Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. EVALUASI HASIL BELAJAR


PRODI S1 PTE - FT

SKOR NILAI :

PENERAPAN PENGAWASAN UJIAN TERTULIS BERBASIS TEKNOLOGI

NAMA MAHASISWA : LELA MONIKA SIREGAR


NIM : 5192131003
DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr Sahat Siagian M.Pd.
MATA KULIAH : EVALUASI HASIL BELAJAR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - NIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
NOVEMBER 2020
ABSTRAK

Telah kita ketahui bersama bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar


sudah hal yang wajar bahkan seolah-olah menjadi tradisi. Saat ini di
kalangan masyarakat, mencontek merupakan sesuatu perilaku yang tabu
dan dianggap hal yang biasa saja. Semua kalangan lapisan masyarakat
seperti guru, pekerja, orang tua bahkan murid dan mahasiswa, pasti setuju
bahwa mencontek adalah perbuatan tercela. Faktor-faktor penyebab
menyontek adalah: (1) Tekanan yang terlalu besar yang diberikan, (2)
Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan
dalam kehidupan siswa, (3) Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa,dan
(4) Kurang mengerti arti dari pendidikan. Solusi yang coba diterapkan oleh
penulis yaitu adalah dengan menerapkan pengawasan ujian tertulis berbasis
teknologi menggunakan drone dalam upaya mencegah budaya mencontek di
kalangan pelajar.
Kata kunci: mencontek, drone, tes tertulis

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
rekayasa ide mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar ini yang berjudul “Penerapan
Pengawasan Ujian Tertulis Berbasis Teknologi Menggunakan Drone Dalam Upaya
Mencegah Budaya Mencontek Di Kalangan Pelajar”.
Rekayasa ide ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
rekayasa ide ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki laporan rekayasa ide ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan ini. Semoga laporan sederhana ini dapat
dipahami bagi siapa pun pembacanya. Sekiranya laporan rekayasa ide ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang membacanya.

Medan, NOVEMBER 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Tujuan Penulisan......................................................................2
C. Manfaat Penulisan....................................................................2
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN.......................................................3
A. Permasalahan Umum.................................................................3
B. Identifikasi Permasalahan Sesuai Tema...........................................4
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN (ANALISIS).............................................5
A. Solusi Permasalahan I................................................................5
B. Solusi Permasalahan II...............................................................5
C. Solusi Permasalahan III...............................................................5
D. Solusi Permasalahan IV...............................................................5
BAB IV PENUTUP..............................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................7
B. Rekomendasi..........................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem pendidikan di Indonesia yang terbilang labil terus berupaya mencari
jati diri dan mencari pola tentang sistem penilaian dan standarisasi mutu
pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah melalui Kemendiknas
dalam rangka mendidik anak bangsa dari ketertinggalan dan kebodohan. Salah
satu upaya sudah dilakukan antara lain dengan dengan memberlakukan
kurikulum yang berubah dari satu periode ke periode yang lainnya.
Telah kita ketahui bersama bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar
sudah hal yang wajar bahkan seolah-olah menjadi tradisi. Bahkan saat Ujian
Nasional pun tradisi contek-mencontek tidak pernah ditinggalkan. Dengan alasan
standar kelulusan semakin tinggi sehingga perilaku mencontek dihalalkan.
Mencontek seringkali diartikan sebagai bentuk solidaritas. Tapi solidaritas ini
sering disalahartikan yaitu bagaimana kita membantu teman, baik dalam hal
positif maupun negatif. Jika solidaritas diartikan sebagai solidaritas yang positif
maka akan berdampak positif juga, yaitu semakin erat persatuan. Tetapi jika
solidaritas disalah artikan dengan memberikan contekan kepada teman tertentu
saja ini akan menyimpang artikan dari solidaritas yang sebenarnya. Biasanya
mereka beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan dianggap pelit
dan tidak mempunyai teman. Hal ini yang membuat kita semua menjadi serba
salah sehingga tetap mencontek meskipun kita tahu apa yang dilakukan adalah
perilaku yang salah.
Menurut McCabe dan Trevino (1996), dari studi ke studi lainnya selama
beberapa dekade, mencontek tetap saja menjadi perilaku sebagian besar murid.
Kenyataan di Indonesia bisa jadi tidak jauh berbeda. Temuan-temuan studi
tentang mencontek juga menunjukkan bahwa guru fasilitatif sebetulnya dapat
berperan banyak dalam mencegah anak didik. Bahkan, mungkin perannya sangat
vital. Studi McCabe, Trevino dan Butterfield (2011) menemukan bahwa faktor
paling signifikan yang memutuskan murid mencontek adalah pengaruh teman
sebaya (peer influence). Karena itulah, peran guru fasilitatif menjadi penting,
khususnya untuk merubah norma dalam kelompok murid.

1
Saat ini di kalangan masyarakat, mencontek merupakan sesuatu perilaku
yang tabu dan dianggap hal yang biasa saja. Semua kalangan lapisan masyarakat
seperti guru, pekerja, orang tua bahkan murid dan mahasiswa, pasti setuju
bahwa mencontek adalah perbuatan tercela. Namun tidak disangka, perbuatan
seperti ini masih tetap saja terjadi dan menjadi perilaku rutin dikalangan pelajar
dan lapisan masyarakat lainnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari perilaku
tersebut dapat manjadi dampak yang buruk untuk diri sendiri dan orang lain.
Seperti yang kita sadari, dengan mencontek sama saja minimnya rasa percaya
diri di dalam diri, menjadi malas, tidak jujur, hilangnya rasa tanggung jawab,
serta membuat seseorang tidak dapat menggali potensi-potensi yang ada
didalam diri.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas rekayasa ide mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
2. Memberikan kesadaran terhadap semua kalangan menjadi sadar bahwa
kebiasan menyontek adalah hal yang buruk
3. Mengembangkan metode pengawasan dalam tes tertulis untuk mengurangi
kebiasan menyontek.

C. Manfaat Penulisan
1. Dapat berupaya mengembangkan metode pengawasan dalam tes tertulis.
2. Mengurangi dampak kebiasan buruk menyontek dengan memberikan solusi
yang tepat.

2
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Permasalahan Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Pustaka Pheonix, 2009),


menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, menocoh,
menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana
aslinya, menjiplak. Selaras dengan Webster’s New Universal Unabridged
Dictionary (Schmelkin, 2008) menyontek diartikan sebagai perilaku yang menipu
yaitu dengan kecurangan.
Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek adalah untuk
memuaskan harapan orang tua. Santrock (2003) mengatakan bahwa tidak jarang
orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak-anaknya dipengaruhi oleh
keinginan atau ambisi dari orang tua tanpa melihat kemampuan anaknya. Orang
tua bermaksud ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, namun
keinginan tersebut tidak memperhatikan kemampuan anak.
Sikap orang tua yang mengharapkan terlalu berlebihan pada anak akan
menghambat anak untuk menunjukkan prestasi sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1991) biasanya anak menyadari harapan
orang tuanya. Oleh karena itu sikap yang terlalu menuntut dapat menyebabkan
anak merasa takut kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini
menimbulkan rasa rendah diri, gangguan tingkah laku, berkurangnya motivasi
untuk belajar serta ketegangan atau kecemasan dalam diri anak
Agustin (2014) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa
menyontek pada saat ujian. Faktor-faktor penyebab menyontek adalah:
1. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka
dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
2. Pendidikan moral, baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam
kehidupan siswa.
3. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam
menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.

3
4. Anak remaja sering menyontek daripada anak SD, karena masa remaja bagi
mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan
teman-teman sekelasnya.
5. Kurang mengerti arti dari pendidikan.

B. Identifikasi Permasalahan Sesuai Tema

1. Permasalahan I
Salah satu kelemahan dari tes tertulis yaitu hasil dari tes tulis sedikit agak
diragukan karena peserta dapat melakukan kecurangan dalam mengerjakan.
Inilah yang menjadi permasalahan utama di negeri ini dalam konteks ujian
tertulis.

2. Permasalahan II
Menurut Slameto (2003:47) salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar adalah faktor psikologis. Kondisi mental yang dapat
menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
Hal ini juga berlaku ketika belajar untuk menghadapi ujian. Jika mental siswa
tidak siap saat menghadapi ujian maka bisa dipastikan dia akan mencoba
mencari alternatif lain seperti menyontek.

3. Permasalahan III
Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
kebiasaan menyontek yaitu keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Slameto
2003:47). Lalu bagaimana mengantisipasi hal tersebut?

4. Permasalahan IV
Dengan menerapkan pengawasan menggunakan drone, apakah cara ini
efektif atau tidak karena masih belum teruji di Indonesia.

4
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN (ANALISIS)

A. Solusi Permasalahan I

Permasalahan I berangkat dari kelemahan tes tertulis. Jadi solusiya harus


dari sistem evaluasi itu sendiri. Solusinya yaitu buat instrumen yang valid dan
reliable. Kemudian terapkan cara pemberian skor yang benar ojektif. Lakukan
pengawasan yang ketat. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan
kematangan peserta didik dan dengan pertimbangan prinsip pedagogik serta
prinsip andragogik.

B. Solusi Permasalahan II

Mengenai permasalahan II ini kembali kepada diri pribadi setiap peserta


didik. Solusi yang tepat yaitu bangkitkan rasa percaya diri. Arahkan konsep diri
ke arah yang lebih proporsional. Lalu biasakan berpikir lebih realistis dan tidak
ambisius. Usahakan belajar mengontrol diri. Jadi kelemahan mental dalam
menjawab soal-soal ujian akan teratasi.

C. Solusi Permasalahan III

Permasalahan III merupakan faktor eksternal dari kebiasan menyontek.


Solusinya yaitu ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat
dengan pertimbangan moral. Kemudian solusi mengatasi kebiasan menyontek
dapat datang dari guru/dosen seperti berlaku objektif dan terbuka dalam
pemberian nilai, dan berikan umpan balik pada setiap penugasan.

D. Solusi Permasalahan IV

Permasalahan IV merupakan poin terpenting dalam laporan ini. Drone


merupakan sebuah kamera pengintai berupa pesawat yang diterbangkan ke
udara dengan menggunakan remote. Drone merupakan sebuah teknologi
perekaman gambar jarak jauh. Dengan ide inila penulis mencoba merekayasa
jika idetersebut dapat diterapkan di Indonesia saat mengawasi proses ujian. Jadi

5
kamera tersebut akan mengawasi gerak-gerik siswa selama prosesi ujian
berlangsung. Jika ada gerak-gerik siswa yang menjerumus pada perilaku
menyontek, pihak yang menjalankan drone tersebut akan melaporkannya pada
pihak sekolah siapakah siswa yang menyontek dan dimana posisi duduknya. Jika
ada siswa yang menggunakan hp, drone ini akan mendeteksi sinyal hp tersebut.

6
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebiasaan menyontek saat ujian merupaka perilaku tidak terpuji. Pengaruh


yang dapat diakibatkan dari kebiasaan menyontek terhadap perilaku siswa
adalah tidak jujur, tidak mempunyai kreatifitas, pemalas, tidak ada rasa percaya
diri, dan sikap menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dan
memaksakan kehendak.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasan menyontek meliputi
menyelidiki perkembangan pola belajar siswa sebagai usaha pencegahan
mencontek, menampilkan sosok dan sikap seorang guru yang dalam
kesehariannya di sekolah bahkan di rumah tidak suka mencontek dan
mengedepankan kejujuran dalam hal apapun, menanamkan kebenaran firman
Tuhanbahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa serta menegur siswa yang
ketahuan mencontek.
Kemudian solusi lain yang coba disampaikan penulis adalah dengan
menerapkan pengawasan ujian tertulis berbasis teknologi menggunakan drone
dalam upaya mencegah budaya mencontek di kalangan pelajar. Drone ini dengan
leluasa memantau pergerakan siswa yang tengah mengerjakan ujian. Bila ada
gerakan yang mencurigakan, pengawas akan masuk dan segera menindak siswa
tersebut.

B. Rekomendasi

Saran yang dapat diberikan yaitu agar makalah ini dapat menjadi refrensi
atau rujukan bagi mahasiswa lainnya. Dan hasil laporan rekayasa ide ini dapat
menjadi acuan perkembangan pengawasan di dunia pendidikan Indonesia. Saran
dan kritik juga kami harapkan dari para pembaca guna mencapai kesempurnaan
dalam makalah critical joural review ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Prio Edi. 2013. Modul Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:


Erlangga

Kusairi dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

http://www.okezone.com/read/2014/01/13/560/925748/ada-cctv-terbang-
masih-berani nyontek | Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017

http://www.edumor.com/blog/2017/03/07/cara-kreatif-nan-unik-mencegah
mencontek.| Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017

Sudjana, D. N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT


Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai