Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF ALTERNATIF

A. Model Pembelajaran Langsung


Model pembelajaran langsung dikembangkan dari teori pembelajaran
behavioristik. Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang
sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran
langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang
akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Oleh karena dalam
pembelajaran peran guru sangat dominan, guru dituntut agar dapat menjadi
seorang model yang menarik bagi siswa. Sebelum siswa beraktivitas, mereka
harus menguasai terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan. Sebelum siswa berpikir secara kritis, mereka perlu
menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika.
Dalam model pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian,
keterampilan dan kreativitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai
peserta didik. Memang dalam model pembelajaran ini peran guru lebih menonjol
daripada peran siswa.
Adapun kelebihan model pembelajaran langsung antara lain sebagai berikut.
 Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
 Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
 Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan focus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
Sementara itu, keterbatasan model pembelajaran langsung antara lain sebagai
berikut.
 Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan
membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua
yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung
jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
 Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu
arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman
siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.

B. Model Quantum Teaching dan Learning


Quantum Teaching menurut Bobby De Porter adalah konsep yang
menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat
pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata
pelajaran yang diajarkan.
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita,
dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan bahwa
pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Adapun tujuan
Quantum Teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan
berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Quantum
Teaching diturunkan dari Quantum Learning.
a. Prinsip
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut.
1. Segala berbicara.
2. Segala dari lingkungan kelas hingga Bahasa tubuh, dari kertas yang
dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang
belajar.
3. Segalanya bertujuan
4. Pengalaman sebelum pemberian nama.
5. Akui setiap usaha.
6. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Aplikasi Quantum Teaching dapat dinamakan TANDUR. Aplikasi TANDUR
sangat jelas manfaatnya ketika diterapkan dalam kelas yang memiliki siswa
dengan tingkat antusiasme beljar yang rendah. TANDUR ditujukan untuk
meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi
dapat berjalan dengan baik. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase
pengajaran yang meliputi Tmbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan.
b. Model
Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama
disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.
1) Tahap Pertama (konteks)
Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya
interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang
harus dipersiapkan sebgai berikut.
a) Suasana
b) Landasan
c) Lingkungan
d) Rancangan
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang
meliputi hal-hal berikut.
a) Presentasi
b) Fasilitas
c) Keterampilan Belajar
d) Keterampilan Hidup
C. Model Pembelajaran RME
Realistic Mathematics Education (RME) adalah kepanjangan dari RME atau
pendidikan matematika realistis adalah suatu teori tentang pembelajaran
matematika yang salah satu pendekatan pembelajarannya menggunakan konteks
dunia nyata. RME pertama kali dikenalkan oleh matematikawan dari Freudenthal
Institute di Utrecht University Belanda sejak lebih tiga puluh tahun yang lalu,
tepatnya pada 1973. Model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Freudenthal
berusaha mengajarkan matematika secara bermakna yang dicirikan oleh hal-hal
berikut.
a. Mengajarkan matematika secara lebih menarik, relavan dengan lingkungan
siswa, sedikit formal, dan tidak terlalu abstrak.
b. Menekankan belajar dari pengalaman siswa sendiri, bukan berdasar
pengelaman gurunya.
c. Memperkenalkan asas kemampuan siswa.
d. Banyak ditekankan pada penyelesaian masalah yang tidak rutin dan
mungkin jawabannya tidak tunggal.
RME mulai diperkenalkan kali pertama di Indonesia oleh Prof. Dr. Jan De
Lange melalui acara Seminar dan Lokakarya Jurusan Matematika ITB pada April
1998. Setiap satu kali dalam dua tahun di Indonesia diadakan Konferensi
Matematika Nasional yang merupakan ajang pertemuan matematika di seluruh
Indonesia bahkan dari mancanegara untuk saling bertukar informasi dan
pemikiran atas kegiatan matematika pada peserta dan membahas berbagai
permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan matematika.
D. Tipe Model Pembelajaran Alternatif Lainnya
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran yang berpijak dari pendekatan
Student Centered dibawah ini.
1. Poster Comment
Tipe model ini bertujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan kreativitas
dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam metode
ini, siswa didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan gambar
atau poster.
Perlengkapan:
a. Sebuah poster atau sejumlah kelompok
b. Poster-poster tersebut sesuai dengan topik yang akan di bahas
c. Isolasi atau lakban plastik
2. Information Search (Mencari Informasi)
Tipe model ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton, dan
membosankan. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah,
dan sebagainya.
3. The Power Of Two (Kekuatan Berdua)
Tipe model ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan
terhadap pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “Berpikir
berdualebih baik daripada berpikir sendiri”.
4. Card Sort (Mensortir Kartu)
Tipe model ini mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif (kerja sama). Tipe model ini bisa digunakan untuk mengajarkan
konsep, karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau mereview materi
yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya.
5. Index Card Match
Tipe model ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa
saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
6. Billboard Ranking
Banyak materi belajar tidak mencakup isi yang berupa pernyataan yang benar
atau salah. Misalnya, pembahasan tentang hikmah-hikmah shalat, haji, atau zakat.
Uraian tentang hal ini sanagat terbuka bagi siapa pun untuk menambah atau
menguranginya dengan memberikan argumentasi yang tepat.
7. Every One is a Teacher Here
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggung jawaban individu. Metode ini memberi kesempatan bagi setiap siswa
untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”.
8. Debat Aktif
Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan
perenngan, terutama jika siswa diharap kanmampu membela pendapat yang
bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Tipe model ini diharapkan bisa
menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang lain yang berbeda.
Dengan demikian, dalam realita kehidupan, siswa tidak cenderung untuk
menjadikan perbedaan-perbedaan sebagai sumber konflik. Tipe model ini dapat
mengaktifkan seluruh kelas karena siswa dibagi ke dalam dua kelompok pro dan
kontra. Kemudia, setiap anggota kelompok diminta untuk menyiapkan argument
untuk membela dan mempertahankan pendapat kelompok.
9. Critical Incident
Tipe model ini digunakan untuk memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Critical
Incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas
dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan tipe model ini bertujuan untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka.
10. Team Quiz
Tipe model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab
siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan.
11. Snowballing (bola salju 1-2-4-8-16- dst)
Tipe model ini diawali dengan melalakukan aktivitas baik itu kegiatan
mengamati maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan
perorangan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri
dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam orang, dan
seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas.
12. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Tipe model ini dimaksudkan unuk membangun kerja sama individu dalam
kelompok, kemampuan analitis, dan kepekaan sosial, serta tanggung jawab
individu dalam kelompok.
13. Call On The Next Speaker ( Memanggil Pembicara Berikutnya)
Tipe model ini merupakan teknik mudah untuk mendapatkan partisipasi
seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu. Strategi ini memberi kesempatan
bagi setaip siswa untuk menyampaikan pendapatnya sesaui dengan hasil diskusi
sebelumnya.
14. Poster Session
Tipe model presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk
menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi
mereka, dan mengundnag pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga
merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik
mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang
sedang didiskusikan dalam sebuah lingkungan yang tidak menakutkan.
15. Concept Map (Peta Konsep)
Tipe model ini dilakukan dengan cara meminta siswa membuat suatu gambar
atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang
ditandai dengan garis panah dan disetiap garis panah ditulis label yang
membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep tersebut.
Tujuan dari tipe model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan
menggambarkan kesimpulan-kesimpulan, kemampuan mensintesis dan
mengintegrasikan informasi menjadi satu, serta mengembangkan kemampuan
berpikir holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian.
16. Mind Mapping
Mind Map (Peta Pikiran) dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas, atau informasi lainnya
dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linear, Mind Map pada umumnya
menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata
kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga informasi dapat dipelajari dan diingat
secara cepat dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai