Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus: Jalan Soekarno-Hatta Nomor 1 Bandar Lampung
Telp/Fax: (0721) 703580

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Fadilla Yuwantri

Semester : VII ( tujuh)

Tempat Praktek :

Kasus : Hipoglikemia

A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Hipoglikemia (shok insulin) adalah suatu sindrome yang komplek berawal dari suatu
ganggguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasii serum glukosa menurun sampai titik
tidak dapat memenuhi kebutuhan metablik sistem saraf. Kadar glukosa serum 50-55
mg/100ml (N.55-115 mg/dl) dan adanya gambaran klinis sebagai petunjuknya.
Hipoglikemia adalah suatu komplikasi dari Diabetes Melitus dimana gula dalam darah
rendah yaitu kurang dari 60 mg/dl.

2. Gambaran Klinis (pengkajian)


a. Tanda & Gejala Umum
1. Adrenergik
Pucat, keringat dngin, takikardi, gemetaran, lapar, cemas, gelisah, sakit kepala,
mengantuk.
2. Neuroglikopenia
Bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya
b. Tanda & Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)
1) Airway (A)
 Sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
 Kelemahan batuk
 Ada tidaknya edema tracheal atau faringeal
 Suara nafas seperti snoring
2) Breathing (B)
 Ada tidaknya taruma pada dada
 Nafas tambahan
3) Ciculation (C)
 Warna kulit
 Nadi

4) Disablity (D)
 Tingkat kesadaran GCS
 Ukuran dan reaksi pupil
 Fungsi neuromuskuler

c. Tes Diagnostik (pemeriksaan penunjang)


1. Gula darah puasa
2. Hemoglobin glikosilasi (HbAIc)
3. Glukosan darh 2 jam post pradial (normal <140 mg/dl/2jam), kreatinin
4. Skrining lipid, target kadar kolestrol total <5,2 mmol/L dan trigliserida puasa <2,0
mmol/L
3. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat
kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar
neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
 Pathway Hipoglikemia

B. Diagnosis Keperawatan / Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
3. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan
metabolisme, dan kurang asupan makanan.
C. Perencanaan Keperawatan / Algoritme / Protokol Penatalaksanaan

PERENCANAAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


N
KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
N HASIL
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Intervensi 1. Adanya bunyi
bersihan jalan tindakan mandiri: ronchi
nafas b.d keperawatan… 1. Auskultasi menandakan
inflamasi, X24 jam bunyi nafas terdapat
obstruksi jalan diharapkan jalan tambahan : penumpukan
nafas nafas normal ronchi, secret
dengan kriteria wheezing. berlebihan di
hasil : 2. Berikan jalan nafas.
1. Frekuensi dan posisi 2. Posisi
irama nafas nyaman memaksimalkan
dalam batas untuk ekspansi paru
normal (16- mengurangi dan
20x/mnt) dispnea. menurunkan
2. Tidak ada 3. Bersihkan upaya
sputum secret dari pernapasan.
3. Klien mampu mulut dan 3. Mencegah
mengeluarkan trakea : obtruksi atau
sputum secara lakukan aspirasi.
efektif penghisapan Penghisapan
sesuai dapat
keperluan. diperlukan bila
4. Anjurkan klien tak
asupan mampu
cairan mengeluarkan
adekuat sekret sendiri.
5. Ajarkan 4. Mengoptimalka
batuk efektif n keseimbangan
Intervensi cairan dan
kolaborasi : membantu
6 .kolaborasi mengencerkan
pemberian secret sehingga
oksigen mudah di
7. kolaborasi keluarkan.
pemberian 5. Fisioterapi
broncodilator dada/back
sesuai indikasi. massage dapat
membantu
menjatuhkan
secret yang ada
di jalan nafas.
6. Meringankan
kerja paru untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen serta
memenuhi
kebutuhan
oksigen dalam
tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan
terhadap aliran
udara.
1. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi 1.   Agar pasien lebih
perfusi jaringan tindakan mandiri: kooperatif
serebral b.d keperawatan 1.   Jelaskan kepada 2.   Perubahan tekanan
disfungsi system selama…x24 jam pasien tentang CSS merupakan potensi
saraf pusat diharapkan tindakan yang akan resiko herniasi batang
akibat gangguan perfusi dilakukan otak
hipoglikemia jaringan cerebral 2.  Pertahankan 3.   aktivitas seperti ini
normal dengan posisi tirah baring akan meningkatkan
kriteria hasil : dengan posisi intra thorak dan
1.Tingkat kepala head up abdomen yang dapat
kesadaran 3.   Bantu pasien meningkatkan TIK
komposmentis untuk berkemih, 4.   Pengkajian
2.   2 .Disorientasi membatasi batuk, kecenderungan adanya
tempat, waktu, muntah, mengejan, perubahan tingkat
orang secara tepat anjurkan pasien kesadaran dan potensial
3.   3. TTV dalam napas dalam selama peningkatan TIK sangat
batas normal (suhu pergerakan berguna dalam
35,5ºC – 37,5ºC, 4.   Pantau status menentukan lokalisasi
nadi 60-100 neurologis dengan 5.   Perubahan pada
x/menit, tekanan teratur frekuensi jantung
darah 120/80 5.   Pantau TTV mencerminkan
mmHg) trauma/tekanan batang
otak

2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Intervensi 1. Untuk mengetahui


kurang dari tindakan Mandiri: status nutrisi pasien
kebutuhan tubuh keperawatan 1. Kaji status saat ini
yang b.d selama…x24jam nutrisi pasien 2. Untuk memberikan
perubahan diharapkan 2. Jaga kebersihan rasa nyaman klien
metabolism, dan perubahan nutrisi mulut, anjurkan dan meningkatkan
kurang asupan kurang dari untukmelakuka nafsu makan.
makanan kebutuhan tubuh n oral hygiene 3. Untuk mengetahui
dapat teratasi 3. Kaji makanan makanan yang
dengan krireria kesukaan dan disukai klien agar
hasil : makanan yg klien mau makan
1. Intake nutrisi tidak disukai 4. Untuk mengetahui
tercukupi klien adanya penurunan
2. Makan habis 1 4. Monitor berat dan kenaikan berat
porsi badan klien badan klien.
3. BB normal secara rutin. 5. Nutrisi yang tepat
Intervensi sesuai anjuran ahli
kolaborasi : gizi dapat
5. Kolaborasi memenuhi
dengan ahli gizi kebutuhan asupan
untuk yang dibutuhkan
menentukan tubuh
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai