Anda di halaman 1dari 7

UJIAN MID SEMESTER

CENTRAL NERVOUS SYSTEM

Dosen Penguji : Dr. Ken Wirastuti, M.Kes., Sp.S

Disusun oleh:

Risyaningsi Sangkota

MBK.19.14.01.0161

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

Apoptosis terjadi pada sistem saraf selama perkembangan normal, tetapi


juga dapat disebabkan oleh penyakit atau setelah serangan eksogen seperti
kerusakan DNA. Bergantung pada besarnya dan waktu stimulus, apoptosis bisa
sporadis atau meluas. Karena struktur sistem saraf yang sangat teratur, pendekatan
deteksi imunohistokimia memberikan banyak informasi tentang sifat
spatiotemporal apoptosis di jaringan ini. Oleh karena itu, imunohistokimia
menawarkan wawasan berharga tentang neuropatologi proses penyakit dan
identifikasi populasi sel tertentu yang rentan terhadap apoptosis.

Studi apoptosis dalam sistem saraf sangat informatif selama


perkembangan saraf karena kerentanan sel saraf proliferatif dan diferensiasi untuk
apoptosis. Perkembangan sistem saraf terjadi dengan cara yang diulangi yang
melibatkan area penyebaran luas yang berdekatan dengan wilayah diferensiasi dan
migrasi.

Studi genotoksisitas telah menggunakan analisis apoptosis sebagai alat


utama untuk menentukan konsekuensi dari jenis stres ini pada sistem saraf.
Organisme telah mengembangkan mekanisme perbaikan DNA yang efisien untuk
menjaga integritas informasi genom. Namun, sementara perbaikan lesi DNA
adalah suatu pilihan, kapasitas proliferatif yang luar biasa dari zona germinal
dalam sistem saraf membuat apoptosis dan penggantian sel berikutnya menjadi
strategi yang lebih umum untuk menangani sel yang rusak secara genom.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apoptosis

Apoptosis merupakan proses aktif yang diatur dengan sangat baik yang
ditandai oleh perubahan morfologis dan biokimia. Signifikansi dalam memahami
rangkaian mekanisme apoptosis ini mutlak dibutuhkan karena apoptosis
merupakan gabungan komponen baik dalam proses fisiologis maupun patologis.
Apoptosis dapat distimulasi oleh kondisi fisiologis dan patologis serta memegang
peranan penting dalam menjaga homeostasis normal dan patogenesis beberapa
penyakit. Sinyal untuk apoptosis terjadi melalui jalur caspase dependen dan
independen yang diawali oleh kejadian yang memicunya dari dalam sel atau dari
luar sel melalui ikatan reseptor kematian.

Kata apoptosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti gugurnya kelopak
bunga atau daun dari pohon. ¹ Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Kerr,
Wyllie, dan Currie tahun 1972 untuk menggambarkan kematian sel yang
terprogram atau lebih dikenal dengan Programmed Cell Death (PCD).² Kematian
sel, khususnya apoptosis merupakan salah satu proses yang penting karena
apoptosis tidak hanya menggambarkan patogenesis suatu penyakit, namun juga
dapat memberikan petunjuk cara pengobatan penyakit.³ Penyebab apoptosis
terbagi atas dua, yakni penyebab fisiologis, seperti pada perkembangan embrionik
saat pembentukan jaringan, involusi fisiologis seperti luruhnya endometrium saat
menstruasi, kehancuran sel epitel normal yang diiringi penggantian proliferasi sel
4
kulit baru, involusi kelenjar timus saat usia kanak-kanak. Penyebab patologis
diantaranya obat anti kanker, graft versus host disease, kematian sel CD-4 dalam
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), virus yang memicu kematian sel
seperti Hepatitis B atau C, radiasi, hipoksia, degenerasi sel seperti Alzheimer dan
Parkinson, serta kematian sel akibat infark miokardium. ³ʾ4

3
2.2 Peranan Apoptosis

Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, proses


apoptosis yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang
sangat bervariasi. Terlalu banyak apoptosis menyebabkan sel mengalami
kekacauan, sebagaimana terlalu sedikit apoptosis juga menyebabkan proliferasi
sel yang tidak terkontrol (kanker).

Peran Apoptosis dalam Mengatur Homeostasis diawali di mitokondria


sebagai sumber protein seperti sitokrom C dan retikulum endoplasmik (RE)
sebagai sumber Kalsium. 5 Kalsium berperan untuk pengaturan homeostasis serta
pertahanan tubuh atau sistem imun. Apoptosis tidak hanya terjadi dalam
mempertahankan stabilitas baik dalam jumlah dan besar sel pada jaringan yang
berproliferasi seperti kulit, mukosa intestinal, dan sistem imun, akan tetapi juga
berperan dalam proses pertumbuhan sistem saraf baik perifer maupun sentral.
Peran apoptosis dalam sistem saraf dimulai dari saat genesis sinapsis dan
selanjutnya pada masa pertumbuhan maupun pada proses degenerasi. 6

Pada penyakit degenerasi seperti penyakit Alzheimer dan penyakit


Parkinson, apoptosis merupakan proses yang tidak patologis. Apoptosis pada
penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer terjadi secara lokal dan
selektif hanya pada neuron yang mengakibatkan kehilangan konektivitas antar
7
sinapsis. Diperkirakan kejadian tersebut yang mengawali proses degenerasi.
Apoptosis juga berperan dalam mengatur pertumbuhan serta menginduksi
kematian jaringan embrio dan pertumbuhan jaringan spesifik seperti peningkatan
sensivitas kearah pembentukan tumor. Stimulasi apoptosis pada tumor sangat
penting diketahui sebagai dasar strategi terapi. 6

2.3 Teori Neurotropik Apoptosis

Apoptosis terjadi pada setiap tahap perkembangan saraf dan


mempengaruhi sel yang aktif secara mitosis dan diferensiasi. Selama masa embrio

4
dan awal kehidupan setelah melahirkan, apoptosis menyebabkan kematian sekitar
30-80% sel saraf. Awalnya, apoptosis diamati pada sel induk dan sel progenitor
yang berkembang biak serta pada neuroblat postmitotik muda dan tampaknya
terkait erat dengan regulasi siklus sel. Pada tahap selanjutnya, apoptosis terkait
dengan neuron postmitotik dan tampaknya disebabkan oleh suplai neurotrofin
yang tidak mencukupi dan lebih umum mengikuti jalur mitokondria dari
transduksi sinyal intraseluler. 8

Hipotesis yang diterima secara luas menunjukkan bahwa kematian sel


saraf terutama merupakan konsekuensi dari persaingan untuk faktor neurotropik
9
yang diturunkan dari target yang terbatas. Ini telah didalilkan terutama dalam
kaitannya dengan NGF (faktor pertumbuhan saraf), yang penting untuk
kelangsungan hidup neuron simpatis.

5
BAB III

KESIMPULAN

Apoptosis merupakan fenomena yang masih terus diteliti, memegang


peranan penting dalam homeostasis organisme multiseluler serta dapat mengatasi
penyakit, namun malfungsi proses apoptosis akan menimbulkan penyakit seperti
kanker, neurodegeneratif, dan autoimun. Rangkaian molekuler ini melibatkan dua
jalur yakni caspase dependen (ekstrinsik dan intrinsik) serta caspase independen.
neurodegeneratif, dan autoimun. Hingga kini mekanisme apoptosis dan
implikasinya untuk tujuan pengobatan penyakit masih terus diteliti.

Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram dan bertujuan


mengatur homeostasis kehidupan sel, yaitu mengatur keseimbangan penyesuaian
masa pertumbuhan akibat kerusakan ataupun penuaan sel, dan tidak terbatas pada
satu jenis penyakit. Peran mitokondria dalam pengaturan sekresi protein sitokrom
C, dan peran RE sebagai sumber kalsium menentukan saat terjadinya apoptosis .
Kerusakan DNA baik secara herediter maupun akibat induksi akan menyebabkan
inluks kalsium yang berdampak pada kerusakan mitokondria serta sekresi
sitokrom C sebagai penggerak

6
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Hongmei Z. Extrinsic and Intrinsic Apoptosis Signal Pathway in


Apoptosis And Medicine. 2012; Edited Volume:3-23
2. Lawen A. Apoptosis—An Introduction. Bio Essays. 2003;25(9):888-96
3. Mohan H. Textbook of Pathology. 5 th ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2010
4. Fink SL, Cookson BT. Apoptosis, pyroptosis, and necrosis: mechanistic
description of dead and dying eukaryotic cells. Infect Immun.
2005;73(4):1907-16
5. Mattson MP, Chan SL. Calcium orchestrates apoptosis. Nat Cell Biol.
2003; 5: 1041-3.
6. Mattson MP. Apoptosis in neurodegenerative disorders. Nat Rev Mol Cell
Biol. 2000; 1: 120-9.
7. Cotman CW, Anderson AJ. The brain‘s microenvirontment, early
functional loss, and the conversion to Alzheimer’s disease. Ann NY Acad
Sci. 2000; 924: 112.
8. Lossi L, Merighi A: In vivo cellular and molecular mechanisms of
apoptosis in the mammalian CNS. Prog Neurobiol, 2003, 69, 287–312.
9. Oppenheim RW: Cell death during development of the nervous system.
Ann Rev Neurosci, 1991, 14, 453–501

Anda mungkin juga menyukai