Anda di halaman 1dari 20

KONSEP TEORI

SINDROMA LUPUS ERITEMATOSUS


1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit rematik
autoimun yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi
setiap organ atau sistim dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibody dan kompleks imun , sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
(Sudoyo Aru,Dkk 2009).
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun yang melibatkan
berbagai organ dengan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai
yang berat. Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai LES,karena
manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan.

B. Etiologi
Penyebab dari LES belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi
yang kompleks dan multifaktorial antara bervariasi genetik dan factor
lingkungan :
a. Faktor Genetic
Kejadian yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%) dibandingkan
dengan kembar dizigotik (3%) ,peningkatan frekuensi LES pada keluarga
penderita LES dibandingkan dengan control sehat dan peningkatan prevalensi
LES pada kelompok etnik tertentu , menguatkan dugaan bahwa faktor genetik
berperan dalam pathogenesis LES.
b. Faktor hormonal
LES merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan .
serangan pertamakali jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelah
menopause.
c. Autoantibody
Antibody ini ditunjukan kepada sel molekul yang terdapat pada nucleus
sitoplasma, permukaan sel dan juga terdapat molekul terlarut seperti iGg dan
faktor koagulasi.
d. Faktor Lingkungan
1. Faktor Fisik / Kimia
Amin aromatic, Hydrazine, Obat-obatan (prokainamid, hidralazin,
klorpromazin, isoniazid, fenitoin, penisilamin)
2. Faktor Makanan
Konsumsi lemak jenuh berlebihan, L-canavine (kuncup dari elfafa)
3. Agen Infeksi
Retrovirus, DNA bakteri /endotoksin (sumber: (Sudoyo Aru, hal 2568)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan
pada keadaan awal tidak dikenali sebagai LES.
Menurut American College Of Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE dan
jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis LES dapat ditegakan :
1. Ruam Malar
2. Ruam discoid
3. Fotosensifitas
4. Ulserasi dimulut atau nasofaring
5. Arthritis
6. Serositis yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Kelainan ginjal yaitu proteinuria persistem > 0,5 gr/hari ,atau silinder sel
8. Kelainan neurologic yaitu kejang-kejang psikosis
9. Kelainan hematologic yaitu anemia hemolitik atau leukopenia atau
limfopenia atau trombositopenia.
10. Kelainan imunologik yaitu sel LES positif atau anti DNA positif ,atau
antism
11. Antibody antinuclear positif
Kecurigaan akan penyakit LES bila dijumpai 2 atau lebih keterlibatan organ
seperti :
1. Gender wanita pada rentang usia reproduksi
2. Gejala konstitusional :
Kelelahan, demam, (tanpa bukti infeksi ) dan penurunan berat badan.
3. Muskuloskeletal :
Nyeri otot (mialgia), nyeri sendi ( atralgia) ,miositis
4. Kulit :
Ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rsh), fotosensivitas,SLE membran
mukosa, alopesia, fenomena raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis
5. Paru-paru :
Pleurisy, hipetensi pulmonal, SLE parenkim paru.
6. Jantung :
Pericarditis, miokarditis, endokarditis
7. Ginjal :
hematuria, protenuria, cetakan sindrom nefrotik
8. Gastrointestinal :
Mual, muntah, nyeri abdomen
9. Retikulo-endo organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali
10. Hematologi :
Anemia, leucopenia, dan trombositopenia
11. Neuropsikiatri :
Psikosis, kejang, sindroma otak organic, mielitis transfersa, neuropati,
cranial dan perifer.

D. Patofisiologis
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imonoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif). Dan lingkungan ( cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan
tertentu seperti hidralazin, kokainamid, isoniazid, florpromazin, dan beberapa
preparat anti konvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE
peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor
yang abnormal sehingga timbul penumpukan komplek imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan meninstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibody tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SLE harus mencangkup obat, diet, aktivitas, yang
melibatkan banyak ahli, alat pemantau pengobatan pasien LES adalah evaluasi
klinis dan laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta
menangani lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus
dilakukan selamanya :
Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol manifestasi penyakit,
sehingga pasien dapat memilih kualitas hidup lebih baik tanpa eksaserbasi berat,
sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat menyebabkan kematian.
Adapun obat-obatan yang dibutuhkan antaralain :
1. Anti inflamasi non steroid untuk pengobatan simptomatik artralgia nyeri
sendi.
2. Antimalaria: diberikan untuk lupus diskoid, pemakaian jangka panjang
memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
3. Kortikosteroid ; dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti demam,
dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal sebelum
dilakukan, penyapihan, dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala
nefritis, SSP, dan anemia hemolitik.
4. Obat imunosupresan/sitostatika; imunosupresan diberikan pada SLE dengan
keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa, anemia hemolitik akut, dan
kasus yang resisten terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Obat anti hipertrensi ; atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan agresif.
6. Diet ;retriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan .sebagian besar
pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan
adalah mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam.
Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat
tradisional.
7. Aktivitas ; pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal.
Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan
dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari,
bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung
matahari ( waterprof sunblock ) setiap 2 jam.
8. Kalsium ; semua pasien LES yang mengalami artritis serta mendapat
prednison berisiko untuk mengalami osteopenia karenanya memerlukan
suplementasi kalsium.
9. Penatalaksanaan infeksi ; pengobatan segera bila ada infeksi terutama
infeksi bakteri. Setiap kelainan harus dipikirkan kemungkinan pielonefritis.
Untuk penatalaksanaan umum pada pasien LES adalah :
a. Kelelahan bisa karena sakitnya atau karena penyakit lain seperti anemia,
demam,infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau stress
emosional. Upaya untuk mengurangi kelelahan disamping pemberian obat
ialah cukup istrahat ,pembatasan aktivitas yang berlebih, dan mampu
mengubah gaya hidup.
b. Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi
c. Hindari stress dan trauma fisik
d. Diet sesuai kelainan misalnya hiperkolesterolemia
e. Hindari pajanan sinar matahari khususnya ultraviolet pada pukul 10.00
sampai 15.00

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Leukopenia/limfopenia, anemia, trombositopenia, LED meningkat
2. Imonologi
Antibody anti nuklear ( ANA ), anti bodi DNA untai ganda ( ds DNA )
meningkat, kadar komplemen C3 dan C4 menurun, tes CRP ( C- reactive
protein) positif
3. Fungsi ginjal
Kreatinin serum meningkat, penurunan GFR, protenuria urin (> 0,5 gram per
24 jam, ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular.
4. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
5. Serologi VDRL (sifilis), Memberikan hasil positif palsu.
6. Tes Vital Lupus
Adanya pita Fg 6 yang khas dan deposit Ig M pada persambungannya dermo-
epidermis pada kulit yang terlibat.
G. Pathway
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan
mudah lelah, lemah, nyeri ,kaku demam/ panas, anoreksia dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2. Keluhan utama
Pada SLE (sistemik lupus eritematosus) kelainan kulit meliputi eritema
malar (pipih) ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai seluruh tubuh,
sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita SLE, diduga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik,
trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses
pembekuan darah ( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin).
4. Riwayat penyakit keluarga
Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga
cenderung memproduksi auto anti body tertentu sehingga keluarga
mempunyai resiko tinggi terjadinya lupus eritematosus.
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi
Penderita SLE banyak yang kehilangan berat badannya sampai
beberapa Kg.penyakit ini disertai adanya rasa mual dan muntah
sehingga mengakibatkan penderita nafsu makannya menurun.
b. Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar biasa.
c. Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis proliferatif
mesangial, namun, secara klinis penderita ini juga mengalami diare.
d. Pola sensori dan kognitif
pada penderita SLE, daya perabaannya akan sedikit terganggu bila
pada jari-jari tangannya terdapat lesi faskulitis atau lesi
semifaskulitis.
e. Pola presepsi dan konsep diri
dengan adanya lesi kulit yang bersifat irefesibel yang meninmbulkan
bekas seperti luka dan warna yang buruk pada kulit penderita SLE
akan membuat penderita merasa malu dengan adanya lesi kulit yang
ada.
6. Pemeriksaan Fisik
a) Sistim Integumen
Ruam eritematosus, plak eritematosus pada kulit kepala, muka atau leher,
lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa
atau palatum durum.
b) Sistim kardiovaskuler
Friction rupperikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
c) Sistim pernapasan
Pleuritis atau efusi pleura
d) Sistim Vaskuler
Inflamasi pada erteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura diujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
e) Sistim renal
Edema dan hematuria.
f) Sistim syaraf
Sering terjadi depresi dan pisikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA NIC-NOC tahun 2015 :
1. Ketidakefektifan pola napas b/d ekspansi paru menurun, hiperventilasi.
2. Kerusakan integritas kulit b/d lesi pada kulit.
3. Nyeri akut b/d inflamasi dan kerusakan jaringan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi
inadekuat.
5. Fatigue b/d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, dan depresi.
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan komponen seluler.
7. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit),
ketidakadekuatan pertahanan sekunder (leukopenia).
8. Resiko injuri b/d disfungsi autoimun
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan

1. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Auskulatasi bunyi napas,catat adanya 1. Beberapa derajat spasme


pola napas b/d Pernapasan dalam rentang bunyi napas,misalnya mengi, krekels, bronchus terjadi dengan
ekspansi paru normal ronchi. obstruksi jalan napas dan
menurun, Kriteria hasil : dapat atau tidak di
hiperventilasi. 1. Suara napas yang bersih, manifestasikan adanya bunyi
tidak ada sianosis dan napas adventisius.misalnya
dispneu, mampu penyebaran, krecells basah
bernapas dengan (bronchitis); bunyi napas
mudah,tidak ada purse lip redup dengan ekpirasi mengi
breathing. (emfisema ); atau tidak
2. Menunjukan jalan napas adanya bunyi napas ( asma
yang paten (klien tidak berat).
merasa tercekik, irama 2. Takipneu biasanya ada pada
napas, frekuensi 2. Kaji atau pantau frekuensi beberapa derajat dan dapat
pernapasan dalam pernapasan, catat rasio inspirasi dan ditemukan pada penerimaan
rentang normal, tidak ada ekspirasi. atau selama stres/adanya
suara napas abnormal proses infeksi
3. Tanda–tanda vital dalam akut.pernapasan dapat
rentang normal (TD , melambat dan frekuensi
Nadi ,RR ekpirasi memanjang
dibanding ekspirasi.
3. Disfungsi pernapasan adalah
3. Catat adanya/ derajat dispeu misalnya variabel yang tergantung
keluhan gelisah, ansietas, distres pada tahap proses kronis
pernapasan, penggunaan otot bantu selain proses akut yang
pernapasan. menimbulkan perawatan di
Rs.misalnya infeksi, reaksi
alergi.
4. Peninggian kepala tempat
4. Gunakan tehnik penghematan energi, tidur mempermudah fungsi
misalnya mandi dengan duduk, duduk pernapasan
untuk melakukan tugas-tugas. 5. Mencegah terjadinya sesak
5. Anjurkan keluarga pasien untuk napas
menghentikan aktivitas bila palpasi,
nyeri dada,napas kusmaul, kelemahan,
atau terjadi pusing pada pasien

2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, 1. Menentukan garis dasar
integritas kulit b/d Tidak terjadi kerusakan turgor, sirkulasi dan dimana perubahan pada
lesi pada kulit. integritas kulit sensasi,gambarkan lesi dan amati status dapat dibandingkan
Kriteria hasil : perubahan. dan melakukan intervensi
1. Integritas kulit yang baik yang tepat
bisa dipertahankan 2. Mempertahankan/ instrusikan dalam 2. Mempertahankan kebersihan
(sensasi, elastisitas, hygiene kulit, misalnya, membasu karena kulit yang kering
temperatur, hidrasi, kemudian mengeringkannya dengan dapat menjadi barier infeksi.
pigmentasi) tidak ada berhati-hati dan melakukan masase
luka/lesi pada kulit dengan menggunakan lotion atau krim 3. Kuku yang panjang dan
2. Perfusi jaringan baik 3. Gunting kuku secara teratur kasar meningkatkan resiko
3. Menunjukan pemahaman kerusakan dermal
dalam proses perbaikan 4. Dapat mengurangi
kulit dan mencegah 4. Tutupi luka tekan yang terbuka kontaminasi bakteri,
terjadinya cedera dengan pembalut yang steril atau meningkatkan proses
berulang. barierr protektif, miss, duoderm.sesua penyembuhan.
4. Mampu melindungi kulit petunjuk 5. Digunakan pada perawatan
dan mempertahankan 5. Kolaborasi gunakan/ berikan obat- lesi kulit
kelembapan kulit dan obatan topical sesuai indikasi
perawatan alami.
3. Nyeri akut b/d Tujuan : 1. Melakukan pengkajian nyeri termasuk 1. Untuk mengetahui intesitas
inflamasi dan Nyeri berkurang dan hilang lokasi, nyeri
kerusakan jaringan. Kriteria Hasil : karakteristik,onset/durasi,frekuensi,ku
1. Mengenali onset nyeri alitas atau keparahan nyeri dan faktor
2. Menjelaskan faktor pencetus nyeri.
penyebab 2. Observasi tanda non verbal dari 2. Adanya tanda non verbal
3. Melaporkan perubahan ketidaknyamanan. dapat mengungkapkan
nyeri ketidaknyamanan.
4. Melaporkan gejala yang 3. Gunakan strategi komunikasi 3. Dengan menggunakan
tidak terkontrol terapeutik untuk mengetahui komunikasi terapeuti dapat
5. Menggunakan sumber pengalaman nyeri pasien dan respon mengetahui nyeri yang di
daya yang tidak tersedia pasien terhadap nyeri rasakan oleh pasien
untuk mengurangi nyeri 4. Tentukan dampak dari nyeri terhadap 4. Kualitas Aktivitas dan tidur
6. Mengenali gejala nyeri kualitas hidup ( tidur, selera makan, dapat terpengaruh oleh
yang berhubungan aktivitas,dan lainlain) tingkat nyeri yang tinggi.
dengan penyakit 5. Evaluasi keefektifan manajemen nyeri 5. Untuk mengevaluasi
7. Melaporkan nyeri yang pernah diberikan sebelumnya keefektifan manajemen nyeri
terkontrol 6. Control faktor lingkungan yang dapat 6. Lingkungan dapat menjadi
mempengaruhi nyeri faktor yang berarti
4. Ketidakseimbangan Tujuan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah 1. Lesi mulut tenggorokan
nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi klien dapat merasakan dan menelan dan esofagus dapat
kebutuhan tubuh terpernuhi menyebakan disfagia,
b/d intake nutrisi Kriteria hasil : penurunan kemampuan
inadekuat. 1. Adanya peningkatan berat pasien mengolah makanan
badan sesuai tujuan dan mengurangi keinginan
2. Berat badan ideal sesuai untuk makan
dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi 2. Berikan perawatan mulut yang terus 2. Mengurangi
kebutuhan nutrisi menerus, awasi tindakan pencegahan ketidaknyamanan yang
4. Tidak ada tanda-tanda sekresi. Hindari obat kumur yang berhubungan dengan
malnutrsi mengandung alkohol mual /muntah,lesi oral,
5. Menunjukan peningkatan pengiringan mukosa dan
fungsi pengecapan dan halitosis. Mulut yang
menelan bersih meningkatkan nafsu
6. Tidak terjadi penurunan makan
berat badan yang berarti 3. Jadwalkan obat-obatan diantara makan 3. Lambung yang penuh akan
(jika memungkinkan dan batasi mengurangi nafsu makan
pemasukan cairan dengan makanan dan pemasukan makanan.
,kecuali jika cairan memiliki nilai gizi
4. Dorong aktivitas fisik sebanyak 4. Dapat meningkatkan nafsu
mungkin makan dan perasaan sehat
5. Berikan fase istrahat sebelum makan, 5. Mengurangi rasa lelah,
hindari prosedur yang melelahkan saat meningkatkan ketersediaan
mendekati waktu makan energi untuk aktivitas
makan.
6. Dorong pasien untuk duduk pada 6. Mempermudah menelan
waktu makan dan mengurangi resiko
aspirasi.
7. Catat pemasukan kalori 7. Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap
suplemen atau alternative
metode pemberian
makanan
8. Kolaborasi/konsultasikan dengan tim 8. Menyediakan diet
pendukung ahli gizi berdasarkan kebutuhan
individu dengan rute yang
tepat.
5. Fatigue b/d Tujuan : 1. Observasi adanya pembatasan anak 1. Peningkatan aktivitas fisik
peningkatan Fatigue berkurang dan hilang dalam melakukan aktivitas dan tingkat latihan yang
aktivitas penyakit, Kriteria hasil : 2. Dorong anak untuk mengungkapkan tidak memadai dapat
rasa nyeri, dan 1. Memferbalisasikan perasaan terhadap keterbatasan menambah kelelahan
depresi. peningkatan energi dan 3. Kaji adanya faktor yang 2. Pengakuan bahwa hidup
merasa lebih baik menyebabkan kelelahan dengan kelelahn secara fisik
2. Menjelaskan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi dan emosional menantang
penggunaan energi yang adekuat membantu dalam mengatasi
untuk mengatasi 5. Monitor pasien akan adanya 3. Untuk mengetahui faktor
kelelahan kelelahan fisik dan emosi secara faktor pencetus yang
3. Istrahat cukup berlebihan menyebabkan kelelahan
4. Mempertahankan 6. Monitor respon kardiovaskuler 4. Pasien akan memerlukan
kemampuan untuk 7. Monitor pola tidur dan lamanya serta asupan lemak,karbohidrat,
berkonsentrasi lamanya istrahat protein, vitamin, dan
8. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai mineral yang seimbang
kebutuhan untuk sumber energi.
9. Tingkatkan tirah baring dan 5. Adanya kelelahan fisik dan
pembatasan aktivitas emosi dapat menyebabkan
peningkatan kelelahan
6. Peningkatan aktifitas fisik
dapat mempengaruhi dan
meningkatkan kerja
kardiovaskuler
7. Untuk meningkatkan
istrahat
8. Membantu mengurangi
kelelahan
9. Meningkatkan istrahat.
6. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Monitor adanya daerah tertentu yang 1. Mengetahui daerah tertentu
perfusi jaringan Perfusi jaringan perifer baik hanya peka terhadap panas, yang peka terhadap panas
perifer b/d Kriteria hasil : tajam,tumpul. 2. Penurunan komponen
penurunan Mendemontrasikan status 2. Monitor adanya paretesse seluler dapat menyebabkan
komponen seluler. sirkulasi yang ditandai 3. Batasi gerakan pada kepala, leher dan paretesse
dengan : punggung 3. Mengurangi penggunaan
a. Tekanan systole dan 4. Monitor kemampuan BAB energi berlebihan.
diastole dalam rentang 5. Kolaborasi pemberian obat analgesik 4. Mengetahui koordinasi
yang diharapkan 6. Monitor adanya tromboplebitis sistim saraf pusat.
b Tidak ada ortostatik 7. Diskusikan pada keluarga penyebab 5. Mengurangi nyeri yang
hipertensi dari perubahan sensasi. timbul
c Tidak ada tanda-tanda 6. Meningkatkan pengetahuan
peningkatan tekanan intra keluarga klien tentang
kranial penyebab dari perubahan
sensasi.
7. Resiko infeksi b/d Tujuan : 1. Ajarkan kepada pengunjung untuk cuci 1. mencegah penularan
pertahanan tubuh Tidak ada tanda-tanda infeksi tangan infeksi
primer (kerusakan Kriteria hasil : 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. menerapkan prinsip
integritas kulit), 1. klien bebas dari tanda- melakukan perawatan pada pasien aseptik pada saat
ketidakadekuatan tanda infeksi 3. Lakukan perawatan aseptic pada IV melakukan perawatan
pertahanan 2. mendeskripsikan proses line pada pasien
sekunder penularan 4. Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat 3. mencegah penularan
(leukopenia). penyakit,faktor yang 5. Dorong pasien untuk istrahat infeksi yang berasal dari
mempengaruhi 6. Ajarkan pada keluarga cara untuk IV line
penularan serta mencegah infeksi 4. nutrisi yang adekuat
penatalaksanaannya 7. Batasi jumlah pengunjung dapat meningkatkan
3. menunjukan sistim kekebalan tubuh.
kemampuan untuk 5. Meningkatkan istrahat
mencegah timbulnya 6. Meningkatkan
infeksi pengetahuan keluarga
4. jumlah leukosit dalam tentang cara mencegah
batas normal infeksi.
5. menunjukan perilaku 7. Mengurangi jumlah
hidup sehat. pengunjung dapat
mengurangi penyebaran
kuman dari luar.
8. Resiko injuri b/d Tujuan : 1. Review riwayat kesehatan pasien 1. Mengetahui riwayat
disfungsi autoimun Tidak ada tanda-tanda injuri 2. Review data yang berasal dari kesehatan pasien.
Kriteria hasil : pengkajian resiko 2. Menentukan faktor
1. klien terbebas dari 3. Identifikasi sumber-sumber yang dapat resiko.
cidera. meningkatkan resiko 3. Mencegah terjadinya
4. Tentukan rencana untuk mengurangi resiko injuri.
resiko 4. Untuk mengurangi
5. Diskusikan dan rencanakan dengan resiko injuri.
keluarga mengenai aktivitas untuk 5. Agar keluarga pasien
mengurangi resiko dapat mengenai aktivitas
untuk mengurangi resiko.
d. Implementasi Keperawatan
Pelaksaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif.selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.

e. Evaluasi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b/d ekspansi paru menurun, hiperventilasi.
a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu, mampu bernapas
dengan mudah,tidak ada purse lip breathing.
b. Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal
c. Tanda–tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi ,RR)
2. Kerusakan integritas kulit b/d lesi pada kulit.
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka/lesi pada kulit
b. Perfusi jaringan baik
c. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami.
3. Nyeri akut b/d inflamasi dan kerusakan jaringan.
a. Mengenali onset nyeri
b. Menjelaskan faktor penyebab
c. Melaporkan perubahan nyeri
d. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol
e. Menggunakan sumber daya yang tidak tersedia untuk mengurangi nyeri
f. Mengenali gejala nyeri yang berhubungan dengan penyakit
a. Melaporkan nyeri terkontrol
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi
inadekuat.
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrsi
e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
5. Fatigue b/d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, dan depresi.
a. Memferbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
b. Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan
c. Istrahat cukup
a. Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan komponen seluler.
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatik hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
7. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit),
ketidakadekuatan pertahanan sekunder (leukopenia).
a. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit,faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
a. Menunjukan perilaku hidup sehat.
8. Resiko injuri b/d disfungsi autoimun
a. Klien terbebas dari cidera.
Autoimun menyerang Peningkatan autoimun
organ-organ tubuh (sel berlebihan
jaringan)

Genetik, kuman/virus,

Kerusakan perfusi Pembentukan lupus sinar ultraviolet, obat-

jaringan perifer obatan tertentu


Produksi antibody secara Pencetus penyakit
terus menerus inflamasi multi organ

Kulit Otak Hati

Ruam kupu-kupu, SLE Suplai O2 keotak Terjadi kerusakaan


membran, alopesia, sintesa zat-zat
urtikaria dan vaskulitis, dibutuhkan tubuh
Hipoksia mual, muntah
ulserasi dimulut dan
nosofaring
Resiko penurunan
Ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
Gangguan citra tubuh nutrisi kurang dari
kerusakan integritas kebutuhan tubuh
kulit

Anda mungkin juga menyukai