TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. STUNTING
a. Pengertian Stunting
adalah selalu tumbuh dan berkembang yang dimulai sejak masa konsepsi
dialami anak-anak dari gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial
yang tidak memadai. Anak didefinisikan sebagai stunted jika tinggi badan
anak untuk usia kurang dari dua standar median pertumuhan anak ( <-2 SD )
(WHO,2018).
menyebabkan anak memiliki tubuh yang pendek dengan tinggi badan tidak
suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun
1) Praktek pengasuhan yang kurang baik. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI
eksklusif, 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI. Intervensi
yang dilakukan dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan dilakukan
diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada
bayi, MP-ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak
lagi dapat disokong oleh ASI,serta membenuk daya tahan tubuh dan
( TNP2K,2017).
2) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, Post Natal Care
kesehatan ibu hamil normal serta mendeteksi ibu jika terdapat tanda-tanda
Monitoring dan evaluasi selama antenatal care diperlukan sebagai deteksi dini
diantaranya tinggi badan ibu dan statsus gizi ibu menggunakan LILA. Ibu yang
stunting. Anak dengan orang tua yang pendek , baik salah satu atau keduanya
lebih berisiko stunted jika dibandingkan dengan anak yang memiliki orang tua
3) Masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga pada makanan bergizi. Hal
Kekurangan gizi dalam waktu yang lama terjadi sejak janin dalam kandungan
sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kelahiran ), penyebab karena
Data yang diperoleh menunjukan bahwa 1 dari 5 rumah tangga masih buang air
besar di ruang terbuka serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air
Indonesia,2018)
1) Faktor Langsung
a) Genetik
Kedua orang tua atau salah satu yang pendek akibat kondisi patologis (
gen tersebut dan tumbuh menjadi stunting. Bila orang tua pendek akibat
badan normal selama anak tidak terpapar faktor resiko yang lain
( Nasikhah,2012).
yang cukup ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makanan akan lemah
baik daya kegiatan maupun pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena
asupan gizi tidak adekuat terutama dari total energy, protein,lemak, dan gizi
mikro, berhubungan dengan deficit pertumbuhan fisik pada anak usia pra
sekolah ( Anisa,2013).
c) Riwayat infeksi
Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat
dipisahkan. Dimana penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi
kekurangan asupan gizi. Anak dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena
penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan ikut menambahkan kebutuhan akan zat
gizi untuk membantu perlawanan terhadap penyakit tersebut. Pemenuhan zat gizi
yang susah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak
tertangani, tidak akan dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak
jiawanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memrlukan sedikitnya 4 kali
kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga ( Departemen
b) Imunisasi
c) Posyandu
Posyandu atau pos pelayanan terpadu meupakan salah satu bentuk upaya
d) ASI Eksklusif
diberikan tanpa jadwal (on demand) dan tidak diberi makanan lain sampai
jangka panjang anak balita. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500gram, bayi
fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan terjadi
dengan panjang badan lahir pendek. Bayi yang dilahirkan memiliki panjang
badan lahir normal bila panjang badan lahir bayi tersebut berada pada
pendek adalah bayi yang lahir dengan panjang <48 cm (Kemenkes R.I,2013).
eye contac. Urutan jenis masalah yang paling tinggi adalah masalah
adalah otak. Otak merupakan pusat syaraf yang sangat berkaitan dengan
(Widanti,2013).
d. Dampak Stunting
penelitian yang dilakukan oleh Peignon dkk (2014) terhadap anak usia 6 – 16
stunting moderate dan severe memiliki kecerdasan kognitif yang lebih rendah
serta memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular.
Selain itu juga, anak stunting akan mengalami kesulitan dalam belajar
lahir hingga kurang lebih umur 2 tahun ), namun memiliki konsekuensi yang
serius kemudian hari. Seorang anak laki – laki stunting maka kelak akan
yang mengalami stunting maka kelak menjadi dewasa pendek ( stunted ) dan
bila hamil makan akan lahir bayi dengan berat badan rendah (FKM UI,21014).
e. Pengukuran Stunting
yang berarti manusia dan metri adalah ukuran. Metode Antropometri dapat
diartikan sebagai mengukur fisik atau bagian tubuh manusia. Menilai status
sebagai metode untuk menentukan status gizi. Konsep dasar yang harus
f. Indeks Antropometri
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur ( Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat,2011). Status gizi balita dinilai menurut gizi 3
indeks yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinngi badan (BB/TB)(Direktorat Bina Gizi
Masyarakt,2017).
1. BB/U adalah berat badan anak yang di capai pada umur tertentu
memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Berat badan
menurut rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi
kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut).
2. TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu
Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya
kemiskinan,perilaku hidup tidak sehat,dan asupan makanan kurang
dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi
pendek.
3. BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan
yang dicapai
Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama,
misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan
(kelaparan) yang menyebabkan anak menjadi kurus. Indikator
BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan
gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada resiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan buku
pertumbuhan WHO. Z –score adalah nilai simpangan BB dan TB
dari nilai BB dan TB normal menurut baku pertumbuhan WHO
(Direktorat Bina Gizi Masyarakat,2017).
2. BALITA
a. Pengertian balita
Menurut kemenkes RI,2015 Anak Bawah Lima Tahun atau yang lebih
dikenal dengan Balita adalah anak yang menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12 – 59 bulan.
b. Tumbuh kembang pada balita
Tumbuh kembang pada balita usia balita merupakan periode kritis
dalam kehidupan manusia, karena secara fisik terjadi perkembangan tubuh dan
ketrampilan motorik yang sangat nyata. Masa ini sangat penting karena terjadi
pertembuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya (Soetjiningsih,2016).
Pertumbuhan dan perkembangan otak tidak bisa diperbaiki apabila
terjadi kekurangan gizi pada balita. Apabila pada masa ini mengalami
kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan intelektual
terganggu.
c. Klasifikasi Status Gizi Balita
Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan – batasan
yang disebut ambang batas. Di setiap negara, batasan ini relatif berbeda
bergantung pada kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut serta bergantung
pada kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut serta berdasarkan hasil
penelitian empiris dan keadaan klinis. Klasifikasi status gizi telah ditetapkan
dalam Keputusan Mentri Klasifikasi status gizi telah ditetapkan dalam
Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1995/Menskes/SK/XII/2010 tentang
standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak yang menjadi acuan
klasifikasi status gizi di Indonesia. Berdasarkan niali Zscore dari masing –
masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai
berikut :
1) Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U:
a) Gizi buruk : Zscore < - 3,0
b) Gizi buruk : Zscore ≥ - 3,0 s/d Zscore < - 2,0
c) Gizi baik : Zscore ≥ - 2,0
2) Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U :
a) Sangat pendek : Zscore < - 3,0
b) Pendek : Zscore ≥ - 3,0 s/d Zscore < - 2,0
c) Normal : Zscore ≤ 2,0
3) Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB :
a) Sangat kurus : Zscore < - 3,0
b) Kurus : Zscore : ≥ - 3,0 s/d Zscore < - 2,0
c) Normal : Zscore ≥ - 2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
d) Gemuk : Zscore > 2,0
( Trihono et al,2015 )
B. KERANGKA TEORI
Faktor Langsung
1. Genetik
2. Asupan Makanan Tidak
Seimbang
3. Riwayat Infeksi
Faktor Tidak Langsung STUNTING
1. Riwayat ANC
2. Imunisasi
3. Posyandu
4. Asi Eksklusif
5. Berat Badan Lahir
6. Panjang Badan Lahir