Anda di halaman 1dari 14

MATERI DASAR ILMU TANAH

(Pengayaan Materi)

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Ilmu Tanah”

Oleh :

Qori Inar Rotul Ulya

19110024

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO
2020
DEFINISI TANAH, KIMIA TANAH DAN BIOLOGI TANAH

a. Definisi Tanah

1. Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolit (lapisan partikel halus).

2. Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)

Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo =i
gumpal tanah.

Tanah: adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan
bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.

3. Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)

Kata Edaphos = bahan tanah subur. Tanah adalah media tumbuh tanaman

Perbedaan Pedologis dan Edaphologis

1. Kajian Pedologis

Mengkaji tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau
berdasarkan Pengetahuan Alam Murni.

Kajian ini meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah,
Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu
Ukur Tanah.
2. Kajian Edaphologis

Mengkaji tanah berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman.

Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi,
Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.

Paduan antara Pedologis dan Edaphologis :

Meliputi kajian: Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Tata
Guna Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.

Definisi Tanah (Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-
obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.

b. Fungsi Tanah

1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran

2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)


3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon,
vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang
dapat meningkatkan kesediaan hara)

4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder
tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama &
penyakit tanaman.

c. Indikator tanah subur :

1.PH tanah tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa

2.KTA dan KTK nya tinggi sehingga tukar antar kation banyak dan tinggi

3.Memiliki kejenuhan basa nya tinggi

Dua Pemahaman Penting tentang Tanah :

1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman

2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama &
penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.

d. Profil Tanah

Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan
induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-
horison sbb: O –A – E – B - C – R. Horizon adalah lapisan yang terdiri horizon
O,A,B,C,R yang terjadi diferensiasi dan tidak semua lapisan ada horizon O
nya.Solum Tanah terdiri dari: O – A – E – B Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A
Lapisan Tanah Bawah : E – B

Keterangan:

O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil
dekomposisi serasah (Oa)

A : Horison mineral ber BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap

E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat
silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral
resisten lainnya tinggi, berwarna terang

B : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang


tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial).

C : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau
belum terjadi perubahan

R : Bahan Induk tanah

Kegunaan Profil Tanah

(1) untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O - A) dan
solum tanah (O – A – E – B)

(2) Kelengkapan atau differensiasi horison pada profil

(3) Warna Tanah

e. Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :

(1) Bahan Padatan berupa bahan mineral

(2) Bahan Padatan berupa bahan organik

(3) Air

(4) Udara

Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5%
bahan organik), 25% air dan 25% udara.

*Pedogenesis proses pembuatan tanah

Sebagai fungsi:

 Climit = Iklim (tropis)


 Biosfor = jasad hidup (seperti degredasi,huminifikasi)
 Bahan Induk = masam,basa
 Relief
 Time (Waktu)

*Solum (ketebalan tanah)

KIMIA TANAH

1. Koloid Tanah
Koloid tanah, adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi per satuan berat (massa)
tanah. Liat yang bersifat koloid berukuran lebih kecil dari 0,001 mm ( = 1
mikron). Koloid tanah terdiri atas koloid liat atau mineral, dan koloid organik
(humus).
Koloid liat mempunyai sifat dan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mudah berbentuk kristal
2. Mudah mengalami substitusi isomorfik
3. Umumnya bermuatan negatif
4. Sebagian kecil bermuatan positif
5. Menjerap air
6. Menjerap dan mempertukarkan kation
7. Mempunyai permukaan yang luas dan
8. Merupakan suatu garam yang bersifat masam.
Koloid organik (humus), tersusun dari C, H, dan O, bersifat amorf,
mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang lebih tinggi dari mineral liat,
dan lebih mudah dihancurkan dibanding dengan liat.

2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah, adalah kemampuan koloid tanah
menjerap dan mempertukarkan kation, atau banyaknya kation (dalam
miliequivalen) yang dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100
gram tanah). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia, yaitu
miliequivalen per 100 gram (me/100 g) Kemampuan atau daya jerap unsur hara
dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang
terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba) atau ammonium (NH4 +) yang
tersuling, akan sama banyak dengan jumlah unsur hara yang ditukar pada koloid
tanah.
KTK terdiri dari:
 H+
 AL 3+
 K+
 NH4+
 CA2+
 MG2+
 FE3+
 FE2+

Faktor-faktor yang mempengaruhi KTK adalah:


1. Reaksi tanah, atau pH
2. Tekstur tanah atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik
5. Pengapuran dan pemupukan.
Pertukaran kation merupakan reaksi yang umum terjadi dan merupakan salah satu
reaksi yang terpenting dalam tanah.
Pertukaran ion Ca dengan H berlangsung secara equivalen. Apabila terjadi
penurunan ion H atau terjadi penambahan ion Ca (misalnya pengapuran), maka
reaksi akan beralih ke kiri. Sebaliknya, jika H bertambah atau ion Ca berkurang
maka reaksi beralih ke kanan. Besarnya KTK dinyatakan dengan satuan
miliequivalen (me). Satu me = satu milligram hidrogen, atau sejumlah ion lain
yang dapat berkombinasi atau menggantikan ion hidrogen. Bila suatu tanah
mempunyai KTK 1 miliequivalen tiap 100 gram (1 me/100 g), berarti tanah
tersebut dapat menjerap H 1 mg/100 g, jumlah ini sama dengan 10 ppm.
Berasumsi bahwa bobot tanah 1 hektar adalah 2 x 106 kg, maka tanah ini akan
menjerap ion H sebanyak 20 kg/ha. Contoh lain, yaitu unsur Ca mempunyai bobot
atom 40, sedang H = 1. Tiap ion Ca2+ mempunyai 2 muatan dan equivalen
dengan 2 ion H+. Dengan demikian, untuk menggantikan 1 mg H diperlukan 40/2
= 20 mg Ca. Bila suatu tanah sanggup menjerap 400 mg Ca/100 g, maka KTK
tanah tersebut adalah 400/20 atau 20 me/100 g.

Tabel Kapasitas Tukar Kation (KTK) Koloid Tanah


Koloid KTK me 100 g
Bahan Organik 100-300
Vermikulit 100-300
Montmorllonit 60-100
Chlorit 20-40
Lllit 20-40
Kaolinit 2-16
Sesquioksida 0

Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat,
kandungan bahan organik serta pH tanah.

3. Kejenuhan Basa (KB)


Kation-kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah, dapat
dibedakan menjadi kation-kation basa dan kation-kation masam. Kation-kation
basa, di antaranya adalah: Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+, sedang kation-kation
amsam adalah H+ dan Al3+. Persen kejenuhan basa (KB) suatu tanah, adalah
perbandingan antara jumlah me kation basa dengan me kapasitas tukar kation
(KTK) % KB= Jumlah kation-kation basa x 100%
Jumlah kation basa + kation masam Atau % KB= Jumlah kation-kation basa x
100%
Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka persen KB suatu tanah dapat dihitung.
Bila suatu tanah mempunyai persen KB = 40, berarti 40/100 atau 2/5 bagian dari
seluruh KTK ditempati oleh KB (Ca, Mg, K, dan Na). Kation Al3+ dan H+
merupakan kation lain yang dominan terjerap, sedang kation lain kurang berarti.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa pada tanah yang ber-KB 40% tadi, 60%
adalah Al3+ dan H+, sehingga pH rendah. Kation-kation basa, umumnya
merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Basa-basa umumnya mudah
tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah
tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah subur.
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah. Pada pH tanah rendah
umumnya mempunyai KB rendah, sedang tanah-tanah dengan pH tinggi
mempunyai KB yang tinggi pula. Tanah- tanah dengan KB rendah, berarti
kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation masam, yaitu Al3+ dan
H+. Apabila jumlah kation masam terlalu banyak, terutama Al3+, dapat
merupakan racun bagi tanaman. Keadaan seperti ini terdapat pula pada tanah-
tanah masam. KB suatu tanah juga sangat dipengaruhi oleh iklim (curah hujan).
Pada tanah yang beriklim kering, KB lebih besar daripada tanah beriklim basah.

SIFAT BIOLOGI TANAH

1. Jazad Hidup Tanah


Dipandang dari sudut tanaman, ada dua kelompok besar jazad hidup (organisme)
tanah, yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Kelompok yang
menguntungkan meliputi seluruh organisme yang melakukan pelapukan organik,
perubahan ke anorganik, dan penambatan nitrogen. Sedangkan kelompok yang
merugikan, adalah yang melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok
dan/atau menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit. Peranan utama
organisme tanah adalah untuk mengubah bahan organik, baik segar maupun
setengah segar atau sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk senyawa lain yang
bermanfaat bagi kesuburan tanah. Sebagian besar proses perombakan bahan
organik dilakukan oleh mikroflora.
Secara umum, aktifitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain:
a. Iklim (curah hujan, suhu, dan lain-lain)
b. Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara, dan lain-lain)
c. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dan lain-lain)

2. Bahan Organik Tanah


Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah,
baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah. Bahan organik, adalah bahan
pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari KTK berasal
dari bahan organik. Ia merupakan hara tanaman, juga sebagai sumber energi dari
sebagian besar organisme tanah. Sumber primer bahan organik, adalah jaringan
tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman
ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta di
inkorporasikan dengan tanah. Sumber sekunder bahan organik tanah adalah
binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan oirganik
tanaman. Setelah itu barulah binatang menyumbangkan bahan organiknya.
Berbeda sumber bahan organik tanah tersebut, akan berbeda pula pengaruh yang
disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau
susunan dari bahan organik tersebut. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan
akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya, jaringan binatang
lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar
tersusun dari air yang beragam dari 60 – 90%, dan rata-rata 75%, Bagian padatan
sekitar 25%. Air dan CO2 merupakan senyawa sederhana yang mudah dihasilkan
melalui dekomposisi bahan organik. Senyawa yang terbentuk bila tidak digunakan
oleh tumbuhan atau jazad tanah, maka ia akan hilang. Peranan bahan organik ada
yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi
tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. Pengaruh langsung bahan organik
sebetulnya dapat diabaikan sekiranya kemudian tidak ditemukan bahwa beberapa
zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dan dapat merangsang
pertumbuhan tanaman.

Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah, antara lain:


a. Kemampuan menahan air meningkat
b. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam
c. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.

Pengaruh bahan organik pada kimia tanah, di antaranya adalah:


1. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation
2. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat
3. Unsur N, P, dan S, diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali
4. Pelarutan jumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus

Pengaruh bahan organik pada biologi tanah, adalah:


a. Jumlah dan aktifitas metabolik organisme tanah meningkat; dan
b. Kegiatan jazad mikro dalam membantu dekomposisi bahan
organik juga meningkat.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan perombakan bahan organik,
antara lain: aerasi, kelembaban, suhu, ketersediaan unsur hara untuk
pertumbuhan jazad mikro, susunan residu, dan nisbah C/N.

3. Humus
Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat,
amorfus, bersifat koloidal, dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang
telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jazad mikro.
Komposisi humus, adalah sebagai berikut:
a. Lignin berikatan dengan N
b. Minyak, lemak, dan resin
c. Uronida dan karbon uronida
d. Polisakarida berikatan (amino-polisakarida)
e. Protein dan liat
Sifat humus sebetulnya juga cukup kompleks sesuai dengan bahan
penyusunnya.
Namun, secara umum sifat dan cirri humus, antara lain:
a. Bersifat koloidal seperti liat, tetapi amorfus
b. Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat
c. Kapasitas tukar kation (KTK) 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100
me/100 g
d. Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%
e. Daya kohesi dan plastisitasnya rendah, sehingga mengurangi sifat
lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah
f. Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang
didampingi oleh C, H, O, N, S, P, dan unsur lainnya
g. Muatan negatif berasal dari gugus –COOH dan OH yang tersembul
di pinggiran di mana ion H dapat digantikan oleh kation lain
h. Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia, seperti: Ca, Mg,
dan K
i. Merupakan sumber energi jazad mikro
j. Memberikan warna gelap pada tanah

4. Bakteri menguntungkan dan merugikan


Bakteri menguntungkan :
-Rizhobium
-Nitrozomuna
-Nitrosida
-Mycorhyza
Bakteri merugikan :
-Deritrifier
-Fungi
-Actinomonycetes

Nitrifikasi
NH4+ ----------- > NO3-
(Amonium) < ---------- (nitrat)

C/N -Ratio tinggi  lambat


-Ratio rendah  cepat

Anda mungkin juga menyukai