Anda di halaman 1dari 5

PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Suhaela Aro’fah M.Kep

DISUSUN OLEH :
Siti Nurahma Sari

AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO


MUARA BUNGO
2020 / 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular merupakan beban global dan ancaman utama bagi kesehatan
masyarakat yang telah mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi di seluruh dunia
pada abad 21, khususnya terhadap negara-negara berkembang. Pada tahun 2012, 38 juta
kematian dari 56 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular dengan
Proportional Mortality Rate 68%, lebih dari 40% kematian tersebut (16 juta) terjadi di usia
kurang dari 70 tahun dan tiga perempat dari semua kematian (28 juta) terjadi di negara
miskin dan berkembang (WHO, 2014).

Secara global penyakit tidak menular penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya
adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, penyakit
gagal jantung, hipertensi, dan stroke (Kemenkes RI, 2014). Menurut Doenges stroke/penyakit
serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun
struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari
seluruh sistem pembuluh darah otak (Andra dan Ns. Yessie, 2013).

Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta
merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut AHA, angka kematian
penderita stroke setiap tahunnya adalah 50-100 dari 100.000 orang penderita. Di negara-
negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang
menyebabkan kematian. Berdasarkan data South East Asian Medical Information Centre
(SEAMIC) yang dikutip dari review Venketasubramanian tahun 1998 diketahui bahwa angka
kematian kasar (crude death rate) stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti
secara berurutan oleh Singapura (54,2/100.000), Brunei (25/100.000), Filipina
(20,5/100.000), Malaysia (15,9/100.000), dan Thailand (10,9/100.000). Di Indonesia stroke
iskemik merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara
berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli, dan perdarahan subarakhnoid dengan
proporsi angka kejadian masing-masing sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata, 2013).
Berdasarkan Clinical Review yang dilakukan oleh Magistris, Stephanie, dan Jason di
Amerika Serikat Case Fatality Rate stroke iskemik berkisar 8-12% dan stroke hemoragik

2
berkisar 33-45%. Hal ini menunjukkan bahwa stroke hemoragik lebih tinggi menyebabkan
kematian dibandingkan stroke iskemik.

Pada tahun 2000 di Canada Proportional Mortality Rate stroke mencapai 7% dengan Case
Fatality Rate stroke hemoragik sebesar 50%. Pada penelitian Murray dan Roger setiap tahun
di Amerika Serikat sekitar 795.000 orang mengalami stroke yang baru atau berulang, dari
jumlah tersebut proporsi penderita yang mengalami serangan stroke baru sebesar 76,73%
dan proporsi penderita stroke berulang sebesar 23,27%. Studi epidemiologi di Amerika
Serikat menunjukkan sekitar 87% dari stroke adalah iskemik dan 13% merupakan stroke
hemoragik dengan 10% disebabkan karena perdarahan intraserebral dan 3% perdarahan
subarakhnoid (David, 2015). Di Amerika Serikat, biaya stroke per tahun sekitar 30 milyar
US$, 17 milyar US$ merupakan biaya langsung dari stroke itu sendiri dan 13 milyar US$
biaya tidak langsung sebagai konsekuensi berbagai hal seperti berkurang atau hilangnya
produktivitas kerja (Price dan Lorraine, 2005).

Pada tahun 2008 Depkes mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi,
hasilnya stroke merupakan penyakit tidak perkotaan sekitar 28,5% penderita stroke
meninggal dunia, selebihnya lumpuh sebagian atau bahkan lumpuh total dan sisanya 15%
dapat sembuh total (Wardhani dan Santi, 2014). Pada tahun 2030 kematian yang disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung dan stroke diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 23,3 juta kematian (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil Riskesdas
2007 dan 2013 terjadi kenaikan prevalensi penderita stroke dari 8,3 per 1.000 menjadi 12,1
per 1.000, sedangkan untuk Provinsi Jambi prevalensi penderita stroke berdasarkan Riskesdas
2013 adalah 5,3 per 1.000. Pada tahun yang sama, stroke menduduki posisi ketiga dari
sepuluh penyakit terbesar rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan jumlah
penderita sebanyak 444 orang (50,23% merupakan stroke iskemik dan 49,77% merupakan
stroke hemoragik). Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan yang telah
dilakukan di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi didapatkan jumlah penderita stroke
hemoragik (SH) rawat inap tahun 2015 sebanyak 127 orang.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui


karakteristik penderita stroke hemoragik (SH) rawat inap di RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi tahun 2015.

3
1.2 Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita stroke hemoragik (SH) rawat inap di RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita stroke hemoragik (SH) yang dirawat inap di
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami stroke hemoragik
(SH) rawat inap di RSUD Raden Mattaher
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami stroke hemoragik
(SH) rawat inap di RSUD Raden Mattaher
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami stroke
hemoragik (SH) rawat inap di RSUD Raden Mattaher
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami stroke
hemoragik (SH) rawat inap di RSUD Raden Mattaher
5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami stroke hemoragik (SH) rawat
inap di RSUD Raden Mattaher

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu pengetahuan tentang
asuhan keperawatan terutama pada klien yang mengalami stroke hemoragik (SH)
rawat inap di RSUD Raden Mattaher sehingga penulis dapat memperkaya ilmu
keperawatan secara umum.

1.4.1 Manfaat Praktis


1. Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini juga diharapkan dapat memberikan inspirasi perawat
untuk menggali ide-ide kritis dan upaya-upaya rasional yang mampu
dikembangkan sebagai intervensi untuk mengurangi gejala gangguan
integritas jaringan kulit
2. Bagi Rumah Sakit

4
Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
tentang karakteristik penderita stroke hemoragik (SH) yang dirawat inap
dalam upaya penyediaan fasilitas, pengobatan, dan perawatan penderita
stroke hemoragik.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh
selama masa perkuliahan. sumber informasi untuk peneliti lain yang erat
kaitannya dengan Stroke Hemoragik

Anda mungkin juga menyukai