Anda di halaman 1dari 6

Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Deklarasi Millenium yang telah


PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA ditandatangani oleh beberapa pemimpin
PIJAT OKSITOSIN DAN PIJAT negara termasuk Indonesia pada tahun
PAYUDARA TERHADAP INVOLUSI UTERI 2000 telah menghasilkan sebuah komitmen
PADA IBU POST PARTUM DI BPM KOTA untuk mempercepat pembangunan yang
PEMATANGSIANTAR diterjemahan menjadi beberapa tujuan dan
TAHUN 2015 target yang dikenal sebagai Millenium
Development Goals (MDG’s). Beberapa
Safrina tujuan dalam MDG’s diantaranya
(Prodi Kebidanan Pematangsiantar, kemiskinan, pendidikan, kesehtan dan
Poltekkes Kemenkes Medan) perlindungan, diharapkan dapat tercapai
Renny Sinaga pada tahun 2015. (BAPPENAS dan UNDP,
(Prodi Kebidanan Pematangsiantar, 2008).
Poltekkes Kemenkes Medan) Tujuan MDG’s yang merupakan salah
Yusliana Nainggolan satu indikator utama keberhasilan
(Prodi Kebidanan Pematangsiantar, pembangunan kesehatan adalah
Poltekkes Kemenkes Medan) peningkatan kesehatan ibu. Namun
kenyataannya target-target yang ditetapkan
dalam program tersebut masih belum dapat
ABSTRAK dicapai meskipun telah memasuki tahun
terakhir. Program yang memuat salah satu
Pendahuluan: Pencegahan perdarahan post tujuan pembangunan millennium yaitu
partum dapat dilakukan semenjak persalinan pemberdayaan perempuan, kesetaraan
kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin. gender dan perbaikan kesehatan maternal
Hormon oksitosin ini sangat berperan dalam memprioritaskan upaya kesehatan maternal
proses involusi uterus. Proses involusi akan yang dilakukan secara sistematik dengan
berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus tujuan mengurangi resiko kematian,
kuat sehingga harus dilakukan tindakan menjamin reproduksi sehat dan
untuk memperbaiki kontraksi uterus. Metode: meningkatkan kualitas hidup ibu,kaum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perempuan dengan tolok ukur keberhasilan
perbedaan efektivitas antara pijat oksitosin program digunakan indikator Angka
dan Pijat payudara terhadap involusi uteri Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
pada ibu post partum di BPM Kota Bayi (AKB) (Adriaansz, 2006).
Pematangsiantar. Penelitian ini merupakan Menurut WHO (World Health
jenis penelitian quasi eksperimen dengan Organization), diseluruh dunia setiap menit
rancangan Post Test Only Design With seorang wanita meninggal karena komplikasi
Control Group. Hasil: Proses involusi uterus yang terkait dengan kehamilan dan
pada subyek tidak berlangsung sama persalinan. Diperkirakan, 1.400 wanita
(homogen) hal ini sangat mungkin terjadi meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
karena pada dasarnya proses involusi itu setiap tahun (Riswandi, 2005). AKI Indonesia
sendiri sangat dipengaruhi oleh umur dan masih tinggi dibandingkan negara-negara
paritas tiap-tiap subyek. nilai ASEAN, bahkan data tahun 2002 – 2007
p.value/signifikan adalah 0,539 atau lebih menunjukkan bahwa AKI di Indonesia
besar dari  yang sudah tentukan yaitu 0,05, cenderung berada pada angka diatas 200
maka dapat diputuskan bahwa tidak ada per 100.000 kelahiran hidup, angka ini cukup
perbedaan involusi uterus pada kedua jauh dari target MDG’s yang harus dicapai
perlakuan yaitu pijat oksitosin dan pijat pada tahun 2015 yaitu 125 per 100.000
payudara. Kesimpulan: Pada dasarnya kelahiran hidup. Data AKI masih terlihat naik
kedua perlakuan sangat bermanfaat bagi ibu turun seperti tampak pada grafik 1.1, AKI
post partum. yang sudah turun menjadi 240 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2004 kembali
Kata kunci: meningkat mejadi 262 per 100.000 kelahiran
Involusi uteri, pijat oksitosin, pijat payudara hidup pada tahun 2005 (Barata, 2008;
Dinkes Prop. Sumatera Utara, 2012).
Data Statistik Indonesia (2008)
menyebutkan bahwa AKI atau Maternal
Mortality Ratio (MMR) di Indonesia menurut
data Survei Demografi dan Kesehatan

8 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

Indonesia (SDKI) 2002-2003 ialah sebesar ibu di Jawa Barat, menunjukkan bahwa
307/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pendarahan menjadi faktor utama dengan
menurut hasil Survey Demografi Kesehatan 254 kasus (31%), hipertensi dalam
Indonesia (SDKI tahun 2005) AKI sudah kehamilan 181 kasus (22%), Infeksi 55
mengalami penurunan dari 450/100.000 per kasus (9,6%), abortus 9 kasus (1,1%), partus
kelahiran hidup pada tahun 1995 menjadi lama 4 kasus (0,5%) dan penyebab lain-lain
307/100.000 kelahiran hidup (Adriaansz, 311 kasus (38%) (Dinkes Jawa Barat, 2011)
2006; Hartono, et al 2008). Data SDKI tahun Indonesia telah menetapkan target
2012 menunjukkan AKI masih tinggi sebesar penurunan AKI menjadi 125/100.000
359 per 100.000 kelahiran hidup, melihat kelahiran hidup dan AKB menjadi 35/1000
kondisi seperti ini potesi untuk mencapai kelahiran hidup pada tahun 2015 (DepKes
target MDG’s ke-5 untuk menurunkan AKI RI, 2008). Untuk menurunkan AKI dan AKB
adalah off track, artinya diperlukan kerja berbagai upaya terus dilakukan oleh
keras dan sungguh-sungguh untuk pemeritah, dari mulai antenatal care sampai
mencapainya (Kemenkes, 2014). dengan upaya penanganan kesehatan ibu
pasca melahirkan dan nifas, termasuk
perawatan bayi baru lahir. Untuk mencapai
keberhasilan program dikembangkan
berbagai metode melalui kajian-kajian ilmiah
dengan berbagai fokus seperti pada involusi
uteri pada ibu primipara dan pemberian ASI
eksklusif pada bayi baru lahir.
Upaya pencegahan perdarahan post
partum dapat dilakukan semenjak persalinan
kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin.
Hormon oksitosin ini sangat berperan dalam
proses involusi uterus. Proses involusi akan
berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus
kuat sehingga harus dilakukan tindakan
untuk memperbaiki kontraksi uterus
(Cuningham, 2006).
Upaya untuk mengendalikan terjadinya
perdarahan dari tempat plasenta dengan
memperbaiki kontraksi dan retraksi serat
myometrium yang kuat dengan pijatan
oksitosin. Oleh karena itu, upaya
mempertahankan kontraksi uterus melalui
pijatan untuk merangsang keluarnya hormon
oksitosin merupakan bagian penting dari
Gambar 1. Angka Kematian Ibu di Indonesia perawatan post partum (Bobak, Lowdermik,
Tahun 2002-2007 Jensen, 2005). Oksitosin dapat diperoleh
dengan berbagai cara baik melalui oral,
Berdasarkan laporan dari profil intra-nasal, intra-muscular, maupun dengan
kabupaten/kota AKI maternal di Sumatera pemijatan yang merangsang keluarnya
Utara tahun 2012 hanya 106/100.000 hormon oksitosin. Sebagaimana ditulis Lun,
kelahiran hidup. Diantara kota-kota yang ada et al (2002) dalam European Journal of
di Propinsi Sumatera Utara Kota Pematang Neuroscience, bahwa perawatan pemijatan
Siantar merupakan kota dengan jumlah berulang bisa meningkatkan produksi
kematian ibu tertinggi dibandingkan dengan hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu
8 kota lainnya. Jumlah kematian ibu di Kota sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6-12
Pematang Siantar pada tahun 2012 adalah jam pemijatan (Lun, et al 2002).
11 ibu dari 4.109 jumlah kelahiran hidup, Hasil studi pendahuluan melalui
diantara ibu yang meninggal tersebut 5 wawancara yang dilakukan pada bidan
diantaranya meninggal pada saat persalinan praktek mandiri di Kota Pematangsiantar
(Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2013). mengatakan tidak pernah melakukan pijat
Kematian ibu melahirkan disebabkan oksitoksin pada saat memberikan perawatan
oleh beberapa faktor, diantaranya karena kepada ibu post partum, baik untuk
pendarahan. Pendarahan menjadi penyebab merangsang kontraksi uterus, mengatasi
utama kematian ibu di Indonesia. Penyebab perdarahan, maupun merangsang keluarnya
kedua ialah eklamsia lalu infeksi (Depkes RI, ASI. Mereka lebih cenderung menggunakan
2011). Jika dilihat dari penyebab kematian terapi Pijat payudara dan terapi farmakologis
lainnya seperti oksitoksin intramuskular. Jadi

9 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

metode untuk mempercepat kembalinya dengan menggunakan kuesioner dan


Involusi uterus dengan metode non tindakan pijat oksitosin dan pijat payudara
farmakologis seperti terapi pijat oksitoksin serta mengukur involusi uteri.
belum pernah diterapkan. Sehubungan
dengan itu maka peneliti tertarik untuk Analisis Data
meneliti lebih lanjut tentang perbandingan
efektivitas pijat oksitosin dan Pijat payudara Analisis data dalam penelitian ini
terhadap involusi uteri pada ibu post partum dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Kota berikut: 1) analisis univariat, dilakukan untuk
Pematangsiantar. mengetahui identifikasi karakteristik
responden tanpa melakukan analisis
Tujuan Penelitian hubungan antara variabel dependent dan
independent, dalam analisis ini dihasilkan
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas tabel distribusi frekuensi. 2) analisis bivariat
antara pijat oksitosin dan Pijat payudara dilakukan untuk mengetahui perbedaan
terhadap involusi uteri pada ibu post partum perlakuan yaitu pijat oksitosin dan pijat
di BPM Kota Pematangsiantar? payudara terhadap involusi uterus ibu post
partum,dalam analisis ini digunakan uji
METODE PENELITIAN statistik T-Test berpasangan.

Desain Penelitian HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Karakteristik Subyek Penelitian


quasi eksperimen dengan rancangan yang
digunakan adalah Post Test Only Design Karakteristik subyek penelitian
With Control Group. Dalam rancangan ini didefinisikan sebagai kekhasan subyek atau
intervensi hanya pada kelompok intervensi. ciri-ciri yang melekat pada subyek
Kelompok intervensi diberikan intervensi penelitian/responden yang membedakan
dengan teknik pijat oksitoksin dan Pijat subyek satu dengan lainnya serta
payudara memberikan gambaran mengenai sifat-sifat
subyek sebagai sasaran dari penelitian.
R.A1 --------- X1 --------- O2 Karakteristik subyek dalam penelitian dilihat
R.A2 --------- X2 --------- O2 berdasarkan tingkat pendidikan formal dan
jumlah anak yang pernah dilahirkan.
Keterangan : Sedangkan untuk umur subyek pada
RA: ibu post partum kelomok intervensi dasarnya sudah dilakukan matching
X1 : intervensi dengan pijat oksitosin individual sesuai dengan kriteria inklusi yang
X2 : intervensi dengan Pijat payudara telah ditetapkan pada rentang umur 20-35
O2 : involusi uterus pada kelompok intervensi tahun.
Berdasarkan hasil pengolahan data
Populasi dan Sampel diketahui bahwa sebagian besar subyek
mempunyai pendidikan formal setingkat
Populasi pada penelitian ini adalah ibu sekolah menengah atas/kejuruan
post partum multipara yang mengalami (SMA/SMK) sebesar 75%, diikuti 14,6%
persalinan normal di BPM Kota berpendidikan SMP dan 10,4%
Pematangsiantar. Mengingat tingkat berpendidikan Diploma III/Strata 1.
kesulitan untuk dapat memperoleh sampel Sedangkan untuk paritas sebagian besar
yang cukup representatif terhadap pupolasi, subyek mempunyai jumlah anak 2 orang
serta untuk memperkecil bias dalam yaitu sebesar 43,8% dan 31,3% subyek baru
penelitian maka metode pengambilan melahirkan anak pertama. Karakteristik
sampel penelitian menggunakan non subyek secara lengkap dapat disajikan pada
probability sampling yaitu purposive tabel 1 sekaligus merupakan hasil analisis
sampling, dimana kriteria sampel ditentukan univariat.
oleh peneliti. Sampel pada kelompok Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi
perlakuan pertama (pijat oksitosin) dan karakteristik subyek pada kedua kelompok
kedua (Pijat payudara) dipilih dengan teknik perlakuan cenderung mirip, meskipun
macthing individual. matching individual hanya dilakukan
berdasakan umur. Dari tabel dapat diketahui
Cara Pengumpulan Data bahwa 54,2% subyek berumur 25-29 tahun.
Bersadarkan tingkat pendidikan tampak
Metode pengumpulan data penelitian ini bahwa 79,2% subyek yang mendapatkan
melalui wawancara terhadap responden Pijat payudara mempunyai pendidikan

10 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

SMA/SMK, dan 70,8% mendapatkan kelompok pijat oksitosin masih terdapat


perlakuan pijat oksitosin. 45,8% subyek dalam kondisi tidak normal.

Tabel 1. Ditribusi Karakteristik Subyek


Penelitian Tabel 2. Proses Involusi Uterus Dilihat
Berdasarkan Tinggi Fundus Uterus Hari
Intervensi Total Ketiga Sampai Hari Ketujuh Pada Kelompok
Karakteristik Subyek
Pijat
Oksitosin
Pijat Payudara dan Pijat Oksitosin
payudara N %
N % N % Perlakuan
Umur Pijat Oksitosin
20 - 24 tahun 6 25,0 5 20,8 11 22,9 No Hari Kondisi
Payudara
25 - 29 tahun 13 54,2 13 54,2 26 54,2 N % N %
30 - 35 tahun 5 20,8 6 25,0 11 22,9
1 Hari ke 3 Normal 18 75 13 54,2
Total 24 100 24 100 48 100
Tidak 6 25 11 45,8
Pendidikan
Normal
SMP 6 16,7 3 12,5 7 14,6
SMA/SMK 19 79,2 17 70,8 36 75,0 Total 24 100 24 100
D III/S1 1 4,2 4 16,7 5 10,4 2 Hari ke 5 Normal 18 75 21 87,5
Total 24 100 24 100 48 100 Tidak 6 25 3 12,5
Paritas Normal
1 anak 7 29,2 8 33,3 15 31,3 Total 24 100 24 100
2 anak 11 45,8 10 41,7 21 43,8
3 Hari ke 7 Normal 24 100 24 100
3 anak 5 20,8 5 20,8 10 20,8
4 anak 1 4,2 1 4,2 2 4,2 Tidak 0 0 0 0
Total 24 100 24 100 48 100 Normal
Total 24 100 24 100
Dilihat berdasarkan jumlah paritas
tampak bahwa 45,8% pada perlakuan Pijat Pengamatan pada hari kelima
payudara dan 41,7% pada pijat oksitosin dari menunjukkan peningkatan persentase
subyek mempunyai anak 2 orang, dan kondisi normal pada kelompok pijat
proporsi terbanyak kedua berdasarkan oksitosin, dimana 87,5% subyek berada
paritas adalah 1 anak (29,2% pada Pijat pada kondisi normal, sedangkan pada
payudara dan 33,3% pada oksitosin). Hal ini kelompok pijat payudara 75% menunjukkan
menunjukkan bahwa sebagian besar subyek kondisi normal. Pengamatan sampai pada
merupakan ibu muda yang baru mempunyai hari ketujuh ditemukan bahwa seluruh
1 atau 2 anak. Namun demikian kondisi ini subyek sudah pada kondisi normal, sehingga
juga menjadi salah satu kendala dalam dapat dikatakan bahwa proses involusi
penelitian terutama ketika memberikan uterus pada kedua kelompok perlakuan
perawatan Pijat payudara. Banyak ibu yang berjalan cukup baik.
tidak langsung bersedia diberi pijatan. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa proses
Meskipun demikian dengan penjelasan involusi uterus pada subyek tidak
mengenai manfaat dari Pijat payudara pada berlangsung sama (homogen) hal ini sangat
akhirnya ibu-ibu tersebut bersedia menjadi mungkin terjadi karena pada dasarnya
subyek penelitian. proses involusi itu sendiri sangat dipengaruhi
oleh umur dan paritas tiap-tiap subyek.
Pengamatan Perubahan Involusi Uteri
Analisis Perbedaan Involusi Uterus
Proses involusi uterus dalam penelitian
ini dinilai berdasarkan penurunan tinggi Analisis perbedaan involusi uterus
fundus uterus pada subyek yang diberi ditujukan untuk mengetahui hasil dari
perlakuan dalam hal ini pijat payudara dan perawatan menggunakan metode pijat
pijat oksitosin. Selanjutnya pengamatan oksitosi dan Pijat payudara terhadap involusi
terhadap perubahan tinggi fundus dalam uterus sekaligus produksi kolostrum ibu post
penelitian ini diamati terus menerus sampai partum. Metode analisis yang digunakan
pada hari ketujuh seperti tampak pada tabel pada bagian ini adalah analisis bivariat yang
2. bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian.
Tabel 2 menunjukkan bahwa proses Adapun hasil analisis bivariat menggunakan
perubahan tinggi fundus 3 hari s/d 7 hari paired t-test adalah t-value= 0624, dengan p-
setelah diberikan perlakuan pada kedua value= 0,539 (>0,05), maka dapat
kelompok. Pada hari ketiga tampak bahwa diputuskan bahwa tidak ada perbedaan
75 % subyek yang diberikan pijat payudara involusi uterus pada kedua perlakuan yaitu
pada kondisi normal, sedangkan pada pijat oksitosin dan pijat payudara. Hal ini

11 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

menunjukkan bahwa pada dasarnya kedua pelvik yang konsisten, perdarahan


perlakuan sangat bermanfaat bagi ibu post pervaginam abnormal seperti perdarahan
partum. segar, lokia rubra banyak, persisten dan
berbau busuk.
PEMBAHASAN Involusi uterus pada dasarnya dapat
dibantu dengan beberapa tindakan
Involusi uterus diuraikan sebagai proses perawatan, yang mampu mempercepat
perubahan keseluruhan alat genetalia ke proses tersebut serta mengembalikan rahim
bentuk sebelum hamil, dimana terjadi ibu pada kondisi normal pasca
pengorganisasian dan pengguguran desidua melahirkan.Untuk membantu proses involusi
serta pengelupasan situs plasenta, uterus ini dapat dilakukan tindakan pijat
sebagaimana diperhatikan dengan oksitosin dan pijat payudara.
pengurangan dalam ukuran dan berat Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
uterus. Involusi adalah perubahan retrogresif pemijatan tulang belakang mulai dari costa
pada uterus yang menyebabkan ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat
berkurangnya ukuran uterus. Involusi uterus kerja saraf parasimpatis untuk
hanya berfokus pada pengerutan uterus, apa menyampaikan perintah ke otak bagian
yang terjadi pada organ dan struktur lain belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni,
dianggap sebagai puerpurium. 2008; Suradi, 2006). Sedangkan Pijat
Involusi atau pengerutan uterus payudara adalah pemeliharaan payudara
merupakan suatu proses dimana uterus yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan
kembali ke bentuk sebelum hamil dengan menghindari kesulitan pada saat menyusui
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai dengan melakukan pemijatan (Welford,
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi 2009). Perawatan payudara sangat penting
otot-otot polos uterus, meliputi reorganisasi dilakukan selama hamil sampai menyusui.
dan pengeluaran desidua/ endometrium dan Hal ini karena payudara merupakan satu-
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang satu penghasil ASI yang merupakan
ditandai dengan penurunan ukuran dan berat makanan pokok bayi baru lahir sehingga
serta perubahan pada lokasi uterus, warna harus dilakukan sedini mungkin (Azwar,
dan jumlah lokia. 2008).
Proses involusi uterus dimulai setelah Pijat oksitosin dapat merangsang
proses persalinan yaitu setelah plasenta produksi hormon oksitosin yang sangat
dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira- berguna untuk memperkuat dan mengatur
kira selama 6 minggu. Setelah plasenta kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
terlepas dari uterus, fundus uteri dapat darah dan membantu hemostasis ibu
dipalpasi dan berada pada pertengahan sehingga mengurangi kejadian atonia uteri
pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih terutama pada persalinan lama. Kontraksi
tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan uterus yang kuat akan mengakibatkan
diperkirakan sepusat atau 1 cm dibawah proses involusi menjadi lebih bagus
pusat. Proses involusi uterus sangat (Cunningham, 2006).
dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Usia 20-30 tahun merupakan usia yang bahwa tidak ada perbedaan involusi uterus
sangat ideal untuk terjadinya proses involusi pada kedua kelompok perlakuan. Pada
yang baik. Hal ini disebabkan karena faktor kelompok pijat oksitosin kondisi tinggi fundus
elastisitas dari otot uterus mengingat ibu cenderung lebih rendah/lebih kecil
yang telah berusia tahun lebih elastisitas dibandingkan dengan Pijat payudara,
ototnya berkurang (Cunigham, 2007). meskipun demikian bukan berarti perawatan
Pada umumnya involusi uterus terjadi Pijat payudara tidak dianjurkan. Karena Pijat
secara alamiah, namun kegagalan dalam payudara sendiri sangat membantu produksi
involusi dapat terjadi ,disebut subinvolusi. ASI pada ibu menyusui.
Subinvolusi sering disebabkan infeksi dan Kondisi ini dapat disebabkan karena pijat
tertinggalnya sisa plasenta dalam uteus oksitosin merupakan pijatan punggung yang
sehingga proses involusi uterus tidak dapat merangsang produksi hormon
berjalan dengan normal atau terlambat, bila oksitosin yang sangat berguna untuk
sub involusi uterus tidak ditangani dengan memperkuat uterus. Disamping
baik, akan mengakibatkan perdarahan yang perlakuannya yang lebih mudah diterima
berlanjut atau post partum hemorrhage. oleh ibu.
Ciri-ciri sub involusi atau proses involusi Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
yang abnormal diantaranya: tidak secara Khairani (2012) mengenai pengaruh pijat
progresif dalam pengembalian ukuran oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi post partum di RSHS Bandung. Dalam
buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada uraiannya yang dikutip dari Lun, et al (2002)

12 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: 2086-3098

dinyatakan bahwa oksitosin dapat diperoleh Biancuzzo,M (2003). Breastfeeding the


dengan berbagai cara baik melalui oral, newborn; clinical startegis for nurses.
intranasal, intra-muscular, maupun dengan St.Loeis.Mosby.
pemijatan yang merangsang keluarnya Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD.
hormon oksitosin. Efek pemijatan oksitosin 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
itu sendiri dapat dilihat reaksinya setelah 6- (Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A
12 jam pemijatan. Hasil penelitian yang Wijayarti dan Peter Anugerah
sama dilakukan oleh Muarif (2002), (penterjemah). 2005. Jakarta: EGC.
menyimpulkan bahwa oksitosin digunakan Desmawati,(2008). Efektifitas kombinasi
untuk memperbaiki kontraksi uterus setelah areolla massage dengan rolling massage
melahirkan sebagai upaya untuk mencegah terhadap penegluaran Asi secara dini
terjadinya perdarahan post partum. pada ibu post partum di Puskesmas
Penelitian yang lain dilakukan oleh Dasuki, Pamulang dan Cipaken, Banten, tesis,
Rumekti (2008) bahwa oksitosin dapat Depok : FIK UI
digunakan untuk mencegah terjadinya Dewanto Nugroho (2008). Kamus sinonim-
perdarahan post partum dan upaya untuk aotonim Bahasa Indonesia Cetakan VII.
merangsang oksitosin adalah dengan Bandung yrama Widya.
melakukan pijat oksitosin. Berdasarkan hasil Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar
penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa (2013). Profil Kesehatan Kota
oksitosin berguna untuk memperbaiki Pematangsiantar tahun 2012, Dinkes
involusi uterus. Pematangsiantar, Pematangsiantar..
Endah Siti Nur dkk, 2011, Pengaruh pijat
KESIMPULAN DAN SARAN Oksitoksin Terhadap pengeluaran
Kolostrum pada ibu Post partum di ruang
Kesimpulan Kebidanan Rumah sakit Muhammadiyah,
Bandung.
1. Pada penelitian ini responden pijat Hamranani, Pengaruh Pijat Oksitoksin
payudara dan pijat oksitoksin mayoritas terhadap Involusi Uterus pada ibu Post
berumur, 25 -29 tahun Partum dengan Persalinan lama, Klaten
2. Proses involusi uterus pada kelompok Khairani Leli dkk, Pengaruh Pijat Oksitoksin
pijat payudara dan pijat oksitoksin pada ibu Post partum, Bandung
berlangsung normal, walaupun ada Manuaba (2007). Pengantar kuliah obstetri,
perbedaan pada hari 1 (satu) s/d hari ke cetakan I Jakarta, EGC
5 (lima) pengamatan Mardiyaningsih Eko, (2010). Efektifitas
3. Tidak ada perbedaan involusi uterus kombinasi teknik marmet dan pijat
pada ibu dengan pijat payudara dan pijat oksitoksin terhadap produksi ASI ibu post
oksitoksin (p.value/signifikan adalah sectio cesaria di Rumah Sakit Wilayah
0,539 atau lebih besar dari  yang sudah Jawa Tengah, Tesis, Depok : Fakultas
tentukan yaitu 0,05) Ilmu Keperawatan
Marni (2011). Asuhan Kebidanan Masa
Saran Nifas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric,
1. Kepada bidan untuk selalu melakukan Jakarta. EGC.
pijat payudara dan pijat okstoksin kepada Prabowo, (2010). Faktor-faktor yang
ibu post partum karena terbukti efektif mempengaruhi involusi. 11 Pebruari
dalam proses involusi uterus. 2010.
2. Perlu dilakukan pelatihan tentang pijat Prawirohardjo. (2007). Ilmu kebidanan.
oksitoksin karena masih banyak bidan Cetakan ke-9. Jakarta: yayasan bina
yang belum pernah mendengar istilah pustaka.
tersebut dan bagaimana Sugiyono (2009). Metode Penelitian
mempraktekkannya. Kuantitatif Kualitatip & R&D, Cetakan ke
8, Bandung, Albeta.
DAFTAR PUSTAKA Suherni, et al (2008). Perawatan masa nifas,
Yogyakarta. Fitramaya.
Amin Maliha dkk, (2011). Efektifitas massage
rolling (Punggung) terhadap produksi ASI
pada ibu post sectio Caesaria di Rumah
Sakit Muhamadiyah Palembang
http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/
files/efektifitas_massase_rolling_(punggu
ng).pdf.

13 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Anda mungkin juga menyukai