DINAMIKA
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
1. menyebutkan hukum-hukum Newton tentang gerak;
2. menjelaskan macam-macam gaya mekanik;
3. menyelesaikan persoalan-persoalan praktis menyangkut gaya dan gerak yang bekerja
pada suatu benda.
Pendahuluan
Cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak benda, serta
penyebabnya disebut dinamika. Dinamika didasari hukum-
hukum yang dikemukakan oleh Isaac Newton (1642-1727).
Prinsip-prinsip dinamika dikemas dalam tiga pernyataan yang
dinamakan sebagai hukum Newton tentang gerak. (Young,
2002) Sumber: Giancoli (2001)
Gambar 3.1 Isaac Newton
3.1 Hukum Newton Tentang Gerak
Hukum I Newton:
Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap
sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.
Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya
pada garis lurus disebut inersia. Dengan demikian hukum pertama Newton sering disebut
hukum inersia. Hukum pertama Newton tidak berlaku pada setiap kerangka acuan, seperti
pada kerangka acuan dipercepat. Hukum pertama Newton hanya berlaku pada kerangka
acuan inersia. (Giancoli 2001)
Hukum II Newton:
Gaya (F) adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan gerak suatu benda.
Jadi, bunyi hukum II Newton juga menyatakan gaya adalah laju perubahan gerak benda.
Dengan …(3.2)
Untuk benda yang massanya cukup besar yang bergerak dengan kecepatan jauh lebih kecil
dari kecepatan cahaya, dan massanya dianggap konstan persamaan 3.1 menjadi
…(3.3)
Dari persamaan (3.3) dapat diturunkan satuan untuk gaya adalah kg.m/s2.
1 kg.m/s2 = 1 Newton = 1 N
Hukum III Newton berkaitan dengan bagaimana munculnya suatu gaya. Gaya akan selalu
muncul berpasangan. Sebagai contoh pada gambar 3.2. bila kita perhatikan interaksi antara
bola dan meja, bola melakukan gaya tekan terhadap meja (FTC) dan sebagai reaksinya meja
akan menekan bola dengan gaya lain yang sama besar (FCT). Kedua gaya ini, gaya oleh bola
G adalah konstanta gravitasi semesta yang nilainya sama di seluruh tempat pada setiap
waktu, yaitu 6,673 x 10-11 N m2 ⁄ kg2.
Karena pengaruh gaya gravitasi ini, benda di atas bumi akan mengalami percepatan.
Bumi pun mengalami percepatan. Namun, karena massa bumi sangat besar,
pengaruhnya terhadap bumi sangat kecil. Percepatan yang dialami benda disebut
percepatan gravitasi bumi yang besarnya
…(3.6)
W=m.g …(3.7)
b. Gaya Normal
Ketika suatu benda mengalami persinggungan dengan suatu permukaan, benda akan
mendapatkan gaya dari permukaan tersebut berupa gaya normal N. Perhatikan gambar
3.4, uraian gaya-gaya yang bekerja pada balok di atas meja. Balok memperoleh gaya
tarik oleh bumi berupa gaya berat atau gaya gravitasi W. Balok pun menarik bumi
dengan dengan gaya sebesar W juga. Karena balok bersinggungan dengan meja, balok
akan mendapatkan gaya dari meja berupa gaya normal N. Reaksinya adalah gaya tekan
oleh balok terhadap meja yang besarnya sama dengan N. Dari uraian ini, jelaslah
bahwa gaya normal N dan gaya berat W bukanlah pasangan aksi-reaksi.
Bila sistem benda berada dalam keadaan setimbang, menurut hukum I Newton
∑ Fy = 0
N-W =0
N=mg
∑ Fy = 0
N - W cos ϴ = 0
N = m g cos ϴ
∑ Fx = m a
F - W sin ϴ = m a
Gambar 3.5 Normal F = m g sin ϴ + m a
c. Gaya Gesek
Jika kita meluncurkan balok di atas lantai kasar, seiring dengan waktu balok tersebut
akan berhenti. Hal ini berarti ada gaya yang melawan gerakan balok tersebut. Gaya ini
disebut gaya gesek. Karena benda/baloknya bergerak, gaya geseknya disebut gaya
gesek kinetik (fk).
(Benda Diam) ;
(a) (b) (c) (d)
Gambar 3.6 Pertambahan Gaya Gesek Statis dan Gaya Gesek Kinetik
Gambar 3.6 (a) menunjukkan pada balok bekerja dua gaya yaitu berat balok w dan
gaya normal N. Pada gambar 3.6 (b) balok yang berada di atas meja ditarik dengan
gaya F dan ternyata balok tetap diam. Ini berarti ada gaya yang melawan gaya tarik
tersebut. Untuk mengetahui besar gaya gesek antara balok kayu dengan meja, gaya
w dan gaya tarik F dijumlah secara jajaran genjang dan hasilnya adalah gaya R.
Gaya R ini akan dilawan dengan gaya P. Proyeksi gaya P pada arah vertikal adalah
gaya normal N, sedangkan proyeksi gaya P pada meja (arah mendatar) adalah gaya
gesek statik (fs). Misalnya pada gambar 3.6 (c), gaya tarik F diperbesar. Dengan
penjelasan seperti pada gambar 3.6 (b), ternyata gaya gesek statiknya bertambah
besar pula. Pada gambar 3.6 (d) gaya tarik F diperbesar lagi sedemikian rupa
sehingga balok tepat akan bergerak dan gaya gesek statik ini yang dipakai untuk
mengetahui besar gaya gesek statiknya ). Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan nilai gaya gesek sebanding dengan nilai gaya normal.
∑F = 0
ω sin α – f = 0
ω sin α – N = 0
ω sin α - ω cos α = 0
sin α = cos α
= tan α
Dari percobaan ternyata besarnya α kurang dari 450. Ini berarti bahwa harga di
antara 0 dengan 1.
Dari rumus (3.7) dan (3.8) terlihat bahwa besar gaya gesek tidak bergantung pada
luas permukaan benda yang bersinggungan. Hal ini karena permukaan singgung
benda ditinjau secara mikroskopik. Bagian yang bersinggungan antara satu
permukaan dengan permukaan lain tidaklah seluas apa yang terlihat (lihat gambar
3.7), hanya pada bagian-bagian tertentu yang jumlahnya tergantung pada gaya tekan
benda. Jadi luas, permukaan sudah tercakup pada gaya normal.
Pada gambar (3.8) diperlihatkan suatu gaya F menarik benda A ke kiri. Benda A
terikat dengan benda B dan C yang juga ikut tertarik. Pada saat benda A ditarik, tali 1
dan tali 2 tegang sehingga pada kedua ujung tali tersebut timbul tegangan tali (T).
Benda A dan B dihubungkan dengan tali yang sama sehingga gaya tegangan tali pada
kedua ujung tali 1 sama besar (T1). Demikian juga, besar gaya tegangan tali pada
kedua ujung tali 2 (T2) sama besar, karena benda B dan C dihubungkan dengan tali
yang sama. Gaya tegangan tali pada tali 1 (T1) berbeda dengan gaya tegangan tali pada
tali 2 (T2), karena tali 1 bekerja pada benda A dan B sedangkan tali 2 bekerja pada
benda B dan C. Gaya tegangan tali (T) sama besar apabila tali bekerja pada benda yang
sama dan besar gaya tegangan tali berbeda apabila bekerja pada benda yang berbeda.
Selanjutnya tinjau gaya tegangan tali pada katrol. Perhatikan gambar (3.9) berikut.
Pada tali bekerja gaya tegangan tali T1 dan T2. Sebuah katrol ideal
tak bermassa yang licin akan merubah arah gaya tanpa
mempengaruhi besarnya. Besar gaya tegangan tali T1 = T2.
1. Perhatikan gambar 3.10, dua benda dihubungkan dengan katrol pada bidang miring licin.
Jika massa benda 2 (m2) lebih besar dari massa benda 1 (m1), dan benda 2 bergerak ke
bawah sedangkan benda 1 bergerak ke atas, tentukan tegangan tali dan percepatan
sistem!
Untuk memperoleh nilai T, subtitusikan nilai a pada persamaan 3 ke dalam persamaan 1 atau
persamaan 2.
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Pada sumbu y :
∑Fy = Fp - 2FT sin ϴ = 0
FT = Fp/2 sin Ɵ ≈ 300 N/ 2 sin 5o ≈ 1700 N
∑Fx = m . a
N . sin ϴ = m . v2 / R ... (i)
Penyelesaian:
Di titik A
∑ FR = m.asp
FTA + mg = m VA2 / R
Gambar 3.15 Contoh Soal No.5
Tali akan tetap tegang selama ada tegangan padanya, tetapi jika tegangan hilang (karena
VA terlalu kecil) tali akan melengkung dan bola akan keluar dari lintasannya.
Laju minimum akan terjadi jika FTA = 0, diperoleh:
m g = m VA2 / R
VA = (g.R)1/2 = (9,8 . 1,1) 1/2 = 3,28 m/s
Dititik B
∑FR = m.asp
FTB - mg = m VB2 / R
Laju VB diketahui dua kali lipat dari VA yaitu 6,56 m/s
FTB = m VB2 / r + mg
= (0,15) (6,56)2 /(1,1) + (0,15)(9,8) = 7,34 N