Anda di halaman 1dari 22

Makalah Askeb Nifas dan Menyusui

Perubahan Fisiologis Ibu pada Masa Nifas

Oleh :

Olifiana Putri Halim

194210373

2A

Dibimbing oleh :

Hasrah Murni, S.SiT, M.Biomed

Prodi DIII Kebidanan Bukittinggi

Poltekkes Kemenkes RI Padang

2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan


kenikmatan, serta rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Sehingga dalam penyusunan Makalah “ Perubahan Fisiologis pada
Masa Nifas“ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan
apapun, yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan
kehamilan. Tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada
ALLAH SWT Wa azza wajallah, yang telah memberikan karunianya
kepada kita Nabi Muhammad SAW serta keluarga, yang kita tunggu –
tunggu syafaatnya Terima kasih atas dukungan dan doanya selalu
semoga Allah selalu melindungi kita semua dalam kondisi apapun.
dan sahabatnya

Dalam penyusunan makalah ini sesungguhnya juga masih jauh


dari pada sempurna. Maka kepeda para pembaca diperkenankan
memberikan kritik dan saran kepada Penyusun, sekiranya itu untuk
membangun dan perbaikan pembuatan makalah ini, terima kasih.

Bukittinggi , 06 Agustus 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................2

1.3 Tujuan Masalah............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................2

2.1 Perubahan sistem Genetalia.........................................................3

2.2 Sistem Pencernaan......................................................................7

2.3 Sistem Perkemihan.......................................................................8

2.4 Perubahan Sistem Muskuluskeletal...........................................12

2.5 Perubahan Sistem Endokrin.......................................................14

2.6 Perubahan Sistem Hematologi...................................................15

2.7 Perubahan Sistem Kardioveskuler.............................................16

2.8 Perubahan Tanda-tanda Vital.....................................................17

BAB III PENUTUP.............................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................19

3.1 Saran...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang
lazim disebut puerpurium. Masa nifas (puerpurium) ada waktu yang
dimulai setelah placenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan
tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)
dalam  waktu kurang lebih 3 bulan.
          Dimulai dengan kehamilan, persalinan dan dilanjutkan dengan
masa nifas merupakan  masa yang kritis bagi ibu dan bayinya.
Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas.
Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan
kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam  24 jam pertama.
          Untuk  itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam  masa
nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk  menjaga kesehatan
ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan
infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan
kesehatan pada ibu dan bayi.
          Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas tidak hanya terjadi secara fisik
saja, melainkan juga psikologis atau kejiwaan. Sehingga, pemberian
edukasi tentang informasi yang berkaitan dengan masa nifas sangat
perlu diberikan pada ibu dalam  masa nifas. Setiap masa nifas dapat
berkembang menjadi masalah atau komplikasi.

1
          Oleh karena  itu, pelayanan/asuhan merupakan cara penting
untuk  memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan
mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan
dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat
dan bayinyapun sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perubahan sistem genetalia ?

2. Bagaimana perubahan sistem pencernaan ?

3. Bagaimana perubahan perkemihan ?

4. Bagaimana perubahan musculoskeletal ?

5. Bagaimana perubahan endokrin ?

6. Bagaimana perubahan hematologi ?

7. Bagaimana perubahan sistem kardioveskuler ?

8. Bagaimana perubahan respiratorius ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui perubahan sistem genetalia ?

2. Untuk mengetahui perubahan sistem pencernaan ?

3. Untuk mengetahui perubahan perkemihan ?

4. Untuk mengetahui perubahan musculoskeletal ?

5. Untuk mengetahui perubahan endokrin ?

6. Untuk mengetahui perubahan hematologi ?

2
7. Untuk mengetahui perubahan sistem kardioveskuler ?

8. Untuk mengetahui perubahan respiratorius ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan sistem Genetalia


Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. perubahan
keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi.

1. Uterus

Setelah lahirnya plasenta, uterus yang berkontraksi posisi


fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan
simfisis atau sedikit lebih tinggi.hari kurang lebih sama dan kemudian
mengerut sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam
rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.

Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh


oleh pemberian sejumlah preparat metergin.

Tabel II.2. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut Masa
Involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat 1.000 gram


1 Minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 Minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram
6 Minggu Normal 50 gram

3
8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram

2. Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah
kira-kira 240-270 ml Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang
terdapat pada wanita pada masa nifas:

1) Lokia Rubra (cruenta)

Lokia rubra ini berwarna merah karena berisi darah segar


dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo dan mekonium. Lokia ini akan keluar selama 2-4 hari
postpartum.

2) Lokia Sanguinolenta

Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah


dan lendir yang keluar pada hari ke-4 sampai ke-7 pasca
persalinan.

3) Lokia Serosa

Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra.


Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari
ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan. Lokia serosa
mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit
dan eritrosit.

4
4) Lokia Alba

Dimulai dari hari ke-14/ 2-6 minggu. Bentuknya seperti


cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dari sel-
sel desidua, leukosit, selaput lender cervik.

Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah


berbau busuk.

Lochiostasis: lokia keluar tidal lancar.

Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi.


Bau lokia tersebut lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga
akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus
cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya
infeks. Jumlah lokia yang sedikit pada saat ia berbaring dan
jumlahnya meningkat pada saat ia berdiri.

3. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,


degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Hari 1 tebal endometrium 2,5 mm, permukaan yang kasar akibat


pelepasan desidua dan selaput janin.

Setelah 3 hari mulai rata sehingga tidak ada pembentukan jaringan


parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha. S, 2009:56-57).

5
4. Serviks

Segera setelah berakhirnya kala II, servik menganga seperti


corong merah kehitaman, serviks menjadi sangat lembek, kendur dan
terkulai..

Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan


sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum

Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari, 7 hari hanya dapat dilalui 1 hari. (Saleha. S, 2009:57).

5. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium


merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-
angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen
tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil yang dalam proses
pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara (Saleha. S, 2009:57).

6. Payudara (Mamae)

Proses menyusui mempunyai dua mekanisme yaitu produksi


susu dan sekresi (let down). Selama sembilan bulan kehamilan,
jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.

6
Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah sehingga
timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi (Saleha. S, 2009:58).

2.2 Sistem Pencernaan


Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Pada ibu nifas terutama yang
partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus yaitu adanya
obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya
adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama
sehingga usus serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut
BAB karena ada luka jahitan perineum.Makanan harus bermutu,
bergizi dan cukup kalori.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem


pencernaan, antara lain:

1. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga


diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

2. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna


menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.

7
3. Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini


disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan
lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk
kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara
lain:

1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.

2) Pemberian cairan yang cukup.

3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.

4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

5) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian


huknah atau obat yang lain.

2.3 Sistem Perkemihan


Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama
kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat. Diuresis yang
normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah
persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml per
harinya.

Beberapa alasan mengapa fungsi kandung kemih menjadi kerja keras


pasca persalinan, antara lain :

8
1. Kapasitas menahan kandung kemih meningkat karena tiba-
tiba kandung kemih punya banyak ruang untuk mengembang,
sehingga kebutuhan untuk berkemih menjadi jarang.

2. Kandung kemih mungkin mengalami trauma atau memar


selama proses persalinan karena tekanan yang ditimbulkan oleh fetus
dan menjadi lumpuh sementara.

3. Obat/anestesi bisa mengurangi kepekaan kandung kemih


atau kewaspadaan ibu memahami sinyal tersebut.

4. Sensitivitas daerah yang mengalami episolotomi bisa


menimbulkan rasa terbakar atau nyeri saat berkemih.

5. Faktor psikologis

Pengosongan kandung kemih sangat penting untuk menghindari


infeksi saluran kencing.hilangnya kekencangan otot di kandung kemih
karena terlalu tegang (kandung kemih yang terlalu penuh) bisa
menghalangi turunnya rahim dengan baik. Miksi disebut normal bila
dapat buang air kecil spontan 3-4 jam. Ibu diusahakan mampu buang
air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakan dengan :

1) Pastikan ibu mendapat banyak cairan

2) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien

3) Kompres air hangat di atas simfisis

4) Sambil sik bath, ibu disuruh kencing

Bila hal tersebut tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi. Hal


ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan resiko saluran

9
kencing tinggi. Oleh sebab itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum
lewat 6-8 jam postpartum.

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai adanya infeksi saluran kencing


adalah:

a. Setelah 24 jam postpartum, berkemih masih sulit

b. Jumlah urin yang keluar sedikit dalam beberapa hari


berikutnya

c. Rasa nyeri dan/atau terbakar saat berkemih terus berlanjut


bahkan setelah sensifitas episiotomi atau perbaikan luka koyak
sudah berkurang.

d. Frekuensi dan keinginan untuk kencing yang hanya


sedikit.

e. Demam sekitar 38°C – 41°C

f. Sakit pinggang ringan pada satu atau kedua sisi.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk menanganinya adalah:

a) Ibu meperoleh minum atau cairan extra lebih banyak.

b) Untuk mengurangi rasa nyeri/terbakar, ibu dapat dianjurkan


buang air kecil dengan cara berdiri.

c) Jika infeksi sudah dipastikan, rujuk, dokter akan


memberikan perawatan antibiotik khusus untuk organisme
penyebab infeksi.

10
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol
darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Menurut S. Saleha (2009:60), selama proses kehamilan dan


persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada
hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.

1. Oksitosin

Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan


dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.

2. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan perangsangan


kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Pada
wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi. Pada
wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan.

3. Estrogen dan Progesteron

Jumlah hormone estrogen secara alami akan menurun kadarnya


dikarenakan proses laktasi. Di samping itu, progesteron

11
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah.

2.4 Perubahan Sistem Muskuluskeletal


Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi
ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas
sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8
setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain
kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami
perubahan setelah melahirkan.

a. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang


begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-
kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya
terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.

b. Kulit abdomen

Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak


melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-

12
otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam
beberapa minggu.

c. Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna


melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum
memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum,
aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama
tonus otot kembali normal.

d. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang


meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

e.simpisis pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini


merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang
penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai
oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan.
Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah

13
beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda.

Masa nifas ( puerpurium ) adalah masa pulih kembali, mulai


dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti
pra hamil. Lama masa nifas iniyaitu 6 – 8 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan.

2.5 Perubahan Sistem Endokrin


1. Hormon plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang


besar. pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta
menurun dengan cepat setelah persalinan.

Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL), estrogen


dan progesterone serta plasental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara
bermakna pada nifas. Ibu diabetik biasanya membutuhkan insulin
dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari. Karena
perubahan hormonal normal ini membuat masa nifas menjadi suatu
periode transisi untuk metabolisme karbohidrat, interpretasi tes
toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat


dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum
dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

2. Hormon Pituitary

14
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.

3. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang


(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan
plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan
kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah pendarahan.

Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi


merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali
ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

4. Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan


mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya
kadar estrogen dan progestron. Di antara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.

Di antara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6


minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk
wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita
yang tidak laktasi 50% siklus pertama an ovulasi.

15
2.6 Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasama serta faktor-faktor pembentukan darah meningkat . pada
hari pertama postpartum, kadar fibrionogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi
sampai 25000 atau 3000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit
dan erytrosyt akan sangat bervarisai pada awal-awal masa postpartum
sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume
darah yang beruibah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh
status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan
masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200 - 500 ml.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan


diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada
hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu
postpartum.

2.7 Perubahan Sistem Kardioveskuler


Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400
cc. bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat
dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemoknentrasi
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume


darah ibu relative akan bertambah. Keaadaan ini akan menimbulakan

16
beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensi kodis pada
penderita vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada
hari ke tiga sampai lima hari post partum.

2.8 Perubahan Tanda-tanda Vital


1. Suhu badan

24 jam post partum suhu tubuh akan naik sedikit (37,50C-


380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan
ASI, buh dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau system lain. Kita
anggap nifas terganggu kalau ada denam lebih dari 380C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum, kecuali hari
pertama dan suhu harus di ambil sekurang-kurangannya 4x sehari.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.


Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap
denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal da hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.

Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi


nifas(puerperal braycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran

17
dan biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.
Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-
50 detak per menit. Sudah banyak alas an-alasan yang diberikan
sebagai kemungkinan penyebab, terapi belum satupun yang sudah
terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi
adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.

3. Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan


rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi
postpartum.

4. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu


dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan menikutinya kecuali ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Awal dari postpartum, ibu mengalami banyak perubahan yang
pada dasarnya merupakan proses fisiologis. Pada sistem pencernaan,
awalnya ibu akan mengalami konstipasi yang berlanjut 2-3 hari.
Pemenuhan nutrisi ibu bertambah dari masa kehamilan, yang penting
untuk pemulihan dan produksi ASI.

Pada sistem perkemihan, tetap dipastikan kandung kemih dalam


keadaan kosong untuk mencegah terjadinya infeksi. Diupayakan ibu
dapat berkemih sendiri di kamar mandi ataupun menggunakan pispot.

3.1 Saran
Dianjurkan kepada ibu untuk tidak terlalu cemas dan takut
akibat dari persalinan yang menimbulkan banyak perubahan dan
penyesuaian baru dalam tubuh ibu. Dukungan keluarga sangat penting
untuk memotivasi, mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya
depresi pada ibu.

19

Anda mungkin juga menyukai