Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. ETNIK

Etnik adalah seperangkat keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki


oleh kelompok masyarakat tertentu atau kelompok etnik. Yang dimaksud
dengan sekelompok etnik adalah sekumpulan orang atau individu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada
generasi mereka yang berikutnya.

Konsep Etnik ( kesukubangsaan), dalam mempelajari hubungan antar


etnik dapat dilakukan dengan melihat kasus-kasus yang terjadi. Terutama
bagi etnis yang jarang menglami konflik dan bertahan terhadapat gesekan
yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bagaimana cara
mereka menghadapi setiap gesekan yang terjadi tanpa adanya konflik.

Menurut Barth (hasbullah, 2013: 26) kelompok etnik dapat disebut


sebagai suatu unit kebudayaan karena kelompok etnik mempunyai ciri utama
yang penting, yaitu kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama. Dan
ia berasumsi bahwa tiap kelompok etnik mempunyai ciri budayanya sendiri.
Ada dua hal pokok yang dapat dibahas dalam mengamati kelompok-
kelompok etnik dengan ciri-ciri unit budayanya yang khusus ini yaitu:
kelanggengan unit-unit budaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya unit budaya tersebut. Ada beberapa implikasi ketika melihat
kelompok etnik sebagai unit kebudayaan, yaitu: pertama, klasifikasi individu
atau kelompok tertentu dinyatakan sebagai anggota suatu kelompok etnik
tertentu tergantung dari kemampuannya untuk memperlihatkan sifat budaya
kelompok etnik tersebut. Dan kedua, bentuk-bentuk budaya yang tampak
menunjukkan adanya pengaruh ekologi, tetapi bukan berarti ini menunjukan
bahwa semua itu hanya merupakan bentuk penyesuaian diri terhadap
lingkungan semata-mata. Namun, lebih tepat dikatakan bahwa bentuk budaya

3
ini merupakan hasil penyesuaian para anggota kelompok Etnik ketika
berhadapan dengan berbagai faktor luar. Seperti ketika suatu kelompok etnik
yang tinggal tersebar di Daerah yang mempunyai lingkungan ekologi
Bervariasi, akan memperlihatkan perilaku yang berbeda sesuai dengan daerah
tinggalnya, tetapi tidak mencerminkan oreantasi nilai budaya yang berbeda.

Phinney (2003) menjelaskan identitas etnis sebagai suatu identitas


seseorang atau sense of self sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok
etnis dan pemikiran, persepsi dan perasaan yang dirasakan seseorang sebagai
bagian dari anggota kelompok tersebut.

Identitas etnis merupakan sesuatu yang dinamis, yang berarti bahwa


identitas etnis berubah sepanjang waktu dan konteks, dan harus disesuaikan
dengan variasi dan pembentukannya(phinney, 2003). Berdasarkan definisi di
atas, definisi identitas etnis dalam penelitian ini Adalah identitas seseorang
sebagai anggota dari suatu kelompok, memiliki pemahaman, nilai-nilai dan
ikatan emosional dengan etnis tersebut, etnis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Etnis Katobengke Dan Etnis Mentawo.

a. Konflik Etnis
Konflik etnis adalah konflik yang erat kaitannya dengan permasalahan-
permasalahan yang mendesak seperti politik, ekonomi, sosial-budaya dan
teritorial antara 2 komunitas etnik atau bahkan lebih. (Winarno, Op.Cit :
249) Konflik etnik identik dengan kekerasan. Konflik etnis-etnis atau
perang adalah sebuah konflik bersenjata antar kelompok etnis. Konflik
tersebut kontras dengan perang saudara di mana hanya sebuah negara atau
kelompok etnis tunggal yang bertarung satu sama lain dan peperangan
reguler di mana dua negara berdaulat atau lebih (baik yang merupakan
atau bukan merupakan negara kebangsaan) berkonflik.etnisitas memang
berbeda dengan semangat nasioanlisme yang berhembus kuatdan
mendorong kemerdekana bangsa-bangsa jajahan pada tahun 1950-an
sampai tahun1960-an. Namun tidak Dipungkiri bahwa gelombang
nasionalisme juga dipengaruhi oleh sentimen etnisitas yang mulai

4
menguat. Berakhirnya perang dingin dan disambut dengan bubarnya
unisoviet,sebuah tatanan kehidupan global yang aman dan makmur untuk
mencegah perpecahan yang kerap terjadi telah menjadi impian dan cita-
cita pimpinan dimasa lampau. Namun, nampaknya angan-angan dan
keinginan masyarakat dunia tentang perdamaian dan hal baik lainnya
nampak belum bisa terwujud dengan bukti bahwa pasca perang dingin
dunia diwarnai kembali dengan konflik etnik dengan beragamnya
kepentingan ekonomi dan politik.
Menurut brown, konflik etnik adalah konflik yang erat kaitannya
dengan permasalahan– permasalahan yang mendesak seperti politik,sosial
budaya,dan teritorial antara dua komunitas Etnik bahkan lebih.konflik
etnik identik dengan nuarsa kekerasan,sebagai Contoh konflik etnik yang
terjadi katobengke dan mentawo yang memiliki dimensi kekerasan luar
biasanya.
b. Penyebab Konflik
Konflik etnis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut;
1. Munculnya etnosentrisme. Konsep etnosentrisme sering kali
dipakai secara bersama-sama dengan rasisme. Definisi konsep ini
mewakili sebuah pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras
mempunyai Semangat kelompoknya yang paling suverior. Jika
dibandingkan dengan kelompok lain, sehingga muncul sebuah
sentimen anggapan eknik lain lebih rendahketimbang etniknya
sendiri.
2. Keabsahan teritorial. Khususnya bagi kelompok etnik”pendatang
“yang mendiami wilayah bangsa lain. Kelompok etnik “asli”bisa
melakukan tindakan pembersihan (ethnic cleansing) bagi etnik
pendatang karena ingin agar wilayah bangsa mereka hanya di
tempati oleh keturunan asli bangsa tersebut. Hal ini bisa terjadi
seperti yang dialami oleh orang-orang Hungaria di Rumanian,
Tamil di Srilangkan, dan juga terjadi dengan kulit putih Afrika
selatan.

5
3. Adanya stereotipe negatif yang muncul terhadap salah satu atau
beberapa etnis tertentu yang diwariskan secaraturun temurun
sehingga menciptakan citra atau imaga dari etnik tersebut selalu
buruk.sebagai contoh seperti yang terjadi pada keturunan etnis
cina danketurunan asli tangerang. Etnik cina menganggap
masyarakat keturunan asli asli tangerang sebagi orang yang
pemalas, bodoh dan tidak bisa menggunakan kesepakatan baik
yang datang, sementara itu keturunan etnik cina dianggap sebagai
golongan yang mau untungnya sendiri tanpa melihat halal
atauharam.
4. Adanya diskriminasi yang terjadi terhadap kelompok etnik
tertentu sehingga menimbulkan prasangka ketidakadilan, sebagai
contoh seperti deskriminasi yang terjadi dalam jajaran
pemerintahan, organisasi, pendidikan dan lain sebgainya.
c. Dampak dalam bidang sosial
1. Meletusnya konflik etnis sekali gus menandai putusnya Hubungan
kekerabatan yang terjalin diantara etnik yang bertikai.
2. Merganggunya kondisi psikologi dimualai dari defresi, trauma, dan
rasa tidak aman. Tidak dipungkiri bahwa konflik yang identik dengan
kekerasan menimbulkan traumaserta gangguan psikologi yang srius.
3. Munculnya dendam dari pihak yang menjadi korban atau yang merasa
dirugikan sehingga konflik rentan kembali terulang.
4. Munculnya rasa selalu curiga dan susah percaya sebagai akibat dari
sebuah pengalaman yang telah terjadi sebelumnya.

B. GENDER DAN TIPE KELUARGA


a. Pengertian Gender
Gender adalah suatu konsep yang merunjuk pada sistem peranan dan
hubungannya antar perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh
perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik,
dan ekonomi (Vitalaya S Hubies, 2010) . Gender adalah seperangkat

6
peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki
dan perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu
masyarakat (WHO, 2012) . Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia
sebenarnya berasal dari bahasa inggris. Yaitu ‘gender’ istilah gender
pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller untuk memisahkan
pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat
sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal ciri fisik biologis. Dalam
ilmu sosial orang yang juga sangat berjasa dalam mengembangkan istilah
dan pengertian gender ini adalah Ann Oakley. Sebagaimana Stoller.
Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang
dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia (Dr.
Riant Nugroho, 2011). Analisis gender adalah suatu metode atau alat
untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui
penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang
terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol
dan manfaat. Dengan demikian analisis gender adalah proses
menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki
dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan
kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Syarat utama
terlaksananya analisis gender adalah tersedianya data terpilah
berdasarkan jenis kelamin. Data terpilah adalah nilai dari variabel
variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. Data
terdiri atas data kuantitatif (nilai variabel yang terukur, biasanya
berupa numerik) dan data kualitatif (nilai variable yang tidak terukur
dan sering disebut atribut, biasanya berupa informasi).

b. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

7
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasar Undang-
Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami,
istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya
(janda).

c. Jenis Keluarga
Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
1. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
2. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)
dan anak mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah
satu atau dua pihak orang tua.
3. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya.Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
d. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
 Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

8
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
 Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
 Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
e. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga.
 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

C. PERAN GENDER DALAM KELUARGA


Peran gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang
dirumuskan oleh masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan
feminitasnya. Misal peran laki-laki ditempatkan sebagai pemimpin dan
pencari nafkah karena dikaitkan dengan anggapan bahwa laki-laki adalah
makhluk yang lebih kuat, dan identik dengan sifat-sifatnya yang super
dibandingkan dengan perempuan. Didalam undang-undang perkawinan

9
ditetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga dan istri
sebagai ibu rumah tangga. suami wajib melindungi istri, dan memberikan
segala sesuatu sesuai dengan keperluannya, sedangkan kewajiban istri
adalah mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. dengan
pembagian peran tersebut, berarti peran perempuan yang resmi diakui
yaitu peran mengatur urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah,
mencuci baju, memasak, merawat anak.
Pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan berdasarkan gender
dapat dibagi menjadi 4:
1. Pembedaan peran dalam hal pekerjaan, misalnya laki-laki dianggap
pekerja yang produktif yakni jenis pekerjaan yang menghasilkan uang
(dibayar), sedangkan perempuan disebut sebagai pekerja reproduktif
yakni kerja yang menjamin pengelolaan seperti mengurusi pekerjaan
rumah tangga dan biasanya tidak menghasilkan uang.
2. Pembedaan wilayah kerja, laki-laki berada diwilayah publik atau luar
rumah dan perempuan hanya berada didalam rumah atau ruang pribadi.
3. Pembedaan status, laki-laki disini berperan sebagai aktor utama dan
perempuan hanya sebagai pemain pelengkap.
4. Pembedaan sifat, perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin
seperti halus, sopan, penakut, "cantik" memakai perhiasan dan
cocoknya memakai rok. dan laki-laki dilekati dengan sifat
maskulinnya, keras, kuat, berani, dan memakai pakaian yang praktis.

Namun pada kenyataan saat ini sudah tidak adanya pembedaan peran
gender seperti yang telah disebutkan. saat ini peran antara laki dan
perempuan hampirlah sama, tidak ada pembedaan siapa yang harus
memberi nafkah siapa yang harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Karena pada faktanya banyak perempuan yang dapat menafkahi
keluarganya sendiri, dan atau antara suami dan istri sama-sama mencari
nafkah.

10

Anda mungkin juga menyukai