Sistem Saraf
Sistem Saraf
PEMBAHASAN
1
Wiwi Isaini. “Fisiologi Hewan”. (Yogyakarta:PT Kanisius,2019) hal. 70-75
Gambar 4. sinpasis
Sinaps adalah sambungan antara neuron yang satu dengan neuron. Arti
dari sinaps adalah hubungan , implus dapat terus dijalarkan atau terhambat.
Sinaps juga merupakan sasaran dari bermacam-macam obat. Pada sinaps
tersebut terdapat celah yang dikenak degan nama celah sinaps yang lebarnya
kurang lebih 200 angstrom. Neuron yang terletak sebelum sinaps disebut
neuron parasinaps (subsinaps), sedangkan neuron yang terletak sebelah sinaps
disebut neuron pascasinaps. Penjalaran implus melintasi sinap berlangsung
searah, yaitu dari neuron parasinaps ke neoron pasacasinaps dan melibatkan zat
penghantar. Zat penghantar diproduksi oleh neuron parasinaps dan disimpan
dalam kantung parasinaps. Bila suatu implus tidak dibongkol sinaps ada
sejumlah kecuali ion Ca++ masuk kedalam bongkol sinaps, menyebabkan
kantung-kantung parasinaps bergerak menuju ke membran subsinaps. 2
1. Komunikasi kimiawi dan listrik antarsel terkelenjar jadi pada sinapsis
Sinapsis adalah persambungan unik yang mengontrol komunikasi antara
satu neuron denagan sel-sel lain. Sinapsis ditemukan antar dua neuron,
antara reseptor sensoris dan neuron sensoris, anatara neeuron motoris dan
sel otot yang dikontrolnya, dan antara neuron dengan sel kelenjar. Di sini
kita akan memfokuskan perhatian pada sianapsis antar neuron, yang
umumnya menghantarkan siyal dari terminal sinaptik akson ke dendrit atau
badan sel berikutnya dalam suatu jalur neuron. Sel yang menghantarkan
snyal itu disebut sel prasinaptik dan sel yang menerimanya disebut sel
2
Soewolo.”Pengantar Fisiologi Hewan”. ( Jakarta:Dirjen Dikti Depdiknas.2000) hal. 78-80.
pascasinaptik. sinapsis terdiri atas dua jenis sinapsis: sinapsis listrik dan
sinapsis kimiawi.
2. Sinapsis listrik
Sinapsis listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung
dari satu sel paraisnaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh
persambungan longgar. Hal ini memungkinkan implus merambat dari satu
neuron ke neuron lain tampa penundaan dan tampa kehilangan kekuatan
sinyal. Sinapsis listrik dan sistem saraf pusat vertebrata me nyelaraskan
aktivitas neuron yang bertanggung jawab atas sejumlah pergerakan cepat
dan khas, contohnya, sinapsis listrik pada otak yang membuat beberapa
jenis ikan mampu mengibaskan ekornya dengan sangat cepat ketika
melarikan diri dari pemangsa. Namun, sinapsis kimiawi jauh lebih umum
dibandinglkan denagn sinapsis listrik pada vertebrata dan sebangian besar
invertebrata.
3
Ibid, hal 81-87
Gambar 6. Skematis lapisan pelindung system saraf pusat
b) Encephalon
Cerebrum (otak besar), Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-
lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh
sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri.
Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu
disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna
putih berisi serabut-serabut saraf (neurit/akson). Otak besar berfungsi
sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir,
mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.
c. Sistem saraf
planaria pada
Platyhelminthes
Seekor cacing pipih, memiliki sistem saraf yang simetris bilateral.
Sistem saraf pusatnya adalah otak kecil yang dihubungkan dengan dua
tali saraf longitudinal. Sistem saraf tepinya meliputi sistem saraf
transversal yang mirip tangga yang menghubungkan tali saraf dengan
juluran saraf yang lebih kecil di sepanjang tubuh. Pada cacing pipih
mulai terlihat adanya sefalisasi yaitu adanya pemusatan sel-sel saraf
pada bagian depan atau anterior tubuhnya. Planarian merupakan
contoh yang baik karena sel-sel sarafnya terkonsentrasi menjadi
sebuah ganglion dengan dua lobus dibagian muka tubuhnya disebut
ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua
tali saraf memanjang kebelakang tubuhnya membentuk seperti tangga,
karena itu disebut sistem tangga tali.
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah
ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan
ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua
tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti
tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri
atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang
menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang
terletak tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai
peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan
reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran
untuk mengkoordinasi aktifitas otot.
1. Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan
antena.
2. Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas
sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas
(maksila), dan bibir bawah (labium).
3. Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang
menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan
terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang
saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan
menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.
5
Wiwi Isaini. “Fisiologi Hewan”. (Yogyakarta:PT Kanisius,2019) hal. 91-94
Ikan mempunyai mata yang lebar. Mata lebar itu mungkin hanya jelas
untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi benda-
benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya.
Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada
gendang telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan
melalui kepala atau tubuh.
2. Amphibia
Pada amfibi bagian otak yang berkembang dengan baik adalah otak
tengah sebagai pusat penglihatan. Otak besar berhubungan dengan indra
pencium dan otak kecil hanya merupakan lengkung mendatar yang menuju
ke sumsum lanjutan yang tidak berkembang dengan baik. Otak terbagi atas
lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10 saraf
kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8,
dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas
dan kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang
transparan (membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-
otot superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior,
dan oblikus superior.
Gambar 8. Sistem saraf pada Amphibi
3. Reptil
Pada reptilia Otak besar berkembang dengan baik, sebagai pusat saraf
pembau. Otak besar ini meluas sehingga menutupi otak tengah. Bagian lainnya
kurang berkembang. Otak reptilia terdiri atas dua lobus olfaktorius yang
panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, medulla oblongata
yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus
optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang
syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada
rongga hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga
vertebrata rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran
tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar.
Dari ruang tympani ada saluran eustachius dan bermuara dalam faring di
belakang hidung dalam.
5. Mamalia
Sistem saraf pada mamalia ini merupakan sistem saraf yang paling lengkap
di bandingkan dengan semua jenis hewan lainnya. Mamalia telah memiliki
struktur otot yang sangat kompleks, serta ukuran yang besar.
Pada mamalia umumnya telah memiliki struktur indra yang lengkap
sehingga telah mampu merenima rangsangan dan memberikan respon terhadap
rangsangan tersebut. Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan
otak. Cerebellum juga besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4
buah. Setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus
anterior dan posterior.6 (Walangi, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
6
Risa Purnama Sari, Dwi Rukma Santu. “Fisiologi Hewan”. (Surabaya: Prgram Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel. 2017) hal. 27-28.