PENDAHULUAN
Tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam suatu negara merupakan
suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah
yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah
dalam bidang pengelolaan keuangan negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan
prinsip good governance. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik itulah, pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara.
Keterlibatan masyarakat ini juga seiring dengan makin besarnya porsi pajak dalam
mendanai operasional pemerintahan. Sumber daya alam yang selama ini besar porsinya
dalam penerimaan negara makin lama makin berkurang oleh karena jumlah sumber
yang terbatas. Pada satu pihak, biaya penyelenggaraan pemerintahan semakin besar.
Satu-satunya sumber adalah pajak dari masyarakat. Agar masyarakat tidak merasa
dirugikan, maka diperlukan suatu pertanggungjawaban penggunaan pajak dari
masyarakat oleh pemerintah dengan transparan.
1
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum;
Penataan kelembagaan;
A. Tujuan Pembelajaran
B. Deskripsi Ringkas
Materi Modul Pandangan Umum Pengelolaan Keuangan Negara ini disusun dalam
rangka memberikan pemahaman umum mengenai pengelolaan keuangan negara.
Sesuai dengan siklus pengelolaan keuangan negara, materi dimulai dengan
perencanaan, kemudian dilanjutkan dengan penganggaran. Selanjutnya dalam
tataran pelaksanaan anggaran dibahas mengenai perbendaharaan, pengelolaan aset,
2
akuntansi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan, serta berakhir dengan
pertanggungjawaban hasil pengelolaan keuangan negara.
C. Metode Pembelajaran
3
BAB II
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
KEUANGAN NEGARA SERTA SIKLUS ANGGARAN
4
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
B. Siklus APBN
Pengelolaan keuangan negara setiap tahunnya dituangkan dalam APBN. Dengan
demikian seluruh program/kegiatan pemerintah harus dituangkan dalam APBN (azas
universalitas) dan tidak diperkenankan adanya program/kegiatan yang dikelola di luar
APBN (off budget).
5
Siklus APBN terdiri dari:
Perencanaan dan Penganggaran
Penetapan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran
Pemeriksaan Anggaran
Pertanggungjawaban
2. Penetapan Anggaran
Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan
Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak
budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju
dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan
perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan
mengajukan usulan RAPBN.
6
Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun
sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi,
fungsi, program/kegiatan dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian berarti
DPR telah memberikan otorisasi kepada kementerian/lembaga untuk
melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN
yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN dan
selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan
rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.
3. Pelaksanaan APBN
APBN dilaksanakan oleh Pemerintah untuk periode satu tahun anggaran. Tahun
anggaran Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 1 Januari sampai dengan
31 Desember. Dengan demikian maka setelah berakhirnya tahun anggaran,
tanggal 31 Desember anggaran ditutup dan tidak berlaku untuk tahun anggaran
berikutnya.
Berdasarkan UU APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan dokumen
pelaksanaan anggaran untuk setiap Kementerian/Lembaga. APBN, walaupun
telah diundangkan sebagai UU, tetap merupakan anggaran. Oleh karena itu, azas
anggaran yang dikenal dengan nama azas flexibilitas tetap berlaku. Dalam rangka
pelaksanaan azas ini, maka untuk mengakomodasi kondisi riil yang dapat saja
berbeda dengan yang diasumsikan pada saat penyusunan anggaran, setiap
tengah tahun berjalan dilakukan revisi APBN yang dikenal dengan APBN-
Perubahan (APBN-P).
Untuk keperluan penyusunan APBN-P, pemerintah menyampaikan realisasi
anggaran semester I disertai prognosis penerimaan dan pengeluaran semester II.
Untuk keperluan internal seluruh Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun
Laporan Keuangan Semesteran.
Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang tidak
tersedia anggarannya. Apabila pengeluaran tersebut terjadi sebelum APBN-P
maka pengeluaran ini dimasukkan dalam APBN-P dan dilaporkan di Laporan
Realisasi Anggaran disertai penjelasan. Apabila pengeluaran terjadi setelah
APBN-P diundangkan, maka pengeluaran ini dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran disertai dengan penjelasan.
7
Apabila pada akhir tahun terdapat program/kegiatan yang belum selesai
dilaksanakan atau anggaran belum terserap, tidak dapat dilanjutkan ke tahun
anggaran berikutnya kecuali ada kebijakan pemerintah untuk luncuran APBN.
Namun demikian, berhubung APBN hanya berlaku untuk periode satu tahun,
maka apabila ada kebijakan luncuran APBN wajib dimasukkan dalam APBN
tahun anggaran berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan
dimaksud setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan yang
disampaikan ke DPR adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK.
Laporan keuangan tersebut dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
negara dan badan lainnya.
Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004, keseluruhan komponen tersebut
dipertanggungjawabkan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara, yang ruang lingkupnya telah diuraikan sebelumnya.
Untuk penyusunan LKPP, setiap Kementerian/Lembaga sebagai pengguna
anggaran/barang wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada
Presiden yang berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Kementerian/Lembaga merupakan entitas pelaporan
sehingga terhadap laporan keuangannya dilakukan pemeriksaan oleh BPK untuk
memberikan opini atas kewjaran penyajian laporan keuangan.
4. Pemeriksaan Anggaran
Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh
BPK. Pemeriksaan ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan keuangan,
selesai disusun. Disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan
yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pemeriksanaan ini dapat
dilaksanakan oleh BPK ataupun APIP.
8
BAB III
PERENCANAAN
9
Dalam cakupan waktu, SPPN disusun dalam cakupan tiga periode perencanaan,
yaitu:
Selanjutnya, SPPN tersebut disusun dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut :
Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan
yang dilalui, yakni:
a. penyusunan rencana;
b. penetapan rencana;
10
yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan
rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah
kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang
pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah
keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya
adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak
untuk melaksanakannya.
11
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan suatu dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
Perencanaan ini bersifat makro yang memuat “penjabaran dari tujuan dibentuknya
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan
arah pembangunan Nasional.”ii) Proses penyusunan RPJP dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala negara
terpilih yang wajib disusun dalam waktu tiga bulan setelah dilantik. Dalam
penyusunannya, RPJMN harus berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat
strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program baik di dalam maupun
lintas Kementerian/Lembaga, dalam satu maupun lintas kewilayahan, serta
kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah kebijakan fiskal dalam
rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
12
a. Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Bappenas sebagai lembaga yang
bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan secara
nasional.
a. Mempelajari Visi, Misi, dan program kepala negara terpilih terhadap tugas dan
fungsi kementerian/lembaga yang dipimpinnya. Dalam hal ini menteri/kepala
13
lembaga mengkaji implikasi visi, misi, dan program presiden terpilih terhadap
tugas pokok dan fungsi K/L yang dipimpinnya dalam bentuk:
Membuat kesimpulan.
14
f. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.
Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL).
BAB IV
PENGANGGARAN
Tujuan suatu negara pada dasarnya adalah memajukan kesejahteraan dan melindungi
rakyatnya, serta mencukupi kepentingan-kepentingan lain rakyatnya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pemerintah memiliki tugas yang sekaligus melekat pada fungsi negara
yang dapat dikategorikan sebagai fungsi reguler/utama negara dan fungsi sebagai agen
pembangunan. Kedua fungsi dimaksud dilaksanakan dalam operasional pemerintahan
yang sebagian besar terletak di pundak pemerintah.
Fungsi regular/fungsi utama negara adalah melaksanakan tugas yang membawa akibat
yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Fungsi utama negara terdiri dari empat
macam. Pertama negara sebagai political state. Dalam hal ini pemerintah menjalankan
fungsi pokoknya dalam pemeliharaan ketenangan, ketertiban, pertahanan, dan
keamanan. Kedua negara sebagai legal state yang bertujuan untuk mengatur tata
kehidupan bernegara dan tata kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya negara sebagai
administrative state. Kedudukan ini menitikberatkan pada azas demokrasi yaitu
kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemerintah hanyalah menerima pendelegasian
kekuasaan dari rakyat melalui wakil-wakilnya. Terakhir adalah negara sebagai
diplomatical state. Sebagai diplomatical state, negara bertujuan untuk menjalin
persahabatan dan memelihara hubungan internasional dengan negara-negara lain.
Fungsi negara lainnya yang wajib dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai agent of
development. Dalam menjalankan peran ini, pemerintah antara lain bertindak sebagai
pendorong inisiatif atau pendorong motivasi rakyat dalam usahanya untuk mengadakan
perubahan dan pembangunan masyarakat menuju ke arah kehidupan yang lebih baik,
berupa pemberian fasilitas-fasilitas fisik, kemudahan dalam perizinan dan birokrasi,
bimbingan dan kebijakan yang diarahkan kepada tercapainya pembangunan. Fungsi ini
dibagi lebih lanjut dalam dua peran. Pertama pemerintah sebagai stabilisator apabila di
15
dalam pembangunan terjadi adanya ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi dan
sosial budaya. Kedua adalah pemerintah sebagai inovator. Artinya pemerintah harus
dapat mengadakan penemuan-penemuan baru dalam metode maupun sistem dalam
rangka pembangunan masyarakat dan negara.
Hak negara mencakup untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman. Kewajiban negara mencakup untuk menyelenggarakan tugas
layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga. Pelaksanaan
pengelolaan keuangan negara/daerah adalah perencanaan (yang didalamnya terdapat
proses penyusunan anggaran).
Untuk itu, pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk
menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud
perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas
kenegaraan selama satu tahun.
A. Pengertian Anggaran
Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris budget yang
sebenarnya berasal dari bahasa Perancis bougette. Kata ini mempunyai arti sebuah
tas kecil. Berdasar dari arti kata asalnya, anggaran mencerminkan adanya nsur
keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun karena keterbatasan sumber
daya yang dimiliki pemerintah, dalam hal ini adalah dana. Karena terbatasnya dana,
maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan. Ada beberapa pengertian angaran yang dapat dikutip.
Anggaran negara (state budget) menurut John F. Due dalam ”Government Finance
and Economic Analysis” adalah: ”A budget, in the general sense of the term, is a
financial plan for a spesific period of time. A government budget therefore, is a
16
statement of proposed expenditures and expected revenues for the coming period,
together with data of actual expenditures and revenues for current and past
period.” Sedangkan menurut Wildavsky, anggaran adalah:
- harapan-aspirasi-strategi organisasi;
- alat pengendalian;
APBN selalu dinanti oleh berbagai kalangan untuk dikaji sejauh mana kemampuan
pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan dari
sumber daya yang terbatas. Anggaran pemerintah setiap tahun selalu berubah-ubah
baik jumlah nominal, jenis pendapatan dan alokasi belanja, serta proporsi
alokasinya. Pada tahun tertentu, pemerintah memprioritaskan sektor pekerjaan
umum, tapi ditahun berikutnya pemerintah memprioritaskan sektor pendidikan dan
kesehatan. Hal ini terjadi diakibatkan berbagai faktor, antara lain perkembangan
17
politik, dinamika perekonomian dunia/nasional/daerah, peristiwa sosial/alam,
tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya.
B. Prinsip-prinsip penganggaran
APBN harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan
yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan
masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana
ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
b. Disiplin Anggaran
c. Keadilan Anggaran
18
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam
anggaran berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran
serta seluruh anggota masyarakat.
Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran
berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik aktivitas langsung
maupun tidak langsung yang mendukung program sekaligus melakukan estimasi
biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut
disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi
dari rencana kinerja tahunan (Renja) yang merupakan rencana operasional dari
Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja
19
Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya;
c. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu
dan orang)
D. Perencanaan Kinerja
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator kinerja yang
diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran
penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut:
20
a. Masukan (Input).
Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan secara
luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat
menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Beberapa hal
berikut ini sering dijumpai dalam menetapkan tolok ukur masukan yang dapat
menyesatkan:
b. Keluaran (output)
Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program
atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah
sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa
fisik dan / atau non fisik.
21
Dengan membandingkan indikator keluaran instansi dapat menganalisis sejauh
mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya
dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok
ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik
dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan
sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat penelitian berbagai indikator
kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah sering
dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi. Untuk kegiatan yang
bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan produk, pelanggan,
serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut mungkin lebih tepat untuk
digunakan.
c. Hasil (outcome)
22
nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan
paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya.
Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali
tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu
mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu
kegiatan.
Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output. Walaupun produk telah
dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah dicapai.
Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang
mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome,
organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk
output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan
kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.
Pencapaian indikator kinerja outcome ini belum tentu akan dapat terlihat dalam
jangka waktu satu tahun. Seringkali outcome baru terlihat setelah melewati
kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya sekedar
hasil. Dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan dalam ukuran
kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif.
23
E. Target Kinerja
Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap
indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja yang
diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun anggaran
tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan. Target kinerja harus
mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang mungkin
timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam
menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis, dapat
diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil, dapat
diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan.
a. Spesifik
b. Dapat diukur
Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
24
d. Realistis;
Standar Analisa Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus
dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan
APBN dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis anggaran
belanja yang digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan
tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
SAB digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan biaya setiap program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Unit Kerja dalam satu tahun anggaran.
Penilaian terhadap usulan anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan
yang akan dicapai melalui program atau kegiatan. Usulan anggaran belanja yang
tidak sesuai dengan SAB akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang ditetapkan.
Rancangan APBN disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja
yang diusulkan unit kerja.
Dalam rangka menyiapkan rancangan APBN, SAB merupakan standar atau pedoman
yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap suatu
kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit kerja. SAB dalam hal ini digunakan
untuk menilai dan menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja
yang paling efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan
SAB berkaitan dengan kewajaran biaya suatu program atau kegiatan yang dinilai
berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya dengan tingkat pencapaian
kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Disamping atas dasar SAB, dalam
rangka menilai usulan anggaran belanja dapat juga dilakukan berdasarkan
kewajaran beban kerja yang dinilai berdasarkan kesesuaian antara program atau
kegiatan yang direncanakan oleh suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi
unit kerja yang bersangkutan.
25
Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1)
mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan program dan
atau kegiatannya, (2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif dalam upaya
pencapaian kinerja, (3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan investasi
dan non investasi.
G. Standar Biaya
Standar biaya merupakan komponen lain yang harus dikembangkan sebagai dasar
untuk mengukur kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, selain Standar
Analisa Biaya dan tolok ukur kinerja. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya
yang berlaku. Penerapan standar biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja
suatu program atau kegiatan bagi setiap K/L dan unit kerja yang ada agar kebutuhan
atas suatu kegiatan yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan standar biaya
akan dilakukan dan diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan
harga yang berlaku.
26
RKA-KL, memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan
kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan
rincian objek pendapatan, belanja, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum fiskal dan RKP antara
pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan menerbitkan SE tentang Pagu
Sementara bagi masing-masing program pada K/L pada pertengahan bulan Juni.
Pagu Sementara ini merupakan dasar bagi K/L untuk menyesuakan Rencana Kerja
mereka menjadi RKA-KL yang dirinci per kegiatan untuk setiap unit kerja yang ada
di K/L. Selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan komisi
di DPR yang mitra kerjanya.
Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun seluruh RKA hasil
telaahan untuk dijadikan bahan menysusun rancangan APBN dan nota keuangan.
Tahap ini dilakukan oleh Menkeu dan hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terdiri dari Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan. Anggaran Pendapatan merupakan estimasi pendapatan yang
mungkin dicapai dalam periode yang bersangkutan. Kelompok anggaran pendapatan
terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah.
27
Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang dapat dibebankan
pada APBN. Belanja klasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan
kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan
dengan susunan organisasi pemerintahan.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan terdiri dari:
a. pelayanan umum;
c. pertahanan;
d. ekonomi;
e. lingkungan hidup;
g. kesehatan;
i. agama;
j. pendidikan; serta
k. perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan rencana kerja
masing-masing kementerian/lembaga.
a. belanja pegawai;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
h. belanja lainnya.
28
Selain jenis belanja di atas, terdapat kelompok belanja ke daerah yang terdiri dari
Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.
29
BAB V
PELAKSANAAN ANGGARAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu dokumen yang
sangat penting artiya dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara.
Undang_Undang APBN mencerminkan otorisasi yang diberikan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) kepada Pemerintah untuk melaksanakan program-
program pembangunan dalam batas-batas anggaran yang telah ditetapkan.
Anggaran pendapatan merupakan estimasi penerimaan (estimated revenue) yang
diperkirakan akan diterima dalam satu tahun anggaran, sedangkan anggaran belanja
merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan untuk membiayai program dan
kegiatan selama satu tahun anggaran (appropriation). Undang-undang APBN inilah
yang mengatur program dan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah
dalam suatu tahun anggaran.
Periode pelaksanaan APBN adalah satu tahun, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Dalam rangka menjaga agar APBN dapat dilaksanakan secara tepat waktu
maka dalam Undang-Undang 17/2003 maupun PP 21/2004 telah ditentukan
kalender anggarannya, yaitu APBN harus sudah diundangkan paling lambat bulan
Oktober tahun sebelumnyan demikian diperlukan agar Pemerintah mempunyai
waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran. Demikian
pula bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dengan ditetapkannya APBN pada bulan
Oktober, mereka dapat menyelesaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
secara tepat waktu.
30
B. DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Namun demikian mekanisme check and balance tetap dilaksanakan sehingga DIPA
yang disusun oleh pengguna anggaran tidak serta merta langsung diberlakukan,
namun harus dibahas dulu dengan Kementerian Keuangan, dalam hal ini
dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan untuk memperoleh pengesahan. Pembahasan ini merupakan
pelaksanaan fungsi pengendalian, dilakukan untuk meyakini bahwa DIPA disusun
sesuai dengan Undang-Undang APBN serta menggunakan standar harga yang wajar
sesuai dengan ketentuan.
Anggaran dalam DIPA diklasifikasikan terinci sampai organisasi, fungsi, sub fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Dengan demikian maka azas spesialitas benar-
benar digunakan di sini, yaitu anggaran secara spesifik disediakan untuk membiayai
31
kegiatan tertentu dan tidak dapat digeser tanpa mekanisme revisi DIPA sesuai
ddengan ketentuan.
Suatu hal yang perlu diingat dalam anggaran adalah digunakannya pendekatan
anggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja mengamanatkan bahwa
anggaran dialokasikan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Yang dimaksud
dengan prestasi kerja adalah output atau outcome yang dihasilkan atau akan
dihasilkan dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Dengan demikian maka
dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu adanya informasi tentang indikator
kinerja berikut target yang akan dicapai dari suatu kegiatan atau program dengan
dana yang disediakan dalam anggaran.
Paradigma Baru
dalam pengelolaan Keuangan Negara
32
Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan
untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada
kementrian/lembaga. Setelah masa transisi pada TA 2005, maka mulai TA 2006,
DIPA telah dapat serentak dibagikan pada awal tahun anggaran dimulai, tepatnya
tanggal 2 Januari tahun bersangkutan. Seperti pada Pemerintah Pusat, pada
pemerintah daerah pun digunakan mekanisme yang sama dengan penyesuaian
terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di daerah.
Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA). Dengan demikian maka fleksibilitas penggunaan
anggaran diberikan kepada Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci sampai
dengan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator
kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana penarikan dana untuk mendanai
kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan maka rencana
penerimaan kas juga dilampirkan. DPA disampaikan kepada kepala SKPKD untuk
dimintakan pengesahan.
Jika DIPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat dijadikan dokumen untuk segera
melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah masih
diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan suatu dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. SPD ini diperlukan
untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan telah
tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-
masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
C. PEMBAGIAN KEWENANGAN
33
Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan
Presiden
Anggaran
(sebagai CEO)
D. SISTEM PENERIMAAN
34
E. SISTEM PEMBAYARAN
Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu
terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Pada dasarnya alokasi
anggaan kepada satuan kerja (DIPA) akan diberikan jika sudah tersedia alokasinya
dalam APBN. Berdasarkan DIPA satuan kerja dapat melakukan kegiatan perolehan
barang/jasa. Barang/jasa yang diperoleh harus diverifikasi kebenarannya. Setelah
diverifikasi barulah dilakukan pembayaran. Urut-urutan tahapan yang harus dilalui
dalam pelaksanaan anggaran belanja tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
PELAKSANAAN ANGGARAN
APBN
PERPRES RINCIAN APBN
DIPA
PESANAN
KOMITMEN
VENDOR
VERIFIKASI
BARANG/JASA
PEMBAYARAN
35
peruntukan, maupun penerimanya. Mekanisme pembayaran ini dapat dilihat pada
gambar berikut:
Mekanisme Pembayaran
Proses pengujian yang dilakukan pada pengguna anggaran dan pada Bendahara
Umum Negara dapat dilihat pada gambar berikut:
PEMBUATAN
KOMITMEN
PENGUJIAN CHEQUE
S PM
Pengujian :
PENGUJIAN • Substansial :
Pengujian :
•Wetmatigheid
?
•Rechtmatigheid
• Formal
• Wetmatigheid
• Rechtmatigheid
• Doelmatigheid
Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung
oleh Bendahara Umum Negara kepada yang berhak menerima pembayaran atau
36
lebih dikenal dengan sistem LS. Pembayaran ini dilakukan untuk pengeluaran yang
telah pasti, baik jumlah, peruntukan, maupun penerimanya. Cara lainnya adalah
dengan menggunakan Uang Persediaan melalui Bendahara Pengeluaran.
Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah
tertentu untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.
37
BAB VI
Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak hanya yang dimiliki oleh
pemerintah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah
dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Aset
pemerintah bukanlah sebagai sumber daya untuk memperoleh pendapatan, namun
mencerminkan potensi pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam mengukur
kemampuan keuangan pemerintah tidaklah tepat jika dilakukan dengan
membandingkan antara pendapatan dan total aset yang tersedia. Kecukupan
tersedianya aset dapat diukur dengan membandingkan antara aset yang tersedia
dengan kebutuhan dalam pelayanan, yang pada umumnya ditentukan dalam rasio-
rasio yang relevan sesuai dengan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Definisi aset di atas mencerminkan bahwa ruang lingkup aset pemerintah sangatlah
luas. Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan aset non
keuangan. Aset keuangan mencakup kas, piutang, dan investasi. Dalam rangka
manajemen kas pada umumnya terintegrasi dengan manajemen utang. Aset non
keuangan ada yang dapat diidentifikasi dan ada yang tidak dapat diidentifikasi. Aset
non keuangan yang dapat diidentifikasi berupa aset berwujud dan aset tidak
berwujud. Aset berwujud berupa persediaan dan aset tetap, yang dalam peraturan
perundang-undangan lebih dikenal dengan nama barang milik negara. Aset yang
38
tidak teridentifikasi dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Bagan aset pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut:
Kas &
Setara kas
Aset
Keuangan & Piutang &
Utang
Utang
Investasi Persediaan
Berwujud
ASET
Aset
PEMERINTAH Dapat
Diidentifikasi Tetap
Tidak
Aset Berwujud
Non SDA
keuangan
Tidak dapat SDM
diidentifikasi
dll
B. PENGELOLAAN KAS
39
Manajemen rekening bank dengan melakukan pemusatan saldo kas (Treasury
Single Account/TSA).
Pembentukan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund) untuk
membiayai keperluan sehari-hari perkantoran
Penempatan saldo kas yang belum digunakan dalam bentuk setara kas atau
penanaman sementara (temporary investment).
Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Pada prinsipnya pemerintah harus dapat menjamin ketersediaan dana yang
diperlukan secara tepat waktu dan aman dalam rangka pelaksanaan anggaran. Agar
kas tersedia pada saat diperlukan maka perlu adanya rencana penarikan dana dan
rencana penerimaan dari pengguna anggaran. Dari rencana ini dapat disusun budget
kas sehingga dapat diketahui jumlah arus masuk dan arus keluar kas untuk suatu
periode serta surplus/defisit kas yang terjadi. Dengan informasi demikian maka
Bendahara Umum Negara dapat mengatur penempatan saldo kas yang menganggur
serta menerapkan strategi pinjaman untuk menutup defisit kas.
C. PENGELOLAAN PIUTANG
Piutang merupakan hak pemerintah untuk menagih pada pihak lain Piutang ini
dapat terjadi karena hubungan perdata, seperti adanya jual beli atau pinjam
meminjam, namun bisa juga terjadi karena ketentuan perundang-undangan, seperti
piutang pajak.
Dalam rangka menjaga agar piutang dapat diterima kembali secara tepat waktu,
kementerian/lembaga dituntut untuk mengatur berbagai hal yang terkait dengan
piutang secara seksama. Hal-hal seperti perencanaan, pemberian pinjaman atau
penjualan secara kredit atau penerbitan surat ketetapan, pencatatan, pelaporan,
penilaian, penagihan, dan penghapusan piutang harus diatur secara tegas.
Pengendalian intern harus tercermin dan melekat sejak proses timbulnya piutang
sampai dengan berakhirnya, karena pembayaran atau penghapusan.
40
Piutang pemerintah jenis tertentu, seperti piutang pajak, mempunyai hak
mendahului. Penyelesaian piutang yang terjadi karena hubungan keperdataan dapat
dilakukan melalui perdamaian kecuali untuk piutang yang penyelesaiannya diatur
sendiri dalam undang-undang. Penyelesaian piutang yang demikian ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp 10 milyar, oleh Presiden untuk
jumlah diatasnya sampai dengan Rp 100 milyar, dan jumlah diatasnya oleh Presiden
dengan persetujuan DPR.
Dalam hal terdapat piutang tak tertagih dapat dihapuskan secara mutlak atau
bersyarat dari pembukuan. Penghapusan piutang tak tertagih sampai dengan Rp 10
milyar dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan. Penghapusan piutang di atas Rp 10
milyar sampai dengan Rp 100 milyar dilakukan oleh Presiden, sedangkan di atas Rp
100 milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
D. PENGELOLAAN UTANG
41
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan untuk
mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan secara
bilateral atau multilateral. Pinjaman ini dapat diteruspinjamkan kepada pemerintah
daerah/BUMN/BUMD. Pinjaman ini dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
pinjaman. Sejalan dengan azas bruto maka biaya yang terjadi karena penarikan
pinjaman dibebankan pada anggaran belanja. Disamping itu pemerintah juga dapat
menerbitkan surat utang negara.
Disamping ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa mempunyai
utang karena kegiatan operasional atau utang perhitungan pihak ketiga (PFK). Utang
operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan barang/jasa
yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar. Dengan
demikian utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di
kementerian negara/lembaga. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut
oleh pemerintah untuk kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak
tersebut.Terhadap utang-utang ini, pengguna anggaran atau kuasa pengguna
anggaran juga wajib menatausahakan dan melaporkannya dalam laporan keuangan.
Pengguna Anggaran atau Kuasanya berkewajiban mengelola utang dalam
kepengurusannya dan menguji setiap klaim sebelum memerintahkan pembayaran
atas beban anggaran
Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan. Hak tagih atas utang
sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh
tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang-undang. Kedaluwarsa ini akan
tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara sebelum
berakhirnya masa kedaluwarsa. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk
pembayaran bunga dan pokok utang yang timbul karena pinjaman.
E. PENGELOLAAN INVESTASI
42
Investasi jangka panjang dapat berupa investasi permanen dan investasi non
permanen. Investasi ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pasar modal atau
investasi langsung pada bidang usaha tertentu. Investasi melalui pasar modal dapat
dilakukan dengan membeli saham atau surat utang. Investasi yang dilakukan oleh
pemerintah tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi,
seperti diperolehnya keuntungan, tetapi bisa juga karena diperolehnya manfaat
sosial, atau manfaat lainnya.
Barang milik negara mencakup semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan ini antara lain dapat
dilakukan melalui pembelian, pembangunan, pertukaran, kerja sama, hibah/donasi,
dan rampasan.
Pengelolaan barang milik negara dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pada
suatu negara yang masih menganut line item budgeting, pada umumnya belum
memperhatikan kebutuhan barang untuk melaksanakan fungsinya secara efisien.
Hal ini dikarenakan belum dilakukan perhitungan biaya layanan secara benar dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukuran kinerjanya belum
dilakukan secara utuh dengan menerapkan full costing. Di negara yang telah
menerapkan anggaran berbasis kinerja, pengelolaan barang pada umumnya
43
dilakukan dengan cara lebih efisien karena seluruh komponen biaya dimasukkan
sebagai unsur biaya layanan. Dengan demikian maka barang yang diminta dan
digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Dalam rangka efisiensi pengelolaan barang selain tanah dan bangunan, proses
penghapusan dan pemindahtangannya dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sederhana. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan bangunan
dengan nilai sampai dengan Rp 10 milyar dilakukan oleh Menteri Keuangan, di atas
Rp 10 milyar sampai dengan Rp 100 milyar oleh Presiden, sedangkan di atas Rp 100
milyar oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Apabila pemindahtanganan ini
dilakukan dengan penjualan maka harus dilakukan dengan lelang. Dengan
pengaturan demikian diharapkan pengelolaan barang dapat dilakukan dengan lebih
efisien.
44
untuk digadaikan atau digunakan sebagai jaminan dan tidak boleh diserahkan
kepada pihak lain sebagai pembayaran utang. Disamping itu barang milik negara
atau barang pihak lain yang dikuasai negara yang diperlukan untuk penyelenggaraan
tugas pemerintahan tidak dapat disita.
Pendapatan BLU dapat bersumber dari APBN, jasa layanan, hibah atau sumbangan
dari masyarakat. Pendapatan BLU dapat digunakan secara langsung untuk
membiayai belanjanya. Dalam pelaksanaan anggaran belanja, BLU juga diberikan
pengecualian untuk tidak mengikuti ketentuan pengadaan barang/jasa sebagaimana
yang berlaku di pemerintahan karena alasan efisiensi dan produktivitas. Di samping
itu BLU juga diperkenankan memperoleh pinjaman untuk mendanai kegiatannya.
Untuk menjaga kinerja pelayanan dan kinerja keuanga BLU maka diperlukan adanya
pembinaan. Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan sedangkan
pembinaan teknis dilakukan oleh kementerian teknis yang membawahinya.
45
BAB VII
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang
harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas. Pada
dasarnya penyelenggara negara wajib menyampaikan pertanggungjawaban kepada
masyarakat, berupa akuntabilitas keuangan (financial accountability) dan
akuntabilitas kinerja (performance accountability). Dengan pola
pertanggungjawaban yang demikian, Pemerintah tidak hanya dituntut untuk
mempertanggungjawabkan uang yang dipungut dari rakyat tetapi juga dituntut
tuntuk mempertanggungjawabkan atas hasil-hasil yang dicapainya.
Gambar atas pola pertnggungjawaban tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
46
HUBUNGAN KONTRAK PRINS IPAL–
AGEN: S OLUS I
L Ketentuan Undang-Undang
E
P
R M
B E
P A
Rencana Kerja/ RK Anggaran
R A G M
A E
I K P R A
N
I
Y E G
S R
W N E
I
P
A A
K
Akuntansi Pelaporan T N
A
A T I
L H
L A
N
Auditing
AKUNTABILITAS
3
Neraca;
47
P AKET LAP ORAN
KEUANGAN DAN KINERJ A
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
10
Dari gambar tersebut tampak bahwa terdapat lampiran yang bersifat wajib dan
diamanatkan dalam undang-undang, yaitu laporan kinerja dan laporan keuangan
BUMN dan badan lainnya. Yang dimaksud dengan badan lainnya, saat ini yang ada
di Pemerintah adalah Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Hukum Milik Negara
(BHMN).
48
akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan juga harus
dibangun sesuai dengan SAP.
49
Sistem akuntansi Pemerintah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku untuk
seluruh kementerian negara/lembaga. Sistem ini diperlukan untuk tujuan tiga hal.
Pertama adalah untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak
yang terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka.
Kedua adalah untuk terselenggarakannya pengendalian intern untuk menghindari
terjadinya penyelewengan. Terakhir adalah untuk menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dimana jenis dan isi
diatur oleh PP 24/2005 tentang SAP. Pertanggungjawaban atas pengelolaan
keuangan tersebut, secara umum tata cara dan tanggung jawab pelaporan diatur
dalam PP 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
50
BAB VIII
A. LINGKUP PEMERIKSAAN
Dalam pola hubungan antara Pemerintah sebagai agen dan DPR sebagai wakil dari
prinsipal, terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. Lembaga perwakilan
tidak mempunyai informasi secara penuh apakah laporan pertanggungjawaban atas
pengelolaan keuangan daerah dari eksekutif telah mencerminkan kondisi yang
sesungguhnya, apakah telah sesuai semua peraturan perundang-undangan,
menerapkan sistem pengendalian intern secara memadai dan pengungkapan secara
paripurna. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan independen untuk
menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawan tersebut adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Ketentuan tentang pemeriksaan oleh BPK diatur dalam
UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan
Negara. Sedangkan ketentuan tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai institusi
pemeriksa diatur dalam UU 15/2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
51
1. Pemeriksaan keuangan
2. Pemeriksaan kinerja
1. PEMERIKSAAN KEUANGAN
b. Kecukupan pengungkapan;
Penilaian atas empat hal di atas akan menentukan suatu opini. Ada empat macam
opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
Opini wajar tanpa pengecualian diberikan jika pos-pos laporan keuangan tidak
mengandung salah saji material dan laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Opini wajar dengan pengecualian jika terdapat pos-pos tertentu dalam
laporan keuangan mengandung salah saji secara material namunsecara keseluruhan
tidak mengganggu kewajaran laporan keuangan. Opini tidak wajar diberikan jika
pos-pos laporan keuangan mengandung salah saji material sehingga laporan
keuangan secara keseluruhan tidak wajar. Opini disclaimer diberikan jika pemeriksa
52
tidak dapat memperoleh keyakinan atas kewajaran informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
2. PEMERIKSAAN KINERJA
Pemeriksaan kinerja sering juga disebut value for money audit. Pemeriksaan kinerja
adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas
efektivitas. Pemeriksaan ini lazim dilakukan oleh aparat penawasan intern untuk
kepentingan jajaran manajemen. Namun demikian UUD RI tahun 1945 juga
mengamanatkan kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan kinerja, terutama
untuk mengidentifikasi area-area yang potensial untuk peningkatan kinerja yang
menjadi perhatian lembaga perwakilan.
Policy goals
Program Objectives
Effectiveness
Planned Outputs process Actual Outputs
Efficiency
14
53
Adapun bagi pemerintah, pemeriksaan kinerja ini dimaksudkan untuk mengarahkan
agar sumber daya yang tersedia dimanfaatkan secara efisien dan efektif untuk
pelayanan kepada masyarakat.
B. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
54
Selama menjalankan pemeriksaan BPK dapat nmengakses data yang diperlukan,
meminta informasi dari orang-orang terkait, memperoleh bukti dokumen,
wawancara, maupun bukti fisik untuk mendukung hasil pemeriksaannya, termasuk
melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, atau dokumen jika
dipandang perlu.
Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) segera
setelah berakhirnya pemeriksaan. LHP ini disampaikan kepada lembaga perwakilan
sesuai dengan kewenangannya. Di samping itu pada saat yang bersamaan, LHP ini
juga disampaikan kepada Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota untuk
ditindaklanjuti. Hasil pemeriksaan BPK akan digunakan oleh pemerintah untuk
melakukan koreksi atau melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Di
samping itu pemerintah berkewajiban menyampaikan tanggapan atas temuan hasil
pemeriksaan. Tanggapan ini wajib dimuat dalam LHP. Dengan dimuatnya tanggapan
ini maka pengguna dapat memperoleh informasi secara berimbang dari pemeriksa
dan dari obyek yang diperiksa (auditee).
BPK wajib menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1 (satu)
semester. Ikhtisar ini disampaikan kepada lembaga legislatif sesuai dengan
kewenangannya dan kepada Presiden serta Gubernur/Bupati/walikota yang
bersangkutan agar memperoleh infrmasi secara menyeluruh tentang hasil
pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga legislatif berarti telah
dipertanggungjawabkan kepada publik. Oleh karena itu terhadap hasil pemeriksaan
yang tersebut dinyatakan terbuka untuk umum, sehingga dapat diakses oleh
masyarakat.
55
Pemerintah berkewajiban melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi BPK. BPK
wajib memantau perkembangan pelaksanaan tindak lanjut tersebut serta
menginformasikannya kepada lembaga legislatif terkait.
Selanjutnya terhadap pejabat negara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung maupun
tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian.
Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor
kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada BPK paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah kerugian diketahui.Kepada mereka yang mengakibatkan
kerugian negara segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan untuk mengganti
kerugian dimaksud. Apabila surat kesanggupan tidak diperoleh maka
menteri/pimpinan lembaga dapat menerbitkan surat keputusan pembebanan
penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.
Disamping itu terdapat prinsip yang berlaku universal bahwa siapa yang diberi
wewenang untuk menerima, menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang,
surat berharga, atau barang milik negara bertanggung jawab secara pribadi atas
56
kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Pengenaan ganti kerugian untuk
bendahara dilakukan oleh BPK.
57
i
) Pasal ??? UU 25/2004: SPPN.
ii
) Pasal ??? UU 25/2004: SPPN.