Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia dikenal dengan negara yang majemuk karena didalam Negara
Indonesia terdapat beberapa suku, ras, agama, dan budaya. Sebagai dasar pegangannya yang
sudah melekat pada bangsa ini yaitu semboyan Bhineka Tunggal Ika “berbeda-beda tetapi
tetap satu jiwa” Indonesia dapat menjadikan lebih bijak dan lebih dewasa dalam menghadapi
segala hal.
Namun hal itu terkadang kurang dijadikan bingkai dasar untuk merajut goyahnya jati
diri kebudayaan bangsa, Nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini melekat tergeser pengaruh
dari luar bangsa maupun dalam negeri sendiri. Permasalahan-permasalahan pun seringkali
timbul dalam bangsa ini.
Masyarakat secara umum yang berinteraksi dengan budaya asing tersebut terus
menerus menyerap budaya barat dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak disadari budaya
Indonesia yang dikenal beragam adat maupun budaya nya sudah mulai hilang nilai dasarnya.
Pemimpin bangsa pun lebih mementingkan diri sendiri dan kurang memperhatikan
nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Agama pun seringkali diperdebatkan dan dianggap
bertentangan kepada nilai pancasila bahkan dijadikan sebagai hal-hal politik untuk
kepentingannya .
Maka dari itu seiring berjalannya waktu masyarakat maupun pemerintah sendiri perlu
untuk menumbuhkan rasa nasionalisme persatuan dan kesatuan demi menjaga bangsa ini
yaitu Bangsa Indonesia.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1.2.1.Apa saja penyebab permasalahan yang sering terjadi dan upaya menjaga persatuan dan
kesatuan dalam Negara Indonesia?
1.2.2.Mengapa agama menjadi salah satu sumber konflik permasalahan kesatuan dan
persatuan dalam Negara indonesia ?

1.3.TUJUAN
1.3.1.Untuk mengetahui penyebab permasalahan yang sering terjadi dan upaya menjaga
persatuan dan kesatuan dalam Negara Indonesia.
1.3.2.Untuk mengetahui agama menjadi salah satu sumber konflik permasalahan kesatuan
dan persatuan dalam Negara indonesia

1
BAB II
ISI
2.1. PENYEBAB PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI DAN UPAYA
MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN DALAM NEGARA INDONESIA

A.PERMASALAHAN YANG DIHADAPI NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
menjadi musuh Indonesia selanjutnya adalah ada dalam negara sendiri. Pada masa mengisi
dan mempertahankan kemerdekaan ini dinamika kehidupan sosial politik, ekonomi, serta
budaya telah mewarnai perjalanan hidup Indonesia. Berbagai persoalan timbul baik yang
berupa ancaman, tantangan, hambatan atau gangguan.
Berbagai macam persoalan yang menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
-Potensi perpecahan.Kemajemukan Indonesia yang merupakan kelebihan Indonesia di
mata dunia internasional yang harus dikelola sedemikian rupa agar menjadi kekuatan besar
yang mampu menghadapi permasalahan yang datang.Namun, seringkali kemajemukan itu
justru menjadi bibit perpecahan diantara warga bangsa.Tak luput hal ini dimanfaatkan pihak
luar untuk kepentingan tertentu yang dapat merusak keberlangsungan hidup Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
-Memudarnya fungsi Pancasila sebagai dasar Negara. Setelah reformasi bergulir,
tidak ada lagi doktrin ideologi Pancasila yang dilakukan pemerintah seperti saat Orde Baru
berkuasa dengan BP7 dan Penataran P4-nya. Akibatnya, generasi sekarang dianggap tidak
menjiwai nilai-nilai Pancasila.
-Penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika memicu timbulnya konflik di Indonesia.
-Akibat negatif globalisasi. Arus globalisasi yang sangat pesat membuat segala hal
benar-benar mudah diakses. Tanpa adanya filter tentunya dapat mendatangkan permasalahan
bagi Negara Indonesia.
-Gerakan separatis. Di Indonesia terdapat beberapa gerakan separatis yang dapat
merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-Ketimpangan sosial ekonomi. Selama ini wilayah timur Indonesia kurang mendapat
perhatian yang cukup dari pemerintah. Hal ini memberi dampak ketimpangan sosial di
masyarakat yang bukan tidak mungkin menjadi bibit separatis baru.

2
-Pelanggaran HAM. Masalah pelanggaran HAM merupakan masalah yang sering
muncul di Indonesia. Berbagai jenis-jenis pelanggaran HAM terjadi di misalnya kerusuhan
Mei 1998.
-Konflik sosial. Konflik sosial sangat rentan terjadi di Indonesia. Hal ini terkait
dengan lunturnya Bhinneka Tunggal Ika dan memudarnya fungsi Pancasila sebagai dasar
Negara serta memudarnya fungsi toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Dampak akibat
konflik sosial yang ditimbulkan tidaklah sedikit seperti kerugian materiil dan jatuhnya korban
jiwa. Tak jarang mereka menjadi pengungsi di Negara sendiri yang bukan tidak mungkin
menimbulkan bibit-bibit konflik baru.
-Terjadinya korupsi sebagai penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan baik oleh pejabat pemerintah maupun swasta.
-Narkoba merajalela di Indonesia. Saat ini Indonesia tengah gencar-gencarnya perang
melawan narkoba. Berbagai kasus penyalahgunaan narkoba terjadi hampir di berbagai
kalangan dan tempat. Bahkan aparat pemerintah dan aparat hukum yang seyogyanya menjadi
suri tauladan bagi rakyat justru terjerat narkoba.
-Potensi intervensi yang dilakukan pihak asing. Indonesia dengan segala kekayaan
yang dimiliki tentu tidak luput dari gangguan yang berasal dari Negara lain. Mungkin bukan
berbentuk agresi militer, tetapi intervensi bidang ideologi dan perekonomian.
-Pelanggaran batas wilayah Negara juga menjadi ancaman keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pelanggaran ini dapat memicu terjadinya konflik dengan Negara lain.

B.UPAYA MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN


Banyak sekali upaya yang bisa dilakukan guna menjaga keutuhan Negara Republik
Indonesia. Namun, semua mengerucut pada 4 hal penting berikut yaitu kembali kepada
Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika serta usaha pertahanan negara. Berikut
adalah upaya menjaga keutuhan NKRI :

1. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, dasar Negara Indonesia, serta falsafah hidup
sejatinya benar-benar menjadi pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan ke dalam
setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila maka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat
terjaga. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada zaman Orde Baru dikenal dengan

3
36 Butir Pancasila. Setelah masa reformasi bergulir, nilai-nilai ini mengalami perubahan
menjadi 45 butir Pancasila.

Berikut adalah ke-45 butir Pancasila yang menjadi pedoman perilaku bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjaga keutuhan NKRI :

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

4
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

5
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
Suka bekerja keras.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.
2. Menggelorakan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan bangsa

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu jua.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan ikatan kemajemukan yang Indonesia miliki. Salah satu
cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia adalah dengan belajar menerima ke
Bhinnekaan itu sendiri sebagai sebuah kenyataan agar menjadi kekuatan.

3. Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai konstitusi/UUD 1945.

Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya mengacu pada konstitusi.
Dalam UUD 1945 telah diatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban warga Negara.
Kewajiban warga Negara hendaknya didahulukan dari pada menuntut hak. Dengan demikian
akan tercipta tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman dan tertib. (baca ; Hak
dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945 – Peran Konstitusi dalam Negara
Demokrasi)

6
4. Melaksanakan usaha pertahanan Negara

Segala ketentuan mengenai pertahanan Negara tercantum dalam UU Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara yang dimaksud dengan pertahanan Negara adalah : “usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
Negara”.

Hakikat, Dasar, Tujuan, dan Fungsi Pertahanan Negara

Adapun yang menjadi hakikat, dasar, tujuan dan fungsi pertahanan Negara sesuai dengan UU
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah sebagai berikut :

Pasal 2 berbunyi : “Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri”.

Pasal 3 berbunyi :
(1) Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
(2) Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan.

Pasal 4 berbunyi :

“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.

Pasal 5 berbunyi :

7
“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan”.

Penyelenggaraan Pertahanan Negara

Penyelenggaraan pertahanan Negara sebagaimana yang tercantum dalam UU No 3 Tahun


2002 tentang Pertahanan Negara adalah :

Pasal 6 berbunyi :

“Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan,


daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman”.

Pasal 7 :

(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh


pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.
(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara
Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung.
(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

Pasal 8 berbunyi :

(1) Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
(2) Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
(3) Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2), diatur dengan undang-undang.

8
Pasal 9 berbunyi :

(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui:

a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;
dan
d. pengabdian sesuai dengan profesi.

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara


wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Pasal 10 berbunyi :

(1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara.
(3) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk:

a. mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah;


b. melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa;
c. melaksanakan Operasi Militer Selain Perang; dan
d. ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

2.2. AGAMA MENJADI SALAH SATU SUMBER KONFLIK PERMASALAHAN


KESATUAN DAN PERSATUAN DALAM NEGARA INDONESIA

9
Hal tersebut tidak terlepas dari pandangan bahwa agama masih dianggap sebagai sumber
konflik dan pemecah belah persatuan, yang  setidaknya didasari oleh 4 (empat) hal.

Pertama, agama dalam setiap pergolakan sosial selalu dijadikan sebagai pengobar agresivitas
untuk melawan umat agama lain seperti dalam konflik Tolikara di Papua. 

Kedua, agama selalu dijadikan alat pemersatu setiap kelompok umat agama untuk melawan,
mengalahkan dan menghancurkan pihak lain yang dianggap sebagai musuh. 

Ketiga, pergolakan politik yang terjadi di  Irak, dan Suriah saat ini, dengan isu ISIS yang
menggunakan label agama, telah menyedot simpati dan dukungan yang luas, sekaligus
mendapat perlawanan dari para penguasa di seluruh dunia. Isu ISIS dianggap sebagai
pemecah belah persatuan.

Keempat, dalam pertarungan politik di Indonesia, isu agama yang dikategorikan sebagai
"SARA" selalu dipergunakan. Oleh karena itu, secara formal, isu agama dilarang, namun
dalam rivalitas, isu agama tidak pernah hilang. Sebagai contoh, dalam pemilu Presiden dan
Wakil Presiden 2014, isu agama luar biasa laris,  sehingga dianggap agama sebagai pemecah
belah.

Menggunakan Isu Agama

Penggunaan isu agama dalam mewujudkan target politik, ekonomi, sosial dan sebagainya,
bukan hanya di Indonesia. Hampir semua masyarakat di negara manapun di dunia,
menggunakan isu-isu sensitif untuk melawan dan mengalahkan pihak lain.  Termasuk isu
yang sering dipergunakan ialah isu agama.

Di Amerika Serikat sebagai negara nomor wahid dalam pengamalan demokrasi dan HAM,
isu agama masih selalu dipergunakan dalam setiap pemilihan Presiden.  Presiden Barack
Obama misalnya harus mendekarasikan diri bahwa dia beragama Kristen bukan Islam
sebagaimana yang diisukan pihak lawan. 

10
Begitu pula di negara-negara barat seperti di Jerman, isu agama masih sangat berpengaruh
bahkan di negara itu berdiri partai Demokratik Kristen, yang dalam beberapa tahun ini
memimpin Jerman.  

Begitu pula di India sebagai negara demokrasi terkemuka, isu agama masih sangat menonjol
dalam setiap pemilu di negara itu.

Satu-satunya negara di dunia yang saya ketahui, tidak menggunakan isu agama ialah RRC. 
Negara yang menganut ideologi komunis, memang melarang agama di negara itu. 

Agama Buka Sumber Konflik

Semua agama memerintahkan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan.  Dalam Islam
secara tegas Allah memerintahkan untuk mewujudkan persatuan,  seperti dikemukakan dalam
Alqur'an surah Ali imran ayat 103 yang artinya "Berpegang teguhlah semuanya kepada tali
(agama) Allah dan jangan berpecah belah. Dan ingatlah nikmat Allah ketika kamu bermusuh-
musuhan, kemudian dengan nikmatnyab hati kamu dilunakkan sehingga menjadi
bersaudara ...".

Ayat tersebut sangat sering dilantunkan oleh para pembaca Alqur'an dengan lagu yang amat
merdu ketika tampil membaca Alqur'an dihadapan publik.  Begitu pula ayat-ayat Alqur'an
lain yang memerintahkan supaya bersatu.

Akan tetapi, realitas menunjukkan bahwa dunia Islam banyak dilanda konflik dan
perpecahan, sehingga muncul pandangan negatif bahwa agama sumber konflik dan pemecah
belah persatuan, yang harus disingkirkan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernbegara. 

Pertanyaanya, mengapa timbul anggapan negatif bahwa agama menjadi sumber konflik dan
pemecah belah persatuan.  Pertama, banyak penganut agama tidak paham ajaran agamanya,
sehingga menjadikan agamanya sebagai phobia, seperti Islam phobia.

Kedua, kuatnya propaganda yang mendiskreditkan agama, sehingga agama hanya masuk
kotak urusan pribadi - hanya hubungan dengan Tuhan semata. Pada hal,  ajaran agama Islam

11
misalnya, memuat prinsip-prinsip kehidupan, tidak hanya dalam rangka hablun
minallah (hubungan dengan Allah), tetapi juga hablun minannas (hubungan dengan sesama
manusia) dan hubungan dengan alam sebagai manifestasi dari kekhalifahan manusia di muka
bumi untuk memajukan dan memakmurkan bumi ini.

Ketiga, sengaja diciptakan konflik misalnya konflik antara Suni Vs Syiah, isu Wahabi  dan
lain sebagainya karena pada umumnya negara-negara Islam dan yang berpenduduk mayoritas
Muslim, kekayaan alamnya luar biasa.  Jika mereka bersatu, maka kekayaan alam mereka
tidak akan bisa diambil alih.  Ini bentuk penjajahan dalam rangka mewujudkan neo
kolonialisme, dan neo imperialisme. Mereka mewujudkan devide et impera (dipecah-pecah
untuk dikuasai).

Oleh karena itu, tesis yang mengatakan bahwa agama adalah sumber konflik dan pemecah
belah masyarakat, bangsa dan negara, tidak bisa diterima karena dalam berbagai penelitian
yang saya lakukan, sumber utama konflik adalah pertarungan memperebutkan sumber-
sumber ekonomi.

Agama hanya dijadikan alat pengobar semangat dan agresivitas untuk melawan,
mengalahkan dan menghancurkan lawan. Dalam kenyataan. konflik di Indonesia dan konflik
di seluruh dunia, penyebab utamanya adalah persoalan kepentingan perut yaitu kepentingan
perebutan sumber-sumber ekonomi, yang diekspresikan dalam bentuk konflik agama dan
politik.  

Untuk menarik emosi publik dan dukungan yang luas dari masyarakat, agama ditonjolkan,
seolah-olah konflik yang terjadi adalah konflik agama.     

BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN

3.2.KRITIK

12
3.3.SARAN

13

Anda mungkin juga menyukai