Anda di halaman 1dari 3

Presiden Jokowi Keluarkan

Peraturan Harga Bahan Pangan


Mengantisipasi kecenderungan naiknya harga kebutuhan pokok dan barang-
barang penting lainnya, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan
Presiden untuk mengawasi harga bahan pangan.
    

Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2015


tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Perpres itu bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga barang di
pasaran.
"Dengan keluarnya Perpres ini, Presiden Joko Widodo berharap masalah kelangkaan
dan gejolak harga barang bisa diatasi dengan segera," kata Ketua Tim Komunikasi
Presiden, Teten Masduki hari Kamis (18/06) di Jakarta.
Teten menjelaskan, Perpres itu melarang penyimpanan barang kebutuhan pokok dan
barang penting di gudang ketika terjadi situasi kelangkaan barang, gejolak harga atau
hambatan lalu lintas perdagangan barang.
Bahan pangan dan barang-barang penting
Barang kebutuhan pokok yang dimaksud dalam Perpres ini, adalah barang hasil
pertanian seperti beras, kedelai, cabai dan bawang merah.

NERACA SETAHUN JOKOWI
Paket Ekonomi untuk Mendorong Kemajuan
Serangkaian paket ekonomi dikeluarkan pemerintah dengan harapan, rangkaian kebijakan baru
ini akan bisa memulihkan ekonomi Indonesia yang melambat drastis belakangan ini. Namun
langkah pemerintah dinilai kurang memperhatikan kepentingan buruh, sehingga terjadi
demonstrasi.

123456789

Kebutuhan pokok juga mencakup hasil industri seperti gula, minyak goreng, tepung
terigu, dan hasil peternakan dan perikanan, termasuk daging sapi, daging ayam ras,
telur ayam ras, ikan segar dan lain-lain.
Tapi tidak hanya bahan pangan yang harganya diawasi, melainkan juga barang-barang
penting seperti pupuk, gas elpiji 3 kilogram, semen dan besi baja. Peraturan Preisiden
itu sudah ditandatangani oleh Presiden Jokowi tanggal 15 Juni lalu.
"Peraturan ini memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menetapkan harga
khusus menjelang, pada, atau setelah libur keagamaan atau selama periode volatilitas
harga, " kata Teten kepada wartawan.
Inflasi melaju
Tingkat harga pangan memang merangkak naik dan mendorong tingkat inflasi di
Indonesia mencapai 7,15 persen apda bulan Mei lalu, angka inflasi tertinggi selama lima
bulan terakhir. Angka inflasi di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingan negara-negara
tetangga lain di Asia Tenggara.
Dengan peraturan yang baru, pemerintah ingin membatasi lonjakan harga barang
makanan dan kebutuhan pokok, yang biasanya bergerak naik selama bulan puasa
Ramahan.
Sebelumnya, Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat suku bunga acuan tidak
berubah, yaitu 7,50 persen.
"Tujuannya adalah baik, yaitu untuk memastikan stabilitas harga. Tetapi untuk kalangan
industri, ini sebenarnya merupakan intervensi (pasar), " kata Eric Sugandi, ekonom dari
Standard Chartered.
"Terutama orang miskin, mungkin senang dengan itu, tapi kami harus memperhatikan
efektivitas,"tambahnya. "Yang rugi adalah pedagang dan pelaku industri."
Perusahaan semen dan makanan yang mungkin akan terpengaruh oleh pembatasan
harga itu termasuk PT Semen Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan Cargill.
hp/rn (rtr)

Anda mungkin juga menyukai