Makalah Andragogi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan usaha sadar manusia dalam mendidik untuk
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, diiringi oleh  perubahan
dan  peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu
sendiri.

Belajar adalah salah satu aktivitas siswa. Belajar diperoleh melalui


lembaga pendidikan formal dan nonformal. Salah satu lembaga
pendidikan formal di Indonesia adalah sekolah di dalamnya terjadi
kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru
dan siswa. Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri
adalah untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan yang optimal
sesuai dengan tingkat kecerdasan intelektual yang dimilikinya. Sudah
seyogyanya proses belajar di rancang agar memiliki format yang jelas.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja prinsip seni yang di aplikasikan dalam pendidikan?
2. Apa saja yang dapat di pilih dalam format belajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip seni yang di aplikasikan
dalam pendidikan.
2. Dapat memilih format belajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Sebagai Bentuk Seni


Dalam tulisan ini digunakan istilah “bentuk seni” tetapi dalam arti
luas. Program-program pendidikan bukanlah menjadi bentuk seni dalam
arti puisi, lukisan, patung, seni drama dan sebagainya. Program
pendidikan tidaklah bebas serta tidak pula merupakan suatu ekspresi
perasaan manusia yang berakhir dalam dirinya. Tetapi program
pendidikan dapat mempunyai banyak kualitas yang sama seperti halnya
seni yaitu dalam pengalaman keindahan. Program-program tersebut dapat
indah atau jelek. Sehingga menurut pendapat penulis, kualitas keindahan
dalam program pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap kualitas
pendidikan.
Kualitas apa yang membuat bentuk seni mempunyai nilai
keindahan? dan bagaimana hal tersebut diaplikasikan dalam merancang
proram pendidikan? (hal. 49)
Henry N. Rasmussen dalam bukunya “Art Structure: A Texbook of
Creative Design” mengemukakan mengenai sikap yang kreatif dan
keindahan yang disimpulkan sebagai berikut.
Dalam kerja seni ada tiga bagian yaitu bentuk, tema dan teknik.
Dalam arti yang paling luas, bentuk dapat disebut bentuk luar dalam
suatu objek. Dalam seni lukis, bentuk merupakan hasil penampilan dari
suatu kombinasi yang berupa garis, ruang, warna dan rasa (tone). Tema
adalah aspek psikologi dari suatu struktur. Tema merupakan gagadan
umum atau arti yang dikombinasikan atau diekspresikan. Dan teknik
adalah merupakan struktur fisik, suatu keahlian dalam mengenai bahan
untuk mencapai suatu kualitas dan sesuia dengan tujuan.
B. Prinsip-prinsip Seni yang Diaplikasikan dalam Pendidikan
Garis adalah memberikan arah, kontinuitas dan gerakan dalam suatu
rancangan. “garis” ini dapat diekspresikan dalam program pendidikan
sebagai berikut.
1. Sebagai suatu tema yang dinamis dan integratif, misalnya “belajar
sepanjang hayat” memberikan rasa adanya “gerak” dibandingkan
dengan “kursus-kursus malam hari” yang memberikan rasa statis.
2. Sebagai memberi arah kegiatan yang berurutan kepada peserta.
3. Sebagai penunjuk jadwal kegiatan, sehingga peserta dapat mengikuti
kegitan sejak mula sekali.

2
Ruang adalah bentuk suatu program dalam hal panjang, lebar dan
kedalaman; pola ruang adalah hubungan bermacam-macam satuan
program dalam batas-batas bentuk tersebut. Bentuk ini dapat
diekspresikan dalam program pendidikan sebagai berikut.
1. Dengan rumusan yang jelas mengenai batas proram dalam hal
tujuan, kelompok sasaran, isi, dan metodologi (bagaimana “bentuk
program ini berbeda dengan “bentuk” program lain di masyarakat”).
(hal. 50)
2. Dengan memanipulasi lamanya waktu belajar untuk para peserta dan
dengan membuatnya sama atau berbeda.
3. Dengan menganekaragamkan kedalam kegiatan (dari ringan ke
berat, dari dasar ke yang lebih maju, dan dari yang bersifat
eksploratori ke yang bersifat intens).
4. Dengan membatasi luasnya jenis kegiatan.
5. Dengan memanipulasi biaya dan bahan.
6. Dengan memanipulasi keadaan fisik (jenis dan luasnya kelas, ruang
perpustakaan, dan sejenisnya).
Rasa (tone) adalah penekanan yang bersifat relatif dalam suatu
program. Ini dapat diekspresikan dalam program pendidikan sebagai
berikut.
1. Dengan memberikan perhatian terhadap orang-orang dan
keinginannya.
2. Dengan memberikan penekanan yang aneka ragam terhadap bidang-
bidang program yang beragam (misalnya program untuk peningkatan
diri, program untuk pengisian waktu kosong dan sejenisnya).
Warna adalah intensitas suatu program yang memungkinkan
seseorang menilai dalam hal cerah atau suram, formal atau informal,
hangat atau dingin dan sebangsanya. “Warna” ini apabila diekspresikan
dalam program pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Dengan mempublikasikan program tersebut.
2. Dengan menyediakan fasilitas yang menyenangkan.
3. Dengan menciptakan dan memelihara iklim dan persaudaraan atau
hubungan yang hangat.
4. Dengan memilih orang atau tenaga yang hangat dan kreatif.
Tekstur berkaitan dengan rasa, misalnya apakah kasar atau licin,
sehingga tekstur suatu program ditentukan oleh elemen garis, ruang,
warna dan rasa (tone). (hal. 51)

C. Memilih Format Belajar

3
Fungsi arkitektural dalam merancang program pendidikan yang
komprehensif adalah terdiri dari pemilihan kombinasi satuan-satuan
belajar atau format yang akan sangat efektif dalam mencapai tujuan
program serta pengaturan kegiatan ke dalam satu pola berdasarkan
prinsip-prnsip seni di atas.
Apa yang dimaksud dengan format belajar?
Teknologi pendidikan masih dalam tahap awal, sehingga adanya
suatu standar terminologi masih belum muncul. Sebagai akibatnya,
banyak para penulis yang menggunakan bermacam-macam istilah untuk
menggambarkan suatu gejala yang sama. Dr. Coolie Verner membedakan
tiga elemen dalam proses pendidikan. Ketiga elemen itu adalah sebagai
berikut.
1. Metode, yaitu suatu pengorganisasian peserta untuk tujuan
pendidikan.
2. Teknik, yaitu bermacam cara di mana tugas-tugas belajar diatur
untuk memfasilitasi belajar.
3. Alat, yaitu segala sesutau atau kondisi yang didayagunakan untuk
meningkatkan teknik dan membuat belajar lebih terarah. (hal 52)
Selanjutnya, Verner mengelaborasi lebih lanjut mengenai konsep
metode yang mengemukakan bahwa metode pendidikan
mengidentifikasi cara bagaimana peserta diorganisir agar mampu
melaksanakan kegiatan pendidikan. Suatu metode menciptakan
hubungan antara warga peserta lembaga pendidikan yang
memungkinkan tugas-tugas pendidikan dapat dicapai. Kelembagaan
pendidikan formal menciptakan suatu hubungan untuk belajar dengan
peserta datang ke lembaga itu dan kemudiaan diorganisir ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan usia, kemampuan, mata pelajaran atau
kriteria lain. Kelompok-kelompok itu dipandang sebagai kelas.
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan kata “format” yang berarti
“metode” sebagaimana dikemukakan Verner. Dan penulis memeakai kata
“format” karena nampaknya, pengertian format lebih mengandung
elemen-elemen struktural dan lebih berbeda pengertianya dari kata
metode dan teknik.
1. Format Untuk Belajar Individual
Ada beberapa format untuk membantu seseorang beralajar
secara individual. Dalam format belajar secara individual ini tidak
perlu peserta datang ke lembaga pendidikan, dan karenanya format
ini sesuai untuk orang yang cacat atau orang-orang yang tempat
tinggalnya secara geografis terisolir ataupun bagi seorang yang

4
sudah tua. Berikut ini beberapa bentuk format belajar secara
individual ini.
a.

5
b. Magang
Salah satu pendidikan yang paling tua adalah magang yang
menurut artinya secara literal adalah hubungan yang bersifat kontrak
antara orang ahli dengan oang yang belum ahli, di mana orang yang
belum ahli ini dilatih untuk suatu proses kerja dengan melalui
pengalaman praktik dibawah supervisi seorang ahli dengan
pengajaran formal. Kebanyakan dalam magang itu diadakan suatu
persetujuan berapa jam perhari untuk bekerja dan belajar, skala gaji
setelah lulus, dan berapa lama waktu untuk penyelesaian program
magang tersebut. Format ini kebanyakan untuk belajar keterampilan.
Magang juga sering dipakai untuk memberikan pengalaman dalam
pekerjaan. Misalnya suatu lembaga atau organisasi memagangnya
beberapa pekerjaan yang baru dalam waktu tertentu dibawah
bimbingan pekerjaan yang berhasil.
Magang berarti pula suatu proses belajar melalui pengalaman
praktis yang disupervisi, tetapi magang cenderung diartikan lebih
sempit untuk program yang berisikan peran professional dan
managerial.
c. Kursus Tertulis
Sejumlah kursus tertulis dalam bidang komersial pada beberapa
universitas, menawarkan programnya dimana peserta belajar dengan
bimbingan dari silabus dan meynrahkan tugas-tugasnya secara
tertulis dan tugas-tugas tersebut dijawab oleh para pelatih dengan
melalui pos. Bagi suatu lembaga pendidikan adalah memungkinkan
untuk memperkaya programnya dengan menawarkan adanya kurus
tertulis kepada kelompok sasaran.
d. Bimbingan
Bimbingan pendidikan, misalanya bimbingan dalam pemilihan
pendidikan atau pekerjaan, tidaklah banyak sebagai suatu format
belajar dan lebih berfungsi sebagai pelayanan administratif. Tetapi
bimbingan klinis yang merupakan suatu rangkaian wawancara dalam
waktu tertentu dengan tujuan untuk membantu seorang individu agar
mampu “melihat dirinya” sendiri, maka bimbingan ini dapat
digolongkan ke dalam format belajar. (hal.53-54)
e. Belajar Terarah atau Tutorial
Format ini dapat digunakan oleh suatu lembaga untuk
meningkatkan responya terhadap adanya perbedaan diantara para
pesertanya. Sesungguhnya gagasan belajar terarah ini adalah untuk
membantu seseorang dalam melakukan penelitian sendiri secara
terarah, dengan melakukan konsultasi secara berkala mengenai
kemajuan dan masalahnya kepada seorang tutor.

6
f. Pengajaran Berprograma
Salah satu format belajar yang baru adalah pengajaran
berprograma (dalam bentuk textbook yang diprograma atau
menggunakan mesin belajar) yang telah berkembang dewasa ini.
Pengajaran berprograma ini di dalamnya terdapat bahan-bahan
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta itu disajikan dengan
menggunakan serangkaian langkah-langkah secara berurutan. Dalam
setiap langkah peserta harus merespon terhadap tes yang menilai
terhadap pemahamannya. Selanjutnya, peserta akan menerima
jawaban yang benar dari tes tersebut. Apabila peserta tersebut benar
dalam menjawab, maka ia akan memperoleh hadiah berupa izin
untuk melanjutkan langkah selanjutnya. Dan apabila ia salah dalam
menjawab, maka ia diinstruksikan untuk mempelajari lagi bahan
pelajaran tersebut. Program ini dirancang untuk membawa peserta
menyelesaikan suatu tujuan perilaku yang bersifat terminal yang
telah disusun oleh programmer. Dan apabila perilaku yang bersifat
terminal itu dikuasai oleh peserta, maka program itu selesai.
Ada dua pendekatan dalam pengajaran berprogram ini.
Pendekatan yang pertama berupa program linier yang dikembangkan
oleh BF Skinner dengan pengikutnya, yang menekan pada penguatan
kondisi dalam teori belajar. Peserta dibawa secara langsung ke arah
perilaku yang bersifat terminal dengan membantunya memberikan
jawaban yang benar pada setiap langkah kecil tersebut. (hal. 55)
Pendekatan lainnya pengajaran berprograma bercabang yang
dikembangkan oleh Norman Crowder dan pengikutnya. Pendekatan
ini menekankan pada pemberian pilihan pada peserta untuk
menentukan bahan-bahan pelajaran yang akan mereka pelajari
selanjutnya. Pertanyaan pilihan berganda yang diberikan kepada
mereka, tidak hanya untuk mengetahui kebenaran jawaban peserta
tetapi juga untuk mengembangkan jalan baru dalam belajar terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang salah dijawabnya.
g. Supervisi
Perubahan yang menarik telah terjadi akhir-akhir ini terhadap
konsep supervisi. Atas pengaruh beberapa ahli manajemen seperti
Likert dan Mc Gregor, maka konsep mengenai peran supervisor
telah berubah dari konsep asalnya yaitu mengawasi bawahan
menjadi pengembangan kemampuan pengarahan dari pihak
bawahan. Maka berdasarkan konsep baru ini, seorang supervisor
dipandang sebagai seorang guru dan latihan untuk para supervisor
ditekankan bagaimana membantu supervisor mempunyai
kemampuan sebagai seorang fasilitator dan tenaga sumber bagi para

7
bawahannya dalam rangka pengembangan diri bawahannya secara
berkelanjutan. Atas dasar pengertian konsep baru di atas, maka
supervisi dapat dipandang sebagai format belajar secara individual.
2. Format Belajar untuk Kelompok
Kebanyakan belajar diorganisir dalam kelompok. Hal ini
disebabkan karena faktor efisiensi dan di samping itu karena dengan
kelompok dapat diperoleh sumber-sumber lebih kaya dan motivasi
belajar lebih kuat.
Ada dua jenis kelompok yang digunakan untuk tujuan
pendidikan, yang pertama adalah kelompok yang dibentuk untuk
tujuan belajar dan yang kedua adalah kelompok yang dibentuk
dengan tujuan lain tetapi kegiatan belajar berfungsi sebagai
suplemen belaka. Beberapa format belajar untuk kelompok ini
adalah sebagai berikut. (hal 56)
a. Proyek Aksi Sosial
Banyak kelompok-kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk
melakukan aksi-aksi sosial. Misalnya kelompok-kelompok
keagamaan yang tujuannya adalah mengembangkan aspek moral,
menghilangkan ketidakadilan sosial, dan meningkat kemampuan
kemasyarakatan. Aksi kelompok yang menyerahkan semua
tenaganya untuk pencapaian sasaran dapat digolongkan ke dalam
format belajar. Hal ini terutama disebabkan karena di dalam aksi
kelompok tersebut mengandung bermacam kegiatan yang akan
meningkatkan pengetahuan mereka terhadap masalah yang akan
dipecahkan dan sering pula kegiatan tersebut meningkatkan
keterampilan mereka sebagai agen pembaharuan. Dengan kata lain,
di dalam aksi kelompok itu terdapat komponen-komponen
pendidikan.
Langkah-langkah dalam melaksanakan proyek aksi ini sebagai
berikut.
1) Bentuklah kelompok orang-orang yang berminat pada aksi
sosial. Dalam tahap pemulaan bentuklah kelompok ini terdiri
dari orang yang mempunyai kemampuan dalam merencanakan
proyek tertentu, dan dengan harapan orang-orang yang lainnya
akan tertarik pada proyek tersebut. Kelompok ini dapat berupa
kelompok resmi dalam bentuk panitia untuk aksi sosial.

2) Pilihan suatu proyek. Beberapa kriteria untuk pemilihan proyek


ini adalah sebagai berikut.

8
 Proyek lokal lebih baik dari proyek jauh.
 Proyek khusus lebih baik dari proyek abstrak.
 Proyek penting/mendesak lebih baik dari proyek yang kurang
mendesak.
 Proyek pioner lebih baik dari proyek biasa.
 Proyek jangka pendek lebih baik dari proyek jangka panjang.
 Proyek yang dapat dicapai tujuannya lebih baik daripada
proyek yang akan membuat frustasi. (hal. 57)
3) Kumpulkan fakta. Kelompok harus memutuskan fakta apa yang
perlu diketahui untuk membuat suatu pertimbangan yang perlu
diketahui untuk membuat suatu pertimbangan yang bijak dalam
pemilihan masalah dan selanjutnya buat rencana untuk
pengumpulan fakta.
4) Petakan suatu strategi. Apabila fakta telah diperoleh, maka
kelompok menganalisis dan membuat strategi untuk
memecahkan masalah tersebut. Strategi ini dapat berupa
mendidik anggota dalam organisasi yang lebih besar,
memberikan laporan, mendistribusikan bahan bacaan,
mengadakan pertemuan umum, dan menggunakan teknik-teknik
pendidikan lainnya.
5) Melaksanakan tindakan. Aksi sosial berarti mempengaruhi
beberapa orang atau organisasi ke arah suatu perubahan.
Beberapa teknik melakukan aksi sosial yang dapat digunakan
kelompok mempengaruhi orang lain adalah melalui resolusi,
suara ke surat kabar dan aksi politik, konferensi, mengirimkan
delegasi, demonstrasi tanpa kekerasan dan sebangsanya.
b. Klinik, Institusi dan Lokakarya
Ketiga istilah ini sering dipakai dalam arti yang sama dalam
literatur. Walaupun ketiga ini mempunyai perbedaan arti sebagai
format belajar, tetapi ketiga pengertian di atas menunjukkan
kepada pengalaman belajar secara intensif, mempunyai banyak
kegiatan dalam jangka waktu yang pendek dan dilakukan oleh
kelompok yang besar. Pengertian klinik menekankan kepada
diagnosis menganalisis serta memecahkan masalah yang timbul
dari pengalaman peserta. Institut menekankan kepada
pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
keahlian tertentu. Sedangkan lokakarya menekankan pada
pengembangan kemampuan individual dalam bidang tertentu
melalui bermacam kelompok kecil.

9
Ketiga macam format belajar itu menggunakan pola-pola
kegiatan dalam bentuk rapat pleno, diskusi kelompok, kelompok
minat (hal 58), kelompok pemecah masalah, kelompok
perencana dan sebagainya. Selain itu, ada kegiatan membaca,
konsultasi individual, bersembahyang dan kegiatan reaksi.
Lamanya berbeda-beda mulai dari satu hari sampai beberapa
minggu dan biasanya diasramakan.
c. Klub dan Kelompok yang Diorganisir
Kelompok yang diorganisir ini polanya berbeda mulai dari
kelompok yang diatur secara informal sampai dengan kelompok
yang strukturnya sangat kaku. Beberapa diantaranya bersifat
otonomi penuh dalam menentukan bentuk organisasi dan
kebijaksanaan programnya.
Klub suatu format belajar mempunyai beberapa keuntungan.
Pertama, karena klub kurang formal dalam strukturnya, maka
memungkinkan untuk mencapai warga belajar yang kurang
mempunyai kesempatan untuk belajar. Kedua, karena klub berjalan
dari tahun ke tahun, maka akan memberikan kesempatan untuk
belajar lebih lanjut dan mempraktekan apa yang telah dipelajari.
Ketiga, karena klub isi programnya lebih fleksibel, maka akan
menjadi alat yang efektif untuk membantu anggotanya dalam
mengeksplorasi minat baru. Terakhir, klub cenderung bersifat
mengatur sendiri, maka klub dapat membuat program yang
komprehensif dan kurang penekanannya dalam pelayanan
administratif.
Hasil-hasil pendidikan yang berasal dari klub sebagai suatu
format belajar adalah sebagai berikut.
 Pengetahuan.
 Memperdalam apresiasi budaya.
 Pemahan atas isu-isu sosial.
 Memperhalus keterampilan tertentu. (hal 59)
d. Konferensi dan Konvensi
Konferensi dan konvensi sebagai suatu format belajar dapat
dilaksanakan sebagai berikut.
1) Penyajian informasi, di mana dalam konferensi tersebut ada
serangkaian rapat-rapat dan para ahli menyajikan papernya.
2) Inspirasi, dalam pertemuan dengan banyak orang yang
mempunyai perhatian yang sama sering memberikan
pengalaman yang bersifat inspiratif.

10
3) Pertukaran pengalaman, merupakan stimulasi untuk
meningkatkan aspek praktis. Tiap orang dapat belajar dari orang
lain mengenai keberhasilan dan kegagalannya.
4) Latihan, dimana konferensi dapat pula sebagai alat untuk
membantu para peserta untuk belajar keterampilan baru atau
meningkatkan keterampilan yang sama.
5) Pemecahan masalah, sering kali peserta membawa permasalahan
yang dihadapi dan hal konferensi akan dapat membantu untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh peserta tersebut.
6) Komitmen terhadap tindakan, konferensi yang dihadiri
bermacam peserta sering mempertimbangkan atau
membicarakan permasalahan yang di hadapi bersama, kemudian
sampai pada acara pemecahan yang sama pula dan akhirnya
sampai pada tindakan yang sama pula.
Beberapa prinsip dasar konferensi sebagaimana dikemukakan
oleh P. Bradford adalah sebagai berikut.
1) Pekerjaan yang berhasil dalam konferensi adalah adanya suatu
masalah yang dipandang oleh para peserta sebagai masalah
mereka, dan bukan adanya suatu topik.
2) Peserta harus dilibatkan baik sebelum dan selama konferensi
khususnya dalam pembuatan keputusan dasar.
3) Seluruh pekerjaan selama konferensi seyogyanya dirancang
untuk menolong kelompok-kelompok peserta memikirkan
secara langsung permasalahan yang dihadapi mereka. (hal. 60)
4) Perencanaan konferensi harus meliputi pula kesempatan dan
bantuan kepada peserta secara periodik guna mengevaluasi hasil
konferensi maupun prosesnya agar peningkatan secara berlanjut
pada kedua aspek itu dapat terjadi.
5) Pekerjaan selama konferensi harus dirancang sehingga
memungkinkan adanya kemajuan mulai dari menseleksi
masalah ke diagnosis, selanjutnya ke keputusan pemecahan
masalah dan akhirnya kepada tindakan.
Dalam melaksanakan prinsip-prinsip di atas, maka langkah-
langkah berikut perlu dilakukan.
1) Adanya panitia perencanaan konferensi.
2) Dengan pelibatan para peserta konferensi.
3) Mengubah harapan-harapan peserta.
4) Adanya rancangan konferensi.
5) Adanya tenaga-tenaga staf untuk konferensi.
6) Adanya pertemuan orientasi.
7) Memilih dan melatih para pimpinan.

11
8) Memilih dan melatih tenaga pencatat.
9) Memilih dan melatih tenaga observer.
10) Adanya pertemuan umum.
11) Adanya pertemuan informasi.
12) Adanya manusia sumber.
13) Adanya pertemuan akhir.
e. Kursus
Suatu format belajar yang bersifat tradisional dalm lembaga
pendidikan adalah kursus yang berupa suatu kelompok peserta yang
pertemuannya dilakukan dalam waktu tertentu dengan lama waktu
tertentu pula dalam rangka untuk mempelajari suatu bidang studi
yang terbatas di bawah bimbingan seorang pelatih/guru. (hal. 61)
Kursus masih merupakan salah satu kegiatan belajar yang paling
efisien dan paling dapat di terima serta merupakan alat yang dinamis
dan fleksibel dalam membantu orang belajar.
Beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum dalam suatu
kursus disarankan sebagi berikut.
1) Adanya tujuan yang bersifat tentatif yang merupakan jumlah
mata pelajaran yang akan dimasukkan dalam program.
2) Setiap program didasari mata pelajaran inti berdasarkan
kebutuhan dan minat yang sudah diketahui, tetapi juga
dimasukkan sejumlah mata pelajaran dengan tujuan untuk
mengekplorasi kebutuhan dan minta baru.
3) Dalam program umum kursus tersebut disajikan lebih kurang
mata pelajaran yang beranekaragaman dan berimbang.
4) Mata pelajaran harus diseleksi sejalan dengan kebijaksanaan
lembaga sponsor dan tujuan program.
5) Mata-mata pelajaran tidaklah ditawarkan apabila akan
menimbulkan duplikasi atau konflik dengan program organisasi
lainnya di masyarakat.
6) Mata pelajaran hendanya dibatasi kepada tujuan yang dapat
dicapai dalam batas waktu tertentu serta sesuai dengan sifat
program.
7) Mata-mata pelajaran direncanakan berdasarkan topik-topik
bidang pengetahuan atau berdasarkan masalah-masalah yang
fungsional.
8) Perlu adanya keseimbangan antara kursus-kursus yang
menghasilkan pendapatan dan kursus-kursus yang memerlukan
subsidi.

12
9) Mata-mata pelajaran diseleksi berdasarkan kepekaan terhadap
minat yang bersifat musiman dan terhadap pengembangan
masalah kemanusiaan.
10) Adanya hal yang baik sekali untuk mengatur seorang pelatih
dapat memberikan dua mata pelajaran.
11) Pemilihan kursus harus didasarkan kepada kebijaksanaan yang
dibuat oleh panitia pengarah dan pimpinan program.
Dalam mengatur kegiatan kursus beberapa pertanyaan di bawah
ini perlu diperhatikan, seperti berikut. (hal 62)
1) Jam berapa kursus itu akan dilaksanakan?
2) Berapa lama setiap kali pertemuan?
3) Hari-hari apa kursus itu dilaksanakan dalam setiap minggu?
4) Berapa kali pertemuan itu akan diadakan?
5) Bagaimana mata-mata pelajaran itu dikelompokkan dalam
jadwal kursus?
6) Berapa lama kursus itu untuk setiap semester?
f. Demonstrasi
Demonstrasi sebagai suatu format belajar pertama-tama
diperkenalkan oleh Seaman A. Knapp seorang pioner dalam
penyuluhan pertanian. Demonstrasi merupakan suatu cara yang
efektif bagi para petani untuk menerima praktek-praktek pertanian
yang lebih baik dengan menunjukkan bagaimana melakukan,
membiarkan mereka melaksanakan dan mengukur hasilnya yang
lebih baik.
Demonstrasi sebagai suatu format belajar harus dibedakan
dengan demonstrasi sebagai teknik yang digunakkan oleh format
belajar lainnya yaitu peserta diorganisasi untuk berpartisipasi baik
sebagai eksperimenter maupun sebagai observer.
Ada dua hal yang perlu dibedakan yaitu metode demonstrasi dan
hasil demonstrasi. Metode demonstrasi adalah dengan menunjukkan
serta menjelaskan baik menggunakkan alat peraga atau tidak
mengenai proses atau fakta atau gagasan. Dalam demonstrasi
menunjukkan bagaimana sesuatu dilaksanakan.
Sedangkan hasil demonstrasi adalah suatu demonstrasi yang
dilakukan oleh petani atau orang lain dibawah supervisi seseorang
penyuluh untuk membuktikan keuntungan dari praktek-praktek yang
dianjurkan. Demonstrasi semacam ini melibatkan perencanaan yang
hati-hati, waktu yang cukup, catatan yang memadai dan
perbandingan hasilnya.

13
Suatu strategi agar masyarakat mau menerima suatu inovasi
(praktek baru) dengan menggunakkan demonstrasi dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut. (hal 63)
1) Memberitahukan masyarakat tentang adanya inovasi baru
dengan melalui media massa atau rapat-rapat dan kunjungan
(tahap menyadarkan).
2) Menumbuhkan minat mereka terhadap inovasi baru itu dengan
melalui demonstrasi atau cara lain (tahap minat).
3) Mengidentifikasi sejumlah kecil innovator yang akan mencoba
inovasi dalam suatu demonstrasi hasil (tahap mencoba).
4) Mengorganisir para adopter (penerima) awal untuk
mengobservasi dan menilai hasil demonstrasi (tahap evaluasi).
5) Mengulangi kembali daur demonstrasi kepada kelompok
penerima awal dan dini (tahap adopsi).
Pada dasarnya, banyak format dan teknik yang digunakan dalam
melaksanakan strategi ini, tetapi format demonstrasi ini adalah inti
dari proses.
g. Pameran dan festival
Inti dari format belajar ini adalah mempertunjukan gagasan,
produk dan proses. Pameran pada dasarnya merupakan pertunjukan
yang bersifat menetap dan berurutan. Fair adalah pertunjukan yang
tidak berurutan dari suatu pameran dan kegiatan. Sedangkan festival
adalah kegiatan yang bersifat bergerak. Ketiganya merupakan suatu
format belajar yang efektif untuk memberikan informasi,
menciptakan minat dalam pemecahan suatu permasalahan,
mempertunjukan atau mempromosikan suatu kerja yang terbaik dan
bersifat baku, mempertunjukkan hasil suatu kegiatan, mendaftarkan
bantuan masyarakat, melakukan demonstrasi proses, dan untuk
memperoleh anggota baru organisasi.
Bagi beberapa lembaga, seperti museum dan perpustakaan,
format ini adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Tetapi format
ini dapat pula digunakan sebagai suplemen, dalam setiap program
belajar yang komprehensif. (hal 64)
h. Pertemuan umum
Pertemuan umum merupakan pertemuan tanpa memandang
jumlah orang yang hadir dan ikatan yang ada hanya sebagai
pendengar. Format ini merupakan format yang paling banyak
dipakai sebagai format yang mempunyai potensi belajar. Bentuk
pertemuan umum ini dapat berupa ceramah-ceramah di sekolah atau
universitas, gereja, pertemuan mingguan atau bulanan, rapat anggota

14
dari sekitar buruh, perkumpulan professional dan sejenisnya.
Kebanyakan format ini dilaksanakan dengan ceramah, selanjutnya
diikuti oleh tanya jawab.
Salah satu anggapan dasar dari teori pertemuan umum ini adalah
bahwa kualitas dan kuantitas belajar dalam pertemuan umum
merupakan fungsi dari kualitas dan kuantitas, interaksi dalam
pertemuan. Artinya, makin sering dan makin baik interaksi diantara
beberapa unsur dalam suatu pertemuan umum, makin besar “ajar”
itu terjadi. Anggapan dasar dari kedua teori ini adalah bahwa ada
tiga bentuk interaksi yang dapat dilakukan dalam pertemuan umum.
1) Interaksi di antara para pembicara atau manusia sumber.
2) Interaksi di antara para pendengar.
3) Interaksi di antara para pembicara dan para pendengar.
Interaksi antara pembicara dengan para pndengar yang paling
sederhana dapat mempunyai bentuk sebagai berikut.
Pembicara

Pendengar

(hal.65)

Kuantitas dan kualitas interaksi sebagaimana digambarkan di


atas dapat ditingkatkan dengan menggunakan misalnya papan tulis,
flipchart, filmstrip atau alat peraga lainnya yang akan digunakan
oleh pembicara, sebagaimana gambar berikut ini.

Pembicara Alat peraga

Pendengar

15
Bentuk interaksi di atas dapat ditingkatkan kembali dengan
memperkenalkan pembicara lain, sehingga ada dua pembicara di
depan para pendengar, yang di lakukan dalam bentuk dialog atau
wawancara. Hal ini dapat digambarkan seperti berikut.

Pembicara Pembicara

Pendengar

Tingkat yang lebih tinggi lagi mengenai interaksi dapat


diperkenalkan dua atau lebih pembicara seperti dalam bentuk
symposium, panel, diskusi, wawancara kelompok atau demonstrasi,
seperti gambar berikut. (hal 66)

P P P P P

Sedangkan interaksi antara pembicara dengan pendengar pada


tingkat pertama, dapat diilustrasikan seperti gambar berikut.

P P P P P

Pendengar

Tingkat yang paling tinggi dari interaksi antara pendengar


dengan para pembicara dapat dilakukan dengan menampilkan wakil

16
para pendengar untuk memberikan respon/reaksi kepada para
pembicara misalnya minta klarifikasi terhadap suatu konsep atau
bertanya. Bentuk ini dapat digambarkan sebagai berikut. (hal 67)

Pendengar

Selanjutnya, interaksi antara para pendengar dapat ditingkatkan


dengan beberapa cara. Para pendengar dapat dikelompokkan atas
beberapa kelompok misalnya dalam bentuk pasangan (dua orang),
kelompok 3 orang (triads), kelompok 4 orang (buzz group) dan
kelompok diskusi yang terdiri dari 5 atau lebih. Tugas-tugas
kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
1) Sebelum pembicara menyajikan presentasinya, mereka disuruh
mengidentifikasi beberapa permasalah atau mengajukan
pertanyaan, sehingga pembicara dapat memusatkan
presentasinya terhadap masalah atau pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok.
2) Sebelum presentasi dari pembicara, peserta dibagi atas beberapa
kelompok pendengar, satu kelompok berfungsi untuk meminta
klarifikasi suatu konsep pada pembicara, satu kelompok
berfungsi sebagai kelompok yang meminta elaborasi lebih lanjut
kepada pembicara dan satu kelompok berfungsi menanyakan
masalah aplikasinya dari apa yang dibicarakan oleh pembicara.
Selanjutnya dari presentasi, kelompok-kelompok tersebut
bertemu pada beberapa menit untuk menyatukan pemikiran
tentang masalah yang akan ditanyakan serta menunjukkan
wakilnya untuk mengajukan pertanyaan atau isu kepada
pembicara. (hal 68)
3) Setelah presentasi, peserta dibagi atas beberapa buzz group
untuk mendiskusikan bagaimana mereka mengaplikasikan apa
yang disajikan oleh pembicara. Selanjutnya, kelompok memilih
wakilnya untuk melaporkan apa yang dibicarakan dalam buzz
group tersebut.

17
Pola interaksi sebagaimana dikemukakan di atas, dapat
digambarkan seperti gambar berikut.

P P P P P

Pasangan Triads

Buzz Group
Kelompok Diskusi

i. Darmawisata
Walaupun darmawisata merupakan teknik yang dapat digunakan
sebagai format belajar, tetapi darmawisata ini dapat diorganisi
sebagai suatu format yang berbeda untuk pengorganisasian peserta
untuk belajar. Misalnya, apabila peserta ingin mengadakan studi
mengenai pembangunan masyarakat, mereka kemudian diberi daftar
bacaan untuk dipelajari, selanjutnya mereka mengadakan diskusi
mengenai apa yang telah dibaca, kemudian mengidentifikasi
beberapa permasalahan untuk diskusi lebih lanjut. Apabila ini selesai
dilakukan, maka mreka kemudian menyewa bus untuk mengunjungi
proyek-proyek pembangunan masyarakat di sekitarnya serta
mengadakan diskusi untuk mengkonsolidasi apa yang mereka
pelajari. (hal 69)
j. Pembangunan Masyarakat Sebagai Format Belajar
Pembangunan masyarakat hampir serupa dengan apa yang
disebut dengan action proyek sebagai suatu format belajar. Tetapi
pembangunan masyarakat lebih luas dan lebih kaya dalam konsep.
Pada sebagian besar pendidik untuk orang dewasa, memandang
masyarakat sebagai kelas, yaitu sebagai laboratorium belajar,

18
melihat tujuan belajar mereka tidak hanya membantu perorangan
untuk belajar lebih efektif dalam meghadapi masalahnya.
Tidak semua pembangunan masyarakat merupakan suatu bentuk
kegiatan yang bersifat pendidik. Bagi seorang pendidik,
menggunakan pembangunan masyarakat sebagai format belajar,
meningkatkan masyarakat memecahkan permasalahannya adalah
suatu cara untuk membantu perseorangan atau masyarakat belajar
lebih baik dalam memecahkan permasalahannya.
Bagi pendidik khususnya pendidik bagi orang dewasa,
peranannya adalah membantu peserta mendiagnosis keterampilan
dan pengetahuan yang mereka butuhkan serta melaksanakannya
dalam program-program peningkatan kemasyarakatan serta
membantu mereka mengatur sumber-sumber (biaya) yang
diperlukan untuk pencapaian belaja itu. Kunci utama dalam
pelaksanaan program tersebut adalah swadaya (selfhelp). Dan
prinsip inilah yang paling sesuai dengan prinsip andragogi. (hal. 70)

19
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Banyak program-program pendidikan yang dilaksanakan
dengan tidak mempunyai “keindahan” maka dengan memahami
bentuk seni di atas, pendidikan dapat menjadi bentuk seni yaitu
program-program pendidikan itu akan lebih menarik untuk
dilaksanakan.
Adanya keanekaragaman dalam format belajar adalah suatu
kenyataan yang perlu dijajaki, mengingat adanya kebutuhan belajar
individu yang bervariasi, gaya belajar serta kondisi belajar yang
perlu dipenuhi. Di samping itu pula, adanya keanekaragaman
format belajar akan menambah kualitas keindahan dari suatu
program yang akan memberikan suatu rasa hidup dan berirama serta
tekstur yang lebih kaya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Zainudin. 2012. Andragogi. Bandung:CV Angkasa

21

Anda mungkin juga menyukai