Cyntia Hutagalung
Vita Sinurat
Nuriati Lubis
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Elly Prihasti, M.Pd. Selaku
dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam memberikan
motivasi, semangat dan juga pendapat-pendapat sehingga menambah pengetahuan
dan wawasan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini sudah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dan juga dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya terutama bagi penulis.
Penulis juga berharap tugas ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan agar
dalam tugas selanjutnya penulis dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun agar penulis dapat menyelesaikan tugas berikutnya dengan lebih
bagus lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Alat penilaian secara umum terdiri atas dua jenis yakni, tes dan non tes. Alat
Penilaian (tes) adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, dipilih, ditanggapi
oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari orang
yang dites (Tayibnafis, 2008).
Ada dua perbedaan yang jelas antara alat penilaian tes dan non tes yaitu:
Menurut Hairuddin, dkk (2007) alat yang digunakan untuk melakukan penilaian
dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:
a. tes objektif atau tes jawaban memilih dengan berbagai variasi diantara
tes objektif yang umum digunakan adalah pilihan ganda, benar-salah,
dan butir soal menjodohkan.
b. tes esai atau tes jawaban tersusun dan terstruktur yang terdiri dari butir
tes jawaban singkat dan butir tes uraian atau esai. Tes esai sering
disebut dengan subjektif karena proses pemberian skornya
dipengaruhi oleh opini atau penilaian dari pendidik atau pemeriksa tes
tersbut.
Menurut Hairuddin, dkk (2007) beberapa jenis alat ukur non tes yang cocok
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain:
Alat Ukur Observasi digunakan untuk mengukur perilaku peserta didik atau kegiatan
proses pembelajaran. Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan
berlangsung. Contohnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu ketika
b. Wawancara
c. Kuesioner
d. Diskusi
e. Daftar cocok
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan
kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (x) atau
cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
f. Proyek
g. Portofolio
1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam
belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.
2. Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena
portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil
kerja mereka.
Khusus mata pelajaran bahasa, Surapranata dan Hatta (2004) memberikan contoh
dokumen dalam portofolio sebagai berikut:
6. Naskah pidato
8. Laporan kunjungan
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran
tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan
butir beda bobot.
a. Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang
dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga
jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya
butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut.
Skor =
Keterangan:
Skor =
Keterangan:
Skor = ∑
Keterangan:
Langkah pembuatan instrumen domain afektif termasuk sikap dan minat adalah
sebagai berikut:
a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya, tepat
waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini
selanjutnya ditanyakan pada peserta didik.
c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat
berminat, berminat, sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat.
e. Perbaiki instrumen.
g. Skor inventori.
Skala penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang jumlahnya sedikit. Perbuatan
yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat
tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling
tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna.
1. Pengembangan Tes
Ada delapan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajara
atau prestasi belajar, yaitu : (1) menyusun spesifikasi tes; (2) menulis soal tes; (3)
menelaah soal tes; (4) melakukan ujicoba tes; (5) menganalisis butir soal; (6)
memperbaiki tes; (7) merakit tes; (8) melaksanakan tes; (9) menafsirkan hasil tes
(Mardapi, 2007).
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang
berisis tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus
dimiliki suatu tes. Spesifikasi tes akan mempermudah dalam menulis soal dan siapa
saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama.
Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini :
a. Menentukan Tujuan Tes Terdapat empat macam tes yang digunakan lembaga
pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
b. Menyusun Kisi- Kisi Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi
soal-soal yang akan dibuat. Kisi- kisi ini merupakan acuan bagi pembuat soal
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif sama. Terdapat empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi
tes, yaitu: (1) Menulis tujuan umum, (2) Membuat daftar pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang akan diujikan, (3) Membuat indikator, (4) Menentukan jumlah
soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat dikategorikan uraian objektif dan
non-objektif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada sains dan teknologi
atau biadang sosial yang jawaban soalnya sudah pasti, dan hanya satu jawaban
yang benar. Tes uraian non-objektif sering digunakan pada bidang ilmu sosial, yaitu
yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung
argumentasi peserta tes. Bentuk tes dikatakan non-objektif apabila penilaian yang
dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai.
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan
peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 menit sampai 150
menit, namun untuk tes jenis praktek bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes
berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan
waktu berdasarkan hasil uji coba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan
waktu berdasarkan pengalaman dari tiap tenaga pengajar.Waktu yang diperlukan
untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap
butir soal bergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian tes
ditententuka berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut.
Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam
pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Telaah dilakukan oleh
ahli yang secara bersama atau individu mengoreksi soal yang telah dibuat.
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal yang telah disusun. Data yang
diperoleh adalah data empirik, terkait reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola
jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain.
5) Menganalisis Butir Soal
Tiap butir soal perlu dianalisis lebih lanjut. Melalui ananlisis butir ini dapat diketahui
antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda, dan juga efektifitas pengecoh.
6) Memperbaiki Tes
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki bagian soal yang belum sesuai dengan
yang diharapkan berdasarkan analisis butir soal. Beberapa butir soal mungkin sudah
ada yang baik, butir soal yang kurang baik diperbaiki kembali, sedangkan butir yang
lain dapat dibuang jika tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7) Merakit Tes
Keseluruhan butir soal yang sudah dianalisis dan diperbaiki kemudian dirakit
menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi
validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan butir soal, lay out, dan
sebagainya juga harus diperhatikan.
8) Melaksanakan Tes
Selanjutnya, tes yang telah disusun diberikan kepada testee (orang yang ditujukan
untuk mengerjakan tes). Pelaksanaan tes memerlukan pemantauan atau
pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh testee dengan jujur dan
sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan
menjadi nilai, rendah, menengah, dan tinggi. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan dengan
acuan penilaian. Ada dua macam acuan penilaian yang sering digunakan dalam
psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria.
1) Spesifikasi Instrumen
b. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek.
Misalnya, siskap siswa terhadap kegiatan sekolah, guru, dll. Sikap terhadap mata
pelajran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan
stretegi pembelajaran yang tepat bagi siswa.
Ada beberapa skala yang biasa digunakan dalam mengukur ranah afektif, di
antaranya adalah skala Likert, Thrustone, dan Beda Semantik. Langkah-langkah
pengembangan skala:
d. Melengkapi butir pernyataan dengan skala sikap (bisa genap, 4 atau 6, dan
bisa ganjil 5 atau 7)
4) Sistem Penskoran
5) Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meneliti tentang: (a) kesesuaian antara butir
pertanyaan/pernyataan dengan indikator, (b) kekomunikatifan bahasa yang
digunakan, (c) kebenaran dari tata bahasa yang digunakan, (d) ada tidaknya bias
pada pertanyaan/pernyataan, (e) kemenarikan format instrumen, (f) kecukupan butir
instrumen, sehingga tidak membosankan.
6) Merakit Instrumen
7) Ujicoba Instrumen
Analisis hasil uji coba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan/ pernyataan.
Apabila skala instrumen 1 sampai 5, maka bila jawaban bervariasi dari 1 sampai 5
berarti instrumen tersebut baik. Namun apabila jawaban semua responden sama,
misalnya 3 semua, maka instrumen tergolong tidak baik.Indikator yang digunakan
adalah besarnya daya beda atau korelasi antara skor butir dengan skor total. Bila
daya beda butir lebih dari 0,3 maka instrumen tegolong baik. Indikator lain yang
diperhatikan adalah indeks kehandalan atau reliabilitas. Besarnya indeks reliabilitas
sebaiknya minimal 0,7.
9) Perbaikan Instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak baik.
Perbaikan berdasarkan hasil ujicoba dan saran masukan dari responden.
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Menafsirkan hasil pengukuran disebut
dengan penilaian. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria.
Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mardapi, D. 2007. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.