CBR Evaluasi Hasil Belajar
CBR Evaluasi Hasil Belajar
EVALUASI PEMBELAJARAN
SKOR NILAI
NIM : 5192131003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan rekayasa ide ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam ke ruh junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dan dari alam buta
akan ilmu penegetahuan menujuke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan sebuah rekayasa ide yangberjudul
“Konsep dasar evaluasi pembelajaran”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak
Prof.Dr sahat siagian M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah “ evaluasi Pembelajaran”
yang telah mengajari penulis dan memeberi arahan tentang penulisan critical book review ini
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Gambaran isi Buku dan Bab.................................................................................. 1
A. Latar Belakang dan Alasan Pengambilan Buku............................................... 1
B. Tujuan Penulisan Laporan Buku...................................................................... 1
C. Pengenalan Buku............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN (Laporan Isi Buku)....................................................... 3
A. BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
B. BAB II KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN ............................ 4
C. BAB III EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF ........................ 7
D. BAB IV INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES................. 14
BAB III PEMBAHASAN BUKU PEMBANDING
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dapat digambarkan sebagai pembuatan penetapan tentang nilai, untuk
tujuan tertentu, baik berupa gagasan, pekerjaan, solusi, metode, material dan lain–lain,
yang melibatkan penggunaan ukuran seperti halnya untuk menilai tingkat suatu
tertentu itu akurat, efektif, hemat, atau memuaskan, ketentuan itu baik yang
kwantitatif atau kwalitatif. Dengan demikian maka evaluasi merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam pengajaran. Dan kegiatan ini merupakan salah satu dari empat
tugas pokok seorang guru.
Dalam praktek pengajaran keempat kegiatan pokok ini merupakan sebuah
kesatuan yang padu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam
melaksanakan tugas mengajarnya seorang guru berusaha untuk menciptakan situasi
belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar, memotivasi, mengajukan bahan ajar,
serta menggunbakan metode dan media yang telah disiapkan. Selain itu guna
mencapai tujuan pendidikan yang optimal , guru memberikan bimbingan kepada
siswa dengan berupaya untuk memahami kesulitan belajar yang dialami siswa. Dari
berbagai persoalan yang di hadapi dalam proses belajar mengajar evaluasi
memberikan sumbangan yang cukup berarti. fungsi evaluasi digunakan sebagai acuan
untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan proses pembelajaran serta sebagai alat untuk
menyeleksi dan sebagai alat untuk memberikan motivasi belajar siswa.
B. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengkritik kelebihan dan kelemahan buku utama dan buku pembanding
2. Untuk mencari metode apa saja yang digunakan dalam Evaluasi Hasil Belajar
3. Untuk melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
oleh setiap bab dari kedua buku tersebut
4. Untuk menganalisis kedua buku tersebut
C. Manfaat
Adapun manfaat sebagai berikut :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai Evaluasi Hasil Belajar
2. Dapat mengetahui kegunaan metode dalam Evaluasi Pembelajaran
4
5
D. Identitas Buku
BukuUtama
5
6
6
7
BAB II
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas
tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada
sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah
dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang
pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran
biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta
didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut dapat
menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang akan diberikan), keputusan
tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan
7
8
Ilmuan Muslim era klasik seperti Ibnu Tufail (wafat 1138 M) misalnya, telah
mengetengahkan pemikiran bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan
sendirinya melalui pengamatan terhadap fenomena yang spesifik sekalipun tanpa bersumber
dari guru dengan mengamati fenomena-fenomena spesifik secara terfokus,
mempertanyakannya, menalar dan kemudian menarik kesimpulan (Siddik, 2011: 60). Proses
berfikir yang demikian disebut sebagai penalaran induktif (inductive reasoning) yang
berkebalikan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).
8
9
tidak, semua guru tidak bisa lagi mencukupkan kegiatannya dengan cara-cara pembelajaran
konvensional, melainkan dituntut dan wajib untuk dapat melaksanakan metode-metode
tersebut secara baik dan benar, dan tentu saja harus menyenangkan.
a. Memecahkan Masalah
b. Menganalisa masalah
c. Membandingkan
d. Menyatakan hubungan
e. Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items).
Hasil dari satu proses pembelajaran mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi juga
aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat berupa
pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Sedangkan hasil belajar berupa perubahan sikap hanya dapat diukur dengan teknik non-tes.
9
10
Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses
dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
a. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.
b. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
c. Penilaian Sikap
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pelajaran. Dengan sikap„positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang
minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru.
peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan
10
11
hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.Penilaian
proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam
bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek
tertentu secara jelas.
e. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja
tetapi juga proses pembuatannya.
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta
didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya,
hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta
didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memper-lihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
11
12
g. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang
ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
h. Tugas-Tugas
Rancanglah satu instrumen eavaluasi bentuk non-tes untuk penilaian produk yang kait
dengan materi pelajaran di jurusan anda. Diskusikan dengan teman anda, materi pelajaran apa
di jurusan anda yang paling tepat dievaluasi dengan teknik non-tes.
B. Ringkasan BukuPembanding
BAB I Guru Yang Profesional dan Efekif
A. Kompetensi Guru
Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti bertahan dan mengembang- kan hidup-hidup; mengajar
berarti mengajar dan mengembang- kan ilmu pengetahuan; pelatihan berarti
mengembangkan keterampilan- untuk hidup siswa. Untuk dapat mengirimkan
tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa
kemampuan dan kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesional- isme guru.
Diatas kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau ke- cakapan. Mc Load
(1990) mendefinisikan sikap sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi
guru sendiri merupakan kemam puan seorang guru dalam menjalankannya
bertanggung jawab dan layak dimata pemangku kepentingan. Seiring pengajar,
guru dituntut memiliki kewenangan menga jar berdasarkan kualifikasinya sebagai
tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, guru harus memiliki kemampuan
profesional dala b setiap kemampuan itu dang pembelajaran.Dengan nakan
menyediakan kemudahan-kemudahan b fasilitator yang mengajar; peserta didik
dalam proses belajar siswa mengatasi kesulitan 2 yang membantu dalam proses
belajar mengajar; lingu 3. jadi penyedia yang sedang m gan belajar yang
menantang bagi siswa agar mereka sedang belajar dengan bersemangat; Model
yang mampu memberikan contoh yang baik ke peserta didik agar berperilaku
sesuai dengan norma yang ada dan berlaku di dunia pendidikan; sebagai motivator
yang turut menyebarluaskan usaha-usah pem bahtim kepada masyarakat
khususnya kepada subjek didik yaiti siswa; 6 sebagai agen
12
13
menginspirasi perkem bangan kognitif siswa dan sebagainya. Di samping itu, guru
juga harus bisa mendapatkan umpan balik bagaimana cara mengajarnya dari dan
sesama guru untuk mendapatkan masukan cara memperjuangkannya dengan baik.
B. Guru Profesional
Pada era otonomi pendidikan, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang
amat besar bagi penentuan kualitas guru yang di perlukan di daerahnya masing-
masing. Oleh karena itu di masa yang akan dating daerah benar-benar harus
memiliki pola rekrutmen dan polasa pembinaan karie guru secara tersistem agar
tercipta profesionalisme pendidikan di daerah.
Lantas, seperti apa suatu pekerjaan disebut professional? C.O Houle (1980),
membuat ciri-ciri suatu pekerjaan disebut professional meliputi :
1. Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat
2. Harus berdasarkan atas kompetensi individual
3. Memiliki Sistem Seleksi dan sertifikasi
4. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat
5. Adanya kesadaran professional yang tinggi
6. Memiliki prinsip-prinsip etik
7. Adanya militansi individual
8. Memiliki system Sanksi
9. Memiliki organisasi profesi
C. guru efektif
Dalam manajemen SDA, menjadi professional adalah tuntutan jabatan,
pekerjaan ataupun profesi. Hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi,
yaiu sikap professional dan kualitas kerja. Menjadi Seorang guru professional
adalah keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan integritas dan
personality bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Menjadi guru mungkin
orang bias. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik perlu
pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam konteks tersebut,
menjadi guru professional setidaknya memiliki standar minimal yakni :
1. Memiliki kemampuan intelektual yang baik
2. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
3. Mempunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif
4. Memahami konsep perkembangan psikologi anak
5. Memiliki kemampuan mengorganisir dan proser belajar
14
15
A. Kepribadian Guru
Untuk menjadi guru seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji,
Kepribadian yang harus ada pada diri guru itu: kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
15
16
16
17
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan
dari diri peserta didiknya.Perubahan terse- but bisa dicapai jika guru mampu menempatkan
diri sebagai sumber kreativitas dan inspirasi. Bagi peserta didik.Sebagai sumber tenaga
energi untuk peserta didik, mata batin guru yang sudah terlatih dengan baik, dipastikan
akan mampu menyentuh dan menggetarkan jiwa dan lainya.Terlebih, jika itu dilakukan
dalam suasana kelas yang kondusif, maka para peserta didik akan lebih mudah menyerap
materi yang diberikan.Dengan kata lain, saat seorang guru berbicara sesuatu, maka seluruh
peserta didik akan menyimaknya bahkan menunggu tiap kata yang diucapkan sang guru
untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran maupun dalam perilaku keseharian.Jika
ingin menjadi guru yang konstruktif yang mudah memotivasi belajar para peserta didik,
maka guru itu harus lebih dahu lu bisa memotivasi diri sendiri.Dia harus mampu
memahami dan mengen- dalikan diri sendiri.Akan, jika dia sibuk dengan begitu banyak
kesalahpahaman dalam dirinya, dalam keluarga, dan dalam memilih profesinya, maka
kemungkinan besar akan sukar ubah hati dan pikiran peserta didiknya .Selain itu, guru
yang konstruktif juga harus dapat memahami kebutuhan dan masalah-masalah siswa,
seperti hal nya tugas guru BK (Bimbingan & Konseling) karena dengan memahami
kondisi psikologi siswa, seorang guru konstruktif mudah mengubah kesadaran siswanya.
B. Profesionalisme Guru
1. Memaknai Profesionalisme Guru
Memaknai Profesionalisme Guru yang menyandang suatu Makna
"profesional" pada orang mewujudkan profesi atau sebutan tentang penampilan
seseorang dalam unjuk kerja sesuai dengan profesinya. dan juga ini telah
mendapat baik segara formal lem-informal. Pengakuan secara formal diberikan
oleh suatu badan atau / yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah
informal pengakuan itu diberikan tau pengguna jasa suatu profesi. Bagi para
humberan luas dan para telah mendapat penind sebutan "guru profesional" adalah
guru yang berlaku, balk secara formal dengan ketentuan yang belakang dengan
jabatan jabatan belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini berlaku dalam
bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya baik yang
menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan "guru profesional" juga bisa
lolos ke pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sebagai tenaga pengajar. Dengan demikian,
sebutan "profesional" terwujud pada pengakuan formal ter hadap kualifikasi dan
kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jaba- tan atau pekerjaan tertentu.
iDalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 4) adalah profesi atau pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan yang membutuhkan
17
18
A. Kompetensi Guru
19
20
20
21
22
23
b. Mobilitas, yakni siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke bagian lain
dalam kelas
c. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun
antar sesama siswa
d. Variasi kerja siswa, yakni memungkinkan siswa bekerja secara perorangan,
berpasangan, ataupun kelompok secara variatif
Dalam proses belajar, semakin banyak melibatkan panca indera, semakin baik
hasil belajar yang bisa dicapai. Pola pikir yang tidak membutuhnya dalam jangka
waktu lama, akan menyebabkan ker jenuh otak, belajar menjadi lambat, bahkan
kemampuan dapat terhenti, dengan kata lain stanDave Meier (2002: 90) fisik
mening- katkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan
tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah otak yang nakan untuk berpikir dan
memecahkan rnasala oleh karena mengimbangi tubuh. Rasa, pengaruh tubuh
dalam belajar. Dalam mengefektifkan kegiatan dalam belajar, Dave Meier (2002:
91) menggunakan pendekatan "SAVI" yaitu: a. Somalia: Belajar dengan bergerak
dan bersama b. Auditori: Belajar dengan berbicara dan belajar c visual: Belajar
dengan dan pilihan d. Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung.
Kegiatan belajar siswa perlu disesuaikan dengan ukuran sesuai denagn tingkat
kemampuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan berbagai bentuk
kegiatan dalam mengelolaan pembelajaran, agar siswa secara optimal dapat
mengembangkan kemampuan diri den gan berbekal pengalaman yang ditempuh
selama melakukan kegiatan belajar. Berkenaan dengan optimalisasi kemampuan
belajar seseorang, Sheal, Peter (1989) menggambarkan enam kualifikasi
kemampuan sebagai berikut:
24
25
1. Persiapan
2. Penyampaian
3. Praktik
4. Penampilan Hasil
25
26
manusia sebagai makhluk Tuhan, individu mandiri, dan makhluk sosial, serta
sebagai unsur produksi. Seperti makhluk Tuhan, guru (juga siswa) mestinya selalu
bertindak dan mengerjakan sesuatu atas nama ibadah demi mendapat ridho Tuhan.
Bagi individu, guru (juga siswa) harus dapat melepaskan diri, menemukan jati diri,
mema- hami kelemahan dan kekurangannya, dalam kerangka membangun ka
rakter dan mengembangkan potensi diri untuk terus berkarya. Bagi para sosial,
guru (juga siswa) harus memahami nilai sosial, menghargai perbedaan dan
menerima pluralitas dalam kehidupan, dan senantiasa termotivasi untuk berkarya
dalam kehidupan sosial. Memiliki unsur produksi, guru (juga siswa) selalu
tergerak untuk berprestasi secara produktif, kreatif, inovatif dan ekonomis. Jika
proses membangun
27
28
bermain, orang tua lainnya. Agar anak untuk anak, juga sering menyuruh anak-
anaknya tidur, orang tua yang bisa agar anak-anak bisa bobok bobok siang '(BBS),
dan tidak bermain. Jadi, tidurnya lebih baikdari bermain. Dalam proses sedang
dalam proses yang dalam. Di pun sering kita dengar perintegah bermain. "Ayo
masuk kelas Kita belajar lagi. Ayo semua berhenti beya teriak seorang guru untuk
mengajak masuk ruang ke. Las, karena pelajaran akan segera dimulai. Kalimat itu
sama sekali tidak ada bedanya dengan apa yang diucapkan siswa saat kirim
anaknya untuk segera mandi dan belajar. Walhasil, bermain diberi makna negatif.
teknik bermain, belajar model belajar serunya belajar. strategi bermain dan
permainan peran. peran dalam permainan peran.
3. Aktivitas Guru dan Siswa di kelas
Untuk memahami aktivitas guru dan siswa di kelas dapat d dan ruan contoh
ajiner berikut: dilukiskan kinerja guru di suatu SD Antah Jadilah ruang ke. ranta
Sang guru masih sibuk ngobrol sesama kolega entah tentang apa ara guru di ruang
guru, sementara murid menunggu sekitar lima menit di dalam kelas. Memangkelas
tidakgaduh, karena tinggi mu alam hal kelas m ridnya takut kepada gurunya, yang
sering menghukum berdiri di de- pan elas. Bel telah berbunyi sepuluh menit yang
lalu. Sang Guru masih juga asyik mengobrol. Dengan menenteng satu tas hitam
bertuliskan diklat sekitar 40 murid berdiri bla bla bla "dia masuk kelas." Selamat
Pagi Pak baik Guru "Guru pun menjawabnya 'selamat pagi ggota" anak-anak,
sekarang kita akan belajar Matematika. Coba buka buku miki kalian, halaman 25.
Coba perhatikan. Jangan ada yang gaduh Rumus luas pada segitiga adalah
setengah sayang kali tingi. Jadi kalau ada segitiga, sayang ngat 4 cm, dan
tingginya 6 cm, maka luasnya adalah 12 cm, Mengerti ana una kanak? "Begitulah
proses pembelajaran sedang dengan kondis yang mencekam, dan menegangkan."
Mengapa setengah panjang sayang Pak? "Seorang siswa yang bertu- buh agak
besar bertanya kepada sang Guru dengan rasa ingin tahu. Itu rumus duas segitiga.
Hapalkan saja. Itu bukan ukuran luas persegi empat, rumusnya adalah panjang kali
lebar, "jawab sang Guru tanpa ragu-ragu. Anak anak terdiam, tidak berani
bertanya lagi, meski di benaknya timbul banyak pertanyaan yang ingin diajukan.
'Anak-anak, dalam bukumu sudah ada beberapa contoh penerapan rumus itu. Lihat
itu Kemudian, pada halaman selanjutnya ada banyak latihan yang harus kalian
kerjakan.Tugas kalian sekarang adalah mengerjalan latihan-latihan itu. Nah,
sekarang kerjakan soal-soal itu. Basil pekerjaannya nanti '. Demikian perintah
sang Guru kepada muridnya, setelah itu dia ngeloyor kelas kearah guru
denganekspresi wajah yang dingin. el berbunyi tanda pelajaran telah selesai Sang
28
29
Guru masuk kembali ke kelas dan mengumpulkan pekerjaan siswa. Tanpa pesan
tanpa permisi, tanpa menegur sapa. Sang Guru ngeloyor lagi menuju ruang guru
dengan membawa setumpuk kertas hasil pekerjaan siswa-siswa. Para murid tidak
tahu nasib besar kertas-kertas itu nanti.
B. Peraturan Kelas
Ada kalanya seorang guru perlu aturan-aturan yang di nya mengajari siswa
bisa belajar disiplin. Terkadang masalah timbulnya batasan-batasan yang diterapkan
pada siswa yang memiliki kepribadian berbeda dengan teman sebayanya. Berbeda
dengan sine maksudnya memiliki perilaku yang lebih sulit dibina dan dikembangkan
dibinding siswa-siswa lainnya. Berikut beberapa saran untuk para guru yang sudah
bisa dan bisa dipakai pada siswa dengan dikurangi timbulnya masalah saya.
1. Buatlah Aturan Seminim dan sejelas Mungkin aturan yang mau dibuat jelas dan
langsung pada inti aturannya, tidak bertele-tele. Tujuannya, agar siswa langsung
mengeta- hui mana yang bisa mereka lakukan dan mana yang tidak mereka
lakukan. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan singkat tapi, baik positif
maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada mereka yang
mematuhinya. Sedang untuk yang tidak patuh pada aturan, yang dapat memotivasi
tingkat kedisiplinan mereka.
2. Berikan Hadiah atau Hukuman Yang Masuk Akal Terangkan dengan sejelas-
jelasnya apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pula pengertian kepada siswa
yang sangat efektif Jelaskan apakah mereka sendiri yang ada memegang kendali
atas kemampuan dan perilakunya masing-masing. Di akhir tugasnya, jelaskan
mereka harus mengerjakan tugas tepat pada waktunya, biarpun ngomong, toh
mereka pada saat yang sama juga bisa melakukan aktivi- tas yang lain. Jadi
mengerjakan tugas bukan penghalang un tuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan lainnya.
3. Banyaklah Berkomunikasi dengan Siswa Selalu komunikasikan dengan siswa
secara baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan
penjelasan dari sudut panik sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan
apa saja yang telah diraih oleh setiap siswa.
4. Bekerja sama dengan SiswaWalaupun aturan sudah dibuat oleh guru t diajak kerja
sama. Ber. kan untuk mereka dalam proses pembelajaran mereka, jadwallisi dan
daftar ini. jadikan referensi bagi siswa untuk melakukan sesuai dengan jadwal
yang sudah disepakati bersama.
29
30
5. Bersikap dan Berpikir Positif Sekeras apapun disiplin yang dibuat, tidak berarti
disiplin yang dimaksud pemaksaan atau kekerasan terhadap siswa. Berikan kepada
ka pelbagai pilihan. Jadikan hal ini topik dari segala komun dengan siswa. Pada
siswa yang selalu mengerjakan tugas. alnya, beri pilihan untuk berusaha lebih
keras lagi atau akan kehilangan jatah waktu istirahatnya. Cara ini akan membuat
diri kita memiliki motivasi tersendiri secara internal maupun ekstern.
6. Pendekatan kepada siswa yang Bermasalah Bila ingin memberi pengertian kepada
siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak mencolok
per. hatian siswa lainnya. Bila tidak bisa berbicara langsung pada ru. angan suka,
alihkan perhatian siswa lainnya dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah
berdiskusi, karena mungkin faktor kelalaian mereka bisa saja stres atau tekanan
akademis yang terlalu berat. Bisa juga karena mereka memiliki energi yang
berlebih sehingga sulit untuk berkonsentrasi cukup lama pada satu mata pelajaran.
Bantulah mereka untuk mengatasi masalah tersebut, dan jangan memalukan siswa
di de- pan teman-teman sekelasnya.
30
31
1. Pendekatan otoriter. Lihat ini pada perlunya pengawasan dan pengaturan siswa;
peluang besar guru
2. Pendekatan ini memberi cara intim untuk mengawasi dan menertibkan siswa dengan
3. Pendekatan Permisif. Pendekatan ini memberikan kebebasan pada siswa untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan, guru banya penting apa yang dilakukan siswa
tersebut; ke
4. Pendekatan "Resep Masakan". Pendekatan ini untuk guru dan guru yang tepat untuk
apa dan apa yang tidak bisa dilakukan; guru
5. pendekatan pengajaran Langkah ini memberi kesempatan bisa untuk menyusun
rencana pengajaran dengan tepat sehingga menghindari pertanyaan perilaku siswa
yang tidak diharapkan
31
32
Seperti pengelola kelas, guru merupakan orang yang memiliki peran yang strategis karena dia
adalah orang yang merujuk kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan
melaksanakan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang
menentukan dan mengambil keputusan dengan Strategi yang akan digunakan dengan
berbagai kegiatan di kelas.
12. Tersedianya buku dan cumber informasi lain sebagai barang konsumsi harga
13. Adanya jadwal belajar bagi siswa dirumahnya masing-masing
7. Metode Simposium
Dilakukan beberapa orang untuk membahas berbagai aspek dari suatu pokok
bahasan dan membacakan di muka peserta symposium secar singkat.
35
36
36
37
1. Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet
dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan
2. Harus tersedia materi yang berkualitas dan dukungan social-budaya bagi siswa
dan guru.
3. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat
dan sumber digital untuk membantu siswa agar standa pendidikan yang ideal.
B. Fungsi Penilaian
1. Fungsi Formatif
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran berlangusung dapat memberikan
informasi yang berupa umpan balik baik bagi guru maupun bagi siswa.
2. Fungsi Sumatif
37
38
Dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir program
pengajaran, misalnya pada akhil kwartal, akhir semester dan akhir tahun ajaran.
3. Fungsi Diagnostik
Dipakai untuk mengungkapkan kesulitan siswa. Prosesnya dilakukan pada
permulaan PBM .
4. Fungsi Seleksi
Dipakai untuk menyeleksi peserta didik yang akan diterima dalam suatu jenjang
pendidikan guan didesuaikan dengan ruangan, tempat duduk atau fasilitas lain
yang tersedia.
5. Fungi Motivasi
Apabila siswa mengetahui bahwa dalam PBM yag dijalaninya tidak dilakukan
evalusai, maka sudah dapat dibayangkan : Siswa tesebut malas untuk belajar.
Dengan dilakukan evaluasi, maka keinginan untuk belajar akan menjadi lebih
tinggi, lebih-lebih lagi bagi siswa yang ingin menunjukan kemampuannya.
D. Prinsip penilaian.
Prinsip Penilaian dalam pembelajaran,baik pada penilaian bekelanjutan maupun
penilaian akhir hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai
berikut :
1. Penilaian Menyeluruh
2. Penilaian Bekelanjutan
3. Penilaian Berorientasi
4. Penilaian sesuai dengan pengalaman belajar
38
39
G. Pengskoran
1. Tes Kognitif
2. Pengukuran aspek afektif
3. Tes Psikomotorik
5. Mengembangkan usaha
6. Memelihara kerja sama melalui usaha interaktif antara angoota jaringan
7. Mengikat kesamaan-kesamaan pandangan dalam wadah kebersamaan
40
41
BAB III
PEMBAHASAN
41
42
dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses
pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini
dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan
pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan
pengukuran dan penilaiankata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk
berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan.
42
Buku Pembanding
Pandangan Evaluasi Hasil Belajar menurut para ahli
Evaluasi belajar menurut Kirkkendall (1980) adalah proses penentuan nilai
atau manfaat dari satu data kolektif. Nitko Brookhart (2007) sebagai suatu
proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa.
Kirik Patrick (1998) menyarankan tiga komponen yang harus di evaluasi
dalam pembelajaran yaitu pengetahuan yang dipelajari, keterampilan apa yang
dikembangkan, dan sika papa yang perlu diubah. Ebel (1986) berpendapat
bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan dimana evaluasi harus
memberikan keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan,
bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, dan bagaimana informasi tersebut
dikumpulkan, dan bagaimana informasi itu disintesiskan untuk mendukung
hasil yang di harapkan. Astin (1993) menyarankan tiga komponen yang harus
dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga
komponen itu adalah masukan, lingkungan sekolah dan kelurahan.
Buku Pembanding
Pandangan Evaluasi Hasil Belajar menuru para ahli
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka
istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Kesimpulan yang dapat di ambil dari ke dua buku tersebut adalah bahwa pada buku
utama para ahli mengungkapkan Evaluasi Hasil Belajar harus memiliki beberapa
komponen dalam mengevaluasi. Sendangkan pada buku pembanding mendefenisikan
(Menjelaskan) evaluasi hasil belajar.
Buku Pembanding
Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunaiu Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk
mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan
44
Kesimpulan yang dapat di ambil dari kedua buku tersebut adalah bahwa buku utama
memberikan jenis-jenis prinsip penilaian dalam evaluasi hasil belajar. Sedangkan
buku pembanding menjelaskan prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar.
44
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Ketigabuku yang telah kami bahas, kami menyimpulkan bahwa lebih banyak
Kelebihan Buku Utama dari pada Buku Pembanding. Sehingga kami menyarankan
buku ini cocok dimiliki Mahasiswa.
B. Saran
Semoga dengan adanya Critical Book Review ini pembaca, khusunya pendidik, atau
calon pendidik dapat memberikan perhatian lebih dalam hal yang berkaitan dengan
evaluasi sehingga seorang pendidik akan mempunyai dasar yang kuat dalam
melakukan penilaian terhadap siswanya. utamanya bagi pendidik ataupun calon
pendidik untuk lebih memperdalam pengetahuannya dalam hal evaluasi pembelajaran
dan menerapkan proses evaluasi tersebut secara benar dan tepat.
45
46
Daftar Pustaka
46