Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PROSEDUR ANALITIS

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


10
2.1 Gambaran Umum
Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat
dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.
Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk
akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul
kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan
dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapan- tahapan
sebagai berikut.
1) Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang
dapat diperoleh dengan pemahaman tentang auditee dan proses bisnis utama
dari auditee.
2) Mengembangkan ekspektasi (develop expectation) atas pola hubungan yang
seharusnya terjadi antar data terkait. Pengembangan ekspektasi ini berdasarkan

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


11
hasil pemahaman hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam mengembangkan
ekspektasi, pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan faktor-faktor
yang secara signifikan mempengaruhi data maupun pola hubungan yang akan
dianalisis/diukur.
3) Membandingkan hasil analisis data sesungguhnya dengan ekspektasi atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi, serta menelusuri penyebab penyimpangan
signifikan yang terjadi.
Perbedaan antara hasil analisis data sesungguhnya dengan ekspektasi atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi, mengindikasikan terjadinya risiko salah saji
yang harus ditelusuri. Penelusuran dapat dilakukan menggunakan data laporan
keuangan dan/atau data nonkeuangan,dengan contoh sebagai berikut.
1. Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan yang Seharusnya Terjadi dengan
Menggunakan Data Laporan Keuangan

Tabel 2.1
Hubungan Pengembangan Ekspektasi dengan Risiko Salah Saji

Data yang
Akun Ekspektasi yang dikembangkan Risiko salah saji
digunakan

Realisasi LRA, BKU Realisasi Pendapatan (LRA) = Total nilai Kurang/lebih saji
Pendapatan dan Rekening kredit Rekening Kasda – pengembalian pene­rimaan
(LRA) Kas Daerah belanja pada tahun berjalan

Realisasi LRA, BKU Realisasi Belanja (LRA) = Total SP2D Kurang/lebih saji
Belanja (LRA) + Total SP3 - pengembalian sisa Uang belanja
Persedian (UP) – pengembalian sisa
belanja (kontra pos)

Kas di Bendahara Neraca, BKU Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Kurang/lebih saji
Pengeluaran = Saldo UP di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara
+ Utang PFK yang belum disetorkan ke Pengeluaran
kas negara oleh Bendahara Pengeluaran
+ Pendapatan Jasa Giro yang belum
disetorkan ke kasda

Kas di Bendahara Neraca, BKU, Kas di Bendahara Penerimaan = Saldo kas Kurang/lebih saji
Penerimaan STS di BKU Bendahara Penerimaan SKPD yang Kas di Bendahara
belum disetorkan ke kasda Penerimaan

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


12
Data yang
Akun Ekspektasi yang dikembangkan Risiko salah saji
digunakan

Aset Tetap (AT) LRA, Neraca, Belanja Modal = (So Aset Tetap per 31 Hibah aset
(harga perolehan) Des 200X) – (So Aset Tetap per 31 Des tetap yang tidak
200X-1) +/- mutasi masuk/keluar Aset diungkapkan,
Tetap selain dari Belanja Modal penghapusan Aset
Tetap (AT) tidak
diungkapkan, salah
pengelompokkan
anggaran, dan salah
kapitalisasi aset,
sehingga aset tetap
kurang/lebih saji
Neraca, Daf_ Total aset tetap menurut Daftar Inventaris Aset yang
tar Inventaris Barang Milik Daerah intrakomptabel dilaporkan tidak
Barang Daerah = total harga perolehan aset tetap di ada, aset tetap
Neraca diperoleh dari hibah
belum dicatat di
neraca Kesa­lahan
kompilasi.

Utang Jangka LRA dan Ne­ Penambahan (penurunan) Utang Jang­ka Lebih/kurang saji
Pan­jang dan raca Panjang dan Bagian Lancar Utang Jangka akun utang atau
Bagian Lancar Panjang = Penambahan Penerimaan/ akun pembiayaan,
Utang Jangka Pengeluaran Pembiayaan kekurangan
Panjang pengungkapan
atas selisih yang
mungkin terjadi.
Utang Perhitu­ Neraca dan Utang PFK = saldo utang PFK tahun se- Lebih/kurang saji
ngan Fihak Ketiga LAK belumnya + penerimaan non Anggaran utang PFK, selisih
(PFK) PFK (diluar penerimaan karena kesalahan fisik dan catatan
rekening) – pengeluaran nonanggaran PFK SiLPA
(diluar pengeluaran karena kesalahan re-
kening)

Pendapatan Pa­jak LO, Neraca Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan Pa- Lebih/kurang saji
jak ( LRA) - Saldo Piutang Pajak Awal akun Pendapatan
Tahun + Saldo Piutang Pajak Akhir Akhir Pajak.

Belanja Barang LO, Neraca Beban Persediaan (LO) = Belanja Barang Lebih/kurang
Jasa – Persediaan dan Jasa Persediaan (LRA) + Saldo saji akun Belanja
dan Beban Persediaan Awal Tahun – Saldo Persediaan Barang Jasa –
Persediaan Akhir Tahun Persediaan dan
Beban Persediaan

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


13
2. Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan yang Seharusnya Terjadi dengan
Menggunakan Data Laporan Keuangan dan Nonkeuangan
Pengembangan ekspektasi atas pola hubungan yang seharusnya terjadi dapat
menggunakan data laporan keuangan dan nonkeuangan, dengan contoh sebagai
berikut.
Saldo Belanja Gaji suatu pemda X untuk Tahun Anggaran 20X0 sebesar Rp1 Miliar.
Asumsi pada tahun depan, tidak ada penambahan pegawai dan tidak ada rencana
kenaikan gaji, maka saldo Belanja Gaji untuk Tahun Anggaran 20X1 tidak akan
mengalami perubahan secara signifikan dari belanja gaji tahun lalu. Sedangkan
sebaliknya, apabila dalam tahun berjalan ada penambahan jumlah pegawai
yang signifikan dan kenaikan gaji dari pemerintah, maka belanja gaji tahun
depan akan naik secara signifikan. Contoh belanja gaji tahun berikutnya ternyata
sejumlah Rp2 Miliar. Sementara pada saat perencanaan, Pemeriksa memprediksi
bahwa Belanja Gaji akhir tahun tersebut sebesar Rp1,5 Miliar. Dengan demikian
ada selisih sejumlah Rp500 juta dari perkiraan semula, sehingga akan diidentifikasi
dan dilakukan uji substansi lebih jauh sebagai bahan pembuktian audit untuk
menyimpulkan apakah terjadi salah saji pada akun Belanja Gaji.

2.2 Tujuan Prosedur Analitis


Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya.
Prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan,
pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut tujuan dan
proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut.
1) Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa
dalam memahami entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun
berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat, saat, dan
lingkup prosedur pemeriksaan dalam menentukan rencana, desain, dan pengujian
materialitas. Prosedur analitis pada tahap perencanaan pemeriksaan dilakukan
diantaranya melalui analisis data secara vertikal dan horizontal, segera setelah
laporan keuangan unaudited diserahkan oleh pemerintah daerah. Penyimpangan
yang ditemukan dari hasil analisis vertikal dan horizontal mengindikasikan risiko
terjadinya salah saji. Untuk itu, pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi atas
penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur
pemeriksaan terkait siklus atau akun tertentu.
2) Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan
untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo
akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini bisa

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


14
digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada
akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis biasanya
dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan keuangan baik data
keuangan maupun data nonkeuangan.
3) Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh
informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun
dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara vertikal maupun
horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk
memastikan kewajaran laporan keuangan.

2.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis


Prosedur analitis dapat dilaksanakan sebelum Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah diterima oleh BPK. Pemeriksa dapat memanfaatkan data keuangan dari portal
e-audit di BPK yang telah terkoneksi dengan server Pemerintah Daerah. Contohnya:
total belanja bagi hasil pajak provinsi harus sama dengan total pendapatan bagi hasil
pajak yang diterima oleh seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Ada 3 (tiga) cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu
analisis data, teknik prediktif, dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai
berikut.

2.3.1 Analisis data


Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antarakun dan
kecukupan pengungkapannya.
Pengujian ketepatan penjumlahan antarakun dan kecukupan pengungkapannya
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran angka-angka dalam
laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal
ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan
keuangan dimaksud.
Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi dari Pemerintah Daerah,
pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan
penjumlahan akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan rinciannya
di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan rincian di CaLK juga harus
dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan.
Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui
apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan keuangan sehingga
dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan dengan pengujian substantif.

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


15
Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh
keyakinan bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran
tercermin dalam LKPD tahun anggaran tersebut. Hal tersebut harus tercermin
dalam LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Laporan Perubahan Ekuitas,
dan/atau CaLK.

Misalnya :
1) Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah
pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara
penerimaan pada Neraca per 31 Desember.
2) Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan
pembiayaan pada LRA dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember
20XX.
3) Adanya pengakuan Utang PFK harus tercermin dalam saldo Kas di Neraca
per 31 Desember 20XX dan dijelaskan dalam CaLK.
Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam
Neraca, LRA, LAK, LO, Laporan Perubahan SAL, dan Laporan Perubahan Ekuitas, baik
analisis secara vertikal maupun horizontal.

2.3.1.1 Analisis Vertikal


Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan
keuangan saja, misalnya analisis antarakun Neraca saja, atau antarakun LRA saja,
atau antarakun LAK saja, atau antarakun LO saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan
keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam LRA, Neraca, LAK, dan LO.
Analisis ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antar jurnal dalam satu
laporan, sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah
disajikan dengan angka yang benar dan seimbang.

2.3.1.1.1 Analisis Vertikal dalam LRA


Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam
LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.
Tabel 2.2
Analisis Vertikal dalam LRA

Uraian Persamaan
SiLPA tahun berjalan harus sama dengan SiLPA = Total Pendapatan – Total
total pendapatan dikurangi total belanja Belanja dan Transfer + Total Penerimaan
dan transfer ditambah total penerimaan Pembiayaan – Total Pengeluaran
pembiayaan dikurangi dengan total Pembiayaan
pengeluaran pembiayaan.

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


16
2.3.1.1.2 Analisis Vertikal dalam Neraca
Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun
dalam neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara seimbang
untuk akun-akun yang saling berhubungan.
Tabel 2.3
Analisis Vertikal dalam Neraca

Uraian Persamaan
Aset harus sama dengan total Aset = Kewajiban + Ekuitas
Kewajiban ditambah dengan total Ekuitas.

Kas di Bendahara Pengeluaran harus sama Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa


dengan sisa Uang Persediaan yang belum Uang Persediaan yang Belum Disetor
disetor ke kasda ditambah dengan Utang + Utang PFK di Bendahara Pengeluaran
PFK di Bendahara Pengeluaran yang belum
disetor ke kas negara.

2.3.1.1.3 Analisis Vertikal dalam Laporan Arus Kas (LAK)


Analisis vertikal dalam LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam
LAK telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.
Tabel 2.4
Analisis Vertikal dalam LAK

Uraian Persamaan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
harus sama dengan Arus Masuk Kas dari = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi
Aktivitas Operasi dikurangi Arus Keluar - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi
Kas dari Aktivitas Operasi.

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi =
harus sama dengan Arus Masuk Kas dari Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investa-
Aktivitas Investasi dikurangi Arus Keluar si -
Kas dari Aktivitas Investasi. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
harus sama dengan Arus Masuk Kas dari = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan dikurangi Arus Keluar -
Kas dari Aktivitas Pendanaan. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pendanaan

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


17
Uraian Persamaan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris
harus sama dengan Arus Masuk Kas dari = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Transitoris
Aktivitas Transitoris ditambah Arus Keluar + Arus Keluar Kas dari Aktivitas Transitoris
Kas dari Aktivitas Transitoris.

Kenaikan/Penurunan Kas harus sama Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas


dengan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Bersih dari Aktivitas Operasi + Arus Kas
Operasi ditambah Arus Kas Bersih dari Bersih dari Aktivitas Investasi + Arus Kas
Aktivitas Investasi ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan + Arus
Bersih dari Aktivitas Pendanaan ditambah Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris.
Saldo Akhir Kas di BUD harus sama dengan Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di
Saldo Awal Kas di BUD ditambah BUD + Kenaikan/Penurunan Kas
Kenaikan/ Penurunan Kas.
Saldo Akhir Kas harus sama dengan Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD + Sal-
Saldo Akhir di BUD ditambah Saldo Akhir do Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran +
Kas di Bendahara Pengeluaran ditambah SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas Di Bendahara Penerimaan + Saldo Akhir Kas di BLUD
+ Saldo Akhir Kas di BLUD

2.3.1.1.4 Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional (LO)


Analisis vertikal dalam LO diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam
Uraian Persamaan
Surplus/Defisit LO harus sama dengan Surplus/Defisit LO= Total Pendapatan (LO) -
total Pendapatan (LO) dikurangi total Total Beban (LO) +/- Total Surplus/Defisit
Beban (LO) ditambah (dikurangi) total Kegiatan Nonoperasional (LO) +/- Pos Luar
Surplus (Defisit) Kegiatan Nonoperasional Biasa (LO)
(LO) ditambah (dikurangi) Pos Luar Biasa
(LO)

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


18
LO telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.

Tabel 2.5
Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional
Ilustrasi penerapan analisis vertikal dalam LO sebagaimana di bawah ini

2.3.1.1.5 Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL

Tabel 2.6
Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL

Uraian Persamaan
SAL Akhir harus sama dengan SAL Awal SAL Akhir = SAL Awal – Penggunaan
dikurangi Penggunaan SAL sebagai SAL sebagai penerimaan pembiayaan
penerimaan pembiayaan tahun berkenaan tahun berkenaan + Sisa Lebih/Kurang
ditambah Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
Anggaran Tahun Berkenaan ditambah + Koreksi Kurang/Lebih Kesalahan
Koreksi Kurang/Lebih Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
Pembukuan Tahun Sebelumnya

2.3.1.1.6 Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan


Ekuitas
Analisis vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas diperlukan untuk
memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah disajikan
dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


19
Tabel 2.7
Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas

Uraian Persamaan
Ekuitas akhir harus sama dengan ekuitas Ekuitas akhir = ekuitas awal (+/-) surplus/
awal ditambah (dikurangi) surplus/defisit defisit LO (+/-) koreksi yang terkait
LO ditambah (dikurangi) koreksi yang dengan ekuitas
terkait dengan ekuitas

2.3.1.2 Analisis Horizontal


Analisis horizontal dilakukan dengan m elihat hubungan antarakun dalam unsur
laporan keuangan yang berbeda, misalnya akun LRA dengan akun neraca, akun LRA
dengan akun LAK, akun Laporan Operasional dengan Laporan Perubahan Ekuitas
dan Neraca, ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam LAK dan apakah
sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan dilakukan analisis horizontal adalah
untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca,
LRA, LAK, LO, Laporan Perubahan SAL, Laporan Perubahan Ekuitas, serta kecukupan
pengungkapan dalam CaLK.

2.3.1.2.1 Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca


Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa
akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca
telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 2.8
Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca

Uraian Persamaan
SiLPA di LRA harus sama dengan Kas di Kas SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas di
Daerah ditambah Kas di Bendahara Pengel- Bendahara Pengeluaran + Kas di BLUD +
uaran ditambah Kas di BLUD ditambah Se- Setara Kas – Utang PFK (Neraca)
tara Kas dikurangi dengan Utang PFK
di neraca.

Untuk metode harga perolehan, Penge- Untuk metode harga perolehan, Penge-
luaran Pembiayaan untuk Penyertaan luaran pembiayaan untuk Penyerta-
Modal Daerah (LRA) harus tercermin dalam an Modal Daerah (LRA) = penamba-
penambahan Nilai Penyertaan Mo­dal Dae­ han nilai penyertaan modal pemerintah
rah (Neraca) daerah (Neraca).

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


20
Uraian Persamaan
Penerimaan (Pengeluaran) Pembiayaan Pin- Penerimaan (Pengeluaran) Pem­biayaan
jaman Jangka Panjang harus sama dengan Pinjaman Jangka Panjang (LRA) = Utang
Utang Jangka Panjang ditambah Bagian Jangka Panjang + Bagian Lancar Utang
Lancar Utang Jangka Panjang tahun Jangka Panjang Tahun berkenaan – Utang
berkenaan dikurangi Utang Jangka Panjang Jangka Panjang Tahun sebelumnya -
tahun sebelumnya dikurangi Bagian Lan- Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
car Utang Jangka Panjang tahun sebel- tahun sebelumnya.
umnya.
Selisih antara Realisasi Belanja Mo­dal Teliti apakah pengungkapan selisih
(LRA) – Perubahan Aset Tetap dalam dalam CaLK sudah memadai.
Neraca (Aset Tetap Tahun Berkenaan –
Aset Tetap Tahun lalu) harus dijelaskan
dalam CaLK

2.3.1.2.2 A n a l isis Horizontal antara LRA dan LAK


Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan
bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di LAK
telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 2.9
Analisis Horizontal antara LRA dan LAK

Uraian Persamaan
Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi
harus sama dengan Total Pendapatan (LAK) = Total Pendapatan Daerah (LRA)
Daerah (LRA) dikurangi Pendapatan – Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang
Asli Daerah Lainnya yang berasal dari Berasal dari Penjualan Aset Tetap dan
Penjualan Aset Tetap dan Aset Lainnya Aset Lainnya (LRA) *) - Pendapatan
dikurangi Pendapatan BLUD BLUD

Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi
harus sama dengan Belanja Operasi = Belanja Operasi + Belanja Tak Terduga
ditambah Belanja Tak Terduga (di (di LRA) + Belanja Transfer (di LRA) *)
LRA) ditambah Belanja Transfer (di LRA) - Belanja BLUD
dikurangi Belanja BLUD

Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi
(LAK) harus sama dengan Pendapatan (LAK) = Pendapatan Asli Daerah Yang
Asli Daerah yang berasal dari penjualan Berasal Dari Penjualan Aset Tetap dan
Aset Tetap dan Aset Lainnya (di LRA). Aset Lainnya (di LRA)

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


21
Uraian Persamaan
Arus Kas Keluar dari aktivitas Investasi Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi
(LAK) harus sama dengan Belanja Modal (LAK) = Belanja Modal (di LRA)
(di LRA).

Arus Kas Masuk dari aktivitas Pen- Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pendanaan
danaan (LAK) harus sama dengan Pene­ (LAK) = Penerimaan Pendanaan Di LRA
rimaan Pendanaan di LRA (selain peng- (Selain Penggunaan SiLPA)
gunaan SiLPA).

Arus Kas Keluar dari aktivitas Pen­ Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pen-
danaan (LAK) harus sama dengan danaan (LAK) = Pengeluaran Pendanaan
Pengeluaran Pendanaan di LRA. di LRA

*) Penyimpangan dari persamaan pada tabel di atas dapat diperbolehkan antara


lain karena:
1) Pada LRA t erdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis
s ehubungan adanya transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang;
2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin
menyajikan arus kas secara bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya
secara netto.

2.3.1.2.3 Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK


Analisis horizontal antara Neraca dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa
akun-akun y a n g ada di Neraca y a ng berhubungan dengan akun-akun di LAK
telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 2.10
Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK

Uraian Persamaan
Saldo akhir Kas tahun lalu (LAK) harus Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo
sama dengan saldo awal Kas tahun awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo
berkenaan (LAK), saldo akhir Kas di Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo
neraca tahun lalu, dan saldo awal Kas di Awal Kas Tahun Berjalan (Neraca) Apabila
neraca tahun berjalan. terdapat selisih harus diungkapkan dalam
CaLK

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


22
Uraian Persamaan
Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca)
harus sama dengan saldo akhir Kas di LAK = Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK)
tahun berjalan. Apabila terdapat selisih harus diungkap-
kan dalam CaLK

Utang PFK di neraca harus sama de­ Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di
ngan Utang PFK di BUD ditambah utang BUD + Utang PFK pada Bendahara
PFK di Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran
Saldo Utang PFK di neraca tahun berjalan Saldo Utang PFK tahun berjalan (nera-
harus sama dengan saldo Utang PFK ca) = Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya
di neraca tahun sebelumnya ditambah (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun ber-
Penerimaan PFK tahun berjalan dikurangi jalan – Pengeluaran PFK Tahun Berjalan
Pengeluaran PFK tahun berjalan di LAK. (LAK) Apabila terdapat selisih maka se-
lisih tersebut adalah utang PFK yang ada
di bendahara pengeluaran

2.3.1.2.4 A n a l isis Horizontal antara LRA dan Laporan Peru-


bahan SAL
Analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL diperlukan
untuk mengetahui kesinambungan antar LRA dan Laporan Perubahan SAL serta
memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-
akun di Laporan Perubahan SAL telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 2.11
Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL

Uraian Persamaan

Silpa di LRA harus sama dengan Saldo Ang­ SiLPA pada LRA = Saldo Anggaran Lebih
garan Lebih (SAL) akhir pada Laporan Pe- (SAL) Akhir pada Laporan Perubahan SAL
rubahan SAL

Silpa pada LRA Tahun Sebelumnya harus Silpa pada LRA Tahun Sebelumnya
sama dengan Penggunaan Silpa pada Lapo- = Penggunaan Silpa pada Laporan Pe-
ran Perubahan SAL harus sama de­ ngan rubahan SAL = Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan Silpa pada Silpa pada LRA = Saldo Anggaran Lebih
LRA harus sama dengan Saldo Anggaran (SAL) Awal pada Laporan Perubahan SAL
Lebih (SAL) Awal pada Laporan Perubahan
SAL

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


23
Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan
SAL sebagaimana di bawah ini.

2.3.1.2.5 Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan


E kuitas, dan Neraca
Analisis horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca diperlukan
untuk mengetahui kesinambungan antar LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Neraca serta memastikan bahwa akun-akun yang ada di LO yang berhubungan
dengan akun-akun di Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca telah disajikan
secara benar dan sesuai.

Tabel 2.12
Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca

Uraian Persamaan
Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan
Ekuitas harus sama dengan Ekuitas Akhir Ekuitas = Ekuitas Akhir pada Neraca Ta-
pada Neraca Tahun Sebelumnya hun Sebelumnya

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


24
Surplus/Defisit pada Laporan Operasi­onal Surplus/Defisit pada Laporan Ope­ra­
harus sama dengan Surplus/Defisit pada sional = Surplus/Defisit pada Laporan
Laporan Perubahan Ekuitas Perubahan Ekuitas

Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan
Ekuitas harus sama dengan Ekuitas pada Ekuitas = Ekuitas pada Neraca
Neraca

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Neraca sebagai berikut.

2.3.1.2.6 Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca


Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca diperlukan untuk
memastikan bahwa akun-akun yang ada di LO yang berhubungan dengan akun-akun
di LRA dan Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


25
Tabel 2.13
Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca

Uraian Persamaan
Pendapatan Pajak (LO) harus sama dengan Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan
Pendapatan Pajak (LRA) dikurangi Piutang Pajak (LRA) - Saldo Piutang Pajak Awal
Pajak Awal Tahun ditambah Piutang Tahun + Saldo Piutang Pajak Akhir Tahun
Pajak Akhir Tahun

Pendapatan Retribusi (LO) harus sama Pendapatan Retribusi (LO) =


dengan Pendapatan Retribusi (LRA) Pendapatan Retribusi (LRA) – Saldo
dikurangi Piutang Retribusi Awal Tahun Piutang Retribusi Awal Tahun + Saldo
ditambah Piutang Retribusi Akhir Tahun Piutang Retribusi Akhir Tahun

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (LO)
(LO) harus sama dengan Pendapatan Bagi = Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi
Hasil Pajak Provinsi (LRA) dikurangi Piutang (LRA) – Saldo Piutang Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pajak Provinsi Awal Tahun Provinsi Awal Tahun + Saldo Piutang Bagi
ditambah Piutang Bagi Hasil Pajak Provinsi Hasil Pajak Provinsi Akhir Tahun
Akhir Tahun
Beban Persediaan (LO) harus sama dengan Beban Persediaan (LO) = Belanja
Belanja Barang dan Jasa Persediaan (LRA) Barang dan Jasa Persediaan (LRA)
ditambah Persediaan Awal Tahun dikurangi +Saldo Persediaan Awal Tahun – Saldo
Persediaan Akhir Tahun Persediaan Akhir Tahun
Beban Penyusutan (LO) harus sama Beban Penyusutan (LO) = Aku-
dengan Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun mulasi Penyusutan Akhir Tahun
dikurangi Akumulasi Penyusutan Awal
– Akumulasi Penyusutan Awal Tahun
Tahun

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


26
Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara antara LO, LRA, dan Neraca
sebagaimana berikut.

Ilustrasi lebih lanjut penggunaan prosedur analitis dengan teknik analisis data
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.

2.3.2 Teknik Prediktif


Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan anggaran
akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang terjadi bisa
menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya diungkapkan pada CaLK.
Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah
tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk
mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam
pengujian substantif. Contoh teknik adalah memprediksi (memperkirakan)
belanja pemeliharaan kendaraan dinas tahun berjalan, dengan melihat data dan

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


27
jumlah kendaraan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, pada TA 2010 terdapat
penambahan 40 unit kendaraan dinas operasional roda empat dari pembelian.
Penambahan tersebut dapat diperkirakan akan berdampak pada penambahan
biaya pemeliharaan kendaraan dinas tahun TA 2011. Jika diketahui paket biaya
pemeliharaan per kendaraan roda empat dengan kondisi baru adalah
Rp10 juta/tahun, maka pemeriksa dapat memprediksi adanya kenaikan anggaran
belanja pemeliharaan sebesar Rp400 juta pada TA 2011. Jika kenaikan anggaran
dan realisasinya ternyata melebihi Rp400 juta secara signifikan, pemeriksa dapat
melakukan langkah pemeriksaan lebih mendalam atas belanja tersebut.

2.3.3 Analisis Rasio dan Tren


Analisis rasio dan tren merupakan kegiatan untuk menganalisis data keuangan
dan/atau nonkeuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan
signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh analisis
rasio dan tren adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain atau
belanja tertentu tahun sebelumnya.

2.3.3.1 Analisis Rasio


Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antarakun di dalam laporan
keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur
akuntabilitas pemerintah daerah yaitu.
1) Rasio Kemandirian Keuangan
Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat,
yang diformulasikan sebagai berikut.

Pendapatan Asli Daerah


RKK = X 100%
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan


pemerintah daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini
berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama
pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya.
Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD - BPK RI


28
2) Rasio efisiensi
Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan asli daerah dengan realisasi pendapatan
asli daerah yang diterima, yang diformulasikan sebagai berikut.

Realisasi Biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD


Rasio Efisiensi = X 100%
Realisasi Penerimaan PAD

Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan PAD
dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam pengeluaran
biaya pemungutan PAD.
Selain itu, untuk menilai alokasi dana yang dilakukan pemerintah daerah
digunakan rasio belanja langsung terhadap total belanja dan rasio belanja tidak
langsung terhadap total belanja. Dengan rasio ini dapat diketahui apakah dana
pemda sebagian besar digunakan untuk pembangunan yang akan memberi
manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti
belanja pegawai.

2.3.3.2 Analisis Tren


Analisis tren adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun yang
sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai
kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi keuangan.
Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan
data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode
yang lalu.
Analisis tren tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan
matematis dalam persentase ataupun diagram untuk mengetahui kecenderungan
dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.
Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar
dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang.

BAB II - PROSEDUR ANALITIS


29

Anda mungkin juga menyukai