Tutor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil). Laporan ini dibuat
sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan
pertanyaan- pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia
oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.
Hormat kami,
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................. 1
C. Manfaat ...........................................................................................................1
BAB II
ISI
A. Skenario.......................................................................................................... .2
B. Identifikasi kata sulit........................................................................................3
C. Identifikasi masalah..........................................................................................3
D. Analisa Masalah...............................................................................................4
................................................................................................................................
E. Strukturisasi Konsep.........................................................................................5
................................................................................................................................
F. Learning Objective............................................................................................5
................................................................................................................................
G. Belajar Mandiri.................................................................................................5
................................................................................................................................
H. Sintesis.............................................................................................................5
................................................................................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
ABSTRAK
Sehat merupakan suatu kondisi yang ingin dimiliki oleh setiap individunya.
Sehat tidak hanya dalam keadaan fisik, namun juga sehat secara mental dan sehat
secara sosial. Tidak hanya meliputi kebebasan dari suatu penyakit, namun juga
sehat meliputi keadaan psikis dari seseorang. Sehat pada umumnya mempengaruhi
perilaku manusia, begitu pula sebaliknya, perilaku seseorang juga akan dapat
mempengaruhi kesehatan orang tersebut. Perilaku merupakan hal yang lumrah di
lakukan oleh seseorang baik yang secara sadar mau pun secara tidak sadar.
Perilaku seseorang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang itu sendiri.
Perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Salah satunya adalah dengan
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat
seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah faktor pengetahuan. Menurut beberapa penelitian, jika pengetahuan
seseorang baik, maka perilaku hidup bersih dan sehatnya juga akan menjadi baik,
dan akan berdampak baik pula untuk kehidupannya.
ABSTRACT
Health is what everyones’s want. Health is not only about physical, but also
mental healthy and social healthy. Not only being free of any deseases, but health is
including psychological condition of someone. Generally, health affetcs human
behavior, so do behavior, it affects the individual’s health. Behavior is something that
is usually done by someone who is consicious or unconsicious. Human’s behavior
can affect the healthy state it self. Good behavior in keeping the health can increase
the quality of someone’s life being better and more prosperous. For example by
doing some sanitary activities and keeping healthy life. Sanitary behavior and
healthy life is effected by some factors. One of the factors that effect is knowledge.
Beside on many resource that have been done, if someone’s knowledge is good,
then the sanitary behavior and healthy life will be good too, and it will give the good
effect for someone’s life.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut electing stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative
tetap.
Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulationatau reinforce, karena memperkuat
respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya
dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian
memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
B. Tujuan
Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan agar memahami
pengetahuan tentang teori perilaku kesehatan, faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan, upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan, serta hambatan yang
mempengaruhi upaya tersebut.
C. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam tentang preventive dentistry.
1
BAB II
ISI
Skenario
Menkes Soroti Faktor Perilaku, Lingkungan dan Budaya dalam Pecahkan Masalah
Kesehatan
Perilaku merupakan faktor yang memegang peranan hampir 60% dalam determinan
kesehatan, di samping faktor lingkungan. Namun, tidak hanya itu, berbicara perilaku
akan sangat erat kaitannya dengan faktor budaya masyarakat.
Contoh lain dari budaya di suatu daerah yang mempengaruhi pola perilaku
masyarakat yang berdampak pada kesehatan yakni kebiasaan mengunyah makanan
dengan tujuan untuk melumatkan dan diberikan kepada bayi. Hal ini dapat membawa
risiko besar bagi bayi. Keadaan tersebut merupakan aplikasi dari salah satu teori
social learning dalam ilmu perilaku. Selain teori tersebut, masih banyak teori-teori
perilaku lainnya yang berhubungan danlam usaha peningkatan kesehatan
masyarakat maupun individu.
Dijelaskan oleh Kepala Badan Litbangkes Kemenkes., Dr. Siswanto, MPH, bahwa
berdasarkan Studi Etnografis di sekitar 50 Suku Etnis di Indonesia yang dilakukan
Kemenkes secara umum menemukan pola pengambilan keputusan terkait pola
menjaga kesehatan dalam keluarga diperankan oleh anggota keluarga yang senior.
Hal ini perlu menjadi perhatian supaya kebiasaan yang tertanam adalah yang
mendukung peningkatan kesehatan, sehingga dimasukkan beberapa perubahan
menuju peningkatan dan perbaikan perilaku sejak dini melalui program POSYANDU
dan program terkait UKGMD. Ditambahkan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, bahwa faktor budaya dan
perilaku sangat erat kaitannya dengan persoalan kesehatan. Tidak hanya menjadi
hambatan (tantangan) bagi kesehatan sebenanrnya, budaya dan perilaku juga bisa
menjadi faktor pendukung.
Ditegaskan oleh Anung, bahwa mengubah budaya masyarakat yang kurang sesuai
dengan perinsip kesehatan bukanlah perkara yang mudah. Namun perubahan itu
2
perlu dimulai dan terus dilakukan, agar secara perlahan terbentuk sebuah kesadaran
dan diharapkan menjadi kebiasaan.
Untuk mencapai sasaran dengan tepat, praktisi kesehatan perlu berbagai teori
perilaku dan kaitannya dengan pembentukan kebiasaan baik individu maupun
masyarakat, sehingga diharapkan dapat mempengaruhi perubahan perilaku menjaga
kesehatan sejak dini.
A. Identifikasi Istilah
1. Determinan = Faktor yang menentukan
2. UKGMD = Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa merupakan suatu
pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi.
3. Pola perilaku = Bentuk perbuatan-perbuatan yang menghasilkan suatu
kebiasaan.
4. Budaya = Suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi
5. Etnografis = Suatu bidang penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam
ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi.
6. Posyandu = Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang
kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa.
7. Teori social learning = Suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati,
bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya
tidak tahu menjadi tahu.
8. Litbangkes = Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Badan
Litbangkes adalah unsur pendukung di Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan. Badan Litbangkes yang mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
3
B. Identifikasi Masalah
1. Teori apa saja yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesehatan
masyarakat maupun individu?
2. Mengapa budaya termasuk dalam hal yang mempengaruhi kesehatan?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku sehat?
4. Apa hubungan teori perilaku dengan pembentukan kebiasaan individu?
5. Apa saja program UKGMD?
6. Apa saja program Posyandu?
7. Apa saja factor hambatan yang dapat mempengaruhi kesehatan?
8. Mengapa anggota keluarga senior yang mempengaruhi kesehatan di
sebuah keluarga?
9. Apa saja upaya yang dapat mengubah perilaku masyarakat dalam bidang
kesehatan?
10. Siapa saja sasaran dari perubahan perilaku hidup sehat?
C. Analisa Masalah
1. a. Teori Social Learning
Mengamati, melihat, dan mencontoh dari lingkungan sekitar. Teori ini dapat
menjadi penghambat atau pendukung.
b. Teori Struktural Learning
Seseorang mempelajari terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya.
2. Budaya mempengaruhi perilaku masyarakat sehingga mempengaruhi perila
kunya terhadap kesehatan. Contoh= menggunakan sirih dapat mengakibatk
an gigi berubah warna, kerusakan epitel rongga mulut, dan tekanan darah
meningkat.
3. Ada 4 faktor yang mempengaruhi, yaitu: Lingkungan, gaya hidup, pelayana
n kesehatan, dan genetic/ keturunan.
4. Jika seseorang memiliki pengetahuan maka dianakan lebih mudah memeri
ma pendapat atatupun masukan dan dapat menentukan sikap yang diambil
sehingga mengarah ke perilaku hidup sehat.
5. UKGMD dilaksanakan di tingkat desa. Upaya pencehagan yang dilakukan t
erdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersi
er.
6. Program posyandu dibagi menjadi dua, yaitu program utama dan program p
engembangan.
7. Faktor yang menghambat antara lain: gaya hidup, geografis, ekonomi, lingk
ungan sosial, pelayanan kesehatan yang tidak memadai, budaya, pendidika
n rendah, dan trauma.
4
8. Karena anggota keluarga senior yang akan dicontoh dan memberi contoh di
dalam suatu keluarga. Proses pembelajarn paling awal berada di keluarga d
an kemudian akan diterapkan di kehidupan sehari-hari.
9. Upaya mengubah perilaku masyarakat dalam hal kesehatan antara lain den
gan memberikan edukasi mengenai efek yang dapat terjadi jika seseorang ti
dak berperilaku hidup sehat, contohnya melakukan penyuluhan.
10. Semua tingkatan masyarakat, mulai dari balita hingga lansia.
D. Strukturisasi Konsep
A.
Perilaku
Kesehatan
Pendukung Penghambat
Upaya Peningkatan
Kualitas Kesehatan
E. Learning objective
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:
1. Teori perilaku kesehatan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
3. Upaya peningkatan kualitas kesehatan
4. Hambatan upaya peningkatan kualitas kesehatan
F. Belajar Mandiri
Masing-masing anggota belajar secara mandiri dengan tujuan belajar yang t
elah dirumuskan pada LO untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang a
kan dibahas pada diskusi kempok kecil (DKK) selanjutnya.
G. Sintesis
1. Teori perilaku kesehatan
A. Menurut who
5
Teori perilaku menurut badan kesehatan dunia {WHO}, bahwa
seseorang berperilaku, karena adanya 4 alasan pokok (determinan),
yaitu:
6
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan
kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.
a. Pengertian
7
persepsi yang baik atau tidak baik dapat berasal dari pengetahuan,
pengalaman, informasi yang diperoleh individu yang bersangkutan
sehingga terjadi tindakan dalam memandang sesuatu(Bandura,
1994;Glanz, 2008).
8
atau menjadi sehat (nilai) dan (2) keyakinan bahwa tindakan sehat
tertentu yang bisa dilakukan akan mencegah atau mengurangi sakit.
Harapan ini selanjutnya dijelaskan berkenaan dengan perkiraan
individu tentang kerentanan pribadi terhadap penyakit dan berat
penyakit serta kemungkinan kemampuan untuk mereduksi ancaman
tersebut melalui tindakan pribadi. Health Belief Model dikembangkan
dari teori perilaku, yang antara lain berasumsi bahwa perilaku
seseorang tergantung pada (1) nilai yang diberikan individu pada suatu
tujuan dan (2) perkiraaan individu terhadap kemungkinan bahwa
perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut (Bandura, 1989;
Glanz, 2008).
9
akan menentukan kemampuan seseorang untuk merasakan sesuatu,
berpikir, bermotivasi dan berperilaku yang sesuai (Bandura, 1997).
1) cara paling efektif menciptakan self efficacy yang kuat adalah melalui
pengalaman menguasai. Keberhasilan dengan cepat membangun
keyakinan seseorang akan kemampuannya, sedangkan kegagalan
akan meruntuhkannya, apalagi yang terjadi sebelum keyakinan akan
kemampuan itu dipegang kuat. Jika orang hanya mengalami
keberhasilan mudah, mereka menjadi gampang mengharapkan hasil
yang cepat dan mudah mundur karena gagal. Self efficacy yang kuat
memerlukan pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah lewat
usaha keras.
10
Seseorang yang dipersuasi bahwa mereka kurang mampu akan
cenderung menghindari aktivitas menantang yang memperkuat
potensialitas dan mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan,
dengan membatasi aktivitas dan meruntuhkan motivasi,
ketidakyakinan akan kemampuan seseorang menciptakan validasi
perilakunya sendiri. Pembangunan efikasi yang berhasil tidak
sekedar memberikan penilaian positif. Di samping meningkatkan
keyakinan seseorang akan kemampuannya, mereka menstruktur
situasi dalam cara yang membawa keberhasilan dan menghindari
meletakkan seseorang dalam situasi secara prematur yang dapat
menyebabkan cepat gagal, keberhasilan diukur berdasarkan adanya
perbaikan diri, bukan keunggulan atas orang lain. Sebagian
mengandalkan keadaan somatik dan emosional mereka dalam
menilai kemampuannya. Mereka menafsirkan reaksi stres dan
ketegangan sebagai tanda kerentanan akan kinerja yang buruk.
Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang
menilai kelelahan, sakit dan nyeri sebagai tanda debilitas fisik.
Suasana hati (mood) juga mempengaruhi penilaian seseorang
terhadap kemampuan pribadinya. Mood yang positif meningkatkan
persepsi self efficacy, sedangkan suasana sedih akan
menurunkannya.
11
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku
(behaviour causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
12
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
d. Pemberantasan Vektor
13
dapat diubah dan harus terus dilestarikan. Hal ini dapat menghambat
perubahan, terutama beberapa kelompok yang konservatif dan ingin
tetap bertahan dalam kepemimpinan masyarakat.
Adat atau keyakinan masyarakat terhadap norma-norma yang
berlaku turun-temurun merupakan pegangan hidup yang harus tetap
berlaku dan dijalankan. Kebiasaan- kebiasaan yang turun-temurun
merupakan suatu hal yang sulit diubah pada masyarakat. Masyarakat
sendiri tidak mau mengubahnya karena takut terjadi bencana atau
berkurangnya keberuntungan yang ada dalam kehidupan mereka.
Masyarakat yang memegang teguh adat istiadat lama umumnya hidup
dan bertahan pada masyarakat tradisional.
4. Kepentingan-kepentingan yang Tertanam Kuat atau Vested Interests
Setiap masyarakat memiliki stratifikasi sosial masing-masing yang
bergantung pada kedudukan seorang individu yang memiliki peranan
dan pengaruh dalam masyarakat. Orang yang berpengaruh akan
memiliki kedudukan tinggi. Agar kedudukannya tetap bertahan, setiap
perubahan yang masuk akan ditolaknya dengan berbagai alasan.
5. Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap unsur perubahan yang berhubungan dengan kepercayaan
atau keyakinan masyarakat akan ditolak karena dianggap berlawanan
dengan ideologi mereka. Misalnya, masyarakat percaya bahwa
pembangunan sebuah jembatan harus diadakan selamatan terlebih
dahulu. Akan tetapi, perencana proyek pembangunan tidak percaya
akan hal tersebut sehingga perencana akan ditolak keberadaannya
oleh masyarakat.
6. Hakikat Hidup
Ada masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa baik buruknya
kehidupan ini ada yang mengatur. Dorongan terjadinya perubahan dan
penghambat perubahan senantiasa ada di setiap masyarakat,
bergantung besar kecilnya kekuatan dalam menanggapi perubahan
tersebut. Apabila dorongan lebih kuat daripada hambatan perubahan
sosial akan terjadi. Namun, apabila hambatan lebih kuat daripada
dorongan, perubahan akan terhambat atau tidak terjadi.
Hakikat dan sifat manusia menurut kerangka analisis Kluckhon dan
Strodtbeck (1961), bahwa hidup itu buruk dan hidup itu baik. Hidup itu
buruk tetapi harus diperbaiki. (Sumber: Pengantar Sosiologi, 2001)
14
Menurut Taylor (1991), ada beberapa hambatan dalam promosi
kesehatan, yaitu :
15
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran