Anda di halaman 1dari 9

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA dilakukan oleh salah satu pihak.

satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui


NOMOR 2 TAHUN 2004 5. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah arbitrase yang
TENTANG perselisihan antara serikat putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh 17. Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan
INDUSTRIAL lain hanya dalam satu khusus yang dibentuk di
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, mengenai keanggotaan, mengadili dan
Menimbang : pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan. memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan 6. Pengusaha adalah: 18. Hakim adalah Hakim Karier Pengadilan Negeri yang
berkeadilan perlu a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang ditugasi pada Pengadilan
diwujudkan secara optimal sesuai dengan nilai-nilai menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; Hubungan Industrial.
Pancasila; b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang 19. Hakim Ad-Hoc adalah Hakim Ad-Hoc pada Pengadilan
b. bahwa dalam era industrialisasi, masalah perselisihan secara Hubungan Industrial dan
hubungan industrial berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung yang
menjadi semakin meningkat dan kompleks, sehingga c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang pengangkatannya atas usul serikat
diperlukan institusi dan berada di pekerja/serikat buruh dan organisasi.
mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud 20. Hakim Kasasi adalah Hakim Agung dan Hakim Ad-Hoc
yang cepat, tepat, adil, dalam huruf a pada Mahkamah Agung
dan murah; dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi
c. bahwa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang 7. Perusahaan adalah: putusan terhadap
Penyelesaian Perselisihan a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, perselisihan hubungan industrial.
Perburuhan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 milik orang 21. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di
tentang Pemutusan perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, bidang
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta sudah tidak sesuai baik milik ketenagakerjaan.
dengan kebutuhan swasta maupun milik negara yang mempekerjakan Pasal 2
masyarakat; pekerja/buruh Jenis Perselisihan Hubungan Industrial meliputi:
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; a. perselisihan hak;
pada huruf a, b, dan c b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai b. perselisihan kepentingan;
perlu ditetapkan undang-undang yang mengatur tentang pengurus c. perselisihan pemutusan hubungan kerja; dan
Penyelesaian Perselisihan dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau d. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
Hubungan Industrial; imbalan dalam satu perusahaan.
Mengingat : dalam bentuk lain. BAB II
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27 8. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang TATA CARA
ayat (1) dan ayat (2), dan dibentuk dari, oleh, dan PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar INDUSTRIAL
Negara Republik perusahaan, yang bersifat Bagian Kesatu
Indonesia Tahun 1945; bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab Penyelesaian Melalui Bipartit
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang guna Pasal 3
Ketentuanketentuan Pokok memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan 1. Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik kepentingan pekerja/buruh penyelesaiannya terlebih
Indonesia Tahun 1970 serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951) keluarganya. untuk mencapai mufakat.
sebagaimana telah diubah 9. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan 2. Penyelesaian perselisihan melalui bipartit sebagaimana
dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang menerima upah atau dimaksud dalam ayat (1)
Perubahan atas Undangundang imbalan dalam bentuk lain. harus diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok 10. Perundingan bipartit adalah perundingan antara sejak tanggal dimulainya
Kekuasaan pekerja/buruh atau serikat perundingan.
Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk 3. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
1999 Nomor 147, menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3879); hubungan industrial. ayat (2) salah satu pihak menolak untuk berunding atau
3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang 11. Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut telah dilakukan
Mahkamah Agung (Lembaran mediasi adalah perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, maka
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perundingan bipartit
Tambahan Lembaran Negara perselisihan pemutusan dianggap gagal.
Nomor 3316); hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat Pasal 4
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan pekerja/serikat buruh hanya dalam 1. Dalam hal perundingan bipartit gagal sebagaimana
Umum (Lembaran satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh dimaksud dalam Pasal 3 ayat
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, seorang atau lebih (3), maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan
Tambahan Lembaran Negara mediator yang netral. perselisihannya kepada
Nomor 3327) 12. Mediator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat mediator adalah pegawai setempat dengan
Pekerja/Serikat Buruh instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang melampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor ketenagakerjaan yang melalui perundingan bipartit
131, Tambahan memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan telah dilakukan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989); oleh Menteri untuk 2. Apabila bukti-bukti sebagaimana dimaksud dalam ayat
6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban (1) tidak dilampirkan,
Ketenagakerjaan (Lembaran memberikan anjuran maka instansi yang bertanggung jawab di bidang
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39; tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk ketenagakerjaan
Tambahan Lembaran Negara menyelesaikan perselisihan hak, mengembalikan berkas untuk dilengkapi paling lambat
Republik Indonesia Nomor 4279); perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan dalam waktu 7 (tujuh)
Dengan persetujuan bersama antara kerja, dan hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pengembalian
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam berkas.
INDONESIA satu perusahaan. 3. Setelah menerima pencatatan dari salah satu atau para
DAN 13. Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut pihak, instansi yang
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA konsiliasi adalah bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
MEMUTUSKAN : penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan wajib menawarkan
Menetapkan : pemutusan hubungan kerja kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian
UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELESAIAN atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya melalui konsiliasi
PERSELISIHAN dalam satu perusahaan atau melalui arbitrase.
HUBUNGAN INDUSTRIAL. melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih 4. Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan
BAB I konsiliator yang penyelesaian melalui konsiliasi
KETENTUAN UMUM netral. atau arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka
Pasal 1 14. Konsiliator Hubungan Industrial yang selanjutnya instansi yang bertangung
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : disebut konsiliator adalah jawab di bidang ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian
1. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai perselisihan kepada
pendapat yang konsiliator ditetapkan mediator.
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib 5. Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk
gabungan pengusaha dengan memberikan anjuran penyelesaian perselisihan
pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, atau
adanya perselisihan menyelesaikan perselisihan perselisihan antar
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau serikat pekerja/serikat buruh.
pemutusan hubungan kerja perselisihan antar 6. Penyelesaian melalui arbitrase dilakukan untuk
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. penyelesaian perselisihan
satu perusahaan. 15. Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut kepentingan atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat
2. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena arbitrase adalah buruh.
tidak dipenuhinya hak, penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan Pasal 5
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran perselisihan antar serikat Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi
terhadap ketentuan pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar tidak mencapai kesepakatan,
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan Pengadilan Hubungan maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada
perusahaan, atau Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang Pengadilan Hubungan
perjanjian kerja bersama. berselisih untuk Industrial.
3. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang Pasal 6
dalam hubungan kerja putusannya mengikat 1. Setiap perundingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai para pihak dan bersifat final. harus dibuat risalah
pembuatan, dan atau 16. Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut yang ditandatangani oleh para pihak.
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam arbiter adalah seorang atau 2. Risalah perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat
perjanjian kerja, atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar (1) sekurang-kurangnya
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. arbiter yang memuat:
4. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan a. nama lengkap dan alamat para pihak;
perselisihan yang timbul karena mengenai perselisihan b. tanggal dan tempat perundingan;
tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat c. pokok masalah atau alasan perselisihan;
hubungan kerja yang buruh hanya dalam d. pendapat para pihak;

1
e. kesimpulan atau hasil perundingan; dan harus sudah disampaikan kepada para pihak; d. pendidikan minimal lulusan Strata Satu (S.1);
f. tanggal serta tandatangan para pihak yang melakukan c. para pihak harus sudah memberikan jawaban secara e. berbadan sehat menurut surat keterangan dokter;
perundingan. tertulis kepada f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
Pasal 7 mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran g. memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial
1. Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam tertulis dalam sekurang-kurangnya
Pasal 3 dapat mencapai waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah 5 (lima) tahun;
kesepakatan penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama menerima h. menguasai peraturan perundang-undangan di bidang
yang ditandatangani anjuran tertulis; ketenagakerjaan; dan
oleh para pihak. d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana i. syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat dimaksud pada 2. Konsiliator yang telah terdaftar sebagaimana dimaksud
(1) mengikat dan menjadi huruf c dianggap menolak anjuran tertulis; dalam ayat (1) diberi
hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak. e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis legitimasi oleh Menteri atau Pejabat yang berwenang di
3. Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat sebagaimana dimaksud bidang ketenagakerjaan.
(1) wajib didaftarkan oleh dalam huruf a, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 Pasal 20
para pihak yang melakukan perjanjian pada Pengadilan (tiga) hari kerja Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
Hubungan Industrial pada sejak anjuran tertulis disetujui, mediator harus sudah selesai setelah menerima permintaan
Pengadilan Negeri di wilayah para pihak mengadakan membantu penyelesaian perselisihan secara tertulis, konsiliator harus
Perjanjian Bersama. para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian sudah mengadakan penelitian
4. Perjanjian Bersama yang telah didaftar sebagaimana didaftar di tentang duduknya perkara dan selambat-lambatnya pada hari
dimaksud dalam ayat (3) Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di kerja kedelapan harus sudah
diberikan akta bukti pendaftaran Perjanjian Bersama dan wilayah dilakukan sidang konsiliasi pertama.
merupakan bagian yang hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk Pasal 21
tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama. mendapatkan 1. Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk
5. Apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud akta bukti pendaftaran. hadir dalam sidang
dalam ayat (3) dan ayat (4) 3. Pendaftaran Perjanjian Bersama di Pengadilan Hubungan konsiliasi guna diminta dan didengar keterangannya.
tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang Industrial pada 2. Saksi atau saksi ahli yang memenuhi panggilan berhak
dirugikan dapat Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menerima penggantian
mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan dan ayat (2) huruf e biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan
Hubungan Industrial pada dilakukan sebagai berikut: dengan Keputusan
Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar a. Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta Menteri.
untuk mendapat bukti pendaftaran Pasal 22
penetapan eksekusi. dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 1. Barang siapa yang diminta keterangannya oleh konsiliator
6. Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar Perjanjian Bersama; guna penyelesaian
Pengadilan Negeri tempat b. apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-
pendaftaran Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud ayat (1) dan undang ini, wajib
dalam ayat (3), maka ayat (2) huruf e tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, memberikan keterangan termasuk membukakan buku dan
pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi maka pihak yang memperlihatkan suratsurat
melalui Pengadilan dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada yang diperlukan.
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Pengadilan 2. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh konsiliator
domisili pemohon Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah terkait dengan seseorang
eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Perjanjian yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka
Industrial pada Pengadilan Bersama didaftar untuk mendapat penetapan eksekusi. harus ditempuh
Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi. c. dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
Bagian Kedua hukum undangan yang berlaku.
Penyelesaian Melalui Mediasi Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri 3. Konsiliator wajib merahasiakan semua keterangan yang
Pasal 8 tempat diminta sebagaimana
Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh pendaftaran Perjanjian Bersama, maka pemohon eksekusi dimaksud dalam ayat (1).
mediator yang berada di setiap dapat Pasal 23
kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan 1. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota. Hubungan hubungan industrial
Pasal 9 Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili melalui konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
Mediator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus pemohon eksekusi ditandatangani oleh para
memenuhi syarat sebagai berikut: untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada pihak dan disaksikan oleh konsiliator dan didaftar di
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Pengadilan Pengadilan Hubungan
b. warga negara Indonesia; Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi. Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-
c. berbadan sehat menurut surat keterangan dokter; Pasal 14 pihak mengadakan
d. menguasai peraturan perundang-undangan 1. Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti
ketenagakerjaan; Pasal 13 ayat (2) huruf a pendaftaran.
e. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka para 2. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian
f. berpendidikan sekurang-kurangnya Strata Satu (S1); dan pihak atau salah satu perselisihan hubungan
g. syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri. pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke industrial melalui konsiliasi, maka:
Pasal 10 Pengadilan Hubungan a. konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis;
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja Industrial pada Pengadilan Negeri setempat. b. anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a
setelah menerima pelimpahan 2. Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam dalam waktu
penyelesaian perselisihan mediator harus sudah mengadakan ayat (1) dilaksanakan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang
penelitian tentang duduknya dengan pengajuan gugatan oleh salah satu pihak di konsiliasi
perkara dan segera mengadakan sidang mediasi. Pengadilan Hubungan pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;
Pasal 11 Industrial pada Pengadilan Negeri setempat. c. para pihak harus sudah memberikan jawaban secara
1. Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk Pasal 15 tertulis kepada
hadir dalam sidang mediasi Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat- konsiliator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran
guna diminta dan didengar keterangannya. lambatnya 30 (tiga puluh) hari tertulis dalam
2. Saksi atau saksi ahli yang memenuhi panggilan berhak kerja terhitung sejak menerima pelimpahan penyelesaian waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah
menerima penggantian perselisihan sebagaimana menerima
biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4). anjuran tertulis;
dengan Keputusan Pasal 16 d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana
Menteri. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan dan dimaksud pada
Pasal 12 pemberhentian mediator serta tata kerja huruf c dianggap menolak anjuran tertulis;
1. Barang siapa yang diminta keterangannya oleh mediator mediasi diatur dengan Keputusan Menteri. e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis
guna penyelesaian Bagian Ketiga sebagaimana dimaksud
perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang- Penyelesaian Melalui Konsiliasi pada huruf a, maka, dalam waktu selambat-lambatnya 3
undang ini, wajib Pasal 17 (tiga) hari kerja
memberikan keterangan termasuk membukakan buku dan Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh sejak anjuran tertulis disetujui, konsiliator harus sudah
memperlihatkan suratsurat konsiliator yang terdaftar selesai membantu
yang diperlukan. pada kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian
2. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh mediator ketenagakerjaan didaftar di
terkait dengan seseorang Kabupaten/Kota. Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka Pasal 18 wilayah
harus ditempuh 1. Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- pemutusan hubungan kerja mendapatkan akta
undangan yang berlaku. atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya bukti pendaftaran.
3. Mediator wajib merahasiakan semua keterangan yang dalam satu perusahaan 3. Pendaftaran Perjanjian Bersama di Pengadilan Hubungan
diminta sebagaimana melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah Industrial pada
dimaksud dalam ayat (1). kerjanya meliputi Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal 13 tempat pekerja/buruh bekerja. dan ayat (2) huruf e
1. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan 2. Penyelesaian oleh konsiliator sebagaimana dimaksud dilakukan sebagai berikut:
hubungan industrial dalam ayat (1), a. Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta
melalui mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama yang dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan bukti pendaftaran
ditandatangani oleh para penyelesaian secara dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pihak dan disaksikan oleh mediator serta didaftar di tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh Perjanjian Bersama;
Pengadilan Hubungan para pihak. b. apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak- 3. Para pihak dapat mengetahui nama konsiliator yang akan ayat (2) huruf e
pihak mengadakan dipilih dan disepakati tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti dari daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan dirugikan
pendaftaran. pada kantor instansi dapat mengajukan permohonan eksekusi di Pengadilan
2. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang Hubungan
perselisihan hubungan ketenagakerjaan setempat. Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian
industrial melalui mediasi, maka: Pasal 19 Bersama di daftar
a. mediator mengeluarkan anjuran tertulis; 1. Konsiliator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, harus untuk mendapat penetapan eksekusi;
b. anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a memenuhi syarat: c. dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah
dalam waktu a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; hukum
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang b. warga negara Indonesia; Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
mediasi pertama c. berumur sekurang-kurangnya 45 tahun; tempat

2
pendaftaran Perjanjian Bersama, maka pemohon eksekusi (majelis) dalam jumlah gasal sebanyak-banyaknya 3 (tiga) ayat (3) harus sudah mencapai kesepakatan menunjuk
dapat orang. arbiter pengganti dalam
mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan 3. Dalam hal para pihak sepakat untuk menunjuk arbiter waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja.
Hubungan tunggal, maka para pihak 5. Apabila para pihak atau para arbiter sebagaimana
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili harus sudah mencapai kesepakatan dalam waktu selambat- dimaksud dalam ayat (4) tidak
pemohon eksekusi lambatnya 7 (tujuh) mencapai kesepakatan, maka para pihak atau salah satu
untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada hari kerja tentang nama arbiter dimaksud. pihak atau salah satu
Pengadilan 4. Dalam hal para pihak sepakat untuk menunjuk beberapa arbiter atau para arbiter dapat meminta kepada Pengadilan
Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi. arbiter (majelis) dalam Hubungan Industrial
Pasal 24 jumlah gasal, masing-masing pihak berhak memilih seorang untuk menetapkan arbiter pengganti dan Pengadilan harus
1. Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam arbiter dalam waktu menetapkan arbiter
Pasal 23 ayat (2) huruf a selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, sedangkan arbiter pengganti dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka salah ketiga ditentukan oleh kerja sejak tanggal
satu pihak atau para para arbiter yang ditunjuk dalam waktu selambat-lambatnya diterimanya permintaan penggantian arbiter.
pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke 7 (tujuh) hari kerja Pasal 37
Pengadilan Hubungan untuk diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase. Arbiter pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
Industrial pada pengadilan negeri setempat 5. Penunjukan arbiter sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus membuat pernyataan
2. Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam dan ayat (4) dilakukan kesediaan menerima hasil-hasil yang telah dicapai dan
ayat (1) dilaksanakan secara tertulis. melanjutkan penyelesaian
dengan pengajuan gugatan oleh salah satu pihak. 6. Dalam hal para pihak tidak sepakat untuk menunjuk perkara.
Pasal 25 arbiter baik tunggal maupun Pasal 38
Konsiliator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat- beberapa arbiter (majelis) dalam jumlah gasal sebagaimana 1. Arbiter yang telah ditunjuk oleh para pihak berdasarkan
lambatnya 30 (tiga puluh) dimaksud dalam ayat perjanjian arbitrase dapat
hari kerja terhitung sejak menerima permintaan (2), maka atas permohonan salah satu pihak Ketua diajukan tuntutan ingkar kepada Pengadilan Negeri apabila
penyelesaian perselisihan. Pengadilan dapat mengangkat cukup alasan dan
Pasal 26 arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri. cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa
1. Konsiliator berhak mendapat honorarium/imbalan jasa 7. Seorang arbiter yang diminta oleh para pihak, wajib arbiter akan melakukan
berdasarkan penyelesaian memberitahukan kepada para tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam
perselisihan yang dibebankan kepada negara. pihak tentang hal yang mungkin akan mempengaruhi mengambil putusan.
2. Besarnya honorarium/imbalan jasa sebagaimana kebebasannya atau 2. Tuntutan ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula
dimaksud dalam ayat (1) menimbulkan keberpihakan putusan yang akan diberikan. diajukan apabila terbukti
ditetapkan oleh Menteri. 8. Seseorang yang menerima penunjukan sebagai arbiter adanya hubungan kekeluargaan atau pekerjaan dengan salah
Pasal 27 sebagaimana dimaksud satu pihak atau
Kinerja konsiliator dalam satu periode tertentu dipantau dan dalam ayat (6) harus memberitahukan kepada para pihak kuasanya.
dinilai oleh Menteri atau mengenai penerimaan 3. Putusan Pengadilan Negeri mengenai tuntutan ingkar
Pejabat yang berwenang di bidang ketenagakerjaan. penunjukannya secara tertulis. tidak dapat diajukan
Pasal 28 Pasal 34 perlawanan.
Tata cara pendaftaran calon, pengangkatan, dan pencabutan 1. Arbiter yang bersedia untuk ditunjuk sebagaimana Pasal 39
legitimasi konsiliator serta dimaksud dalam Pasal 33 ayat (8) 1. Hak ingkar terhadap arbiter yang diangkat oleh Ketua
tata kerja konsiliasi diatur dengan Keputusan Menteri. membuat perjanjian penunjukan arbiter dengan para pihak Pengadilan ditujukan
Bagian Keempat yang berselisih. kepada Ketua Pengadilan yang bersangkutan.
Penyelesaian Melalui Arbitrase 2. Perjanjian penunjukan arbiter sebagaimana dimaksud 2. Hak ingkar terhadap arbiter tunggal yang disepakati
Pasal 29 dalam ayat (1) sekurangkurangnya diajukan kepada arbiter yang
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui memuat hal-hal sebagai berikut: bersangkutan.
arbitrase meliputi perselisihan a. nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para 3. Hak ingkar terhadap anggota majelis arbiter yang
kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat pihak yang disepakati diajukan kepada
buruh hanya dalam satu berselisih dan arbiter; majelis arbiter yang bersangkutan.
perusahaan. b. pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan Pasal 40
Pasal 30 yang diserahkan 1. Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan
1. Arbiter yang berwenang menyelesaikan perselisihan kepada arbiter untuk diselesaikan dan diambil keputusan; industrial dalam waktu
hubungan industrial harus c. biaya arbitrase dan honorarium arbiter; selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
arbiter yang telah ditetapkan oleh Menteri. d. pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan penandatanganan surat
2. Wilayah kerja arbiter meliputi seluruh wilayah negara menjalankan perjanjian penunjukan arbiter.
Republik Indonesia. keputusan arbitrase; 2. Pemeriksaan atas perselisihan harus dimulai dalam waktu
Pasal 31 e. tempat, tanggal pembuatan surat perjanjian, dan tanda selambat-lambatnya 3
1. Untuk dapat ditetapkan sebagai arbiter sebagaimana tangan para pihak (tiga) hari kerja setelah penandatanganan surat perjanjian
dimaksud dalam Pasal 30 yang berselisih dan arbiter; penunjukan arbiter.
ayat (1) harus memenuhi syarat: f. pernyataan arbiter atau para arbiter untuk tidak melampaui 3. Atas kesepakatan para pihak, arbiter berwenang untuk
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; kewenangannya dalam penyelesaian perkara yang memperpanjang jangka
b. cakap melakukan tindakan hukum; ditanganinya; dan waktu penyelesaian perselisihan hubungan industrial 1
c. warga negara Indonesia; g. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau (satu) kali perpanjangan
d. pendidikan sekurang-kurangnya Strata Satu (S1); semenda sampai selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
e. berumur sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) dengan derajat kedua dengan salah satu pihak yang Pasal 41
tahun; berselisih. Pemeriksaan perselisihan hubungan industrial oleh arbiter
f. berbadan sehat sesuai dengan surat keterangan dokter; 3. Perjanjian arbiter sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) atau majelis arbiter dilakukan
g. menguasai peraturan perundang-undangan di bidang sekurang-kurangnya dibuat secara tertutup kecuali para pihak yang berselisih
ketenagakerjaan rangkap 3 (tiga), masing-masing pihak dan arbiter menghendaki lain.
yang dibuktikan dengan sertifikat atau bukti kelulusan telah mendapatkan 1 (satu) yang Pasal 42
mengikuti mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam sidang arbitrase, para pihak yang berselisih dapat
ujian arbitrase; dan 4. Dalam hal arbitrase dilakukan oleh beberapa arbiter, diwakili oleh kuasanya dengan
h. memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial maka asli dari perjanjian surat kuasa khusus.
sekurang-kurangnya tersebut diberikan kepada Ketua Majelis Arbiter. Pasal 43
5 (lima) tahun. Pasal 35 1. Apabila pada hari sidang para pihak yang berselisih atau
2. Ketentuan mengenai pengujian dan tata cara pendaftaran 1. Dalam hal arbiter telah menerima penunjukan dan kuasanya tanpa suatu
arbiter diatur dengan menandatangani surat alasan yang sah tidak hadir, walaupun telah dipanggil secara
Keputusan Menteri. perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), patut, maka arbiter
Pasal 32 maka yang atau majelis arbiter dapat membatalkan perjanjian
1. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui bersangkutan tidak dapat menarik diri, kecuali atas penunjukan arbiter dan tugas
arbiter dilakukan atas persetujuan para pihak. arbiter atau majelis arbiter dianggap selesai.
dasar kesepakatan para pihak yang berselisih. 2. Arbiter yang akan menarik diri sebagaimana dimaksud 2. Apabila pada hari sidang pertama dan sidang-sidang
2. Kesepakatan para pihak yang berselisih sebagaimana dalam ayat (1), harus selanjutnya salah satu pihak
dimaksud dalam ayat (1) mengajukan permohonan secara tertulis kepada para pihak. atau kuasanya tanpa suatu alasan yang sah tidak hadir
dinyatakan secara tertulis dalam surat perjanjian arbitrase, 3. Dalam hal para pihak dapat menyetujui permohonan walaupun untuk itu telah
dibuat rangkap 3 (tiga) penarikan diri sebagaimana dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbiter dapat
dan masing-masing pihak mendapatkan 1 (satu) yang dimaksud dalam ayat (2), maka yang bersangkutan dapat memeriksa perkara dan
mempunyai kekuatan dibebaskan dari tugas menjatuhkan putusannya tanpa kehadiran salah satu pihak
hukum yang sama. sebagai arbiter dalam penyelesaian kasus tersebut. atau kuasanya.
3. Surat perjanjian arbitrase sebagaimana dimaksud dalam 4. Dalam hal permohonan penarikan diri tidak mendapat 3. Dalam hal terdapat biaya yang dikeluarkan berkaitan
ayat (2), sekurangkurangnya persetujuan para pihak, dengan perjanjian
memuat: arbiter harus mengajukan permohonan pada Pengadilan penunjukan arbiter sebelum perjanjian tersebut dibatalkan
a. nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para Hubungan Industrial oleh arbiter atau
pihak yang untuk dibebaskan dari tugas sebagai arbiter dengan majelis arbiter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), biaya
berselisih; mengajukan alasan yang tersebut tidak dapat
b. pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan dan dapat diterima. diminta kembali oleh para pihak.
yang diserahkan Pasal 36 Pasal 44
kepada arbitrase untuk diselesaikan dan diambil putusan; 1. Dalam hal arbiter tunggal mengundurkan diri atau 1. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter
c. jumlah arbiter yang disepakati; meninggal dunia, maka para harus diawali dengan
d. pernyataan para pihak yang berselisih untuk tunduk dan pihak harus menunjuk arbiter pengganti yang disepakati upaya mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih.
menjalankan oleh kedua belah pihak. 2. Apabila perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat
keputusan arbitrase; dan 2. Dalam hal arbiter yang dipilih oleh para pihak (1) tercapai, maka arbiter
e. tempat, tanggal pembuatan surat perjanjian, dan tanda mengundurkan diri, atau atau majelis arbiter wajib membuat Akta Perdamaian yang
tangan para pihak meninggal dunia, maka penunjukan arbiter pengganti ditandatangani oleh
yang berselisih. diserahkan kepada pihak para pihak yang berselisih dan arbiter atau majelis arbiter.
Pasal 33 yang memilih arbiter. 3. Akta Perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
1. Dalam hal para pihak telah menandatangani surat 3. Dalam hal arbiter ketiga yang dipilih oleh para arbiter didaftarkan di
perjanjian arbitrase mengundurkan diri atau Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) para pihak meninggal dunia, maka para arbiter harus menunjuk arbiter wilayah arbiter
berhak memilih arbiter pengganti mengadakan perdamaian.
dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri. berdasarkan kesepakatan para arbiter. 4. Pendaftaran Akta Perdamaian sebagaimana dimaksud
2. Para pihak yang berselisih dapat menunjuk arbiter tunggal 4. Para pihak atau para arbiter sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (3) dilakukan
atau beberapa arbiter ayat (1), ayat (2), dan sebagai berikut:

3
a. Akta Perdamaian yang telah didaftar diberikan akta bukti Pasal 51 setempat.
pendaftaran dan 1. Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang Pasal 60
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akta mengikat para pihak yang (1) Susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada
Perdamaian; berselisih dan merupakan putusan yang bersifat akhir dan Pengadilan Negeri terdiri dari:
b. apabila Akta Perdamaian tidak dilaksanakan oleh salah tetap. a. Hakim;
satu pihak, maka 2. Putusan arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b. Hakim Ad-Hoc;
pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan didaftarkan di Pengadilan c. Panitera Muda; dan
eksekusi kepada Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah d. Panitera Pengganti.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di arbiter menetapkan (2) Susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada
wilayah Akta putusan. Mahkamah Agung terdiri dari:
Perdamaian didaftar untuk mendapat penetapan eksekusi; 3. Dalam hal putusan arbitrase sebagaimana dimaksud a. Hakim Agung;
c. dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah dalam ayat (1) tidak b. Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung; dan
hukum dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang c. Panitera.
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri dirugikan dapat mengajukan Bagian Kedua
tempat permohonan fiat eksekusi di Pengadilan Hubungan Hakim, Hakim Ad-Hoc dan Hakim Kasasi
pendaftaran Akta Perdamaian, maka pemohon eksekusi Industrial pada Pengadilan Pasal 61
dapat mengajukan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
permohonan eksekusi melalui Pengadilan Hubungan pihak terhadap siapa Negeri diangkat dan
Industrial pada putusan itu harus dijalankan, agar putusan diperintahkan diberhentikan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah
Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk dijalankan. Agung.
untuk 4. Perintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus Pasal 62
diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada diberikan dalam waktu Pengangkatan Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pengadilan Negeri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah 61 dilaksanakan sesuai dengan
yang berkompeten melaksanakan eksekusi. permohonan didaftarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Apabila upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam pada Panitera Pengadilan Negeri setempat dengan tidak Pasal 63
ayat (1) gagal, arbiter memeriksa alasan atau 1. Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial diangkat
atau majelis arbiter meneruskan sidang arbitrase. pertimbangan dari putusan arbitrase. dengan Keputusan
Pasal 45 Pasal 52 Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.
1. Dalam persidangan arbitrase para pihak diberi 1. Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat 2. Calon Hakim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat
kesempatan untuk menjelaskan mengajukan permohonan (1) diajukan oleh Ketua
secara tertulis maupun lisan pendirian masing-masing serta pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu Mahkamah Agung dari nama yang disetujui oleh Menteri
mengajukan bukti selambat-lambatnya 30 (tiga atas usul serikat
yang dianggap perlu untuk menguatkan pendiriannya dalam puluh) hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter, pekerja/serikat buruh atau organisasi pengusaha.
jangka waktu yang apabila putusan diduga 3. Ketua Mahkamah Agung mengusulkan pemberhentian
ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbiter. mengandung unsur-unsur sebagai berikut: Hakim Ad-Hoc Hubungan
2. Arbiter atau majelis arbiter berhak meminta kepada para a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, Industrial kepada Presiden.
pihak untuk mengajukan setelah putusan Pasal 64
penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti dijatuhkan, diakui atau dinyatakan palsu; Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Ad-Hoc pada
lainnya yang dianggap b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat Pengadilan Hubungan Industrial dan
perlu dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter atau menentukan, Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung, harus memenuhi
majelis arbiter. yang disembunyikan oleh pihak lawan; syarat sebagai berikut:
Pasal 46 c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh a. warga negara Indonesia;
1. Arbiter atau majelis arbiter dapat memanggil seorang salah satu pihak b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
saksi atau lebih atau dalam pemeriksaan perselisihan; c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
seorang saksi ahli atau lebih untuk didengar keterangannya. d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan Republik Indonesia
2. Sebelum memberikan keterangan para saksi atau saksi industrial; atau Tahun 1945;
ahli wajib mengucapkan e. putusan bertentangan dengan peraturan perundang- d. berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun;
sumpah atau janji sesuai dengan agama dan kepercayaan undangan. e. berbadan sehat sesuai dengan keterangan dokter;
masing-masing. 2. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
3. Biaya pemanggilan dan perjalanan rohaniawan untuk ayat (1) dikabulkan, g. berpendidikan serendah-rendahnya strata satu (S.1)
melaksanakan pengambilan Mahkamah Agung menetapkan akibat dari pembatalan baik kecuali bagi Hakim Ad-Hoc
sumpah atau janji terhadap saksi atau saksi ahli dibebankan seluruhnya atau pada Mahkamah Agung syarat pendidikan sarjana hukum;
kepada pihak yang sebagian putusan arbitrase. dan
meminta. 3. Mahkamah Agung memutuskan permohonan pembatalan h. berpengalaman di bidang hubungan industrial minimal 5
4. Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau saksi ahli sebagaimana dimaksud tahun.
dibebankan kepada pihak dalam ayat (1) dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga Pasal 65
yang meminta. puluh) hari kerja 1. Sebelum memangku jabatannya, Hakim Ad-Hoc
5. Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau saksi ahli terhitung sejak menerima permohonan pembatalan. Pengadilan Hubungan
yang diminta oleh arbiter Pasal 53 Industrial wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
dibebankan kepada para pihak. Perselisihan hubungan industrial yang sedang atau telah agama atau
Pasal 47 diselesaikan melalui arbitrase kepercayaannya, bunyi sumpah atau janji itu adalah sebagai
1. Barang siapa yang diminta keterangannya oleh arbiter tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial. berikut:
atau majelis arbiter guna Pasal 54 “Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa
penyelidikan untuk penyelesaian perselisihan hubungan Arbiter atau majelis arbiter tidak dapat dikenakan tanggung saya untuk
industrial berdasarkan jawab hukum apapun atas memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung,
undang-undang ini wajib memberikannya, termasuk segala tindakan yang diambil selama proses persidangan dengan
membukakan buku dan berlangsung untuk menjalankan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak
memperlihatkan surat-surat yang diperlukan. fungsinya sebagai arbiter atau majelis arbiter, kecuali dapat memberikan atau menjanjikan
2. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh arbiter terkait dibuktikan adanya itikad barang sesuatu kepada siapapun juga.
dengan seseorang yang tidak baik dari tindakan tersebut. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau
karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka harus BAB III tidak melakukan
ditempuh prosedur PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL sesuatu dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan menerima
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan Bagian Kesatu langsung atau tidak
yang berlaku. Umum langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.
3. Arbiter wajib merahasiakan semua keterangan yang Pasal 55 Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia kepada dan
diminta sebagaimana Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan akan
dimaksud dalam ayat (1). khusus yang berada pada mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai
Pasal 48 lingkungan peradilan umum. pandangan hidup bangsa,
Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan sidang arbitrase Pasal 56 dasar negara, dan ideologi nasional, Undang-Undang Dasar
dibuat berita acara Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang Negara Republik
pemeriksaan oleh arbiter atau majelis arbiter. memeriksa dan memutus: Indonesia Tahun 1945 dan segala undang-undang serta
Pasal 49 a. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak; peraturan lain yang
Putusan sidang arbitrase ditetapkan berdasarkan peraturan b. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan berlaku bagi negara Republik Indonesia.
perundang-undangan yang kepentingan; Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan
berlaku, perjanjian, kebiasaan, keadilan dan kepentingan c. di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan menjalankan jabatan
umum. hubungan kerja; saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak
Pasal 50 d. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan membedakan orang dan akan
1. Putusan arbitrase memuat: a. kepala putusan yang antar serikat pekerja/serikat melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-
berbunyi "DEMI KEADILAN buruh dalam satu perusahaan. adilnya berdasarkan
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";b. Pasal 57 peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
nama lengkap dan Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan 2. Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial pada
alamat arbiter atau majelis arbiter;c. nama lengkap dan Industrial adalah Hukum Acara Pengadilan Negeri diambil
alamat para pihak;d. Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan sumpah atau janjinya oleh Ketua Pengadilan Negeri atau
hal-hal yang termuat dalam surat perjanjian yang diajukan Peradilan Umum, kecuali yang pejabat yang ditunjuk.
oleh para pihak yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini. Pasal 66
berselisih;e. ikhtisar dari tuntutan, jawaban, dan penjelasan Pasal 58 1. Hakim Ad-Hoc tidak boleh merangkap jabatan sebagai:
lebih lanjut para Dalam proses beracara di Pengadilan Hubungan Industrial, a. anggota Lembaga Tinggi Negara;
pihak yang berselisih;f. pertimbangan yang menjadi dasar pihak-pihak yang berperkara b. kepala daerah/kepala wilayah;
putusan; g. pokok tidak dikenakan biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai c. lembaga legislatif tingkat daerah;
putusan;h. tempat dan tanggal putusan;i. mulai berlakunya gugatannya di bawah d. pegawai negeri sipil;
putusan; dan j. Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). e. anggota TNI/Polri;
tanda tangan arbiter atau majelis arbiter. Pasal 59 f. pengurus partai politik;
2. Tidak ditandatanganinya putusan arbiter oleh salah a. Untuk pertama kali dengan undang-undang ini dibentuk g. pengacara;
seorang arbiter dengan alasan Pengadilan Hubungan h. mediator;
sakit atau meninggal dunia tidak mempengaruhi kekuatan Industrial pada setiap Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota i. konsiliator
berlakunya putusan. yang berada di setiap j. arbiter; atau
3. Alasan tentang tidak adanya tanda tangan sebagaimana Ibukota Provinsi yang daerah hukumnya meliputi provinsi k. pengurus serikat pekerja/serikat buruh atau pengurus
dimaksud dalam ayat (2) yang bersangkutan. organisasi
harus dicantumkan dalam putusan. b. Di Kabupaten/Kota terutama yang padat industri, dengan pengusaha.
4. Dalam putusan, ditetapkan selambat-lambatnya 14 (empat Keputusan Presiden 2. Dalam hal seorang Hakim Ad-Hoc yang merangkap
belas) hari kerja harus harus segera dibentuk Pengadilan Hubungan Industrial pada jabatan sebagaimana
sudah dilaksanakan. Pengadilan Negeri

4
dimaksud dalam ayat (1), jabatannya sebagai Hakim Ad- Pasal 75 atas 1 (satu) orang Hakim sebagai Ketua Majelis dan 2 (dua)
Hoc dapat dibatalkan. 1. Sub Kepaniteraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 orang Hakim Ad-
Pasal 67 ayat (1) mempunyai Hoc sebagai Anggota Majelis yang memeriksa dan memutus
1. Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial dan tugas: perselisihan.
Hakim Ad-Hoc Hubungan a. menyelenggarakan administrasi Pengadilan Hubungan 2. Hakim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Industrial pada Mahkamah Agung diberhentikan dengan Industrial; dan terdiri atas seorang Hakim
hormat dari jabatannya b. membuat daftar semua perselisihan yang diterima dalam Ad-Hoc yang pengangkatannya diusulkan oleh serikat
karena: buku perkara. pekerja/serikat buruh dan
a. meninggal dunia; 2. Buku perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seorang Hakim Ad-Hoc yang pengangkatannya diusulkan
b. permintaan sendiri; huruf b sekurangkurangnya oleh organisasi
c. sakit jasmani atau rohani terus menerus selama 12 (dua memuat nomor urut, nama dan alamat para pihak, dan jenis pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2).
belas) bulan; perselisihan. 3. Untuk membantu tugas Majelis Hakim sebagaimana
d. telah berumur 62 (enam puluh dua) tahun bagi Hakim Pasal 76 dimaksud dalam ayat (1)
Ad-Hoc pada Sub Kepaniteraan bertanggung jawab atas penyampaian ditunjuk seorang Panitera Pengganti.
Pengadilan Hubungan Industrial dan telah berumur 67 surat panggilan sidang, Paragraf 2
(enam puluh tujuh) penyampaian pemberitahuan putusan dan penyampaian Pemeriksaan Dengan Acara Biasa
tahun bagi Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung; salinan putusan. Pasal 89
e. tidak cakap dalam menjalankan tugas; Pasal 77 1. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
f. atas permintaan organisasi pengusaha atau organisasi 1. Untuk pertama kali Panitera Muda dan Panitera Pengganti sejak penetapan Majelis
pekerja/organisasi Pengadilan Hubungan Hakim, maka Ketua Majelis Hakim harus sudah melakukan
buruh yang mengusulkan; atau Industrial diangkat dari Pegawai Negeri Sipil dari instansi sidang pertama.
g. telah selesai masa tugasnya. Pemerintah yang 2. Pemanggilan untuk datang ke sidang dilakukan secara sah
2. Masa tugas Hakim Ad-Hoc untuk jangka waktu 5 (lima) bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. apabila disampaikan
tahun dan dapat diangkat 2. Ketentuan mengenai persyaratan, tata cara pengangkatan, dengan surat panggilan kepada para pihak di alamat tempat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. dan pemberhentian tinggalnya atau
Pasal 68 Panitera Muda dan Panitera Pengganti Pengadilan apabila tempat tinggalnya tidak diketahui disampaikan di
1. Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial Hubungan Industrial diatur tempat kediaman
diberhentikan tidak dengan lebih lanjut menurut peraturan perundang-undangan yang terakhir.
hormat dari jabatannya dengan alasan: berlaku. 3. Apabila pihak yang dipanggil tidak ada di tempat
a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana Pasal 78 tinggalnya atau tempat tinggal
kejahatan; Susunan organisasi, tugas, dan tata kerja Sub Kepaniteraan kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan melalui
b. selama 3 (tiga) kali berturut-turut dalam kurun waktu 1 Pengadilan Hubungan Kepala Kelurahan atau
(satu) bulan Industrial diatur dengan Keputusan Ketua Mahkamah Kepala Desa yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal
melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaanya Agung. pihak yang
tanpa alasan Pasal 79 dipanggil atau tempat kediaman yang terakhir.
yang sah; atau 1. Panitera Pengganti bertugas mencatat jalannya 4. Penerimaan surat penggilan oleh pihak yang dipanggil
c. melanggar sumpah atau janji jabatan. persidangan dalam Berita Acara. sendiri atau melalui orang
2. Pemberhentian tidak dengan hormat dengan alasan 2. Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lain dilakukan dengan tanda penerimaan.
sebagaimana dimaksud ditandatangani oleh Hakim, 5. Apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir
dalam ayat (1) dilakukan setelah yang bersangkutan diberi Hakim Ad-Hoc, dan Panitera Pengganti. tidak dikenal, maka
kesempatan untuk Pasal 80 surat panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman di
mengajukan pembelaan kepada Mahkamah Agung. 1. Panitera Muda bertanggung jawab atas buku perkara dan gedung Pengadilan
Pasal 69 surat-surat lainnya yang Hubungan Industrial yang memeriksanya.
1. Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial sebelum disimpan di Sub Kepaniteraan. Pasal 90
diberhentikan tidak 2. Semua buku perkara dan surat-surat sebagaimana 1. Majelis Hakim dapat memanggil saksi atau saksi ahli
dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat dimaksud dalam ayat (1) baik untuk hadir di persidangan
(1), dapat asli maupun foto copy tidak boleh dibawa keluar ruang kerja guna diminta dan didengar keterangannya.
diberhentikan sementara dari jabatannya. Sub Kepaniteraan 2. Setiap orang yang dipanggil untuk menjadi saksi atau
2. Hakim Ad-Hoc yang diberhentikan sementara kecuali atas izin Panitera Muda. saksi ahli berkewajiban
sebagaimana dimaksud dalam ayat BAB IV untuk memenuhi panggilan dan memberikan kesaksiannya
(1), berlaku pula ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PENYELESAIAN PERSELISIHAN di bawah
Pasal 68 ayat (2). MELALUI sumpah.
Pasal 70 PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Pasal 91
1. Pengangkatan Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Bagian Kesatu 1. Barang siapa yang diminta keterangannya oleh Majelis
Industrial dilakukan dengan Penyelesaian Perselisihan Oleh Hakim Hakim guna penyelidikan
memperhatikan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia. Paragraf 1 untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial
2. Untuk pertama kalinya pengangkatan Hakim Ad-Hoc Pengajuan Gugatan berdasarkan undang-undang
Pengadilan Hubungan Pasal 81 ini wajib memberikannya tanpa syarat, termasuk
Industrial pada Pengadilan Negeri paling sedikit 5 (lima) Gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada membukakan buku dan
orang dari unsur Pengadilan Hubungan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.
serikat pekerja/serikat buruh dan 5 (lima) orang dari unsur Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya 2. Dalam hal keterangan yang diminta Majelis Hakim terkait
organisasi pengusaha. meliputi tempat pekerja/buruh dengan seseorang yang
Pasal 71 bekerja. karena jabatannya harus menjaga kerahasian, maka harus
1. Ketua Pengadilan Negeri melakukan pengawasan atas Pasal 82 ditempuh prosedur
pelaksanaan tugas Gugatan oleh pekerja/buruh atas pemutusan hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
Hakim, Hakim Ad-Hoc, Panitera Muda, dan Panitera sebagaimana dimaksud yang berlaku.
Pengganti Pengadilan dalam Pasal 159 dan Pasal 171 Undang-undang Nomor 13 3. Hakim wajib merahasiakan semua keterangan yang
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri sesuai dengan Tahun 2003 tentang diminta sebagaimana
kewenangannya. Ketenagakerjan, dapat diajukan hanya dalam tenggang dimaksud dalam ayat (1).
2. Ketua Mahkamah Agung melakukan pengawasan atas waktu 1 (satu) tahun sejak Pasal 92
pelaksanaan tugas Hakim diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak Sidang sah apabila dilakukan oleh Majelis Hakim
Kasasi, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti Pengadilan pengusaha. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Hubungan Industrial Pasal 83 88 ayat (1).
pada Mahkamah Agung sesuai dengan kewenangannya. 1. Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah Pasal 93
3. Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud penyelesaian melalui mediasi atau 1. Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak dapat
dalam ayat (1), Ketua konsiliasi, maka hakim Pengadilan Hubungan Industrial menghadiri sidang tanpa
Pengadilan Negeri dapat memberikan petunjuk dan teguran wajib mengembalikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Ketua Majelis
kepada Hakim dan gugatan kepada pengugat. Hakim menetapkan
Hakim Ad-Hoc. 2. Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan dan bila hari sidang berikutnya.
4. Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud terdapat kekurangan, hakim 2. Hari sidang berikutnya sebagaimana dimaksud dalam ayat
dalam ayat (2), Ketua meminta pengugat untuk menyempurnakan gugatannya. (1) ditetapkan dalam
Mahkamah Agung dapat memberikan petunjuk dan teguran Pasal 84 waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja terhitung
kepada Hakim Gugatan yang melibatkan lebih dari satu penggugat dapat sejak tanggal penundaan.
Kasasi. diajukan secara kolektif dengan 3. Penundaan sidang karena ketidakhadiran salah satu atau
5. Petunjuk dan teguran sebagaimana dimaksud dalam ayat memberikan kuasa khusus. para pihak diberikan
(3) dan ayat (4) tidak Pasal 85 sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali penundaan.
boleh mengurangi kebebasan Hakim, Hakim Ad-Hoc dan 1. Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya Pasal 94
Hakim Kasasi sebelum tergugat 1. Dalam hal penggugat atau kuasa hukumnya yang sah
Pengadilan Hubungan Industrial dalam memeriksa dan memberikan jawaban. setelah dipanggil secara
memutus perselisihan. 2. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan patut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 tidak datang
Pasal 72 itu, pencabutan menghadap Pengadilan
Tata cara pengangkatan, pemberhentian dengan hormat, gugatan oleh penggugat akan dikabulkan oleh Pengadilan pada sidang penundaan terakhir sebagaimana dimaksud
pemberhentian dengan tidak Hubungan Industrial dalam Pasal 93 ayat (3),
hormat, dan pemberhentian sementara Hakim Ad-Hoc hanya apabila disetujui tergugat. maka gugatannya dianggap gugur, akan tetapi penggugat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 berhak mengajukan
Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal 69 diatur dengan Peraturan Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan gugatannya sekali lagi.
Pemerintah. kepentingan diikuti dengan perselisihan 2. Dalam hal tergugat atau kuasa hukumnya yang sah
Pasal 73 pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan Hubungan setelah dipanggil secara patut
Tunjangan dan hak-hak lainnya bagi Hakim Ad-Hoc Industrial wajib memutus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 tidak datang
Pengadilan Hubungan Industrial terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau menghadap Pengadilan pada
diatur dengan Keputusan Presiden. perselisihan kepentingan. sidang penundaan terakhir sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Ketiga Pasal 87 Pasal 93 ayat (3), maka
Sub Kepaniteraan dan Panitera Pengganti Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha Majelis Hakim dapat memeriksa dan memutus perselisihan
Pasal 74 dapat bertindak sebagai kuasa tanpa dihadiri
1. Pada setiap Pengadilan Negeri yang telah ada Pengadilan hukum untuk beracara di Pengadilan Hubungan Industrial tergugat.
Hubungan Industrial untuk mewakili anggotanya. Pasal 95
dibentuk Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial Pasal 88 1. Sidang Majelis Hakim terbuka untuk umum, kecuali
yang dipimpin oleh 1. Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu selambat- Majelis Hakim menetapkan
seorang Panitera Muda. lambatnya 7 (tujuh) hari kerja lain.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Panitera Muda setelah menerima gugatan harus sudah menetapkan Majelis 2. Setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib
sebagaimana dimaksud dalam Hakim yang terdiri menghormati tata tertib
ayat (1) dibantu oleh beberapa orang Panitera Pengganti. persidangan.

5
3. Setiap orang yang tidak mentaati tata tertib persidangan Panitera, serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 dan Panitera yang
sebagaimana dimaksud para pihak. tidak mengirimkan
dalam ayat (2), setelah mendapat peringatan dari atau atas 2. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana salinan kepada para pihak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
perintah Ketua Majelis dimaksud dalam ayat (1) sebagaimana
Hakim, dapat dikeluarkan dari ruang sidang. dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan Hubungan dimaksud dalam Pasal 107 dapat dikenakan sanksi
Pasal 96 Industrial. administratif sesuai dengan
1. Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata Pasal 103 peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pihak pengusaha terbukti Majelis Hakim wajib memberikan putusan penyelesaian Pasal 117
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud perselisihan hubungan industrial 1. Konsiliator yang tidak menyampaikan anjuran tertulis
dalam Pasal 155 ayat dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja dalam waktu selambatlambatnya
(3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang terhitung sejak sidang 14 (empat belas) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam
Ketenagakerjaan, Hakim pertama. Pasal 23
Ketua Sidang harus segera menjatuhkan Putusan Sela Pasal 104 ayat (2) butir b atau tidak membantu para pihak membuat
berupa perintah kepada Putusan Pengadilan Hubungan Industrial sebagaimana Perjanjian Bersama
pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya dimaksud dalam Pasal 103 dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
yang biasa diterima ditandatangani oleh Hakim, Hakim Ad-Hoc dan Panitera sebagaimana dimaksud
pekerja/buruh yang bersangkutan. Pengganti. dalam Pasal 23 ayat (2) huruf e dapat dikenakan sanksi
2. Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat Pasal 105 administratif berupa
dijatuhkan pada hari Panitera Pengganti Pengadilan Hubungan Industrial dalam teguran tertulis.
persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua. waktu selambat-lambatnya 7 2. Konsiliator yang telah mendapatkan teguran tertulis
3. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih (tujuh) hari kerja setelah putusan Majelis Hakim dibacakan, sebanyak 3 (tiga) kali
berlangsung dan Putusan Sela harus sudah menyampaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikenakan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak juga pemberitahuan putusan kepada pihak yang tidak hadir dalam sanksi administratif
dilaksanakan oleh pengusaha, sidang sebagaimana berupa pencabutan sementara sebagai konsiliator.
Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita Jaminan dalam dimaksud dalam Pasal 101 ayat (2). 3. Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) baru dapat
sebuah Penetapan Pasal 106 dijatuhkan setelah yang
Pengadilan Hubungan Industrial. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah bersangkutan menyelesaikan perselisihan yang sedang
4. Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan putusan ditandatangani, Panitera ditanganinya.
Penetapan sebagaimana Muda harus sudah menerbitkan salinan putusan. 4. Sanksi administratif pencabutan sementara sebagai
dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diajukan perlawanan Pasal 107 konsiliator diberikan untuk
dan/atau tidak dapat Panitera Pengadilan Negeri dalam waktu selambat- jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
digunakan upaya hukum. lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah Pasal 118
Pasal 97 salinan putusan diterbitkan harus sudah mengirimkan Konsiliator dapat dikenakan sanksi administratif berupa
Dalam putusan Pengadilan Hubungan Industrial ditetapkan salinan putusan kepada para pihak. pencabutan tetap sebagai
kewajiban yang harus Pasal 108 konsiliator dalam hal:
dilakukan dan/atau hak yang harus diterima oleh para pihak Ketua Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat a. konsiliator telah dijatuhi sanksi administratif berupa
atau salah satu pihak atas mengeluarkan putusan yang pencabutan sementara
setiap penyelesaian perselisihan hubungan industrial. dapat dilaksanakan lebih dahulu, meskipun putusannya sebagai konsiliator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117
Paragraf 3 diajukan perlawanan atau kasasi. ayat (2) sebanyak 3
Pemeriksaan Dengan Acara Cepat Pasal 109 (tiga) kali;
Pasal 98 Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan b. terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;
1. Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah Negeri mengenai perselisihan c. menyalahgunakan jabatan; dan atau
satu pihak yang cukup kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat d. membocorkan keterangan yang diminta sebagaimana
mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan buruh dalam satu perusahaan dimaksud dalam Pasal
permohonan dari yang merupakan putusan akhir dan bersifat tetap. 22 ayat (3).
berkepentingan, para pihak dan/atau salah satu pihak dapat Pasal 110 Pasal 119
memohon kepada Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan 1. Arbiter yang tidak dapat menyelesaikan perselisihan
Pengadilan Hubungan Industrial supaya pemeriksaan Negeri mengenai perselisihan hubungan industrial dalam
sengketa dipercepat. hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja mempunyai waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja dan
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu
diterimanya permohonan apabila tidak diajukan permohonan kasasi kepada perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Ketua Pengadilan Mahkamah Agung dalam waktu (1) dan ayat (3) atau
Negeri mengeluarkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja: tidak membuat berita acara kegiatan pemeriksaan
penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya a. bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan di bacakan sebagaimana dimaksud dalam
permohonan tersebut. dalam sidang Pasal 48, dapat dikenakan sanksi administratif berupa
3. Terhadap penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat majelis hakim; teguran tertulis.
(2) tidak dapat digunakan b. bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal 2. Arbiter yang telah mendapat teguran tertulis 3 (tiga) kali
upaya hukum. menerima sebagaimana
Pasal 99 pemberitahuan putusan. dimaksud dalam ayat (1) dapat dikenakan sanksi
1. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 administratif berupa
Pasal 98 ayat (1) Salah satu pihak atau para pihak yang hendak mengajukan pencabutan sementara sebagai arbiter.
dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 7 permohonan kasasi harus 3. Sanksi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) baru
(tujuh) hari kerja menyampaikan secara tertulis melalui Sub Kepaniteraan dapat dijatuhkan
setelah dikeluarkannya penetapan sebagaimana dimaksud Pengadilan Hubungan Industrial setelah yang bersangkutan menyelesaikan perselisihan yang
dalam Pasal 98 ayat (2), pada Pengadilan Negeri setempat. sedang
menentukan majelis hakim, hari, tempat, dan waktu sidang Pasal 112 ditanganinya.
tanpa melalui prosedur Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada 4. Sanksi administratif pencabutan sementara sebagai arbiter
pemeriksaan. Pengadilan Negeri dalam waktu diberikan untuk
2. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian kedua selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
belah pihak, masingmasing sejak tanggal penerimaan Pasal 120
ditentukan tidak melebihi 14 (empat belas) hari kerja. permohonan kasasi harus sudah menyampaikan berkas 1. Arbiter dapat dikenakan sanksi administratif berupa
Paragraf 4 perkara kepada Ketua Mahkamah pencabutan tetap sebagai
Pengambilan Putusan Agung. arbiter dalam hal:
Pasal 100 Bagian Kedua a. arbiter paling sedikit telah 3 (tiga) kali mengambil
Dalam mengambil putusan, Majelis Hakim Penyelesaian Perselisihan Oleh Hakim Kasasi keputusan arbitrase
mempertimbangkan hukum, perjanjian yang Pasal 113 perselisihan hubungan industrial melampaui kekuasaannya,
ada, kebiasaan, dan keadilan. Majelis Hakim Kasasi terdiri atas satu orang Hakim Agung bertentangan
Pasal 101 dan dua orang Hakim Ad- dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana
1. Putusan Mejelis Hakim dibacakan dalam sidang terbuka Hoc yang ditugasi memeriksa dan mengadili perkara dimaksud dalam
untuk umum. perselisihan hubungan industrial Pasal 52 ayat (1) huruf d dan e dan Mahkamah Agung telah
2. Dalam hal salah satu pihak tidak hadir dalam sidang pada Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua mengabulkan permohonan peninjauan kembali atas putusan-
sebagaimana dimaksud Mahkamah Agung. putusan
dalam ayat (1), Ketua Majelis Hakim memerintahkan Pasal 114 arbiter tersebut;
kepada Panitera Pengganti Tata cara permohonan kasasi serta penyelesaian perselisihan b. terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;
untuk menyampaikan pemberitahuan putusan kepada pihak hak dan perselisihan c. menyalahgunakan jabatan;
yang tidak hadir pemutusan hubungan kerja oleh Hakim Kasasi dilaksanakan d. arbiter telah dijatuhi sanksi administratif berupa
tersebut. sesuai dengan peraturan pencabutan sementara
3. Putusan Majelis Hakim sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan yang berlaku. sebagai arbiter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat
ayat (1) sebagai putusan Pasal 115 (2) sebanyak
Pengadilan Hubungan Industrial. Penyelesaian perselisihan hak atau perselisihan pemutusan 3 (tiga) kali.
4. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud hubungan kerja pada 2. Sanksi administratif berupa pencabutan tetap sebagai
dalam ayat (1) berakibat Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari arbiter sebagaimana
putusan Pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kerja terhitung sejak tanggal dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal arbiter
kekuatan hukum. penerimaan permohonan kasasi. menyelesaikan
Pasal 102 BAB V perselisihan yang sedang ditanganinya.
1. Putusan Pengadilan harus memuat: SANKSI ADMINISTRASI DAN KETENTUAN PIDANA Pasal 121
a. kepala putusan berbunyi: “DEMI KEADILAN Bagian Kesatu 1. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
BERDASARKAN Sanksi Administratif 117, Pasal 118, Pasal
KETUHANAN YANG MAHA ESA”; Pasal 116 119 dan Pasal 120 dijatuhkan oleh Menteri atau pejabat
b. nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman atau 1. Mediator yang tidak dapat menyelesaikan perselisihan yang ditunjuk.
tempat hubungan industrial dalam 2. Tata cara pemberian dan pencabutan sanksi akan diatur
kedudukan para pihak yang berselisih; waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja tanpa lebih lanjut dengan
c. ringkasan pemohon/penggugat dan jawabatan alasan yang sah Keputusan Menteri.
termohon/tergugat yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dapat dikenakan Bagian Kedua
jelas; sanksi administratif Ketentuan Pidana
d. pertimbangan terhadap setiap bukti dan data yang berupa hukuman disiplin sesuai dengan peraturan Pasal 122
diajukan hal yang perundang-undangan yang 1. Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana
terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa; berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil. dimaksud dalam Pasal 12
e. alasan hukum yang menjadi dasar putusan; 2. Panitera Muda yang tidak menerbitkan salinan putusan ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 47 ayat (1) dan
f. amar putusan tentang sengketa; dalam waktu selambatlambatnya ayat (3), Pasal 90
g. hari, tanggal putusan, nama Hakim, Hakim Ad-Hoc yang 14 (empat belas) hari kerja setelah putusan ditandatangani ayat (2), Pasal 91 ayat (1) dan ayat (3), dikenakan sanksi
memutus, nama pidana kurungan paling

6
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dan SEKRETARIS NEGARA Namun demikian pemerintah dalam upayanya untuk
atau denda paling REPUBLIK INDONESIA, memberikan pelayanan
sedikit Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling Ttd masyarakat khususnya kepada masyarakat pekerja/buruh
banyak BAMBANG KESOWO dan pengusaha,
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA berkewajiban memfasilitasi penyelesaian perselisihan
2. Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) TAHUN 2004 NOMOR 6 hubungan industrial tersebut.
merupakan tindak pidana Salinan sesuai dengan aslinya Upaya fasilitasi dilakukan dengan menyediakan tenaga
pelanggaran. Deputi Sekretaris Kabinet mediator yang bertugas
BAB VI Bidang Hukum dan Perundang-undangan, untuk mempertemukan kepentingan kedua belah pihak yang
KETENTUAN LAIN-LAIN ttd/cap berselisih.
Pasal 123 Lambock V. Nahattands Dengan adanya era demokratisasi di segala bidang, maka
Dalam hal terjadi perselisihan hubungan industrial pada PENJELASAN perlu diakomodasi
usaha-usaha sosial dan usahausaha UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan perselisihan
lain yang tidak berbentuk perusahaan tetapi mempunyai NOMOR 2 TAHUN 2004 hubungan industrial
pengurus dan TENTANG melalui konsiliasi atau arbitrase.
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah, maka PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN Penyelesaian perselisihan melalui arbitrase pada umumnya,
perselisihannya diselesaikan INDUSTRIAL telah diatur di dalam
sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. I. UMUM Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
BAB VII Hubungan Industrial, yang merupakan keterkaitan dan Alternatif
KETENTUAN PERALIHAN kepentingan antara pekerja/buruh Penyelesaian Sengketa yang berlaku di bidang sengketa
Pasal 124 dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan perdagangan. Oleh
1. Sebelum terbentuk Pengadilan Hubungan Industrial pendapat, bahkan karena itu arbitrase hubungan industrial yang diatur dalam
sebagaimana dimaksud perselisihan antara kedua belah pihak. undang-undang ini
dalam Pasal 59, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perselisihan di bidang hubungan industrial yang selama ini merupakan pengaturan khusus bagi penyelesaian sengketa di
Perburuhan Daerah dan Panitia dikenal dapat terjadi bidang hubungan
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat tetap mengenai hak yang telah ditetapkan, atau mengenai keadaan industrial.
melaksanakan fungsi dan ketenagakerjaan Dengan pertimbangan-pertimbangan dimaksud di atas,
tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- yang belum ditetapkan baik dalam perjanjian kerja, undang-undang ini
undangan yang berlaku. peraturan perusahaan, mengatur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
2. Dengan terbentuknya Pengadilan Hubungan Industrial perjanjian kerja bersama maupun peraturan perundang- yang disebabkan oleh :
berdasarkan undangundang undangan. a. perbedaan pendapat atau kepentingan mengenai keadaan
ini, perselisihan hubungan industrial dan pemutusan Perselisihan hubungan industrial dapat pula disebabkan oleh ketenagakerjaan
hubungan kerja yang pemutusan hubungan yang belum diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
telah diajukan kepada: kerja. Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja yang perusahaan,
a. Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah atau selama ini diatur di perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
lembagalembaga dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang undangan;
lain yang setingkat yang menyelesaikan perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja b. kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para pihak
hubungan di Perusahaan Swasta, ternyata tidak efektif lagi untuk dalam
industrial atau pemutusan hubungan kerja dan belum mencegah serta melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur dalam
diputuskan, maka menanggulangi kasus-kasus pemutusan hubungan kerja. Hal perjanjian
diselesaikan oleh Pengadilan Hubungan Industrial pada ini disebabkan karena kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau
Pengadilan Negeri hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha merupakan peraturan
setempat; hubungan yang didasari perundang-undangan;
b. Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan oleh kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri dalam c. pengakhiran hubungan kerja;
Daerah atau suatu hubungan kerja. d. perbedaan pendapat antar serikat pekerja/serikat buruh
lembaga-lembaga lain sebagaimana dimaksud dalam huruf a Dalam hal salah satu pihak tidak menghendaki lagi untuk dalam satu
yang ditolak terikat dalam hubungan perusahaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban
dan diajukan banding oleh salah satu pihak atau para pihak kerja tersebut, maka sulit bagi para pihak untuk tetap keserikat
dan putusan mempertahankan hubungan pekerjaan.
tersebut diterima masih dalam tenggang waktu 14 (empat yang harmonis. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar Dengan cakupan materi perselisihan hubungan industrial
belas) hari, yang terbaik bagi kedua sebagaimana dimaksud di
maka diselesaikan oleh Mahkamah Agung; belah pihak untuk menentukan bentuk penyelesaian, atas, maka undang-undang ini memuat pokok-pokok sebagai
c. Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat atau sehingga Pengadilan berikut :
lembagalembaga Hubungan Industrial yang diatur dalam Undang-undang ini 1. Pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan industrial
lain yang setingkat yang menyelesaikan perselisihan akan dapat yang terjadi
hubungan menyelesaikan kasus-kasus pemutusan hubungan kerja yang baik di perusahaan swasta maupun perusahaan di
industrial atau pemutusan hubungan kerja dan belum tidak diterima oleh lingkungan Badan
diputuskan, maka salah satu pihak. Usaha Milik Negara.
diselesaikan oleh Mahkamah Agung; Sejalan dengan era keterbukaan dan demokratisasi dalam 2. Pihak yang berperkara adalah pekerja/buruh secara
d. Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dunia industri yang perseorangan maupun
Pusat atau diwujudkan dengan adanya kebebasan untuk berserikat bagi organisasi serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha
lembaga-lembaga lain sebagaimana dimaksud pada huruf c pekerja/buruh, maka atau organisasi
yang ditolak jumlah serikat pekerja/serikat buruh di satu perusahaan tidak pengusaha. Pihak yang berperkara dapat juga terjadi antara
dan diajukan banding oleh salah satu pihak atau para pihak dapat dibatasi. serikat
dan putusan Persaingan diantara serikat pekerja/serikat buruh di satu pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh
tersebut diterima masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan perusahaan ini dapat lain dalam satu
puluh) hari, mengakibatkan perselisihan di antara serikat pekerja/serikat perusahaan.
maka diselesaikan oleh Mahkamah Agung; buruh yang pada 3. Setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya
BAB VIII umumnya berkaitan dengan masalah keanggotaan dan diselesaikan secara
KETENTUAN PENUTUP keterwakilan di dalam musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih
Pasal 125 perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama. (bipartit).
1. Dengan berlakunya undang-undang ini, maka: Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang 4. Dalam hal perundingan oleh para pihak yang berselisih
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan (bipartit) gagal,
Penyelesaian Perselisihan hubungan industrial selama ini ternyata belum mewujudkan maka salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan
Perburuhan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 42, penyelesaian perselisihannya pada instansi yang bertanggung jawab di
Tambahan perselisihan secara cepat, tepat, adil, dan murah. bidang
Lembaran Negara Nomor 1227); dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 yang selama ini ketenagakerjaan setempat.
b. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang digunakan sebagai dasar 5. Perselisihan kepentingan, Perselisihan Pemutusan
Pemutusan Hubungan hukum penyelesaian perselisihan hubungan industrial dirasa Hubungan Kerja atau
Kerja Di Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Tahun 1964 tidak dapat lagi Perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh yang telah
Nomor 93, mengakomodasi perkembangan-perkembangan yang terjadi, dicatat pada
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2686); karena hak-hak instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
dinyatakan tidak berlaku lagi. pekerja/buruh perseorangan belum terakomodasi untuk dapat
2. Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua menjadi pihak dalam diselesaikan melalui konsiliasi atas kesepakatan kedua belah
Peraturan Perundangundangan perselisihan hubungan industrial. pihak,
yang merupakan Peraturan Pelaksanaan dari Undang- Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 yang selama ini sedangkan penyelesaian perselisihan melalui abitrase atas
undang Nomor 22 digunakan sebagai dasar kesepakan
Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan hukum penyelesaian perselisihan hubungan industrial hanya kedua belah pihak hanya perselisihan kepentingan dan
(Lembaran Negara mengatur perselisihan antar
Tahun 1957 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara penyelesaian perselisihan hak dan perselisihan kepentingan serikat pekerja/serikat buruh. Apabila tidak ada kesepakatan
Nomor 1227) dan Undangundang secara kolektif, kedua belah
Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja sedangkan penyelesaian perselisihan hubungan industrial pihak untuk menyelesaikan perselisihannya melalui
Di pekerja/buruh secara konsiliasi atau
Perusahaan Swasta (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor perseorangan belum terakomodasi. arbitrase, maka sebelum diajukan ke Pengadilan Hubungan
93, Tambahan Hal lainnya yang sangat mendasar adalah dengan Industrial
Lembaran Negara Nomor 2686) dinyatakan tetap berlaku ditetapkannya putusan P4P terlebih dahulu melalui mediasi. Hal ini dimaksudkan untuk
sepanjang tidak sebagai objek sengketa Tata Usaha Negara, sebagaimana menghindari
bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini. diatur dalam Undangundang menumpuknya perkara perselisihan hubungan industrial di
Pasal 126 Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. pengadilan.
Undang-undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun setelah Dengan 6. Perselisihan Hak yang telah dicatat pada instansi yang
diundangkan. adanya ketentuan ini, maka jalan yang harus ditempuh baik bertanggung jawab
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan oleh pihak di bidang ketenagakerjaan tidak dapat diselesaikan melalui
pengundangan undang-undang ini pekerja/buruh maupun oleh pengusaha untuk mencari konsiliasi atau
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik keadilan menjadi semakin arbitrase namun sebelum diajukan ke Pengadilan Hubungan
Indonesia. panjang. Industrial
Disahkan di Jakarta Penyelesaian perselisihan yang terbaik adalah penyelesaian terlebih dahulu melalui mediasi.
pada tanggal 14 januari 2004 oleh para pihak yang 7. Dalam hal Mediasi atau Konsiliasi tidak mencapai
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, berselisih sehingga dapat diperoleh hasil yang kesepakatan yang
ttd. menguntungkan kedua belah pihak. dituangkan dalam perjanjian bersama, maka salah satu pihak
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Penyelesaian bipartit ini dilakukan melalui musyawarah dapat
Diundangkan di Jakarta mufakat oleh para pihak mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
pada tanggal tanpa dicampuri oleh pihak manapun.

7
8. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui Pasal 8 pasal ini adalah antara lain buku tentang upah atau surat
arbitrase Cukup jelas perintah lembur dan lain-lain
dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan tidak Pasal 9 yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk konsiliator.
dapat diajukan Oleh karena mediator adalah seorang pegawai negeri sipil, Ayat (2)
gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial karena putusan maka selain syarat-syarat Oleh karena pada jabatan-jabatan tertentu berdasarkan
arbitrase yang ada dalam pasal ini harus dipertimbangkan pula peraturan perundang-undangan
bersifat akhir dan tetap, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat ketentuan yang mengatur tentang harus menjaga kerahasiaannya, maka permintaan keterangan
diajukan pegawai negeri sipil pada umumnya. kepada pejabat dimaksud
pembatalan ke Mahkamah Agung. Pasal 10 sebagai saksi ahli harus mengikuti prosedur yang
9. Pengadilan Hubungan Industrial berada pada lingkungan Cukup jelas. ditentukan.
peradilan umum Pasal 11 Contoh : Dalam hal seseorang meminta keterangan tentang
dan dibentuk pada Pengadilan Negeri secara bertahap dan Ayat (1) rekening milik pihak lain
pada Saksi ahli yang dimaksudkan dalam pasal ini adalah akan dilayani oleh pejabat bank apabila telah ada ijin dari
Mahkamah Agung. seseorang yang mempunyai keahlian Bank Indonesia atau dari
10. Untuk menjamin penyelesaian yang cepat, tepat, adil khusus di bidangnya termasuk Pegawai Pengawas pemilik rekening yang bersangkutan (Undang-undang
dan murah, Ketenagakerjaan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Ayat (2) Perbankan). Demikian pula ketentuan Undang-undang
Pengadilan Cukup jelas. Nomor 7 Tahun 1971 tentang
Hubungan Industrial yang berada pada lingkungan peradilan Pasal 12 Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan dan lain-lain.
umum Ayat (1) Ayat (3)
dibatasi proses dan tahapannya dengan tidak membuka Yang dimaksudkan dengan membukakan buku dan Cukup jelas.
kesempatan untuk memperlihatkan surat-surat dalam Pasal 23
mengajukan upaya banding ke Pengadilan Tinggi. Putusan pasal ini adalah antara lain buku tentang upah atau surat Cukup jelas.
Pengadilan perintah lembur dan lain-lain Pasal 24
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk mediator. Cukup jelas.
menyangkut Ayat (2) Pasal 25
perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja Oleh karena pada jabatan-jabatan tertentu berdasarkan Cukup jelas.
dapat peraturan perundang-undangan Pasal 26
langsung dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung. harus menjaga kerahasiaannya, maka permintaan keterangan Cukup jelas.
Sedangkan putusan kepada pejabat dimaksud Pasal 27
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri sebagai saksi ahli harus mengikuti prosedur yang Cukup jelas.
yang ditentukan. Pasal 28
menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar Contoh : Dalam hal seseorang meminta keterangan tentang Cukup jelas.
serikat rekening milik pihak lain Pasal 29
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan merupakan akan dilayani oleh pejabat bank apabila telah ada ijin dari Cukup jelas.
putusan tingkat Bank Indonesia atau dari Pasal 30
pertama dan terakhir yang tidak dapat di mintakan kasasi ke pemilik rekening yang bersangkutan (Undang-undang Ayat (1)
Mahkamah Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penetapan dalam pasal ini dimaksudkan untuk melindungi
Agung. Perbankan). Demikian pula ketentuan Undang-undang kepentingan masyarakat, oleh
11. Pengadilan Hubungan Industrial yang memeriksa dan Nomor 7 Tahun 1971 tentang karena itu tidak setiap orang dapat bertindak sebagai arbiter.
mengadili Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan dan lain-lain. Ayat (2)
perselisihan hubungan industrial dilaksanakan oleh Majelis Ayat (3) Cukup jelas.
Hakim yang Cukup jelas. Pasal 31
beranggotakan 3 (tiga) orang, yakni seorang Hakim Pasal 13 Ayat (1)
Pengadilan Negeri Ayat (1) Huruf a
dan 2 (dua) orang Hakim Ad-Hoc yang pengangkatannya Cukup jelas. Cukup jelas.
diusulkan oleh Ayat (2) Huruf b
organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/organisasi Huruf a Cukup jelas.
buruh. Yang dimaksudkan dengan anjuran tertulis adalah pendapat Huruf c
12. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada atau saran tertulis yang Cukup jelas.
Pengadilan Negeri diusulkan oleh mediator kepada para pihak dalam upaya Huruf d
mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan antar menyelesaikan perselisihan Cukup jelas.
serikat mereka. Huruf e
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan tidak dapat Huruf b Cukup jelas.
diajukan kasasi Cukup jelas. Huruf f
kepada Mahkamah Agung. Huruf c Cukup jelas.
13. Untuk menegakkan hukum ditetapkan sanksi sehingga Cukup jelas. Huruf g
dapat merupakan Huruf d Mengingat keputusan arbiter ini mengikat para pihak dan
alat paksa yang lebih kuat agar ketentuan undang-undang ini Cukup jelas. bersifat akhir dan tetap, arbiter
ditaati. Huruf e haruslah mereka yang kompeten di bidangnya, sehingga
II. PASAL DEMI PASAL Cukup jelas. kepercayaan para pihak tidak
Pasal 1 Ayat (3) sia-sia.
Angka 1 s.d 21 Cukup jelas. Huruf h
Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas. Cukup jelas.
Perselisihan hak adalah perselisihan mengenai hak normatif, Ayat (2) Pasal 32
yang sudah ditetapkan Ketentuan mengenai pengajuan gugatan yang diatur dalam Cukup jelas.
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian ayat ini sesuai dengan tatacara Pasal 33
kerja bersama, atau peraturan penyelesaian perkara perdata pada peradilan umum. Cukup jelas.
perundang-undangan. Pasal 15 Pasal 34
Huruf b Cukup jelas Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 16 Pasal 35
Huruf c Cukup jelas. Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 17 Pasal 36
Huruf d Cukup Jelas. Ayat (1)
Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup Jelas. Ayat (2)
Ayat (1) Pasal 19 Cukup jelas.
Yang dimaksud perundingan bipartit dalam pasal ini adalah Ayat (1) Ayat (3)
perundingan antara Huruf a Cukup jelas.
pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau Cukup jelas. Ayat (4)
serikat pekerja/serikat buruh atau Huruf b Cukup jelas.
antara serikat pekerja/serikat buruh dan serikat Cukup jelas. Ayat (5)
pekerja/serikat buruh yang lain dalam satu Huruf c Arbiter yang ditetapkan Pengadilan tidak boleh arbiter yang
perusahaan yang berselisih. Cukup jelas. telah pernah ditolak oleh
Ayat (2) Huruf d para pihak atau para arbiter tetapi harus arbiter lain.
Cukup jelas Cukup jelas. Pasal 37
Ayat (3) Huruf e Yang dimaksud dengan menerima hasil-hasil yang telah
Cukup jelas Cukup jelas. dicapai bahwa arbiter pengganti
Pasal 4 Huruf f terikat pada hasil arbiter yang digantikan yang tercermin
Ayat (1) Cukup jelas. dalam risalah kegiatan
Cukup jelas. Huruf g penyelesaian perselisihan.
Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 38
Cukup jelas Huruf h Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 39
Ketentuan dalam pasal ini memberikan kebebasan bagi Huruf i Cukup jelas.
pihak yang berselisih untuk Yang dimaksud dengan syarat lain dalam huruf i ini adalah Pasal 40
secara bebas memilih cara penyelesaian perselisihan yang antara lain : pengaturan Ayat (1)
mereka kehendaki. tentang standar kompetensi konsiliator, pelatihan calon atau Dalam hal terjadi penggantian arbiter maka jangka waktu 30
Ayat (4) konsiliator, seleksi bagi (tiga puluh) hari kerja
Cukup jelas. calon konsiliator, dan masalah teknis lainnya. dihitung sejak arbiter pengganti menandatangani perjanjian
Ayat (5) Ayat (2) arbitrase.
Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (2)
Ayat (6) Pasal 20 Cukup jelas.
Cukup jelas Cukup jelas. Ayat (3)
Pasal 5 Pasal 21 Cukup jelas.
Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal 41
Pasal 6 Pasal 22 Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (1) Pasal 42
Pasal 7 Yang dimaksudkan dengan membukakan buku dan Yang dimaksud surat kuasa khusus dalam pasal ini adalah
Cukup jelas memperlihatkan surat-surat dalam kuasa yang diberikan oleh

8
pihak yang berselisih sebagai pemberi kuasa kepada Pada waktu pengambilan sumpah/janji diucapkan kata-kata Oleh karena pada jabatan-jabatan tertentu berdasarkan
seseorang atau lebih selaku tertentu sesuai dengan agama peraturan perundang-undangan
kuasanya untuk mewakili pemberi kuasa untuk melakukan masing-masing, misalnya untuk penganut agama Islam harus menjaga kerahasiannya, maka permintaan keterangan
perbuatan hukum dan “Demi Allah” sebelum lafal kepada pejabat dimaksud
tindakan lainnya yang berkaitan dengan perkaranya yang sumpah dan untuk penganut agama Kristen/Katholik kata- sebagai saksi ahli harus mengikuti prosedur yang
dicantumkan secara khusus kata “Kiranya Tuhan akan ditentukan.
dalam surat kuasa. menolong saya” sesudah lafal sumpah. Ayat (3)
Pasal 43 Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (1) Cukup jelas. Pasal 92
Yang dimaksud dengan “dipanggil secara patut” dalam ayat Pasal 66 Ketentuan sahnya persidangan dalam pasal ini dimaksudkan
ini yaitu para pihak telah Cukup jelas. setiap sidang harus dihadiri
dipanggil berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali, setiap Pasal 67 oleh Hakim dan seluruh Hakim Ad-Hoc yang telah ditunjuk
panggilan masing-masing dalam Ayat (1) untuk menyelesaikan
waktu 3 (tiga) hari. Huruf a perselisihan tersebut.
Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 93
Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 94
Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas.
Pasal 44 Yang dimaksud dengan sakit jasmani atau rohani terus Pasal 95
Cukup jelas. menerus adalah sakit yang Cukup jelas.
Pasal 45 menyebabkan penderita tidak mampu lagi melakukan Pasal 96
Cukup jelas. tugasnya dengan baik. Ayat (1)
Pasal 46 Huruf d. Permintaan putusan sela disampaikan bersama-sama dengan
Cukup jelas. Cukup jelas. materi gugatan.
Pasal 47 Huruf e. Ayat (2)
Ayat (1) Yang dimaksud dengan tidak cakap menjalankan tugas Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan membukakan buku dan misalnya sering melakukan Ayat (3)
memperlihatkan surat-surat dalam pasal kesalahan dalam menjalankan tugas karena kurang mampu. Cukup jelas.
ini adalah, misalnya buku tentang upah atau surat perintah Huruf f Ayat (4)
lembur dan dilakukan oleh Cukup jelas. Cukup jelas.
orang yang ahli soal pembukuan yang ditunjuk oleh arbiter. Huruf g Pasal 97
Ayat (2) Cukup jelas. Cukup jelas.
Oleh karena pada jabatan-jabatan tertentu berdasarkan Ayat (2) Pasal 98
peraturan perundang-undangan Cukup jelas. Cukup jelas.
harus menjaga kerahasiaannya, maka permintaan keterangan Pasal 68 Pasal 99
kepada pejabat dimaksud Cukup jelas. Cukup jelas.
sebagai saksi ahli harus mengikuti prosedur yang Pasal 69 Pasal 100
ditentukan. Cukup jelas. Cukup jelas.
Contoh : Dalam hal seseorang meminta keterangan tentang Pasal 70 Pasal 101
rekening milik pihak lain Cukup jelas. Cukup jelas.
akan dilayani oleh pejabat bank apabila telah ada ijin dari Pasal 71 Pasal 102
Bank Indonesia atau dari Cukup jelas. Cukup jelas.
pemilik rekening yang bersangkutan (Undang-undang Pasal 72 Pasal 103
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Cukup jelas. Cukup jelas.
Perbankan). Demikian pula ketentuan Undang-undang Pasal 73 Pasal 104
Nomor 7 Tahun 1971 tentang Yang dimaksud tunjangan dan hak-hak lainnya adalah Cukup jelas.
Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan dan lain-lain. tunjangan jabatan dan hak-hak Pasal 105
Ayat (3) yang menyangkut kesejahteraan. Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 74 Pasal 106
Pasal 48 Cukup jelas. Dengan ketentuan ini berarti jangka waktu membuat
Cukup jelas. Pasal 75 putusan asli dan salinan putusan
Pasal 49 Cukup jelas. dibatasi selama 14 (empat belas) hari kerja agar tidak
Cukup jelas. Pasal 76 merugikan hak para pihak.
Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 107
Cukup jelas. Pasal 77 Cukup jelas.
Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 108
Cukup jelas. Pasal 78 Cukup jelas.
Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 109
Ayat (1) Pasal 79 Cukup jelas.
Upaya hukum melalui permohonan pembatalan Cukup jelas. Pasal 110
dimaksudkan untuk memberi kesempatan Pasal 80 Cukup jelas.
kepada pihak berselisih yang dirugikan. Cukup jelas. Pasal 111
Ayat (2) Pasal 81 Yang dimaksud dengan Pengadilan Negeri setempat dalam
Cukup jelas. Cukup jelas. pasal ini adalah Pengadilan
Ayat (3) Pasal 80 Negeri yang memutus perkara tersebut.
Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal 112
Pasal 53 Pasal 81 Cukup jelas.
Ketentuan dalam pasal ini dimaksudkan untuk memberikan Cukup jelas. Pasal 113
kepastian hukum. Pasal 82 Cukup jelas
Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 114
Cukup jelas. Pasal 83 Cukup jelas.
Pasal 55 Ayat (1) Pasal 115
Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 56 Ayat (2) Pasal 116
Cukup jelas. Dalam penyempurnaan gugatan, Panitera atau Panitera Cukup jelas.
Pasal 57 Penganti dapat membantu Pasal 117
Cukup jelas. penyusunan/menyempurnakan gugatan. Untuk itu Panitera Cukup jelas.
Pasal 58 atau Panitera Pengganti Pasal 118
Cukup jelas. mencatat dalam daftar khusus yang memuat: Cukup jelas.
Pasal 59 􀂃 nama lengkap dan alamat atau tempat kedudukan para Pasal 119
Ayat (1) pihak; Cukup jelas.
􀂃 Berhubung Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan 􀂃 pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan atau Pasal 120
Ibu Kota Provinsi objek Cukup jelas.
sekaligus Ibu Kota Negara Republik Indonesia memiliki gugatan; Pasal 121
lebih dari satu 􀂃 dokumen-dokumen, surat-surat dan hal-hal lain yang Cukup jelas.
Pengadilan Negeri, maka Pengadilan Hubungan Industrial dianggap Pasal 122
yang dibentuk untuk perlu oleh penggugat. Cukup jelas.
pertama kali dengan undang-undang ini adalah Pengadilan Pasal 84 Pasal 123
Hubungan Industrial Cukup jelas. Cukup jelas.
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pasal 85 Pasal 124
􀂃 Dalam hal di ibukota provinsi terdapat Pengadilan Negeri Cukup jelas. Cukup jelas.
Kota dan Pengadilan Pasal 86 Pasal 125
Negeri Kabupaten, maka Pengadilan Hubungan Industrial Cukup jelas. Cukup jelas.
menjadi bagian Pasal 87 Pasal 126
Pengadilan Negeri Kota. Yang dimaksud dengan serikat pekerja/serikat buruh Tenggang waktu dalam pasal ini dimaksudkan untuk
Ayat (2) sebagaimana yang dimaksud dalam mempersiapkan penyediaan dan
Yang dimaksud dengan kata “segera” dalam ayat ini adalah pasal ini meliputi pengurus pada tingkat perusahaan, tingkat pengangkatan Hakim dan Hakim Ad Hoc, persiapan sarana
bahwa dalam waktu 6 (enam) kabupaten/kota, tingkat dan prasarana seperti
bulan sesudah undang-undang ini berlaku. provinsi dan pusat baik serikat pekerja/serikat buruh, penyediaan kantor dan ruang sidang Pengadilan Hubungan
Pasal 60 anggota federasi, maupun Industrial.
Cukup jelas. konfederasi. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
Pasal 61 Pasal 88 INDONESIA NOMOR 4356
Cukup jelas. Cukup jelas
Pasal 62 Pasal 89
Cukup jelas. Cukup jelas
Pasal 63 Pasal 90
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 64 Pasal 91
Cukup jelas. Ayat (1)
Pasal 65 Cukup jelas.
Ayat (1) Ayat (2)

Anda mungkin juga menyukai