Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN DAERAH

NOMOR 11 TAHUN 2012


TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DAERAH KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2012 – 2017

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


2.1.1 ASPEK GEOGRAFI
Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110° 9' 48,81" sampai 110° 9' 48,04"
Bujur Timur, 5° 43' 20,93" sampai 6° 47' 25,81" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah
paling ujung sebelah Utara dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terbagi menjadi 16
Kecamatan dan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara dan Barat, Kabupaten
Demak di sebelah Selatan, serta Kabupaten Kudus dan Pati di sebelah Timur. Wilayah bagian
Utara Jepara, lahannya didominasi oleh usaha perkebunan, kehutanan, serta pertanian tanaman
pangan. Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km, memiliki potensi sangat besar dalam
bidang perikanan. Keberhasilannya nampak pada semakin meningkatnya peran serta para pelaku
pembangunan sektor perikanan yaitu pembudidaya tambak, nelayan, KUD, swasta dan semakin
efektifnya pelaksanaan Pemerintahan. Kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km
termasuk keberadaan KarimunJawa, dengan luas wilayah penangkapan laut, baik jalur I, II dan III
mencapai 1.500 km2 . Budidaya laut dilakukan di atas areal seluas 10.000 Ha dan luas areal budi
daya laut dan penangkapan di perairan umum mencapai 1.472 Ha lebih. Selain pantai, dari wilayah
Kabupaten Jepara juga mencakup luas lautan seluas 1.845,6 km². Pada lautan tersebut terdapat
daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau tidak berpenghuni.
Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan KarimunJawa yang berada di gugusan
Kepulauan Karimun Jawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau
terbesarnya adalah Pulau KarimunJawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah perairan
KarimunJawa tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Dikaitkan dengan bentuk
pulau Jawa, posisi wilayah Kabupaten Jepara ini sebenarnya kurang menguntungkan. Berada di
ujung Utara Pulau Jawa menjadikan Jepara tak terlewati jalur utama pantura.

2.1.1.1 Kondisi Wilayah


Kabupaten Jepara terletak di pantura Timur Jawa Tengah, di mana bagian Barat dan Utara
dibatasi oleh laut. Bagian Timur wilayah Kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Wilayah
Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan KarimunJawa, penyeberangan ke kepulauan ini
dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. KarimunJawa juga terdapat
lapangan terbang perintis yang didarati pesawat berjenis kecil dari Semarang. Jarak ibu kota
Kabupaten Jepara dengan ibu kota daerah-daerah lain adalah sebagai berikut:

 Kudus : 35 km
 Pati : 59 km
 Rembang : 95 km
 Demak : 45 km
 Blora : 131 km
 Jakarta : 561 km
 Semarang : 76 km
 Surabaya : 294 km
Luas wilayah Kabupaten Jepara tercatat 100.413,189 ha atau 1.004,132 km², menempati 3,09%
dari wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling yaitu
12.311,588 ha atau 123,116 km², dan Kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Kalinyamatan
2.370,001 ha atau 23,700 km².
2.1.1.2 Topografi
Kabupaten Jepara yang merupakan daerah di kawasan Utara Jawa ini secara topografi dapat
dibagi dalam empat wilayah yaitu:

 wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara


 wilayah dataran rendah di bagian Tengah dan Selatan
 wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria
 wilayah perairan atau kepulauan di bagian Utara yang merupakan serangkaian Kepulauan
Karimun Jawa.
Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan 1.301 m dpl (dari
permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0-2 mdpl yang merupakan
dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl
merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai
dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam
10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212 Ha. Sebagai akibat dari wilayah yang cenderung ke arah
Kawasan pesisir pantai, Kabupaten Jepara memiliki 6 bentuk lahan yang fungsional yaitu:

 Dataran
 Dataran aluvial
 Lembah aluvial
 Pegunungan sekitar pantai
 Perbukitan
 Rawa pasang surut
Sedangkan jenis tanahnya menurut topografi kawasan Kabupaten Jepara memiliki 4 Jenis tanah
yaitu:

 Andosol coklat
 Regosol
 Alluvial
 latosol
Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada
pada lereng Gunung Muria bagian Barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki
beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan,
Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul.
Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian Timur
(Gunung Muria) ke arah Barat (Barat Daya, Barat, dan Barat Laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa).
Penutupan batuan atau singkapan batuan merupakan masalah yang terjadi pada permukaan tanah
yang tertutup oleh batuan di Kabupaten Jepara, hal tersebut menjadi salah satu sebab kurang
suburnya tanah di Kabupaten Jepara karena tanah yang tertutup batuan menjadi keras dan sulit
untuk ditanami.
Tabel II.
1. DATA KETINGGIAN DARI PERMUKAAN AIR LAUT TAHUN 2011

2.1.1.3 Keadaan dan Pemanfaatan Tanah


Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang
berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang
pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hiromorf, regosol coklat,
asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf
kelabu, dan planosol coklat keabuan. Kabupaten Jepara terletak pada lereng Utara dan Barat
Gunung Muria. Daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol Coklat, terdapat di perbukitan bagian
Utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat di bagian Utara seluas
2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai Utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi
Mediterian terdapat di pantai Barat seluas 19.400,458 Ha dan Latosol yang merupakan jenis tanah
paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha.
Lahan di kawasan Kabupaten Jepara cocok digunakan untuk budidaya tambak mengingat kondisi
fisik lingkungannya yang dekat dengan pantai. Selain sebagai budidaya tambak lahan di Kawasan
Jepara yang datar juga cocok difungsikan untuk perkebunan atau budidaya pertanian ringan
khususnya pada kawasan yang berbukit. Lahan di Kabupaten Jepara terdapat banyak kawasan
yang merupakan hasil dari pengendapan tanah yang terkena air sunagi atau laut akibat abrasi yang
sulit difungsikan dan terkadang berubah menjadi daerah rawa yang hanya bisa dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman tertentu.
2.3.1.5 Penataan Ruang
Kinerja makro urusan penataan ruang antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator yaitu
luas ruang terbuka hijau publik per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB; luas kawasan lindung;
kawasan hutan lindung; kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya; kawasan
perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; luas kawasan
budidaya; jumlah IMB yang dikeluarkan; luas kawasan industri; luas wilayah kebanjiran, luas
wilayah kekeringan serta luas wilayah perkotaan. Luas ruang terbuka hijau publik per satuan luas
wilayah berHPL/HGB selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari 315,939 ha di
tahun 2007 menjadi 408,61 ha di tahun 2011. Luas kawasan lindung menunjukkan angka yang
fluktuatif selama lima tahun, demikian juga untuk kawasan hutan lindung. Kawasan yang
memberi perlindungan kawasan bawahannya selama lima tahun menunjukkan angka yang tetap
yaitu 1.325 ha. Kawasan perlindungan setempat juga menunjukkan angka yang tetap selama lima
tahun, yaitu 4.723,52 ha, demikian juga untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya selama lima tahun menunjukkan angka yang tetap yaitu 4.178,07 ha. Luas kawasan
budidaya menunjukkan peningkatan yaitu dari 85.942,60 ha di tahun 2007 menjadi 86.664,39 ha
di tahun 2011. Jumlah IMB yang dikeluarkan selama lima tahun menunjukkan angka yang
fluktuatif. Luas kawasan industri selama lima tahun menunjukkan luas yang tetap yaitu 921,604
ha. Luas wilayah kebanjiran selama lima tahun menunjukkan penurunan yaitu dari 4.517 ha di
tahun 2007 menjadi 1.909 ha di tahun 2011. Luas wilayah kekeringan juga menunjukkan angka
yang menurun yaitu dari 606 ha di tahun 2007 menjadi 23 ha di tahun 2011. Sedangkan luas
wilayah perkotaan masih menunjukkan luas yang tetap selama lima tahun yaitu 32.468,48 ha.
Tabel II.29.
KINERJA MAKRO URUSAN PENATAAN RUANG TAHUN 2007-2011
2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan
Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah adalah
tersusunnya draft RPJPD pada tahun 2005 yang selanjutnya menjadi dokumen pembangunan
jangka panjang daerah 2005-2025 dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan tersedianya
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2007-2012 yang ditetapkan dengan
oleh Peraturan Daerah dan akan berakhir pada tahun 2012 ini. Kemudian harus segera disusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2012-2017 sebagai konsekuensi
terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati baru di Kabupaten Jepara. Disamping itu juga dilihat dari
tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang berupa Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD yang ditetapkan dengan Peratuan Kepala Daerah.
Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan
implementasinya.
Tabel II.30.
KINERJA MAKRO URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2007-2011
2.3.1.7 Perumahan
Untuk mencukupi kebutuhan perumahan tahun 2011, telah terbangun 2 unit Rusunawa
dengan kapasitas masing-masing 98 KK. Tujuan Pembangunan Rusunawa ini adalah memberikan
solusi atas kebutuhan perumahan yang sederhana dan sehat bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di samping penataan wilayah dan kawasan pemukiman kumuh di perkotaan,
merelokasi hunian tak berijin dan tempat-tempat terlarang lainya untuk tercipta lingkungan
perkotaan yang hijau dan bersih. Kinerja makro urusan perumahan antara lain bisa dilihat dari
beberapa indikator yaitu rumah tangga pengguna air bersih dan rumah tangga pengguna listrik.
Jumlah rumah tangga pengguna air bersih selama lima tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari
sebesar 15.364 rumah tangga di tahun 2007 menjadi sebesar 26.448 rumah tangga di tahun 2011.
Jumlah rumah tangga pengguna listrik selama tahun 2007 s/d 2011 menunjukkan peningkatan
yaitu dari 95.551 rumah tangga pada tahun 2007 meningkat menjadi 103.003 rumah tangga pada
tahun 2011.
Tabel II.31.
KINERJA MAKRO URUSAN PERUMAHAN TAHUN 2007-2011

2.1.2 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH


Keberadaan ruang adalah terbatas. Dengan demikian, rentan menimbulkan konflik antar pemangku
kepentingan (stakeholders), terlebih dengan karakteristik masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan
keras. Beberapa permasalahan yang muncul, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai bagian
dari dinamika pembangunan di Kabupaten Jepara, yang sifatnya strategis antara lain:
1. Beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara memiliki topografi lebih dari 40% (sangat
curam) sehingga berpotensi longsor.
2. Sebagian jenis tanah di Kabupaten Jepara ada yang sangat peka terhadap erosi (regosol
coklat) sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan di atasnya.
3. Adanya rawan bencana banjir, tanah longsor dan angin topan akan menjadi salah satu
kendala dalam pembangunan wilayah.
4. Permasalahan lingkungan, seperti alih fungsi lahan yang belum terkendali (terutama dari
kawasan lindung ke kawasan budidaya) dengan baik, abrasi dan rob, kerusakan daerah hulu
sungai akibat pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan.
5. Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga mempersulit dalam
pemerataan pembangunan.
6. Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak terjadi konflik
dalam pemanfaatan ruang.
Dengan penataan ruang yang terpadu, serasi dan berkualitas, maka semua stakeholders
pembangunan akan mempunyai rujukan yang sama dalam memanfaatkan ruang. Hal ini, selain
akan memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang juga akan mendorong masyarakat
untuk berperan aktif, baik pada proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian
pemanfaatan ruang.
Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Jepara
dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi, selaras, seimbang, dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan,
disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara (Peraturan Daerah Kabupaten
Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031).

Anda mungkin juga menyukai