Model pembelajaran langsung dikembangkan dari teori pembelajaran behavioristik. Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Oleh karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Sebelum siswa beraktivitas, mereka harus menguasai terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan merangkum isi materi bacaan. Sebelum siswa berpikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika. Dalam model pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian, keterampilan dan kreativitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai peserta didik. Memang dalam model pembelajaran ini peran guru lebih menonjol daripada peran siswa. Adapun kelebihan model pembelajaran langsung antara lain sebagai berikut. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan focus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. Sementara itu, keterbatasan model pembelajaran langsung antara lain sebagai berikut. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
B. Model Quantum Teaching dan Learning
Quantum Teaching menurut Bobby De Porter adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan bahwa pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Adapun tujuan Quantum Teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Quantum Teaching diturunkan dari Quantum Learning. a. Prinsip Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut. 1. Segala berbicara. 2. Segala dari lingkungan kelas hingga Bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. 3. Segalanya bertujuan 4. Pengalaman sebelum pemberian nama. 5. Akui setiap usaha. 6. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Aplikasi Quantum Teaching dapat dinamakan TANDUR. Aplikasi TANDUR sangat jelas manfaatnya ketika diterapkan dalam kelas yang memiliki siswa dengan tingkat antusiasme beljar yang rendah. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tmbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. b. Model Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi. 1) Tahap Pertama (konteks) Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebgai berikut. a) Suasana b) Landasan c) Lingkungan d) Rancangan 2) Tahap Kedua (Isi) Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang meliputi hal-hal berikut. a) Presentasi b) Fasilitas c) Keterampilan Belajar d) Keterampilan Hidup C. Model Pembelajaran RME Realistic Mathematics Education (RME) adalah kepanjangan dari RME atau pendidikan matematika realistis adalah suatu teori tentang pembelajaran matematika yang salah satu pendekatan pembelajarannya menggunakan konteks dunia nyata. RME pertama kali dikenalkan oleh matematikawan dari Freudenthal Institute di Utrecht University Belanda sejak lebih tiga puluh tahun yang lalu, tepatnya pada 1973. Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Freudenthal berusaha mengajarkan matematika secara bermakna yang dicirikan oleh hal-hal berikut. a. Mengajarkan matematika secara lebih menarik, relavan dengan lingkungan siswa, sedikit formal, dan tidak terlalu abstrak. b. Menekankan belajar dari pengalaman siswa sendiri, bukan berdasar pengelaman gurunya. c. Memperkenalkan asas kemampuan siswa. d. Banyak ditekankan pada penyelesaian masalah yang tidak rutin dan mungkin jawabannya tidak tunggal. RME mulai diperkenalkan kali pertama di Indonesia oleh Prof. Dr. Jan De Lange melalui acara Seminar dan Lokakarya Jurusan Matematika ITB pada April 1998. Setiap satu kali dalam dua tahun di Indonesia diadakan Konferensi Matematika Nasional yang merupakan ajang pertemuan matematika di seluruh Indonesia bahkan dari mancanegara untuk saling bertukar informasi dan pemikiran atas kegiatan matematika pada peserta dan membahas berbagai permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan matematika. D. Tipe Model Pembelajaran Alternatif Lainnya Terdapat beberapa tipe model pembelajaran yang berpijak dari pendekatan Student Centered dibawah ini. 1. Poster Comment Tipe model ini bertujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan kreativitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan gambar atau poster. Perlengkapan: a. Sebuah poster atau sejumlah kelompok b. Poster-poster tersebut sesuai dengan topik yang akan di bahas c. Isolasi atau lakban plastik 2. Information Search (Mencari Informasi) Tipe model ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton, dan membosankan. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah, dan sebagainya. 3. The Power Of Two (Kekuatan Berdua) Tipe model ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “Berpikir berdualebih baik daripada berpikir sendiri”. 4. Card Sort (Mensortir Kartu) Tipe model ini mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif (kerja sama). Tipe model ini bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau mereview materi yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya. 5. Index Card Match Tipe model ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. 6. Billboard Ranking Banyak materi belajar tidak mencakup isi yang berupa pernyataan yang benar atau salah. Misalnya, pembahasan tentang hikmah-hikmah shalat, haji, atau zakat. Uraian tentang hal ini sanagat terbuka bagi siapa pun untuk menambah atau menguranginya dengan memberikan argumentasi yang tepat. 7. Every One is a Teacher Here Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban individu. Metode ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”. 8. Debat Aktif Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan perenngan, terutama jika siswa diharap kanmampu membela pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Tipe model ini diharapkan bisa menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang lain yang berbeda. Dengan demikian, dalam realita kehidupan, siswa tidak cenderung untuk menjadikan perbedaan-perbedaan sebagai sumber konflik. Tipe model ini dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa dibagi ke dalam dua kelompok pro dan kontra. Kemudia, setiap anggota kelompok diminta untuk menyiapkan argument untuk membela dan mempertahankan pendapat kelompok. 9. Critical Incident Tipe model ini digunakan untuk memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Critical Incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan tipe model ini bertujuan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka. 10. Team Quiz Tipe model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. 11. Snowballing (bola salju 1-2-4-8-16- dst) Tipe model ini diawali dengan melalakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam orang, dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas. 12. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil) Tipe model ini dimaksudkan unuk membangun kerja sama individu dalam kelompok, kemampuan analitis, dan kepekaan sosial, serta tanggung jawab individu dalam kelompok. 13. Call On The Next Speaker ( Memanggil Pembicara Berikutnya) Tipe model ini merupakan teknik mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberi kesempatan bagi setaip siswa untuk menyampaikan pendapatnya sesaui dengan hasil diskusi sebelumnya. 14. Poster Session Tipe model presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundnag pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang sedang didiskusikan dalam sebuah lingkungan yang tidak menakutkan. 15. Concept Map (Peta Konsep) Tipe model ini dilakukan dengan cara meminta siswa membuat suatu gambar atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai dengan garis panah dan disetiap garis panah ditulis label yang membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep tersebut. Tujuan dari tipe model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan kesimpulan-kesimpulan, kemampuan mensintesis dan mengintegrasikan informasi menjadi satu, serta mengembangkan kemampuan berpikir holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian. 16. Mind Mapping Mind Map (Peta Pikiran) dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas, atau informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linear, Mind Map pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien.