2 = XA + ΔXA2 = 50 + (-14,19) = 35,81

XA3 = XA + ΔXA3 = 50 + (-23,27) = 26,73

XA4 = XA + ΔXA4 = 50 +( -23,65) = 26,35

XA5 = XA + ΔXA5 = 50 + (-40,98) = 9,02

XB = 97,398
XC = 82,406

XB1 = XB + ΔXB1 = 97,398 + (-7,50) =89,89

XB2 = XB + ΔXB2 = 97,398 + (-2,32) = 95,08

XB3 = XB + ΔXB3 = 97,398 + 0,86 = 98,26

XB4 = XB + ΔXB4 = 97,398 + 5,32 = 102,72

63
XB5 = XB + ΔXB5 = 97,398 + 12,40 = 109,79

XC = 82,406

XB = 97,398

XC1 = XC + ΔXC1 = 82,406 + 26,44 = 146.1375104

XC2 = XC + ΔXC2 = 82,406+ 19,57 = 158.0839896

XC3 = XC + ΔXC3 = 82,406+23,11 = 211.5830011

XC4 = XC + ΔXC4 = 82,406+ 18,72 = 241.8611377

XC5 = XC + ΔXC5 = 82,406+ 6,50 = 213.626773

XD = 125,272

XC = 82,406

XD1 = XD + ΔXD1 =125,272+ -14,02= 111,25

XD2 = XD + ΔXD2 = 125,272+ -12,86 = 112,41

XD3 = XD + ΔXD3 =125,272+ -4,33 = 120,94

XD4 = XD + ΔXD4 = 125,272+ 3,58= 128,85

XD5 = XD + ΔXD5 =125,272+ 4,97= 130,24

XE = 176,543
XD = 125,272

XE1 = XE + ΔXE1 = 176,543+ -16,69 = 159,86

XE2 = XE + ΔXE2 = 176,543+ -15,65 = 160,90

XE3 = XE + ΔXE3 = 176,543+ -10,39 = 166,15

XE4 = XE + ΔXE4 = 176,543+ -3,57 = 172,98

64
XE5 = XE + ΔXE5 = 176,543+ 2,51 = 179,05

XF = 84,731

XA = 50

XF1 = XF + ΔXF1 = 84,731+ 44,68 = 129,41

XF2 = XF + ΔXF2 = 84,731+ 41,46 = 126,19

XF3 = XF + ΔXF3 = 84,731+17,86 =102,59

XF4 = XF + ΔXF4 = 84,731+ 8,48 =93,21

XF5 = XF + ΔXF5 = 84,731+ -2,29 = 82,44

KOORDINAT TITK Y

YA = 100

YB = 66,795

YA1 = YA + ΔYA1 = 100 + 6,70= 106,70

YA2 = YA + ΔYA2 = 100 + (7.20) = 107,20

YA3 = YA + ΔYA3 = 100 + (-6,30) = 93,7

YA4 = YA + ΔYA4 = 100 + (-5,74) = 94,26

YA5 = YA + ΔYA5 = 100 + -30,57 = 69,43

YB = 66,795

YC = 35,901

YB1 = YB + ΔYB1 = 66,795+ -36,41 = 30,38

YB2 = YB + ΔYB2 = 66,795+ -23,81 = 42,98

65
YB3 = YB + ΔYB3 = 66,795+ -11,19 = 55,61

YB4 = YB + ΔYB4 = 66,795+ -4,69 = 62,10

YB5 = YB + ΔYB5 = 66,795+ 6,38 = 73,17

YC = 35,901

YB = 66,795

YC1 = YC + ΔYB1 = 35,901+ 4,43 = 40,34

YC2 = YC + ΔYB2 = 35,901+ -4,12 = 31,78

YC3 = YC + ΔYB3 = 35,901+ -10,32= 25,58

YC4 = YC + ΔYB4 = 35,901+ -14,09 = 21,81

YC5 = YC + ΔYB5 = 35,901+ -36,46= -0,56

YD = 5,083

YC = 35,901

YD1 = YD + ΔYD1 = 5,083 + -20,12 = -15,04

YD2 = YD + ΔYD2 = 5,083 +-21,05 = -15,96

YD3 = YD + ΔYD3 = 5,083 + (-26,20) = -21,12

YD4 = YD + ΔYD4 = 5,083+ (-14,51) = -9,42

YD5 = YD + ΔYD5 = 5,083 + 8,34 = 13,43

YE = 85,311

YD = 5,083

YE1 = YE + ΔYE1 = 85,311+ -28,76 = 56,55

YE2 = YE + ΔYE2 = 85,311+ -20,94= 64,37

66
YE3 = YE + ΔYE3 = 85,311+ -1,57 = 83,75

YE4 = YE + ΔYE4 = 85,311+ -8,74 = 76,57

YE5 = YE + ΔYE5 = 85,311+ -19,95 = 65,36

YF= 151,158

YA = 100

YF1 = YF + ΔYF1 = 151,158+ -29,47 = 121,69

YF2 = YF + ΔYF2 =151,158+ -36,79 = 114,37

YF3 = YF + ΔYF3 = 151,158+ (-24,84) = 126,32

YF4 = YF + ΔYF4 = 151,158+ (-20,27) = 130,88

YF5 = YF + ΔYF5 = 151,158+ -10,47 = 140,68

BEDA TINGGI (Δh)

ΔhAB = -1.525

ΔhA1 = VDA1 + (TAA – TTA) = -0,77 + (1.53 – 2) = -1.24

ΔhA2 = VDA2 + (TAA – TTA) = -0.14 + (1.53 – 2) = -0,61

ΔhA3 = VDA3 + (TAA – TTA) = -0,95 + (1.53 – 2) = -1.42

ΔhA4 = VDA4 + (TAA – TTA) = -0,41 + (1.53 – 2) = -0.88

ΔhA5 = VDA5 + (TAA – TTA) = -1,07+ (1.53 – 2) = -1.54

ΔhBC = -2.93475

ΔhB1 = VDB1 + (TAB – TTB) = 0,27 + (1.47 – 2) = -0.26

ΔhB2 = VDB2 + (TAB – TTB) = 0,45 + (1.47 – 2) = -0.08

67
ΔhB3 = VDB3 + (TAB – TTB) = 0,601 + (1.47 – 2) = -0.07

ΔhB4 = VDB4 + (TAB – TTB) = 0,626 + (1.47 – 2) = -0.10

ΔhB5 = VDB5 + (TAB – TTB) = 0,641 + (1.47 – 2) = -0.11

ΔhCD = -0.17625

ΔhC1 = VDC1 + (TAC – TTC) = 0.674 + (1.465 – 2) = 0.14

ΔhC2 = VDC2 + (TAC – TTC) = 0.658+ (1.465– 2) = 0.12

ΔhC3 = VDC3 + (TAC – TTC) = -0.687 + (1.465 – 2) = -1.22

ΔhC4 = VDC4 + (TAC – TTC) = -0.730 + (1.465 – 2) = -1.27

ΔhC5 = VDC5 + (TAC – TTC) = -2,073 + (1.465 – 2) = -2.61

ΔhDC = -2.93475

ΔhD1 = VDD1 + (TAC – TTD) = 0.135 + (1.53 – 2) = -0.34

ΔhD2 = VDD2 + (TAC – TTD) = -0.242+ (1.53 – 2) = -0.71

ΔhD3 = VDD3 + (TAC – TTD) = -0.207 + (1.53 – 2) = -0.68

ΔhD4 = VDD4 + (TAC – TTD) = 0.072 + (1.53 – 2) = -0.40

ΔhD5 = VDD5 + (TAC – TTD) = 0.864 + (1.53 – 2) = 0.39

ΔhED = 2.566

ΔhE1 = VDE1 + (TAD – TTE) = -0.27 + (1.518 – 1.6) = -0.99

ΔhE2 = VDE2 + (TAD – TTE) = -0.795 + (1.518 – 1.6) = -0.38

ΔhE3 = VDE3 + (TAD – TTE) = -0.45 + (1.518 – 1.6) = -0.20

ΔhE4 = VDE4 + (TAD – TTE) = -0.606 + (1.518 – 1.6) = -0.52

ΔhE5 = VDE5 + (TAD – TTE) = -0.607 + (1.518 – 1.6) = -0.85

68
ΔhFA = -1.4845

ΔhF1 = VDF1 + (TAD – TTF) = 0.161 + (1.477 – 1.6) = -1.21

ΔhF2 = VDF2 + (TAD – TTF) = -0.082+ (1.477 – 1.6) = -1.32

ΔhF3 = VDF3 + (TAD – TTF) = -0.529 + (1.477 – 1.6) = -0.68

ΔhF4 = VDF4 + (TAD – TTF) = -0.486 + (1.477 – 1.6) = -0.65

ΔhF5 = VDF5 + (TAD – TTF) = -0.143 + (1.477 – 1.6) = -0.19

ELEVASI TITIK (H)

HA = 75

HA1 = HA + ΔhA1 = 75 + (-1.24) = 73.76

HA2 = HA + ΔhA2 = 75 + (-0.61) = 74.40

HA3 = HA + ΔhA3 = 75 + (-1.42) = 73.58

HA4 = HA + ΔhA4 = 75 + (-0.88) = 74.12

HA5 = HA + ΔhA5 = 75 + (-1.54) = 73.46

HB = 73.517

HB1 = HB + ΔhB1 = 73.517 + (-0.26) = 73.257

HB2 = HB + ΔhB2 = 73.517+ (-0.08) = 73.437

HB3 = HB + ΔhB3 = 73.517 + 0.07 = 73.588

HB4 = HB + ΔhB4 = 73.517 + 0.10 = 73.613

HB5 = HB + ΔhB5 = 73.517 + O.11 = 73.628

69
HC = 73.3419

HC1 = HC + ΔhC1 = 73.3419 + 0.14 = 73.48

HC2 = HC + ΔhC2 = 73.3419 + 0.12 = 73.46

HC3 = HC + ΔhC3 = 73.3419 + (-1.22) = 72.12

HC4 = HC + ΔhC4 = 73.3419 + (-1.27) = 72.08

HC5 = HC + ΔhC5 = 73.3419 + (-2.61) =70.73

HD = 70.4087

HD1 = HD + ΔhD1 = 70.4087 + (-0.34) = 70.07

HD2 = HD + ΔhD2 = 70.4087 + (-0.71) = 72.63

HD3 = HD + ΔhD3 = 70.4087 + (-0.68) = 69.40

HD4 = HD + ΔhD4 = 70.4087 + (-0.40) = 72.23

HD5 = HD + ΔhD5 = 70.4087 + (-0.39) = 69.79

HE = 72.9774

HE1 = HE + ΔhE1 = 72.9774 + (-0.99) = 71.98

HE2 = HE + ΔhE2 = 72.9774 + (-0.38) = 72.60

HE3 = HE + ΔhE3 = 72.9774 + (-0.20) = 72.78

HE4 = HE + ΔhE4 = 72.9774 + (-0.52) = 72.45

HE5 = HE + ΔhE5 = 72.9774 + (-0.85) = 72.13

HF = 74.8027

HF1 = HF + ΔhF1 = 74.8027 + (-1.21)= 73.59

HF2 = HF + ΔhF2 = 74.8027 + (-1.32) = 73.48

70
HF3 = HF + ΔhF3 = 74.8027 + (-0.68) = 74.13

HF4 = HF + ΔhF4 = 74.8027 + (-0.65) = 74.16

HF5 = HF + ΔhF5 = 74.8027 + (-0.19) = 74.62

71
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktek pengukuran tanah yang telah dilakukan dengan menggunakan alat
ukur total station kita dapat mengetahui bentuk dan kondisi permukaan tanah
suatu daerah. Hasil pengukuran lebih bagus menggunakan alat total station
daripada waterpass, hasilnya lebih detail dan akurat.
5.2 Saran
Dalam meletakkan sumbu ukur dan alat ukur harus tepat dan akurat agar data
yang dihasilkan akurat dan baik. Dan saat pengukuran harus berkoordinasi antar
anggota dengan baik .

72
DAFTAR PUSTAKA

73
LAMPIRAN

74
75
76

Anda mungkin juga menyukai